OLEH :
NIM 19650108
2020
1
LAPORAN PENGESAHAN
Telah Disetujui Dalam Rangka Mengikuti Pratik Keperawatan Gadar/Kritis. Profesi Ners,
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Dengan kasus
ALO (ACUTE LUNG OEDEMA)
OLEH
Pembimbing Institusi
NIDN. 0711128601
2
LAPORAN
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Edema Paru Kardiogenik adalah edema paru yang terjadi akibat terjadinyapeningkatan
tekanan hidrostatik kapiler yang disebabkan oleh karenameningkatnya tekanan vena
pulmonalis. Edema Paru Kardiogenik menunjukkanadanya terjadi akumulasi cairan yang
rendah protein di interstisial paru danalveoli ketika vena pulmonalis dan aliran balik vena
di atrium kiri melebihikeluaran dari ventrikel kiri (Rahman, 2015).
Dalam pengertian lain Harun, 2009 dalam Fitri 2011 mendefinisikan ALO sebagai
keadaan dimana terdapat akumulasi cairan di paru-paru yang terjadi secara mendadak yang
dapat disebabkan oleh adanya peningkatan intravaskular (edema paru kardiak) atau karena
peningkatan permeabilitas membran kapiler (edema paru non kardiak) yang mengakibatkan
terjadinya ekstravasasi cairan secara cepat.
B. Etiologi
3
b. Penurunan tekanan onkotik plasma.
Hipoalbuminemia sekunder oleh karena penyakit ginjal, hati, proteinlosing enteropaday,
penyakit dermatologi atau penyakit nutrisi. Pada keadaan hipoalbumin rentan sekali
terjadi
4
gangguan pada metabolisme protein, disini membran alveoli juga akan mengalami
gangguan terutama dalam permeabilitas membran kapiler yang tentu akan lemah
sehingga akan banyak perpindahan cairan yang tidak terkontrol yang pada akhirnya akan
mengakibatkan edema.
c. Peningkatan tekanan negatif intersisial
Pneumonia (bakteri, virus, parasit), terjadi proses perusakan secara langsung oleh
bakteri.
Bahan toksik inhalan (phosgene, ozone, chlorine, asap Teflon, NO2),
mengakibatkan kerusakan fisik pada alveoli atau paru secara langsung.
Bahan asing dalam sirkulasi (bisa ular, endotoksin bakteri, alloxan, alpha-
naphthyl thiourea).
Aspirasi asam lambung, asam lambung yang bersifat asam dapat langsung merusak
membran kapiler.
Pneumonitis radiasi akut.
Bahan vasoaktif endogen (histamin, kinin).
Disseminated Intravascular Coagulation.
Imunologi : pneumonitis hipersensitif, obat nitrofurantoin,
leukoagglutinin.
Shock Lung oleh karena trauma di luar toraks.
Pankreatitis Perdarahan Akut.
3. Insufisiensi Limfatik :
Perubahan yang dini pada edema paru adalah peningkatan aliran limfatik. Karena saluran
limfatik terjalin dalam jaringan ikat longgar yang mengelilingi arteriol paru dan saluran nafas
yang kecil, pembengkakan saluran limfatik ini akan memberi dampak pada struktur
disekitarnya dengan akibat perubahan hubungan tekanan pada struktur tersebut. Salah satu
akibatnya adalah obstruksi pada saluran nafas kecil yang telah dibuktikan merupakan
perubahan fisiologis dini pada penderita dengan gagal jantung kiri. Karena lesi ini tidak merata
disaluran paru, timbullah dalam distribusi ventilasi dan perfusi yang kemudian menyebabkan
hipoksemia ringan. Terkenanya arterior kecil juga dapat menyebabkan gambaran radiologis
dini pada gagal jantung kiri yaitu suatu redistribusi aliran darah dari basis ke apek paru pada
penderita dalam posisi tegak. Kalau terbentuknya cairan intertensial melebihi kapasitas sistem
limfatik, akan terjadi edema di dinding alveolar. Pada fase ini compliance (pemenuhan) paru
bekurang. Hal ini akan menyebabkan takipnea, yang mungkin merupakan tanda klinik dini
penderita edema paru. Ketidakseimbangan antara ventilasi dan aliran darah menyebabkan
pemburukan hipoksemia. Namun demikian ekskresi karbon dioksida tidak terganggu, dan
penderita akan menunjukkan keadaan hiperventilasi dengan alkalosis respiratori. Selain hal
yang telah disebutkan diatas, defek fungsi juga mempunyai andil, dan pada fase ini mungkin
akan terjadi peningkatan pintas kanan ke kiri melaui alveoli yang tidak mengalami ventilasi.
Pada fase alveolar flooding, semua gambaran menjadi lebih berat, compliance akan menurun
Gangguan perfusi
dengan nyata. Karena alveoli terisi dengan cairan, sementara aliran darah ke daerah tersebut
jar. perifer
tetap berlangsung, pintas kanan ke kiri aliran darah akan menjadi lebih berat dan menyebabkan
hipoksemia yang rentan terhadap peningkatan konsentrasi peningkatan, konsentrasi oksigen
yang diinspirasi. Kecuali pada keadaan yang amat berat, hiperventilasi dan alkalosis respiratori
6
akan tetap berlangsung. Secara radiologis akan tampak infiltrat alveolar yang tersebar
diseluruh paru, terutama didaerah perihilar dan basal.Kongesti paru terjadi bila vaskuler paru
menerima darah yang berlebihan dari ventrikel kanan, yang tidak mampu diakomodasi dan
diambil oleh jantung kiri. Sedikit ketidakseimbangan antara aliran masuk pada sisi kanan dan
aliran keluar pada sisi kiri jantung mengakibatkan konsekuensi yang berat. Perkembangan
edema paru menunjukkan bahwa fungsi jantung sudah sangat tidak adekuat, peningkatan
tekanan akhir diastole ventrikel kiri dan peningkatan tekanan vena pulmonal dapat terjadi. Hal
meningkatkan tekanan hidrostatik yang mengakibatkan cairan merembes keluar. Gangguan
limfatik berperan dalam penimbunan cairan di dalam jaringan paru.Kapiler paru yang
membesar oleh darah yang berlebih akibat ketidakmampuan ventrikel kiri untuk memompa,
tidak mampu lagi mempertahankan zat yang terkandung didalamnya. Cairan, mula-mula serous
dan kemudian mengandung darah, lolos kejaringan alveoli disekitarnya melalui hubungan
antara bronkhioli dan brnkhi. Cairan ini kemudian bercampur dengan udara dan terkocok
selama pernafasan, dan dikeluarkan melalui mulut dan hidung. Karena adanya timbunan
cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang dan udara tidak dapat masuk,
akibatnya adalah hipoksia berat.
7
Pathway
8
sepsis Peningkatan permeabilitas
dinding kapiler paru
Gagal jantung kiri
jantung kiri Dispnea mendadak Terganggunya kapiler
Aliran balik arteri paru
pulmonal Pe aliran limfatik pada
arteriola paru
Gangguan Limfatik Terganggunya kapiler paru
Edema saluran limfatik
hiperventilasi
Pe tekanan hidrostatik
Pe tekanan hidrostatik
Pe tekanan hidrostatik
Cairan bercampur
udara
Manifestasi klinis lain yang dapat terjadi dapat dicari dari keluhan, tanda fisik dan
perubahan radiografi (foto toraks). Gambaran dapat dibagi 3 stadium, meskipun
kenyataannya secara klinik sukar dideteksi dini.
5
a. Stadium 1.
Adanya distensi dari pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi gas CO.
Keluhan pada stadium ini mungkin hanya berupa adanya sesak napas saat bekerja.
Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan kelainan, kecuali mungkin adanya ronkhi
pada saat inspirasi karena terbukanya saluran napas yang tertutup pada saat inspirasi.
b. Stadium 2.
Pada stadium ini terjadi edema paru intersisial. Batas pembuluh darah paru
menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa interlobularis
menebal (garis Kerley B). Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor intersisial,
akan lebih memperkecil saluran napas kecil, terutama di daerah basal oleh karena
pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi refleks bronkhokonstriksi. Sering terdapat
takhipnea. Meskipun hal ini merupakan tanda gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi
takhipnea juga membantu memompa aliran limfe sehingga penumpukan cairan
intersisial diperlambat. Pada pemeriksaan spirometri hanya terdapat sedikit perubahan
sajaStadium
c. . Pada stadium ini terjadi edema alveolar.
Pertukaran gas sangat terganggu, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita
nampak sesak sekali dengan batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru
yang lain turun dengan nyata. Terjadi right-to- left intrapulmonary shunt.Penderita
biasanya menderita hipokapnia, tetapi pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia
dan acute respiratory acidemia. Pada keadaan ini morphin hams digunakan dengan hati-
hati.Edema Paru yang terjadi setelah Infark Miokard Akut biasanya akibat hipertensi
kapiler paru. Namun percobaan pada anjing yang dilakukan ligasi arteria koronaria,
terjadi edema paru walaupun tekanan kapiler paru normal, yang dapat dicegah dengan
pemberian indomethacin sebelumnya. Diperkirakan bahwa dengan menghambat
cyclooxygenase atau cyclic nucleotide phosphodiesterase akan mengurangi edema paru
sekunder akibat peningkatan permeabilitas alveolar-kapiler; pada manusia masih
memerlukan penelitian lebih lanjut. Kadang-kadang penderita dengan Infark Miokard
Akut dan edema paru, tekanan kapiler pasak parunya normal; hal ini mungkin
disebabkan lambatnya pembersihan cairan edema secara radiografi meskipun tekanan
kapiler paru sudah turun atau kemungkinan lain pada beberapa penderita terjadi
peningkatan permeabilitas alveolar- kapiler paru sekunder oleh karena adanya isi
sekuncup yang rendah seperti pada cardiogenic shock lung.
E. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Fisi
Sianosis sentral. Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus berbuih.
Ronchi basah nyaring di basal paru kemudian memenuhi hampir seluruh lapangan
paru, kadang disertai ronchi kering dan ekspirasi yang memanjang akibat
bronkospasme sehingga disebut sebagai asma kardiale.
Takikardia dengan S3 gallop.
Murmur bila ada kelainan katup.
b. Elektrokardiografi.
Pada gambaran elektrokardiografi bisa muncul sinus takikardia dengan hipertrofi atrium
kiri atau fibrilasi atrium, tergantung penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi
ventrikel kiri atau aritmia bisa ditemukan.
c. Laboratorium
Analisa gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah dan kemudian hiperkapnia.
Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.
Darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, foto thoraks, EKG,enzim jantung
(CK-MB, Troponin T), angiografi koroner.
Foto thoraks Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray dada.
Radiograph (X-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang
menyinggung jantung dan pembuluh-pembuluh darah utamanya plus tulang- tulang
dari vertebral column, dengan bidangbidang paru yang menunjukan sebagai bidang-
bidang yang lebih gelap pada setiap sisi, yang dilingkungi oleh struktur-struktur
tulang dari dinding dada.
X-ray dada yang khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak
tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-kasus yang
lebih parah dari pulmonary edema dapat menunjukan opacification (pemutihan) yang
signifikan pada paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari bidang-bidang paru
yang normal.
Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai akibat dari pulmonary edema,
namun ia mungkin memberikan informasi yang minimal tentang penyebab yang
mungkin mendasarinya.
d. Gambaran Radiologi yang ditemukan :
1. Pengkajian
b. Riwayat masuk:
Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada
kasus trauma.
pancreatitis, penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan serta
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorim yang diperlukan untuk mengkaji etiologi edema
paru. Pemeriksaan tersebut diantaranya pemeriksaan hematologi/ darah rutin, fungsi
ginjal, elektrolit, kadar protein, urinalisa gas darah.
2. Radiologi
Pada foto thorax untuk menunjukan jantung membesar, hilus yang melebar,
pedikel vaskuler dan vena azygos yang melebar serta sebagai tambahan adanya garis
kerley A, B dan C akibat edema. Gambar foto thorax dapat dipakai untuk
membedakan edem paru kardiogenik dan edem paru non krdiogenik. Walaupun tetap
ada keterbatasan yaitu antara lain bahwa edem tidak ak
4. Diagnosa Keperawatan
3.Sianosis
4. Berikan merupakan salah
terapi satu tanda
oksigenasi manifestasi
ketidakadekuatan
suply O2 pada
jaringan tubuh
5. Observasi
perifer .
tanda-tanda
vital
4.Pemberian
oksigen secara
adequat dapat
mensuplai dan
memberikan
6. Observasi
cadangan
timbulnya
oksigen, sehingga
gagal nafas
mencegah
terjadinya
hipoksia.
7. .Kolaborasi
dengan tim 5.Dyspneu,
medis dalam sianosis
memberikan merupakan tanda
pengobatan terjadinya
gangguan nafas
disertai dengan
kerja jantung
yang menurun
timbul takikardia
dan capilary refill
time yang
memanjang/lama.
6.Ketidakmampu
an tubuh dalam
proses respirasi
diperlukan
intervensi yang
kritis dengan
menggunakan
alat bantu
pernafasan
(mekanical
ventilation).
7.Pengobatan
yang diberikan
berdasar indikasi
sangat membantu
dalam proses
terapi
keperawatan
2 Gangguan Fungsi pertukaran gas dapat 1. Berikan HE 1.Informasi yang
pertukaran Gas maksimal setelah dilakukan pada pasien adekuat dapat
berhubungan tindakan keperawatan selama 3 × tentang membawa pasien
dengan distensi 24 jam dengan kriteria hasil: penyakitnya lebih kooperatif
kapiler pulmonar dalam
8.Tidak terjadi sianosis
memberikan
terapi
9.Tidak sesak 2. Atur posisi
pasien semi
2.Jalan nafas
1. RR normal (16-20 × /
fowler
yang longgar dan
menit)
tidak ada
2. BGA normal:
sumbatan proses
1. partial pressure of
3. Bantu pasien respirasi dapat
oxygen (PaO2):
untuk berjalan dengan
75-100 mm Hg
melakukan lancer
2. partial pressure of
reposisi
carbon dioxide
3.Posisi yang
secara sering
(PaCO2): 35-45
berbeda
mm Hg
menurunkan
3. oxygen content
resiko perlukaan
(O2CT): 15-23% 4. Berikan
akibat imobilisasi
4. oxygen saturation terapi
(SaO2): 94-100% oksigenasi 4.Pemberian
5. bicarbonate oksigen secara
(HCO3): 22-26 adequat dapat
mEq/liter mensuplai dan
5. Observasi
6. pH: 7.35-7.45 memberikan
tanda – tanda
cadangan
vital
oksigen, sehingga
6. Kolaborasi mencegah
dengan tim terjadinya
medis dalam hipoksia
memberikan
5.Dyspneu,
pengobatan
sianosis
merupakan tanda
terjadinya
gangguan nafas
disertai dengan
kerja jantung
yang menurun
timbul takikardia
dan capilary refill
time yang
memanjang/lama.
6.Pengobatan
yang diberikan
berdasar indikasi
sangat membantu
dalam proses
terapi
keperawatan
3 Resiko tinggi Infeksi tidak terjadi setelah 1.Berikan HE pada 1.Informasi yang
infeksi dilakukan tindakan keperawatan pasien tentang adekuat dapat
berhubungan selama 3 × 24 jam, dengan kriteria kondisi yang membawa pasien
dengan area hasil: dialaminya lebih kooperatif
invasi dalam
7.Pasien mampu mengurangi 2.Observasi tanda-
mikroorganisme memberikan
kontak dengan area pemasangan tanda vital.
sekunder terapi
selang endotrakeal
terhadap
2.Meningkatnya
pemasangan o
8.Suhu normal (36,5 C)
suhu tubuh dpat
selang
dijadikan sebagai
endotrakeal
indicator
3.Observasi daerah
terjadinya infeksi
pemasangan selang
endotrakheal 3.Kebersihan
area pemasangan
selang menjadi
factor resiko
4.Lakukan tehnik
masuknya
perawatan secara
mikroorganisme
aseptik
4.Meminimalkan
organisme yang
5.Kolaborasi dengan kontak dengan
tim medis dalam pasien dapat
memberikan menurunkan
pengobatan resiko terjadinya
infeksi
5.Pengobatan
yang diberikan
berdasar indikasi
sangat membantu
dalam proses
terapi
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Choirul Indriawan, M. 2012. Catatan Kedokteran : Penyakit Edema Paru Akut Kardiogenik.
http://jantungoke.blogspot.com/2012/12/edema-paru-akut-kardiogenik-acute.html,
diakses tanggal 4 Agustus 2013.
Fitriana, Nur. 2012. Laporan pendahuluan ALO. . Makalah tidak diterbitkan. Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat.Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Nuzulul Fikri, Muh. 2009. Asuhan Keperawatan Pasien Edema Paru Aku. Makalah Tugas
Belajar Mahasiswa Tidak diterbitkan. http://nuzulul-
fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail- 35460-Kep%20Kardiovaskuler.pdf, tanggal 4
Agustus 2013.
Rohman, Abdul. 2009. Askep Acut Lung Oedem or Edema Paru AKut (ALO.) http://ns-
rohman.blogspot.com/2011/10/askep-acut-lung-oedem-or-edema-paru.html, diakses
pada tanggal 4 Agustus 2013.
Utomo, Sudiyatmo. 2012. Penanganan Penyakit Edema Paru Akut (Acute Lung Oedem).
http://drsudiyatmo.blogspot.com/2012/05/penanganan-edema-paru-akut.html,diakses
tanggal 4 Agustus 2013.