Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS BPH

Asuhan Keperawatan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas


Keperawatan Manajemen

Oleh :
KELOMPOK 3

PROGRAM SPROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2020
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
Jl. Budi Utomo No. 10, Telp. (0352) 481124 Ponorogo – 63471

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S


PENGKAJIAN

a. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : L
No. Register : 765432
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Ponorogo
Tgl MRS : 07 Juni 2020
Tgl Pengkajian : 08 Juni 2020
Diagnosa Medis : BPH

b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. B
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Ponorogo
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dg klien : Anak

I.KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh nyeri, nyeri karena proses penyakit, pembesaran kelenjar
prostat, nyeri seperti teriris, nyeri dirasakan pada suprapubis, dengan skala
nyeri 5, nyeri dirasakan terus menerus dan bertambah saat pasien bergerak
II.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien masuk RSA Ponorogo pada tanggal 7 Juni 2020 pada pukul 16.30 wib.
Pasien mengeluh nyeri, nyeri karena proses penyakit, pembesaran kelenjar
prostat , nyeri seperti teriris, nyeri dirasakan pada suprapubis, dengan skala
nyeri 5, nyeri dirasakan terus menerus dan bertambah saat pasien bergerak.
Setelah dilakukan tindakan di IGD dengan pemasangan infus Rl 20 tpm
kemudian pasien dipindahkan ke ruangan Mina. Pada saat pengkajian tanggal
8 Juni 2020 pada pukul 12.28 WIB keadaan umum pasien composmentis
GCS 456, pasien masih mengeluh nyeri, nyeri karena proses penyakit,
pembesaran kelenjar prostat , nyeri seperti teriris, nyeri dirasakan pada
suprapubis, dengan skala nyeri 5, nyeri dirasakan terus menerus dan
bertambah saat pasien bergerak. Pada saat pengkajian hasil pemeriksaan
tanda tanda vital: TD 130/90 mmHg, 36,2oC RR: 24 x/mnt N:84x/mnt ,

III.RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit menurun.
menular, menahun sebelumnya.

IV. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Pasien mengatakan bahwa tidak ada angota keluarga yang menderita penyakit
yang sama

V. PEMERIKSAAN FISIK FOKUS


1. Keadaan Umum
Klien tampak tampak lemah, klien mengeluh nyeri karena proses penyakit,
pembesaran kelenjar prostat , nyeri seperti teriris, nyeri dirasakan pada
suprapubis, dengan skala nyeri 5, nyeri dirasakan terus menerus dan
bertambah saat pasien bergerak
2. Tanda-tanda Vital
Kesadaran : composmentis
GCS : E:4 V:5 M :6
3. Diagnosa medis : BPH
4. Pemeriksaan Head to toe
a. Pemeriksaan Wajah
Wajah simetris kanan dan kiri
1. Mata :
Inspeksi : mata pasien simetris, tidak ada oedem, tidak ada
peradangan, luka, konjungtiva berwarna merah muda, sclera
berwarna putih, pupil sama besar dan simetris, palpebra tidak ada
oedem,
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan oedem
2. Hidung :
Inspeksi : Bentuk simetris, warna kulit sama seperti anggota tubuh
lain, tidak ada secret, septum berada di tengah, tidak ada perdarahan,
peradangan, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan oedem
3. Telinga :
Inspeksi : Bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada
peradangan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan oedem
4. Mulut dan Faring :
Bibir : mukosa bibir kering, bibir simetris kiri kanan
Gusi : tidak ada perdarahan
Gigi : tidak ada gigi palsu, karies, dan kotoran
a. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1. Kepala
Inspeksi : Kepala simetris, warna rambut hitam, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan
2. Leher
Inspeksi : Tidak terdapat oedem dan lesi
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid dan vena
jugularis
b. Pemeriksaan thorax/dada
1. Paru :
Inspeksi : bentuk thorax normal, bentuk dada simetris bersih tanpa
ada lesi, tidak terdapat retraksi intercoste. Respirasi 24 x/menit
nafas reguler kedalaman normal
Palpasi : Ekspansi paru simetris, vokal fremitus kanan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
2. Jantung
Inspeksi : tidak ada oedem
Palpasi : pulsasi dinding thorak teraba kuat
Perkusi :
Batas kanan atas ICS II linea parasternalis dextra
Batas kanan bawah ICS IV linea parasternalis sinistra
Batas kiri atas ICS II linea para sternalis sinistra
Batas kiri bawah ICS IV linea medio clavicularis sinistra
Auskultasi :
BJ I Terdengar reguler
BJ II Terdengar reguler
c. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : abdomen pasien terlihat simetris, tidak ada massa maupun
benjolan, bentuk abdomen cembung.
Perkusi : terdengar Timpani
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan diseluruh lapang abdomen,
permukaan halus, perabaan lunak
Auskultasi : Bising usus 10x permenit
d. Pemeriksaan genetalia dan rektal
Pasien terpasang DK
e. Pemeriksaan punggung dan tulang belakang
Inspeksi : Posisi simetris, warna kulit punggung sama dengan anggota
tubuh lain, tidak ada kelainan pada bentuk tulang belakang
f. Pemeriksaan ekstremitas
1. Kekuatan Otot
5 5
5 5
2. Akral
Inspeksi : akral normal CRT < 2 detik
Palpasi : akral hangat dan kering
3. Fraktur : tidak ada fraktur di seluruh area ekstremitas
4. Oedem : tidak ada oedem
g. Pemeriksaan fungsi pendengaran/penghidu/tenggorokan
Pendengaran : Klien dapat mendengar dengan baik
Penghidu : Klien mengatakan dapat mencium bau-bauan dengan
membedakan bau teh dan alkohol
Tenggorokan : Klien sesekali mengalami gangguan menelan
h. Fungsi penglihatan
Ketajaman penglihatan pasien masih baik, lapang pandang normal
mengikuti arah gerakan tangan pengkaji.
i. Fungsi cerebral
Tingkat kesadaran : E4 V5 M6 Composmetis
j. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
1. Olfaktorius : dapat membedakan bau-bauan dengan membedakan
bau teh dan alkohol
2. Optikus : dapat membedakan benda disekitar klien
3. Okulomotorus : reaksi pupil mengecil terhadap cahaya, lapang
pandang normal, pupil isokor
4. Troklearis : klien bisa menggerakkan bola mata ke atas dan
kebawah
5. Trigeminus : klien berbicara dengan jelas, mampu membuka dan
menutup mulut dan merapatkan gigi
6. Abdusens : klien dapat menoleh kekanan dan kekiri
7. Fasialis : senyum simetris, mengembangkan pipi simetris
8. Auditorius : klien dapat mendengar dengan baik
9. Glosofaringus : klien mengatakan dapat membedakan rasa manis
dan asam
10. Vagus : klien dapat menelan makanan dan minuman dengan baik
walaupun sesekali klien menerangkan sulit untuk menelan
11. Aksesorius : Klien mampu menggerakkan bahu kiri kanan
12. Hipoglosus : Klien mampu mengunyah dan menelan
k. Pemeriksaan Kulit/Integument
Inspeksi : tidak ada lesi,tidak ada jaringan parut pada kulit, warna
kulit sawo matang.
Palpasi : CRT < 2 detik

I.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 7-6-2020 :
1. HB : 12,8 g/dL
2. Leukosit : 12,1
3. Trombosit : 159
4. Hematokrit : 37
5. Eritrosit : 40
6. PT : 13,0
7. APTT : 41,6
Faal Ginjal :
1. Kreatinin : 0,90
2. Ureum : 53 N : 18 - 49
3. BUN : 25 N : 8 - 22
4. Asam Urat : 5,7 N : 2,6 - 6,0
5. Gula Darah : 74 N : <200

II.PROGRAM TERAPI
1. Infus RL 20 tpm.,
Infus Sanmol 3x1
2. Injeksi IV

- Bioxon 2x1
- Kalnex 3x1
- Ondansentron 3x1
- Santagesik 3x1
Ceftriaxone 2gr premedikasi
3. Rencana TURP hari ini jam 14.00

ANALISA DATA

Nama : Tn. S
No. Reg. : 765432
Umur : 60 Tahun

No Tgl / jam Data Etiologi Masalah


1 8 Juni 2020 DS : Nyeri akut
12.28 WIB Pembesaran
klien mengeluh nyeri P
prostat
: akibat luka insisi ↓
TURP
Q : nyeri seperti teriris

R : Suprapubis Luka insisi

S:5
Nyeri Akut
T : Nyeri terus
menerus dan
bertambah saat
bergerak
DO :
- KU : sedang
- GCS : 456
- TTV
TD : 130/90 mmHg
S : 36,2oC
RR : 24 x/mnt
N:84x/mnt
- Ekpresi non verbal
menahan nyeri
2 8 Juni 2020 DS : BPH Gangguan pola
12.38 ↓ tidur
- Klien mengatakan
Post operasi
susah untuk tidur ↓
karena merasakan Luka insisi

nyeri pada area Nyeri akut
suprapubis ↓
Sulit tidur

DO : Gangguan pola
- Keadaan umum tidur
lemah
- Ekspresi non verbal
klien menahan nyeri
- Klien terpasang DK

3. 8 Juni 2020 DS : Post operasi Resiko Infeksi


15.00 ↓
- Klien post TURP
TURP
DO : ↓
Trauma bekas
- Klien post TURP
TURP
jam 14.00 ↓
Port de entry
- Trauma bekas

tindakan TURP Kurangnya
perawatan
- Adanya port de

entry Bakteri mudah
masuk

Resiko Infeksi

DAFTAR DIAGNOSA

1. Nyeri akut b.d agen biologis


2. Gangguan pola tidur b.d respon fisiologis akibat penyakit
3. Resiko infeksi b.d Prosedur infasif
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. S
No. Reg. : 765432
Umur : 60 Tahun

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Nyeri akut b.d agen biologis NOC : NIC :
 Pain Level, Pain Management
 Pain control 1. Monitor TTV
 Comfort level 2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Setelah dilakukan tindakan termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri kualitas dan faktor presipitasi
pada klien berkurang atau hilang 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
dengan mengetahui pengalaman nyeri pasien
Kriteria Hasil : 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
- Mampu mengontrol nyeri nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
(tahu penyebab nyeri, mampu kebisingan
menggunakan tehnik 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
nonfarmakologi untuk mengurangi 6. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
nyeri, mencari bantuan) 7. Kolaborasi pemberian analgetik untuk
- Melaporkan bahwa nyeri mengurangi nyeri
berkurang dengan menggunakan 8. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
manajemen nyeri 9. Tingkatkan istirahat
- Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
- Tanda vital dalam rentang
normal
2. Gangguan pola tidur b.d respon NOC: NIC :
fisiologis akibat penyakit  Anxiety Control Sleep Enhancement
 Comfort Level 1 Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola
 Pain Level tidur
 Rest : Extent and Pattern 2 Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
 Sleep : Extent and Pattern 3 Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
Setelah dilakukan tindakan sebelum tidur (membaca)
keperawatan 4 Ciptakan lingkungan yang nyaman
selama 1 x 24 jam gangguan pola 5 Kolaburasi pemberian obat tidur
tidur pasien teratasi dengan
Kriteria Hasil:
- Jumlah jam tidur dalam batas
normal
- Pola tidur, kualitas dalam batas
normal
- Perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
- Mampu mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan tidur
3. Resiko Infeksi b.d prosedur NOC NIC
infasif
 Imune status Infection Control (Control Infeksi)
 Risk control 1. Pertahankan teknik isolasi
Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor TTV
keperawatan selama 2 x 24 jam 3. Batasi pengunjung
diharapkan resiko infeksi dapat 4. Monitor tanda gejala infeksi
diatasi dengan 5. Berkolaborasi dalam pemberian antibiotic
6. Monitor leukosit
Kriteria Hasil :
7. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda
1. Klien terbebas dari tanda
infeksi dan melaporkannya pada perawat
gejala infeksi
2. Jumlah leukosit dalam batas
normal
3. Suhu tubuh dalam rentang
normal
4. Menunjukan perilaku hidup
sehat
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. S
No. Reg. : 765432
Umur : 60 Tahun

No. Tanggal/ja
Tindakan Keperawatan Respon
Dx m
1 8-6-2029 1. Mengobservasi TTV 1. TTV:
14.00- TD : 130/90 mmHg,
21.00 WIB S: 36,2oC
RR: 24 x/menit
N: 84x/menit
2. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif 2. klien mengeluh nyeri
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, P: karena luka post TURB
kualitas dan faktor presipitasi Q: nyeri seperti teriris,
R: nyeri dirasakan pada suprapubis,
S: 5
T: nyeri dirasakan terus menerus dan bertambah saat
pasien bergerak
3. Mengontrol lingkungan yang dapat 3. Jam kunjung pasien dibatasi
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan 4. Klien mengatakan nyaman saat nafas dalam
4. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi
nafas dalam 5. Pasien mengikuti perintah
5. Menganjurkan klien meningkatkan istirahat
6. Pasien mendapat injeksi santagesik 1 amp
6. Berkolaborasi pemberian analgesik

8-6-2029 1. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat 31 Pasien memahami maksud dari penjelasan
14.00- kepada pasien dan keluarga
2.
21.00 WIB 2. Menciptakan lingkungan yang nyaman 32 Jam kunjung pasien dibatasi

3. 8-6-2029 1. Mempertahankan teknik isolasi 1. Dibatasi 2 orang penunggu pasien


14.00- 2. Memonitor TTV 2. TTV:
21.00 WIB TD : 130/90 mmHg,
S: 36,2oC
RR: 24 x/menit
N: 84x/menit
3. Membatasi pengunjung 3. Jam kunjung pasien dibatasi dan maximal
pengunjung hanya 2 orang
4. Mengobservasi tanda gejala infeksi
4. Klien TURP jam 14.00 dan Trauma bekas tindakan
TURP
5. Melakukan kolaborasi dalam pemberian antibiotic
5. Pasien mendapat injeksi IV Ceftriaxone 1 Amp
6. Monitor leukosit
6. 12,1
7. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-
7. Pasien dan mengetahui
tanda infeksi dan melaporkannya pada perawat

1. 8-6-2029 1. Mengobservasi TTV 1. TTV:


21.00- TD : 130/90 mmHg,
0700WIB S: 36,2oC
RR: 24 x/menit
N: 84x/menit

2. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
2. klien mengeluh nyeri
P: karena luka post TURB
kualitas dan faktor presipitasi
Q: nyeri seperti teriris,
R: nyeri dirasakan pada suprapubis,
S: 5
T: nyeri dirasakan terus menerus dan bertambah saat
pasien bergerak

3. Mengontrol lingkungan yang dapat 3. Jam kunjung pasien dibatasi


mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
4. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi 4. Klien mengatakan nyaman saat nafas dalam
nafas dalam
5. Menganjurkan klien meningkatkan istirahat 5. Pasien mengikuti perintah

6. Pasien mendapat injeksi santagesik 1 amp


6. Berkolaborasi pemberian analgesik

2. 8-6-2029 1. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat 1. Pasien memahami maksud dari penjelasan
21.00- kepada pasien dan keluarga
07.00 WIB 2. lingkungan yang nyaman
2. Jam kunjung pasien dibatasi

3. 8-6-2029 1. Mempertahankan teknik isolasi 1.Dibatasi 2 orang penunggu pasien


21.00- 2. Memonitor TTV
2. TTV:
07.00 WIB
TD : 130/90 mmHg,
S: 36,2oC
RR: 24 x/menit
N: 84x/menit
3. Jam kunjung pasien dibatasi dan maximal
3. Membatasi pengunjung
pengunjung hanya 2 orang
4. Klien TURP jam 14.00 dan Trauma bekas tindakan
4. Mengobservasi tanda gejala infeksi
TURP
5. Pasien mendapat injeksi IV Ceftriaxone 1 Amp
5. Melakukan kolaborasi dalam pemberian antibiotic
6. 12,1
6. Monitor leukosit
7. Pasien dan mengetahui
7. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-
tanda infeksi dan melaporkannya pada perawat
8.500 cc terpasang spoll warna jernih

8. Monitor Output Urin


EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. S
No. Reg. : 765432
Umur : 60 tahun

N WAKTU PERKEMBANGAN TTD


O
1. 8-6-2029 S : Klien mengeluh nyeri
14.00-21.00 P : luka post TURP
WIB Q : nyeri seperti teriris
R : Suprapubis
S:5
T : Nyeri terus menerus dan bertambah saat
bergerak

O:

- KU : sedang
- GCS : 456
- TTV
TD : 130/90 mmHg
S : 36,2oC
RR : 24 x/mnt
N:84x/mnt
- Ekpresi non verbal menahan nyeri
- Jam kunjung pasien dibatasi
- Klien mengatakan nyaman saat nafas dalam
- Pasien mengikuti perintah

A : Masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi

- Observasi TTV
- lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
- Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- ajarkan tentang teknik non farmakologi nafas
dalam
- tiingkatkan istirahat
- Kolaborasi pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri : santagesik 3x1

2. 8-6-2029 S:
14.00-21.00 - Klien mengatakan susah untuk tidur karena
WIB merasakan nyeri pada area suprapubis

O:
1. Keadaan umum lemah
2. Ekspresi non verbal klien menahan nyeri
3. Klien post TURB
4. Jam kunjung pasien dibatasi
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
5. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
kepada pasien dan keluarga
6. Menciptakan lingkungan yang nyaman
7. Kolaburasi pemberian obat tidur
3. 8-6-2029 S: Klien post TURP pada pukul 14.00 WIB
14.00-21.00
WIB O:

8. Dibatasi 2 orang penunggu pasien


9. TTV:
TD : 130/90 mmHg,
S: 36,2oC
RR: 24 x/menit
N: 84x/menit
10. Jam kunjung pasien dibatasi dan maximal
pengunjung hanya 2 orang
11. Trauma bekas tindakan TURP
12. Pasien mendapat injeksi IV Ceftriaxone 1 Amp
13. Leukosit 12,1
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Pertahankan teknik isolasi
2. Monitor TTV
3. Batasi pengunjung
4. Monitor tanda gejala infeksi
5. Kolaborasi pemberian antibiotic
6. Monitor leukosit
7. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-
tanda infeksi dan melaporkannya pada
perawat

1. 8-6-2029 S : Klien mengeluh nyeri


14.00-21.00 P : luka post TURP
WIB Q : nyeri seperti teriris
R : Suprapubis
S:5
T : Nyeri terus menerus dan bertambah saat
bergerak

O:

- KU : sedang
- GCS : 456
- TTV
TD : 130/90 mmHg
S : 36,2oC
RR : 24 x/mnt
N:84x/mnt
- Ekpresi non verbal menahan nyeri
- Jam kunjung pasien dibatasi
- Klien mengatakan nyaman saat nafas dalam
- Pasien mengikuti perintah

A : Masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi

- Observasi TTV
- lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
- Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
- ajarkan tentang teknik non farmakologi nafas
dalam
- tiingkatkan istirahat
- Kolaborasi pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri : santagesik 3x1

2. 8-6-2029 S:
14.00-21.00 - Klien mengatakan susah untuk tidur karena
WIB merasakan nyeri pada area suprapubis
O:

1. Keadaan umum lemah


2. Ekspresi non verbal klien menahan nyeri
3. Klien post TURB
4. Jam kunjung pasien dibatasi
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
kepada pasien dan keluarga
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman
3. Kolaburasi pemberian obat tidur

3. 8-6-2029 S: Klien post TURP pada pukul 14.00 WIB


14.00-21.00
WIB O:

1. Dibatasi 2 orang penunggu pasien


2. TTV:
TD : 130/90 mmHg,
S: 36,2oC
RR: 24 x/menit
N: 84x/menit
3. Jam kunjung pasien dibatasi dan maximal
pengunjung hanya 2 orang
4. Trauma bekas tindakan TURP
5. Pasien mendapat injeksi IV bioxon 1 Amp
6. Leukosit 12,1
7. Terpasang spool warna jernih
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Pertahankan teknik isolasi
2. Monitor TTV
3. Batasi pengunjung
4. Monitor tanda gejala infeksi
5. Kolaborasi pemberian antibiotic
6. Monitor leukosit
7. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-
tanda infeksi dan melaporkannya pada perawat
8. Observasi urin

Anda mungkin juga menyukai