LAPORAN KASUS
Oleh:
NPM: 15710105
Pembimbing :
TAHUN 2015
1
`
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Tuberkulosis Paru Dengan Hemoptoe.”
Saya menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan.
Akhirnya, saya berharap semoga Laporan Kasus ini bermanfaat.
Penyusun
2
`
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………………………………
3
`
DAFTAR PUSTAKA
4
`
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan terhadap pasien dan keluarga pasien
A. Keluhan Utama :
Batuk darah
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Batuk
Pasien MRS di IGD tanggal 26 Juli 2015 pukul 02.20 dengan keluhan
batuk darah berwarna merah segar disertai dahak. Batuk dirasakan kurang
lebih 1 bulan yang lalu . Dalam sehari pasien mengeluh batuk darah
sampai 2-3 kali dengan sekali keluar darah kira kira 1 sendok makan.
Sekitar 3 bulan yang lalu pasien pernah mengalami batuk disertai bercak
bercak darah sempat periksa ke dokter umum, dokter menduga ada
5
`
E. Riwayat Pengobatan
Pernah berobat ke dokter umum sebelumnya, diberi obat batuk, pasien
lupa namanya, namun batuknya tidak berkurang.
6
`
7
`
h. Abdomen
Inspeksi : Flat (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Tympani (+) metorismus (-) ascites (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-) pembesaran organ (-)
i. Ektremitas
Superior : Akral hangat + / +
Edema - / -
Inferior : Akral hangat + / +
8
`
Edema - / -
1.4 Pemeriksaan Penunjang
. Hasil Laboratorium
Hasil laboratorium pada tanggal 26 – 27 Juli 2015
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Pemeriksaan tanggal
26 Juli 2015
Darah Lengkap
WBC (Leukosit) 10,63 4.8 - 10.8 10ˆ3/uL
RBC (Eritroit) 5,03 4.2 - 6.1 10ˆ6/uL
HGB (Hemoglobin) 13,9 12 - 18 g/dl
HCT (Hematokrit) 41,5 37 - 52 %
PLT (Trombosit) 253 150 - 450 10ˆ3/uL
MCV 82.5 79 - 99 fl
MCH 27,6 27 - 31 pg
MCHC 33,5 33 - 37 g/dL
RDW-SD 46,1 35 - 47 fl
RDW-CV 15.4 11.5 - 14.5 %
PDW 10,5 9 - 17 fl
MPV 9,5 9 - 13 fl
P-LCR 21,3 13 - 43 %
PCT 0,24 0.150 – 0.400 %
EO% 2,0 0–1%
BASO% 0.2 0–1%
NEUT % 82,6 50 - 70%
LYMPH% 11,1 25 - 40%
MONO% 4,1 2-8%
EO# 0.21 10ˆ3/uL
BASO# 0.02 10ˆ3/uL
MONO# 0,44 10ˆ3/uL
9
`
Pemeriksaan Tanggal
27 Juli 2015
ELEKTROLIT
Natrium 139 137 - 145 mmol/L
Kalium 4,1 3.6 - 5 mmol/L
Chlorida 107 98 - 107 mmol/L
MIKROBIOLOGI
BTA A +1 Negatif
BTA B +1 Negatif
BTA C +1 Negatif
10
`
Pemeriksaan fisik :
KU : cukup
Kesadaran : composmentis
Pada pemeriksaan thorax :
Simetris
Perkusi Auskultasi : Rh:
Vesikuler ↓↓ + +
Sono + +
Sonor Vesikuler (-)
r Vesikuler (-) - -
Sono
Sonor
r
Sono
Sonor
r
11
`
1.6 Diagnosis
Tuberkulosis Paru + Hemoptoe
1.7 Planning
Planning Terapi
Inf. RL (+) aminophyline 14 tpm
Inj Ceftadizin 3x1g
Inj Kalnex 3x1g
Inj Pepsol 2 x 30 mg
Inj Solvinex 3 x 1 amp
Inj Vit K 3 x 1 mg
PO Codein 3 x 10 mg
PO Ondansetron 3 x 8 mg
Planning monitoring
Evaluasi vital sign ( Tekanan darah, RR, nadi, dan suhu) dan
keadaan pasien.
Evaluasi efek samping obat
Planning edukasi
Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakitnya.
Menjelaskan mengenai lama dan tahapan pengobatan.
Menjelaskan mengenai efek samping obat.
Menjelaskan komplikasi dari penyakit ini.
Menjelaskan pencegahan penularan terhadap orang sekitar.
12
`
I.8 Prognosis
Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
13
`
Paru-paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang berada di dalam
kantong yang dibentuk oleh pleura perietalis dan pleura viseralis. Kedua paru-paru
sangat lunak, elastis, sifatnya ringan terapung di dalam air, dan berada dalam
rongga thorax.
Masing-masing paru-paru mempunyai apeks yang tumpul dan menjorok
keatas kira-kira 2,5 cm di atas clavikula. Fasies kostalis yang berbentuk konveks
berhubungan dengan dinding dada sedangkan fasies mediastinalis yang berbentuk
konkaf membentuk pericardium. Pada pertengahan permukaan paru kiri terdapat
hilus pulmonalis yaitu lekukan di mana bronkus, pembuluh darah, dan saraf
masuk ke paru-paru membentuk radiks pulmonalis.
a. Apeks pulmo
Berbentuk bundar menonjol ke arah dasar yang melebar melewati apartura
torasis superior 2,5-4 cm di atas ujung iga pertama.
b. Basis pulmo
Pada paru-paru kanan, bagian yang berada di atas permukaan cembung
diafragma akan lebih menonjol ke atas daripada paru-paru bagian kiri,
maka basis paru kanan lebih kontak daripada paru-paru kiri.
c. Insisura atau fisura
14
`
Dengan adanya fisura atau takik yang ada pada permukaan, paru-paru
dapat dibagi menjadi beberapa lobus. Letak insisura dan lobus dapat
digunakan untuk menentukan diagnosis.
Pada paru-paru kiri terdapat insisura yaitu insisura obliges. Insisura ini
membagi paru-paru kiri atas menjadi tiga lobus yaitu lobus superior,
medius, dan lobus inferior yang terbagi menjadi beberapa segmen.
Paru-paru kanan memiliki dua insisura yaitu insisura obligue dan insisura
interlobularis sekunder. Pada paru kanan hanya terdapat dua lobus yaitu
lobus superior dan lobus inferior yang juga terbagi menjadi beberapa
segmen.
1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk
sehingga rongga dada membesar.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot
antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang
rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil.
2.3 Definisi
16
`
Mycobacterium tuberculosis pada pewarnaan tahan asam
Gambar di atas adalah Mycobacterium tuberculosis yang dilihat dengan pewarnaan
tahan asam dan berwarna merah. Sebagian besar bakteri ini terdiriatas asam
lemak (lipid), peptidoglikan dan arabinoman. Lipid inilah yangmenyebabkan
kuman mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan sehingga disebut
pula sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA) .
17
`
2.7 Diagnosis
18
`
19
`
Pemeriksaan bakteriologis
2). Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan dahak SPS diulangi.
20
`
2.8 Pengobatan
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat , dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal, penggunaan OAT Kombinasi Dosis Tetap ( OAT KDT) sangat
dianjurkan.
21
`
3. Pengobatan TB ada 2 tahap yaitu tahanp intensif dan lanjutan . Pada tahap
intensif pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk
mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan secara intensif ini diberikan
secara tepat maka biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu. Sebagian pasien BTA positif menjadi negatif dalam 2 bulan. Pada tahap
lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam jangka waktu yang
lama. Tahap ini sangat penting karena untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
Paduan OAT kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap ( OAT KDT ). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi
22
`
2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan
pasien. Panduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien dalam satu masa
pengobatan . KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB :
23
`
24
`
25
`
2.10 Komplikasi Tb
Komplikasi TB paru antara lain dapat timbul pleuritis, efusi
pleura, empiema,laringitis. Sedangkan komplikasi lanjut dapat
menyebabkan obstruksi jalan nafas, kerusakan parenkim paru, cor
pulmonal,amiloidosis, karsinoma paru, dan sindrom gagal napas.
26
`
DAFTAR PUSTAKA
27