Anda di halaman 1dari 32

TERMODINAMIKA

Disusun Oleh :
Paskah Imbert L. T. NIM : 2022337001

KIMIA 2

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SAHID JAKARTA

2022

21
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang maha esa atas segala karunia-Nya
sehingga makalah ini berhasil diselesaikan. Makalah ini berisikan tentang
Ruang Lingkup Termodinamika. Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen
pengampu, Roy Wangintan, ST., MT. Di samping itu, ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta keluarga dekat dan teman-teman
jurusan Teknik Lingkungan Sahid yang telah memberikan dukungan, doa, dan
kasih sayangnya.

Semoga tugas ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan.

Jakarta, April 2023

Penulis

21
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Makalah 2
1.4 Metode Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Termodinamika 3
2.2 Pandangan Dan Hubungan Makroskopik Dengan Mikroskopik 3
2.3 Sistem Termodinamik 5
2.4 Kesetimbangan Termal 7
2.5 Hukum Pertama Termodinamika 7
2.6 Hukum Kedua Termodinamik 16
2.7 Perumusan Matematis Termodinamika 19
2.8 Latihan Soal 23
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 26
3.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 28

21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Termodinamika adalah ilmu tentang energi yang secara spesifik membahas


tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa
energi didalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan
kerja, yaitu energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang
electromagnet, energi akibat gaya magnet, dan lain-lain. Energi dapat berubah dari
satu bentuk ke bentuk yang lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa teknologi.
Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau
dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk
yang lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai
prinsip konservasi atau kekekalan energi.
Prinsip termodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami dalam
kehidupan sehari-hari. Bumi setiap hari menerima energi gelombang
elektromagnetik dari matahari, dan dibumi energi tersebut berubah menjad energi
panas, energi angin, gelombang laut, peroses pertumbuhan berbagai tumbuh-
tumbuhan dan banyak proses alam lainnya. Proses didalam diri manusia juga
merupakan proses konversi energi yang kompleks, dari input energi kimia dalam
makanan menjadi energi gerak berupa segala kegiatan fisik manusia, dan energi
yang sangat bernilai yaitu energi pikiran kita.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka prinsip
alamiah dalam berbagai proses termodinamika direkayasa menjadi berbagai bentuk
mekanisme untuk membantu manusia dalam menjalankan kegiatannya. Mesin-mesin
transportasi darat, laut maupun udara merupakan contoh yang sangat kita kenal dari
mesin konversi energi, yang merubah energi kimia dalam bahan bakar atau sumber
energi lain menjadi energi mekanis dalam bentuk gerak atau perpindahan diatas

21
permukaan bumi, bahkan sampai di luar angkasa. Pabrik-pabrik dapat
memperoduksi berbagai jenis barang, digerakkan oleh mesin pembangkit energi
listrik yang menggunakan prinsip konversi energi panas dan kerja. Untuk
kenyamanan hidup, kita memanfaatkan mesin air conditioning, mesin pemanas, dan
refrigerators yang menggunakan prinsip dasar termodinamika.1

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi Termodinamika ?
1.2.2 Apa hubungan makroskopik dengan mikroskopik?
1.2.3 Bagaimana hukum pertama termodinamika ?
1.2.4 Bagaimana hukum kedua termodinamika ?

1.3 Tujuan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah
Kimia 2. Dan untuk lebih memahami :

1.3.1 Definisi termodinamika


1.3.2 Hubungan makroskopik dengan mikroskopik
1.3.3 Hukum pertama dan kedua termodinamika
1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah ini adalah
metode perpustakaan, dan dari sumber buku yang berkaitan.

BAB II

1
Sudjito, Saifuddin Baedoewie dan Agung Sugeng. “Diktat Termodinamika Dasar”. Hal 1-2

21
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Termodinamika

Kajian termodinamika secara formal dimulai sejak awal abad ke-19


walaupun berbagai aspek termodinamika telah dipelajari sejak dulu kala.
Kata termodinamika berasal dari bahasa Yunani therme berarti kalor dan
dymanics berarti kakas. Jadi termodinamika berarti kemampuan benda panas
menghasilkan usaha/kerja. Namun sekarang ini pengertian termodinamika
telah berkembang, termodinamika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
energi beserta perubahannya dan hubungan antara sifat-sifat (properties) fisis
materi. Energi muncul dalam berbagai bentuk seperti energi listrik, energi
magnet, energi yang digunakan untuk memanaskan air, energi untuk
memindahkan objek, dan lain sebagainya. Dalam termodinamika, kalor dan
usaha merupakan dua bentuk energi yang paling banyak dan paling utama
dipelajari.

Seiring dengan persetujuan internasional tentang penggunaan SI


ditetapkan pula suatu standar untuk setiap besaran dasar yaitu massa,
panjang, dan waktu. Terdapat satuan khusus dalam termodinamika yaitu
satuan termal, British Thermal Unit (Btu) dan Kalori (kal).
1 Btu adalah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 lbm air sebesar
1oF.
1 kal adalah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar
1oC.

2.2 Pandangan Dan Hubungan Makroskopik Dengan Mikroskopik


2.1.1 Pandangan Makroskopik

Uraian suatu sistem dengan menggunakan beberapa sifat yang dapat


diukur sebagai koordinat makroskopik, misalnya :

21
- Komposisi
- Volume sistem
- Tekanan gas
- Temperature

Sebagai sistem, isi sebuah silinder mesin mobil. Analisis kimia


menunjukkan bahwa sebelum pembakaran silinder berisi campuran
hidrokarbon dan udara, dan setelah campuran terbakar terdapat hasil bakar
yang dapat diberikan dengan berbagai senyawa kimia tertentu. Pernyataan
mengenai jumlah isi zat ini merupakan pemberian komposisi sistem itu. Pada
setiap saat, sistem yang komposisinya baru saja diberikan menempati volume
yang ditentukan oleh kedudukan piston. Volumnya dengan mudah dapat
diukur di laboratorium, volumnya secara otomatis dicatat dengan peranti
yang digandengkan dengan piston. Kuantitas lain yang tidak bias
disingkirkan dalam pemberian sistem ialah tekanan gas dalam silinder.
Setelah campuran terbakar tekanan menjadi sangat besar; setelah
pembuangan hasil bakar, tekanan menjadi kecil. Di dalam laboratorium,
perubahan tekanan diukur dengan sukat tekanan yang mencatatnya secara
otomatis keteka mesin bekerja. Akhirnya ada satu kuantitas yang diperlukan,
tanpa ini kita tidak memiliki ide yang cukup mengenai operasi mesin itu.
Kuantitas ini adalah temperature. Dalam banyak keadaan, temperatur dapat
diukur sesederhana kuantitas lain. 2

Ciri khas koordinat Makroskopik :

a. Koordinat ini tidak menyangkut pengandaian khusus mengenai struktur


materi.
b. Jumlah koordinatnya sedikit.
c. Koordinat ini dipilih melalui daya terima indara kita secara langsuang.
2
Mark W. Zemansky dan Richard H. Dittman. 1986. “Kalor dan Termodinamika”. Bandung. Hal 3-4

21
d. Pada umumnya koordinat ini dapat diukur secara langsung.
2.1.2 Pandangan Mikroskopik

Ciri khas mikroskopik :


a. Terdapat pengandaian secara struktur materi, yaitu molekul dianggap ada.
b. Banyak kuantitas yang harus diperinci.
c. Kuantitas yang diperincitidak berdasarkan penerimaan indera kita
d. Kuantitas ini tidak bisa diukur.

2.1.3 Hubungan Makroskopik terhadap Mikroskopik

Hubungan antara kedua pandangan itu terletak pada kenyataan bahwa


beberapa sifat yang terukur langsung, yang perinciannya meliputi pemerian
makroskopik, sebenarnya rata-rata terhadap selang waktu tertentu dari
sejumlah besar ciri khas mikroskopik. Contohnya kuantitas makroskopik
tekanan adalah perubahan momentum rata-rata yang ditimbulkan oleh
tumbukan molekuler pada bidang yang luasnya satu satuan. Namun, tekanan
adalah sifat yang dapat dirasakan oleh indra kita. Kita merasakan efek dari
tekanan. Tekanan dialami, diukur, dan dipakai lama sebelum fisikawan
mempunyai alas an untuk percaya adanya dampak molecular. Jika teori
molekolar diubah, konsep tekanan akan tetap bertahan dan akan tetap berarti
sama untuk setiap orang yang normal. Disinilah letak perbedaan yang
penting antara pandangan makroskopik dan mikroskopik. Beberapa sifat
makroskopik yang terukur, sama meyakinkan seperti indra kita sendiri. Sifat
ini tidak berubah selama indra kita tetap sama.

2.3 Sistem Termodinamika

21
Besaran makroskopik yang dikaitkan dengan bagian dalam dari sistem
disebut koordinat termodinamik. Sistem yang diperikan oleh koordinat
termodinamik disebut sistem termodinamik.

Gambar 1.1 (a)Sistem dan Lingkungan (b)Permukaan batas volum atur


(c)Permukaan batas massa atur

Berdasarkan gambar 1.1(a) interaksi dengan lingkungannya, sistem


dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sistem terbuka, tertutup, dan terisolasi.
Gambar 1.1(b) memperlihatkan daerah yang ditetapkan ini disebut volume
atur. Permukaan batas volume atur disebut permukaan atur yang ditunjukkan
pada garis putus-putus. Permukaan dalam pipa dapat diambil sebagai bagian
dari permukaan batas sistem yang nyata. Sistem seperti ini disebut sistem
terbuka. Gambar 1.1(c) memperlihatkan silindernya yang dilengkapi dengan
piston berisi zat alir. Zat alir dalam silinder dipilih sebagai sistem.

Gambar 1.2 Sistem terbuka, tertutup dan terisolasi

21
Gambar 1.2 memperlihatkan sebuah contoh sistem terbuka. Kalor
sebagai hasil pembakaran digunakan oleh ketel uap untuk memanaskan air
yang mengalir masuk dan hasilnya adalah uap air bertekanan tinggi.contoh
sistem tertutup biasanya digunakan pada termos untuk menyimpan air panas.
Meskipun diisolasi namun kalor masih tetap mengalir keluar permukaan
batas sehingga lama kelamaan air mendingin karena suhunya turun.3

2.4 Kesetimbangan Termal

Keadaan sistem yang memiliki harga Y dan X tertentu yang tetap


selama kondisi eksternal tidak berubah disebut keadaan setimbang.
Kesetimbangan termal adalah keadaan yang dicapai oleh dua (atau lebih)
sistem yang dicirikan oleh keterbatasan harga koordinat sistem itu setelah
sistem salaing berantaraksi melalui dinding diaterm.

Gambar 1.3 Sifat dinding adiabat dan diaterm4

3
Sulistiati, Ainie Khuriati Riza.2013. “Termodinamika”. Graha Ilmu; Yogyakarta. Hal 6-8
4
Ibid. hal 6-7

21
2.5 Hukum Pertama Termodinamika

Dalam termodinamika terdapat dua konsep pentimg yakni kerja dan


energi. Konsep ini dimunculkan sejak era mekanika klasik yang pertama kali
dirumuskan oleh alkemis. teolog, ahli fisika, dan matematika Isaac Newton
berkaitan dengan hukum gerak tubuh makroskopik kecepatan cahaya c.
Sistem termodinamika adalah ukuran makroskopik. Dalam mekanika klasik,
salah satu persamaan dasar yang populer adalah persamaan kedua Newton
menggenai gaya :

F=m.a

Dengan m adalah massa benda, dan a adalah percepatan. F dan a merupakan


vektor yakni besaran yang memuliki bobot dan arah, dan m adalah besaran skalar
yang hanya memiliki bobot, oleh karena percepatan adalah vektor dan percepatan
berkaitan dengan perubahan kecepatan ( v ) maka kecepatan adalah vector.

Perubahan energi didalam suatu sistem merupakan hal yang menjadi topik
utama dalam hukum pertama termodinamika. Prinsip termodinamika ini disebut
juga sebagai hukum konservasi energi yakni energi tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan namun hanya dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lain.
Sebagai contoh, kipas angin bekerja secara mekanis. Adanya energi
yangmenggerakkan baling-baling kipas bersumber dari energi listrik, dan energi
listrik yang digunakan berasal dari pembagkit listrik. Artinya gerakan mekanis
merupakan bentuk lain dari energi yang diambil dari sumber energi listrik.

Energi dapat berada dalam bentuk termal, mekanis, kinetik, potensial, elektri,
kimia, nuklir dan jenis lain yang dalam konservasinya dapat dinyatakan dalam
bentuk energi total sistem. Dalam analisis termodinamika sering kali energi
dikalsifikasikan kedalam dua kelompok yakni kelompok makroskopis dan kelompok
mikroskopis. Bentuk makrokopis dari energi berkaitan dengan energi kinetic dan

21
potensial, sedangkan bentuk mikrokopis dari energi berkaitan dengan struktur
molekul, aktivitas ion dan aspek-aspek lain yang mempengaruhi energi. Jumlah dari
keseluruhan bentuk mikrokopis dari energi dalam suatu sistem disebut sebagai
energi internal dan diberi notasi U.

Gambar 1.4 Ilustrasi energi potensial (EP) dan energi kinetic (EK)

Terminologi energi dinyatakan pertama kali oleh Loar Kevin pada 1852.
Simbol U untuk energi internal dikemukana oleh Rudolph Clausius dan William
Rankine pada pertengahan abad 19. Ilustrasi yang mudah digunakan untuk
menggambarkan konserversi energi adalah perubahan energi kinetik dan energi
potensial sebagimana diilustrasikan pada gambar 1.4.

21
Gambar 1.5 Deskripsi pengertian sistem, semesta dan batas sistem

Gambar 1.5 merupakan gambar skema didalam sebuah termos air. Jika
yang menjadi perhatian kita adalah air dan uapnya yang berada didalam
termos, maka seluruh komponen didalam wilayah didalam termos
merupakan sistem. Seluruh bagian termos adalah semesta ( universe ). Batas
sistem dinyataakan dengan garis hitam putus-putus, dan yang dimaksud
dengan lingkungan adalah seluruh bagian selain sistem didalam semesta.

Hukum pertama termodinamika dinyatakan sebagai hukum kekekalan


energi, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan hanya
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainya. Dalam persamaan matematis,
dalam sistem tertutup perubahan energi internal (dU) dapat dinyatakan
sebagai perubahan kerja (dw) dan perubahan kalor (dq).

dU = dq + dw

terdapat perbedaan karakteristik dari ketiga fungsi perubahan energi tersebut.


Perubahan kerja dan perubahan kalor adalah fungsi jalan sedangkan perubahan
energi internal merupakan fungsi keadaan. Fungsi jalan tergantung bagaimana dia
dicapai, sedangkan fungsi keadaan hanya tergantung pada kondisi awal dan kondisi
akhir saja. Sebagaimana contoh fungsi keadaan adalah perubahan entalpi (dH atau
∆ H ¿. Suatau fungsi keadaan perubahan entalpi dari suatu proses perubahan dari
keadaan awal ke keadaan akhirdapat dinyatakan sebagai :

dU = ∆ H =¿ Hakhir ̶ Hawal (1.1)

contoh serupa adalah perubahan energi internal, perubahan fungsi Gibls dan
perubahan entalpi :

dU = ∆ U =¿ Uakhir ̶ Uawal (1.2)

21
dG = ∆ G=¿ Gakhir ̶ Gawal (1.3)

dS = ∆ S=¿ Sakhir ̶ Sawal (1.4)

d (huruf kecil) dapat digunakan untuk menyatakan perubahan yang revensibel (tak
terhingga pelan) dan simbol delta ( ∆ ¿ dapat digunakan untuk menyatakan
perubahan yang tidak revensibel. Sebaliknya fungsi jalan adalah fungsi yang
tergantung bagaimana dia diproses atau bagaimana mencapai suatau keadaan akhir.
Seagai contoh kerja adalah fungsi jalan sehingga secara matematis:

dW ≠ Wakhir ̶ Wawal

demikian halnya dengan perubahan kalor :

dq ≠ qakhir ̶ qawal

untuk suatu fungsi jalan, simbol delta ( ∆ ¿ yang umumnya digunakan untuk
menyatakn selisih keadaan awal dan akhir atau perubahan inversibel tidak dapat
digunakan.

Sebagai ilustrasi perubahan kalor, dalam memanaskan suatu benda untuk


mengubahnya menjadi berunbah fasa, ada banyak usaha yang dapat dilakuakan.
Sebagai contoh memanaskan cairan untuk menguapkannya, dapat dilakukan
pemanasan menggunakan kalor dari sumber listrik, pemanasan denngan sumber api
dari kompur atau juga dengan memanfaatkan energi panas dari gesekan benda
dengan benda lainnya. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah fasa ini
tergantung mekanisme dan cara kalor dialiri kedalam sistem. Inilah yang
menyebabkan perubahan kalor tidak hanya dapat ditentukan dari besarnya kalor
awal dan akhir saja.

Didalam termodinamika perubahan energi dapat berlangsung secara dapat


balik (reversible) dan tidak dapat balik (irreversible). Proses termodinamika yang

21
dapat menuju keadaan semula dikatakan sebagai proses dapat balik sebaliknya
proses tidak dapat balik adalah proses yang tidak dapat menuju ke keadaan semula.
Di dalam prosesnya proses dapat balik terjadi dengan kesetimbangan pada setiap
tahap dan berlangsung tak terhingga pelan. Sebagai ilustrasi perubahan volume
berkaitan dengan perubahan tekanan sebagaiman yang terdapat pada gambar 1.6.

Gambar 1.6 Proses dapat balik (1-2) dan tidak dapat balik (3-4)

Kembali kepersamaan (1.1) hukum pertama termodinamika :

dU = dq + dw

Jika dari suatu sistem terjadi perubahan energi internal, maka perubahan itu
dapat diwujudkan dalam perubahan kalor (dq) dan perubahan kerja (dw) atau salah
satu diantara. Dimulai dari perubahan kerja (dw) :

2.5.1 Kerja Kalor Dan Energi Internal

Perubahan suatu sistem dapat terjadi jika terjadi perubahan volume.


Besarnya perubahan kerja (dw) dapat dinyatakan sebagai :

dw = -pdV (1.5)

21
dengan p adalah tekanan sistem dan dv adalah perubahan volume.

Pada suatu besaran konstan, besarnya perubahan kerja ;

v2
∫ − pdV
dw = v 2 (1.6)

Sebagai contoh jika di dalam suatu tabung dengan tekanan dan volume tertentu
mengalami ekspansi (pemuaian) sehingga volumenya meningkat dengan kondisi
tekanan konstan (tetap) sebagaimana diilustrasikan pada gambar 1.7

Gambar 1.7 Ilustrasi perubahan volume pada tekanan konstan

2.5.2 Perubahan Kalor (dq)

Perubahan kalor adalah fungsi dari perubahan temperatur dan


tergantung pada kapasitas panas. Contoh dua buah benda yang masing-
masing memiliki massa m1 dan m2 dan memiliki temperatur awal T1 dan T2
dengan T2 lebih tinggi dibanding T1. Jika kedua benda dapat melebur
menjadi satu secara fisika dan tidak ada interaksi/reaksi kimia di dalam maka
temperatur kedua benda pada kesetimbangan sama besar, katakanlah sebesar
Tf. panas yang keluar atau yang diserap oleh masing-masing benda
tergantung pada suatu konstanta yang kita sebut sebagai kapasitas panas atau
kapasitas panas spesifik, c1 dan c2 untuk masing-masing benda. Oleh karena

21
itu T2 >T1 maka panas mengalir dari benda 2 ke benda 1 dan besarnya
adalah:

m2.c2( T2 –Tf ) = m1.c1( Tf –T1) = dq

besarnya kalor yang dilepaskan oleh benda 2 sama dengan kalor yang diterima oleh
benda 1 untuk mencapai kondisi akhir/kesetimbangan.

Satuan kalor adalah kalori (calorie/cal), yang didefenisikan sebagai jumlah


atau kuantitas panas yang diperlukan untuk untuk menaikan suhu 1 gram air dari
14,5 °C ke 15,5°C pada tekanan 1 atm. Jadi panas yang dibutuhkan untuk menaikan
suhu air sebasar 1 derajat celcius pada tekanan 1 atm.

Jika suatu benda diketahui kapasitas panasnya dan perubahan temperaturnya, maka
perubahan kalor yang dialami oleh benda dapat dinyatakan sebagai :

dq = m CP. ΔT (1.7)

dengan CP adalah suatu kapasitas panas yang bernilai konstan, m dan ΔT berturut-

turut adalah massa dan perubahan temperatur.

Namuan demikian kapasitas panas CP tidak selalu bernilai konstan melainkan


dapat berupa fungsi dari temperatur atau tekanan. Jika CP adalah fungsi dari
temperatur, maka besarnya perubahan dapat dinyatakan sebagai :


dq = m CP(T)dT (1.8)

Jika perubahan berlangsung di dalam sistem tertutup dari temperatur T 1 menuju T2,
maka besarnya perubahan kalor adalah :

T2
∫ C p (T )dT
dq = m T 1 (1.9)

21
Prinsip tersebut digunakan dalam termokimia untuk menentukan perubahan kalor
suatu reaksi atau perubahan fisika.

Dengan menggunakan prinsip ini pada kondisi sistem tertutup, perubahan kalor
merupakan perubahan fisik atau perubahan kimia dapat digunakan untuk
menentukan perubahan entalpi berdasarkan pendekatan :

dU = dq + dw (1.10)

dU = dq –d(pV) (1.11)

dq = dU + d(pV) (1.12)

Karena entalpi adalah, H = U + pV, maka perubahan kalor suatu reaksi/perubahan


fisik dalam sistem tertutup adalah perubahan entalpi.

Pengukuran termokimia dilakukan menggunakan suatu alat yang kita sebut


sebagai kalormeter. Alat terdiri dari suatu termostat bertemperatur yang memiliki
suatu kapasitas panas tertentu.

Jika suatu reaksi atau suatu perubahan fisik berlangsung didalam termostat,
maka panas yang dilepaskan atau yang diserap oleh perubahan akan diserap pula
oleh seluruh zat didalam kalorimeter itu sendiri.

Gambar 1.8 Kalorimeter

21
Jika perubahan berlangsung pada suatu gas pada tekanan konstan, maka besarnya
perubahan kalor:

dp = CpdT (1.13)

Untuk suatu gas ideal,besarnya kedua kapasitas panas tersebut saling berkaitan.

Kapasitas panas pada volume konstan (Cv) diperoleh dari perubahan energi
internal pada perubahan temperatur, sementara definisi kapasitas panas pada tekanan
konstan (Cp) diperoleh dari definisi perubahan enthalpy pada perubahan temperatur:

dV
Cv = ( dT )V (1.14)
dH
Cp = ( dT )p (3.15)
Dengan mengambil definisi enthalpi yang telah diuraikan pada sub bab perubahan
kalor :
H = U + pV
Maka
dH = dU+ d(pV)
dengan mensubsitusikan : pV = nRT dan dan menguraikan perubahan masing-
masing parameter pada perubahan temperature dapat dinyatakan sebagai :

( dH
dT )
p=(
dT )
dV
v + nR

Sehingga
Cp-Cv = nR
Bahwa hubungan ini berlaku untuk gas ideal.5

2.6 Hukum Kedua Termodinamika

5
Fatimah,Is. 2015. “Kimia Fisika” Yogyakarta: Deepublish. Hal 23-30

21
Diantara banyaknya pernyataan alternative dari hukum kedua, dua
pernyataan yang sering dipergunakan dalam termodinamika teknik adalah
pernyataan Clausius dan Kelvin-Planck. Pernyataan Clausius dipilih sebagai
titik tolak dalam pembelajaran hukum kedua beserta konsekuensinya karena
sesuai dengan pengalaman sehingga mudah diterima. Pernyataan Kelvin-
Planck mempunyai kelebihan yaitu memberikan suatu jalan yang efektif
untuk memberikan turunan penting dari hukum kedua, yang berhubungan
dengan sistem yang menjalani siklus termodinamika. Salah satu dari turunan
ini adalah ketidaksamaan Clausius yang mengarahkan secara langsung
kepada sifat entropi dan perumusan hukum kedua yang memudahkan analisis
terhadap sistem tertutup dan volume atur yang menjalani proses yang tidak
harus berupa sebuah siklus.

2.6.1 Pernyataan Hukum Kedua Clausius

Pernyataan Clausius untuk hukum kedua menegaskan bahwa: adalah


tidak mungkin bagi sistem apapun untuk beroperasi sedemikian rupa
sehingga hasil tunggalnya akan berupa suatu perpindaha kalor benda yang
lebih dingin ke benda yang lebih panas.

Pernyataan Clausius tidak mengesampingkan adanya kemungkinan


memindahkan energi kalor dari satu benda yang lebih dingin ke benda yang
lebih panas, dimana hal ini dapat secara tepat dilakukan menggunakan
refrijerator (mesin pendingin) dan pompa kalor. Walaupun demikian,
sebagaimana kata-kata “hasil tunggalnya” dalam pernyataan menunjukkan,
bila suatu perpindahan kalor dari satu benda yang lebih dingin ke benda yang
lebih panas terjadi, maka harus ada suatu pengaruh lain di dalam sistem yang
menangani perpindahan kalor, sekelilingnya, atau keduanya. Bila sistem
tersebut beroperasi menurut siklus termodinamika, keadaan awalnya akan
kembali setelah setiap akhir siklus, sehingga dengan demikian satu-satunya

21
tenpat yang harus diperiksa untuk pengaruh lain tersebut diatas adalah
sekelilingnya. Sebagai contoh, pendingin di dalam rumah ditangani oleh
mesin pendingin yang digerakkan oleh motor listrik yang membutuhkan
kerja dari sekelilingnya untuk dapat beroperasi. Pernyataan Clausius bias
diartikan bahwa tidak mungkin untuk membuat suatu siklus pendingin yang
beroperasi tanpa adanya masukan kerja.

2.6.2 Pernyataan Hukum Kedua Kelvin-Planck

Sebelum membahas pernyataan Kelvin-Planck untuk hukum kedua,


maka konsep reservoir termal akan diperkenalkan. Suatu reservoir termal,
atau singkatannya reservoir (penampungan), adalah suatu bentuk sistem
khusus yang selalu tetap pada suatu temperature konstan walaupun energi
ditambahkan ataupun dikurangi melalui perpindahan kalor. Sebuah reservoir
tentu saja merupakan suatu idealisasi, tetapi sistem semacam ini dapat
diserupakan dengan berbagai cara sebagai atmosfer bumi, jumlah air yang
sangat besar (danau, samudra), satu balok besar tembaga dan sebagainya.
Contoh lainnya diberikan oleh suatu sistem yang terdiri dari dua fasa:
walaupun perbandngan massa dari kedua fasa berubah dengan
dipanaskannya atau didinginkannya sistem tersebut pada tekanan konstan,
temperaturnya tetap akan konstan selama kedua fasa tersebut ada bersamaan.
Sifat ekstensif suatu reservoir termal seperti energi dalam, dapat berubah
pada interaksi dengan sistem lainnya walaupun temperature reservoir
tersebut tetap konstan.

Pernyataan Kelvin-Planck untuk hukum kedua: adalah tidak mungkin


untuk sistem apapun dapat beroperasi dalam siklus termodinamika dan
memberikan sejumlah kerja neto ke sekelilingnya sementara menerima
energi melalui perpindahan kalor dari suatu reservoir termal tunggal.
Prnyataan ini mengesampingkan suatu kemungkinan dari suatu sistem untuk

21
membangkitkan sejumlah kerja neto dari perpindahan kalor yang diambil
dari suatu reservoir termal tunggal. Pernyataan ini hanya menolak
kemungkinan tersebut, apabila sistemnya menjalani sebuah siklus
termidinamika.

2.6.3 Kesepadanan Pernyataan Clausius Dan Kelvin-Planck

Sebelum membahas pernyataan Kelvin-Planck untuk hukum kedua,


maka konsep reservoir termal akan diperkenalkan. Suatu reservoir termal,
atau singkatannya reservoir (penampungan), adalah suatu bentuk sistem
khusus yang selalu tetap pada suatu temperature konstan walaupun energi
ditambahkan ataupun dikurangi melalui perpindahan kalor. Sebuah reservoir
tentu saja merupakan suatu idealisasi, tetapi sistem semacam ini dapat
diserupakan dengan berbagai cara sebagai atmosfer bumi, jumlah air yang
sangat besar (danau, samudra), satu balok besar tembaga dan sebagainya.
Contoh lainnya diberikan oleh suatu sistem yang terdiri dari dua fasa:
walaupun perbandngan massa dari kedua fasa berubah dengan
dipanaskannya atau didinginkannya sistem tersebut pada tekanan konstan,
temperaturnya tetap akan konstan selama kedua fasa tersebut ada bersamaan.
Sifat ekstensif suatu reservoir termal seperti energi dalam, dapat berubah
pada interaksi dengan sistem lainnya walaupun temperature reservoir
tersebut tetap konstan.

Pernyataan Kelvin-Planck untuk hukum kedua: adalah tidak mungkin


untuk sistem apapun dapat beroperasi dalam siklus termodinamika dan
memberikan sejumlah kerja neto ke sekelilingnya sementara menerima
energi melalui perpindahan kalor dari suatu reservoir termal tunggal.
Prnyataan ini mengesampingkan suatu kemungkinan dari suatu sistem untuk
membangkitkan sejumlah kerja neto dari perpindahan kalor yang diambil
dari suatu reservoir termal tunggal. Pernyataan ini hanya menolak

21
kemungkinan tersebut, apabila sistemnya menjalani sebuah siklus
termidinamika.6

2.7 Perumusan Matematis Termodinamika

Hubungan-hubungan kuantitatif yang disediakan oleh hukum-hukum


termodinamika berguna bagi penyelesaian dua jenis masalah yang benar-
benar berbeda. Yang pertama berkenaan dengan proses, dan persamaan-
persamaan yang digunakan berkenaan dengan hubungan antara perubahan-
perubahan sifat sebuah sistem dan besaran energi yang dipindahkan antara
sistem tersebut dan lingkungannya.
Manfaat termodinamika yang kedua dan sama pentingnya yaitu
dalam penjelasan mengenai hubungan-hubungan antara sifat-sifat
kesetimbangan sebuah sistem. Penurunan persamaan-persamaan ini dimulai
dengan suatu pertimbangan mengenai proses-proses, karena hukum-hukum
termodinamika menyertakan besaran-besaran Q dan W, yang bukan
merupakan sifat-sifat melainkan perwujudan proses-proses itu. Meskipun
demikian, untuk proses-proses yang reversibel, Q dan W dapat digantikan
oleh pernyataan-pernyataan yang hanya melibatkan sifat-sifat, dan
persamaan-persamaan yang dihasilkan kemudian menjadi hubungan antara
sifat-sifat kesetimbangan, tidak lagi dibatasi oleh proses jenis tertentu yang
pada mulanya dipilih untuk penurunan tersebut. Sifat ini sering disebut
fungsi-fungsi keadaan. Pertimbangan matematis secara murni
memungkinkan penurunan sejumlah besar persamaan yang menghubungkan
fungsi-fungsi keadaan tersebut.

2.7.1 Diferensial Eksak Dan Fungsi Keadaan

6
Ibid hal 90-91

21
Penggambaran matematis perubahan-perubahan yang terjadi didalam
sistem fisika sering membawa kita ke pernyataan-pernyataan diferensial
yang berbentuk:

C 1 dX 1 +C 2 dX 2+ …+Cn dX n =∑C1 dX 1 (3.1)

Dengan X, variabel bebas, dan C, fungsi dari X, apabila mungkin membuat


pernyataan diferensial (3.1) menjadi sama dengan dY, diferensial fungsi Y menjadi

Y =Y (X 1 , X 2 ,… , X n)

maka pernyataan diferensial (3.1) dikatakan menjadi eksak, dan dapat menulis

dX +C 1 dX 1+ …+C n dX n=∑Ci dX i (3.2)

Matematik menyediakan sebuah defenisi untuk diferensial sebuah fungsi


multivariasi:

dY =
( ∂∂XY ) dX +( ∂∂YX ) dX + …+( ∂∂XY )dX ≡ ∑( ∂∂YX )dX
1
1
2
2
n
n
j
i

dengan subskrip X, pada turunan parsial menunjukkan bahwa semua X, dijaga


konstan. Karena X, bebas, persamaan terakhir ini (3.2) dapat kita samakan suku
untuk memberikan

( ∂∂XY ) … , C =( ∂∂XY )
C 1=
1
n
n
atau C 1=
( ∂∂ xy )
i

Dalam (3.2), setiap C, dan X, yang bersesuaian dengannya dikatakan konjugat satu
sama lain.

21
Jika Y dan turunannya kontiniyu, maka untuk sembarang pasangan variabel
bebas Xk dan Xl punya persyaratan matematis yaitu
2 2
∂ y ∂ y
=
∂ Xk ∂ Xl ∂ Xl ∂ Xk

Atau

( )( )
∂C l
∂ Xk
=
∂ Ck
∂ Xl

Persamaan ini berlaku untuk dua pasangan konjugat apapun (C l, Xl)


dan (Ck, Xk) dalam sebuah pernyataan diferensial eksak. Sekimpulan n(n-1)/2
persamaan (3.4) mewakili sebuah kondisi yang penting dan cukup untuk
keeksakan (3.1)
Dalam hubungan sifat (2.6), dU = T Ds – P dV, U diketahui sebagai fungsi S
dan V supaya T dS- P dV pasti eksak. Untuk hubungan-hubungan sifat yang
demikian (3.4) digunakan tidak untuk menguji keeksakan tapi untuk menyediakan
hubungan-hubungan termodinamika tambahan. Jadi dari (2.6) kita berkesimpulan

( ∂∂TV )=( ∂∂ PS )
Beberapa diferensial-diferensial tertentu dalam termodinamika tidak eksak. Contoh
persamaan
δQ πy =dU +Pdv

Menyatakan hukum pertama untuk sistem PVT yang menjalani proses reversibel.

Meskipun variabel-variabel disebelah kanan merupakan fungsi-fungsi keadaan, akan

21
Qπv
diperlihatkan bahwa bukan merupakan fungsi keadaan. Bila U dianggap

sebagai sebuah fungsi keadaan dari T dan V, maka

dU = ( ∂U
∂V )T
dV +(
∂T )
∂U
V
dT

Gabungan (3.5) dan (3.6) memberikan

∂Q πv = ([ ∂∂VU ) + P ] dV +( ∂∂TU ) dT =MdV +NdT


r V

Diferensiasi M terhadap T dan diferensiasi N terhadap V menghasilkan

( ) ( ) ( )
2 2
∂M ∂U ∂P ∂N ∂U
= + =
∂ T V ∂ T ∂V ∂ T V ∂V T ∂V ∂T

Karena U fungsi T dan V, turunan keduannya harus sama. Meskipun demikian

(𝛛P/𝛛T)v dikenal dari eksperimen secara umum tidak sama dengan nol, maka (3.4)

∂Q πv Qπv
tidak terpenuhi jadi bukan sebuah diferensial eksak, dan bukan sebuah

fungsi keadaan, tanda δ digunakan oleh Q secara khusus untuk menegaskan


7
kenyataan ini.

7
Michael M.Abbot dan Hendrick C. Van Ness. 1994.”Teori dan Soal-soal Termodinamika Edisi
Kedua”. Penerbit Erlangga; Jakarta. Hal 65-67

21
2.8 Latihan soal :

1. Kapasitas kalor molar suatu logam pada suhu rendah bervariasi terhadap
suhu menurut persamaan :
a 3
c= θ +bθ
Θ3
Dengan a, b, Ө tetapan. Berapakah banyaknya kalor per mol dipindahkan
selama berlangsungnya proses sehingga suhunya berubah dari 0,01 Ө
menjadi 0,02 Ө ?

Jawab :
a 3
c= θ +bθ
Diketahui : Θ3
θ2 θ2

Karena
Q=∫ cd θ=∫
θ1 θ1
( a 3
Θ3 )
θ + bθ dθ

( ) ( )
θ2 0, 02 Θ
a 4 b 2 a 4 b 2
Q= 3
θ + θ ⇒ Q= θ + θ
4Θ 2 θ1 4Θ 3 2 0, 01 Θ

Q= ( a
4Θ 3
[ ( 0 , 02Θ ) 4 −( 0 , 01Θ ) 4 ]+ b2 [ ( 0 , 02Θ )2 −( 0 , 01 Θ )2 ] )
Q=( 3 , 75×10−8 aΘ+1,5×10−4 bΘ 2 )

2. Pada suhu kritis diketahui bahwa :

( )
∂P
∂V T
=0
dan
( ) ∂2 P
∂V 2 T
=0

21
Diketahui persamaan van der waals dirumuskan dalam persamaan (2.2) bab
2 yang terdahulu:

( p+
a
v2)( v−b )=RΘ

Tentukanlah:
a. Volume titik kritik nya (vc)
b. Suhu titik kritik nya (θc)?
c. Tekanan titik kritik nya (Pc)?
PC v c
Rθc
d. Nilai : ?
Jawab:

( P+
a
v2 )
( v−b )=Rθ P= ( Rθ a
− 2
v−b v )
a. Karena , maka :

Lalu :
∂P
∂V ( )
T
=0
dan
∂2 P
∂V 2
=0 ( )
( ) ∂P
∂V T
=−

+
2a
( v−b )2 v 3
=0

lalu ( v−b )
(
2
=
2a
v3 )
( ) ∂2 P
2
=
2 Rθ 6 a
∂ v T ( v−b ) 2
− 4 =0
v

lalu ( v−b )
2
3a
= 3
v
Pada titik kritis berarti :
v=vc ; θ=θc; P=PC,
maka pemecahan di atas dibagi saja menjadi :
Rθ 3a 1 3
= ⇒ = ⇒2 v =3 v−3 b
( v−b )3 v4 v−b 2 v
Rθ 2a
( v−b )2 v3

21
v =v c =3 b
b. Mencari nilai θc; hasil vc disulihkan ke dalam persamaan
2 2
R 2a 2 a ( v−b ) 2 a ( 3−b )
= ⇒θ= 3 =
( v−b )2 v 3 v R ( 3 b )3 R
8a
θ=θ c=
27 Rb
c. Mencari nilai Pc; hasil vc dan θc disulihkan kedalam persamaan

PC =
RθC a
− =
R
8a
27 bR

(a
=
)8a
27 b a
− 2=
8a a
− 2=
2a
v c −b v 2 3 b−b ( 3 b) 2 2 b 9b 54 b 2
9 b 54 b
2
c

a
Pc =
27 b2
P c vc
RT
C
d. Mencari nilai ; hasil vc, θc, Pc disulihkan
a a
3b
PC 27 b2
9b
= = =
RθC 8a 8a
R
27 bR 27 b
P c vc 3
=
Rθc 8

BAB III

21
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kata termodinamika berasal dari bahasa Yunani therme berarti kalor dan
dymanics berarti kakas. Jadi termodinamika berarti kemampuan benda panas
menghasilkan usaha/kerja. Namun sekarang ini pengertian termodinamika telah
berkembang, termodinamika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari energi beserta
perubahannya dan hubungan antara sifat-sifat (properties) fisis materi.
Hubungan antara kedua pandangan itu terletak pada kenyataan bahwa
beberapa sifat yang terukur langsung, yang perinciannya meliputi pemerian
makroskopik, sebenarnya rata-rata terhadap selang waktu tertentu dari sejumlah
besar ciri khas mikroskopik.
Hukum yang memiliki dua konsep dimunculkan sejak era mekanika klasik
yang pertama kali dirumuskan oleh alkemis. teolog, ahli fisika dan matematika Isaac
Newton berkaitan dengan hukum gerak tubuh makroskopik kecepatan cahaya c.
Hukum termodinamika kedua terdapat dua pernyataan yang sering
dipergunakan dalam termodinamika teknik adalah pernyataan Clausius dan Kelvin-
Planck. Pernyataan Clausius dipilih sebagai titik tolak dalam pembelajaran hukum
kedua beserta konsekuensinya karena sesuai dengan pengalaman sehingga mudah
diterima.
3.2 SARAN
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok pembahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami berharap  para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan

21
makalah dikesempatan berikutnya. Semoga  makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

21
Fatimah,Is. 2015. Kimia Fisika. Yogyakarta: Deepublish.
Michael M.Abbot dan Hendrick C. Van Ness. 1994. Teori dan Soal-soal
Termodinamika Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sudjito, Saifuddin Baedoewie dan Agung Sugeng. Diktat Termodinamika Dasar.
Jakarta: Graha Ilmu.
Sulistiati, Ainie Khuriati Riza. 2013. Termodinamika. Graha Ilmu; Yogyakarta.
Zemansky Mark W. dan Richard H. Dittman. 1986. Kalor dan Termodinamika.
Bandung: ITB Bandung.

21

Anda mungkin juga menyukai