Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TERMODINAMIKA KIMIA
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan Kimia
yang Dibina oleh Dhian Ramadhanty, S.Pt., M.Si.

Disusun oleh :
Nama : Nim :
Muh Yusran Sukri 0910580620016

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDENRENG RAPPANG
SULAWESI SELATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Termodinamika Kimia”.

Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua sumber yang telah
menjadi panduan saya dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga makalah ini selalu bermanfaat bagi semua pihak.

Rappang, 25 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................2
C. Tujuan....................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Termodinamika.....................................................................3
B. Bentuk-Bentuk Energi...........................................................4
C. Sistem, dan Proses Termodinamika......................................5
D. Hukum-Hukum Termodinamika...........................................6
a. Hukum Pertama Termodinamika..........................................7
b. Hukum Kedua Termodinamika............................................9
c. Hukum Ketiga Termodinamika..........................................18
E. Siklus Termodinamika........................................................19
a. Siklus Carnot......................................................................20
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................24
B. Saran......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas
tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Energi dapat berubah dari
satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa teknologi.

Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini


menyatakan bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi
cenderung untuk meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai
maksimumnya.

Hukum keseimbangan / kenaikan entropi: Panas tidak bisa mengalir dari


material yang dingin ke yang lebih panas secara spontan. Entropi adalah tingkat
keacakan energi. Jika satu ujung material panas, dan ujung satunya dingin,
dikatakan tidak acak, karena ada konsentrasi energi. Dikatakan entropinya rendah.
Setelah rata menjadi hangat, dikatakan entropinya naik.

Proses termodinamik yang berlanggsung secara alami seluruhnya disebut


proses ireversibel (irreversibel process). Proses tersebut berlanggsung secara
spontan pada satu arah tetapi tidak pada arah sebaliknya. Contohnya kalor
berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.

Proses reversibel adalah proses termodinamik yang dapat berlanggsung


secara bolak-balik. Sebuah sistem yang mengalami idealisasi proses reversibel
selalu mendekati keadaan kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri
dan lingkungannya. Proses reversibel merupakan proses seperti-kesetimbangan
(quasi equilibrium process).

Sejarah awal dari AC (Air Conditioner) sudah dimulai sejak jaman Romawi
yaitu dengan membuat penampung air yang mengalir di dalam dinding rumah
sehingga menurunkan suhu ruangan , tetapi saat itu hanya orang tertentu saja yang
bisa karena biaya membangunnya sangatlah mahal karena membutuhkan air dan
juga bangunan yang tidak biasa. Hanya para raja dan orang kaya saja yang dapat
membangunnya.

Kemudian pada tahun 1820 ilmuwan Inggris bernama Michael Faraday


Image menemukan cara baru mendinginkan udara dengan menggunakan Gas
Amonia dan pada tahun 1842 seorang dokter menemukan cara mendinginkan

1
ruangan dirumah sakit Apalachicola yang berada di Florida Ameika Serikat.
Dr.Jhon Gorrie Image adalah yang menemukannya dan ini adalah cikal bakal dari
tehnologi AC (air conditioner) tetapi sayangnya sebelum sempurna beliau sudah
meninggal pada tahun 1855.

Willis Haviland Carrier Image seorang Insinyur dari New York Amerika
menyempurnakan penemuan dari Dr.Jhon Gorrie tetapi AC ini digunakan bukan
untuk kepentingan atau kenyamanan manusia melainkan untuk keperluan
percetakan dan industri lainnya. Penggunaan AC untuk perumahan baru
dikembangkan pada tahun 1927 dan pertama dipakai disbuah rumah di
Mineapolis, Minnesota. Saat ini AC sudah digunakan disemua sektor, tidak hanya
industri saja tetapi juga sudah di perkantoran dan perumahan dengan berbagai
macam bentuk dari mulai yang besar hingga yang kecil.semuanya masih berfungsi
sama yaitu untuk mendinginkan suhu ruangan agar orang merasa nyaman.

B. Rumusan Masalah
Maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa pengertian dan aplikasi hukum kedua termodinamika ?


2. Bagaimana Prinsip kerja dari beberapa mesin menurut hukum kedua
Termodinamika?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, antara lain:

1. Memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca tentang Hukum kedua


termodinamika.
2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai cara kerja dari
reservoir energi panas, mesin kalor, mesin pendingin, pompa panas, dan
mesin abadi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Termodinamika
Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas
tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa
energi didalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas
dan kerja, yaitu energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang
elektromagnet, energi akibat gaya magnet, dan lain-lain . Energi dapat berubah
dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa
teknologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat
dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu
bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini
disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi.

Prinsip termodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami dalam


kehidupan sehari-hari. Bumi setiap hari menerima energi gelombang
elektromagnetik dari matahari, dan di bumi energi tersebut berubah menjadi
energi panas, energi angin, gelombang laut, proses pertumbuhan berbagai
tumbuh-tumbuhan dan banyak proses alam lainnya. Proses didalam diri manusia
juga merupakan proses konversi energi yang kompleks, dari input energi kimia
dalam makanan menjadi energi gerak berupa segala kegiatan fisik manusia, dan
energi yang sangat bernilai yaitu energi pikiran kita. Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka prinsip alamiah dalam berbagai proses
thermodinamika direkayasa menjadi berbagai bentuk mekanisme untuk membantu
manusia dalam menjalankan kegiatannya. Mesin-mesin transportasi darat, laut,
maupun udara merupakan contoh yang sangat kita kenal dari mesin konversi
energi, yang merubah energi kimia dalam bahan bakar atau sumber. energi lain
menjadi energi mekanis dalam bentuk gerak atau perpindahan diatas permukaan
bumi, bahkan sampai di luar angkasa.

Pabrik-pabrik dapat memproduksi berbagai jenis barang, digerakkan oleh


mesin pembangkit energi listrik yang menggunakan prinsip konversi energi panas
dan kerja. Untuk kenyamanan hidup, kita memanfaatkan mesin air conditioning,
mesin pemanas, dan refrigerators yang menggunakan prinsip dasar
termodinamika. Aplikasi termodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena
perkembangan ilmu termodinamika sejak abad 17 yang dipelopori dengan
penemuan mesin uap di Inggris, dan diikuti oleh para ilmuwan thermodinamika

3
seperti Willian Rankine, Rudolph Clausius, dan Lord Kelvin pada abad ke 19.
Pengembangan ilmu thermodinamika dimulai dengan pendekatan makroskopik,
yaitu sifat thermodinamis didekati dari perilaku umum partikel-partikel zat yang
menjadi media pembawa energi, yang disebut pendekatan thermodinamika klasik.

Pendekatan tentang sifat thermodinamis suatu zat berdasarkan perilaku


kumpulan partikel-partikel disebut pendekatan mikroskopis yang merupakan
perkembangan ilmu thermodinamika modern, atau disebut thermodinamika
statistik. Pendekatan thermodinamika statistik dimungkinkan karena
perkembangan teknologi komputer, yang sangat membantu dalam menganalisis
data dalam jumlah yang sangat besar.

B. Bentuk-Bentuk Energi
Total energi (E) suatu sistem merupakan jumlah dari energi termal,
mekanis, kinetis, potensial, elektrik, magnetik, kimia dan nuklir. Di dalam
termodinamika yang dipelajari adalah besarnya perubahan dari satu bentuk energi
ke bentuk lainnya, bukan menghitung jumlah energi dari suatu sistem.

Bentuk energi dibagi menjadi dua kelompok:

1. Energi Makroskopik: Berhubungan dengan gerak dan pengaruh luar seperti


gravitasi, magnetik, elektrik dan tegangan permukaan.

Energi Makroskopik terdiri dari:

 Energi Kinetik ( Ek ): Energi yang disebabkan oleh gerakan relatif terhadap


suatu referensi. Adapun besarnya dalam berntuk energi per-satuan masa
dengan:

Ek = ½ m . v2............................................................... (2.1)

* m= satuan masa media pembawa energy

* v= satuan kecepatan gerakan masa

 Energi Potensial ( Ep ): Energi yang disebabkan oleh elevasinya dalam


medan gravitasi, besarnya adalah:

Ep = m . g . h ............................................. (2.2)

2. Energi Mikroskopik: Berhubungan dengan struktur molekul dan derajat


aktivitas molekul. Jumlah total energi mikroskopik disebut energi dalam
(internal energy) , dengan simbol U.

4
Energi Mikroskopik terdiri dari:

 Energi Sensibel : Berhubungan dengan energi kinetik dan gerakan (translasi,


rotasi, vibrasi) molekul sistem.
 Energi Latent : Berhubungan dengan fasa dari sistem, mencair, menguap dll.
 Energi Kimia : Berhubungan dengan ikatan atom-atom dalam sistem.

Dengan demikian energi total suatu sistem hanya dipengaruhi oleh energi
kinetik,energi potensial dan energi dalam.

C. Sistem dan Proses Termodinamika


Suatu sistem termodinamika adalah sustu masa atau daerah yang dipilih,
untuk dijadikan obyek analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut sebagai
lingkungan. Batas antara sistem dengan lingkungannya disebut batas sistem
(boundary), dalam aplikasinya batas sistem merupakan bagian dari sistem maupun
lingkungannya, dan dapat tetap atau dapat berubah posisi atau bergerak.

Dalam thermodinamika ada dua jenis sistem, yaitu sistem tertutup dan
sistem terbuka. Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis tetap dan
tidak ada masa keluar dari sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya
bisa berubah. Yang dapat-keluar masuk sistem tertutup adalah energi dalam
bentuk panas atau kerja. Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang
dipanaskan, dimana masa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah,
dan energi panas masuk kedalam masa udara didalam balon. Dalam sistem
terbuka, energi dan masa dapat keluar sistem atau masuk kedalam sistem
melewati batas sistem. Sebagian besar mesin-mesin konversi energi adalah sistem
terbuka. Sistem mesin motor bakar adalah ruang didalam silinder mesin, dimana
campuran bahan bahan bakar dan udara masuk kedalam silinder, dan gas buang
keluar sistem melalui knalpot.

Turbin gas, turbin uap, pesawat jet dan lain-lain adalah merupakan sistem
thermodinamika terbuka, karena secara simultan ada energi dan masa keluar-
masuk sistem tersebut. Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem disebut
property dari sistem, seperti tekanan P, temperatur T, volume V, masa m,
viskositas, konduksi panas, dan lain-lain. Selain itu ada juga property yang
disefinisikan dari property yang lainnya seperti, berat jenis, volume spesifik,
panas jenis, dan lain-lain. Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi yang tidak
berubah, apabila masing-masing jenis property sistem tersebut dapat diukur pada
semua bagiannya dan tidak berbeda nilainya. Kondisi tersebut disebut sebagai
keadaan (state) tertentu dari sistem, dimana sistem mempunyai nilai property yang
tetap. Apabila property nya berubah, maka keadaan sistem tersebut disebut

5
mengalami perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak mengalami perubahan
keadaan disebut sistem dalam keadaan seimbnag (equilibrium). Perubahan sistem
thermodinamika dari keadaan seimbang satu menjadi keadaan seimbang lain
disebut proses, dan rangkaian keadaan diantara keadaan awal dan akhir disebut
lintasan proses. Suatu sistem disebut menjalani suatu siklus, apabila sistem
tersebut menjalani rangkaian beberapa proses, dengan keadaan akhir sistem
kembali ke keadaan awalnya.

D. Hukum-Hukum Termodinamika
Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi
dalam. Energi dalam gas berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat
mikroskopik gas tersebut. Meskipun gas tidak melakukan atau menerima usaha,
gas tersebut dapat memiliki energi yang tidak tampak tetapi terkandung dalam gas
tersebut yang hanya dapat ditinjau secara mikroskopik.

Berdasarkan teori kinetik gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada
dalam keadaan gerak yang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik
rata-rata dari seluruh partikel yang bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan
suhu mutlak gas. Jadi, energi dalam dapat ditinjau sebagai jumlah keseluruhan
energi kinetik dan potensial yang terkandung dan dimiliki oleh partikel-partikel di
dalam gas tersebut dalam skala mikroskopik. Dan, energi dalam gas sebanding
dengan suhu mutlak gas. Oleh karena itu, perubahan suhu gas akan menyebabkan
perubahan energi dalam gas.

Dimana ∆U adalah perubahan energi dalam gas, n adalah jumlah mol gas, R
adalah konstanta umum gas (R = 8,31 J mol−1 K−1, dan ∆T adalah perubahan
suhu gas (dalam kelvin).

Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika,


yaitu:

1. Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika

Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang


dengan sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan
lainnya.

2. Hukum Pertama Termodinamika

Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan


perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama

6
dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja
yang dilakukan terhadap sistem.

3. Hukum Kedua Termodinamika

Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini


menyatakan bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi
cenderung untuk meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati
nilai maksimumnya.

4. Hukum Ketiga Termodinamika

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut.


Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur
nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati
nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur
kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.

a. Hukum Pertama Termodinamika

Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan
bertambah (sistem akan terlihat mengembang dan bertambah panas).
Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan
berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini
merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum
kekekalan energi. Sistem yang mengalami perubahan volume akan
melakukan usaha dan sistem yang mengalami perubahan suhu akan
mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem
akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi
dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam
termodinamika atau disebut hukum I termodinamika. Secara matematis,
hukum I termodinamika dituliskan sebagai :

Q = W + ∆U ............................................... (2.3)

Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan


energi dalam. Secara sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan
“Jika suatu benda (misalnya krupuk) dipanaskan (atau digoreng) yang berarti
diberi kalor Q, benda (krupuk) akan mengembang atau bertambah volumenya
yang berarti melakukan usaha W dan benda (krupuk) akan bertambah panas
(coba aja dipegang, pasti panas deh!) yang berarti mengalami perubahan
energi dalam ∆U.”

1) Proses Isotermik

7
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi
perubahan-perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi
berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik.
Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi
dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang
diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q = W). Proses
isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah ini. Usaha yang
dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagaiDimana V2 dan V1
adalah volume akhir dan awal gas.

2) Proses Isokhorik

Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang


konstan, gas dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada
dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan
kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini
dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.

QV = ∆U ................................................ (2.4)

3) Proses Isobarik

Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan


tetap konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada
dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha (W = p∆V). Kalor di sini
dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp. Sebelumnya
telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor yang
diserap gas pada volume konstan QV =∆U. Dari sini usaha gas dapat
dinyatakan sebagai

W = Qp − QV ............................................. (2.5)

Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai
selisih energi (kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan
energi (kalor) yang diserap gas pada volume konstan (QV).

4) Proses Adiabatik

Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun
keluar (dilepaskan) oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang
dilakukan gas sama dengan perubahan energi dalamnya (W = ∆U). Jika
suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan volume
masing-masing p1 dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan

8
dan volume gas berubah menjadi p2 dan V2, usaha yang dilakukan gas
dapat dinyatakan sebagai

Dimana γ adalah konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas


kalor molar gas pada tekanan dan volume konstan dan mempunyai nilai
yang lebih besar dari 1 (γ > 1). Proses adiabatik dapat digambarkan dalam
grafik p – V dengan bentuk kurva yang mirip dengan grafik p – V pada
proses isotermik namun dengan kelengkungan yang lebih curam.

Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai


hukum universal dari kekekalan energi dan mengidentifikasikan
perpindahan panas sebagai suatu bentuk perpindahan energi. Pernyataan
paling umum dari hukum pertama termodinamika ini berbunyi: “ Kenaikan
energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan jumlah
energi panas yang ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja
yang dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya. ”

Fondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott Joule
yang melalui eksperimen-eksperimennya berhasil menyimpulkan bahwa
panas dan kerja saling dapat dikonversikan. Pernyataan eksplisit pertama
diberikan oleh Rudolf Clausius pada 1850: "Terdapat suatu fungsi keadaan
E, yang disebut 'energi', yang diferensialnya sama dengan jumlah kerja yang
dipertukarkan dengan lingkungannya pada suatu proses adiabatik.

b. Hukum Kedua Termodinamika

Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = 'panas' and dynamic =


'perubahan') adalah fisika energi , panas, kerja, entropi dan kespontanan
proses. Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor
memiliki arah. Dengan kata lain, tidak semua proses di alam adalah reversibel
(arahnya dapat dibalik). Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa
kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu
rendah dan tidak pernah mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya.
Misalnya, jika sebuah kubus kecil dicelupkan ke dalam secangkir air kopi
panas, kalor akan mengalir dari air kopi panas ke kubus es sampai suhu
keduanya sama.

Hukum pertama termodinamika tidak dapat menjelaskan apakah suatu


proses mungkin terjadi ataukah tak mungkin terjadi. Oleh karena itu,
muncullah hukum kedua termodinamika yang disusun tidak lepas dari usaha
untuk mencari sifat atau besaran sistem yang merupakan fungsi keadaan.
Ternyata orang yang menemukannya adalah Clausius dan besaran itu disebut

9
entropi. Hukum kedua ini dapat dirumuskan sebagai berikut:“Proses suatu
sistem terisolasi yang disertai dengan penurunan entropi tidak mungkin
terjadi. Dalam setiap proses yang terjadi pada sistem terisolasi, maka entropi
sistem tersebut selalu naik atau tetap tidak berubah.”

Hukum kedua termodinamika memberikan batasan dasar pada efisiensi


sebuah mesin atau pembangkit daya. Hukum ini juga memberikan batasan
energi masukan minimum yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah sistem
pendingin. Hukum kedua termodinamika juga dapat dinyatakan dalam konsep
entropi yaitu sebuah ukuran kuantitatif derajat ketidakaturan atau keacakan
sebuah sistem.

Dari hasil percobaan para ahli menyimpulkan bahwa mustahil untuk


membuat sebuah mesin kalor yang mengubah panas seluruhnya menjadi
kerja, yaitu mesin dengan efisiensi termal 100%. Kemustahilan ini adalah
dasar dari satu pernyataan hukum kedua termodinamika sebagai berikut:
“Adalah mustahil bagi sistem manapun untuk mengaalami sebuah proses di
mana sistem menyerap panas dari reservoir pada suhu tunggal dan mengubah
panas seluruhnya menjadi kerja mekanik, dengan sistem berakhir pada
keadaan yang sama seperti keadaan awalnya”. Pernyataan ini dikenal dengan
sebutan pernyataan “mesin” dari hukum kedua termodinamika.

Dasar dari hukum kedua termodinamika terletak pada perbedaaan


antara sifat alami energi dalam dan energi mekanik makroskopik. Dalam
benda yang bergerak, molekul memiliki gerakan acak, tetapi diatas semua itu
terdapat gerakan terkoordinasi dari setiap molekul pada arah yang sesuai
dengan kecepatan benda tersebut. Energi kinetik dan energi potensial yang
berkaitan dengan gerakan acak menghasilkan energi dalam.

Jika hukum kedua tidak berlaku, seseorang dapat menggerakkan mobil


atau pembangkit daya dengan mendinginkan udara sekitarnya. Kedua
kemustahilan ini tidak melanggar hukum pertama termodinamika. Oleh
karena itu, hukum kedua termodinamika bukanlah penyimpulan dari hukum
pertama, tetapi berdiri sendiri sebagai hukum alam yang terpisah. Hukum
pertama mengabaikan kemungkinan penciptaan atau pemusnahan energi.
Sedangkan hukum kedua termodinamika membatasi ketersediaan energi dan
cara penggunaan serta pengubahannya.

Panas mengalir secara spontan dari benda panas ke benda yang lebih
dingin, tidak pernah sebaliknya. Sebuah pendingin mengambil panas dari
benda dingin ke benda yang lebih panas, tetapi operasinya membutuhkan
masukan energi mekanik atau kerja. Hal umum mengenai pengamatan ini

10
dinyatakan sebagai berikut :“Adalah mustahil bagi proses mana pun untuk
bekerja sendiri dan menghasilkan perpindahan panas dari benda dingin ke
benda yang lebih panas.” Pernyataan ini dikenal dengan sebutan pernyataan
“pendingin” dari hukum kedua termodinamika.

Pernyataan “pendingin” ini mungkin tidak tampak berkaitan sangat


dekat dengan pernyataan “mesin”. Tetapi pada kenyataannya, kedua
pernyataan ini seutuhnya setara. Sebagai contoh, jika seseorang dapat
membuat pendingin tanpa kerja, yang melanggar pernyataan “pendingin” dari
hukum kedua, seseorang dapat mengabungkannya dengan sebuah mesin
kalor, memompa kalor yang terbuang oleh mesin kembali ke reservoir panas
untuk dipakai kembali. Meski gabungan ini akan melanggar pernyataan
“mesin” dari hukum kedua, karena selisih efeknya akan menarik selisih panas
sejumlah dari reservoir panas dan mengubah seutuhnya menjadi kerja W.

Perubahan kerja menjadi panas, seperti pada gesekan atau aliran fluida
kental (viskos) dan aliran panas dari panas ke dingin melewati sejumlah
gradien suhu, adalah suatu proses ireversibel. Pernyataan “mesin” dan
“pendingin” dari hukum kedua menyatakan bahwa proses ini hanya dapat
dibalik sebagian saja. Misalnya, gas selalu mengalami kebocoran secara
spontan melalui suatu celah dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Gas-gas dan cairan-cairan yang dapat bercampur bila
dibiarkan akan selalu tercampur dengan sendirinya dan bukannya terpisah.
Hukum kedua termodinamika adalah sebuah pernyataan dari aspek sifat
searah dari proses-proses tersebut dan banyak proses ireversibel lainnya.
Perubahan energi adalah aspek utama dari seluruh kehidupan tanaman dan
hewan serta teknologi manusia, maka hukum kedua termodinamika adalah
dasar terpenting dari dunia tempat makhluk hidup tumbuh dan berkembang.

Dua formulasi dari hukum kedua termodinamika yang berguna untuk


memahami konversi energi panas ke energi mekanik, yaitu formulasi yang
dikemukakan oleh Kelvin-Planck dan Rudolf Clausius. Adapun hukum kedua
termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut :

1. Formulasi Kelvin-Planck

“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja


dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang
diperoleh dari suatu sumber pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha
mekanik.” Dengan kata lain, formulasi kelvin-planck menyatakan bahwa
tidak ada cara untuk mengambil energi panas dari lautan dan menggunakan
energi ini untuk menjalankan generator listrik tanpa efek lebih lanjut,

11
misalnya pemanasan atmosfer. Oleh karena itu, pada setiap alat atau mesin
memiliki nilai efisiensi tertentu. Efisiensi menyatakan nilai perbandingan
dari usaha mekanik yang diperoleh dengan energi panas yang diserap dari
sumber suhu tinggi.

2. Formulasi Clausius

“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja


dalam suatu siklus yang semata-mata memindahkan energi panas dari suatu
benda dingin ke benda panas”. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat
mengambil energi dari sumber dingin (suhu rendah) dan memindahkan
seluruhnya ke sumber panas (suhu tinggi) tanpa memberikan energi pada
pompa untuk melakukan usaha. (Marthen Kanginan, 2007: 249-250)

Berbeda dari hukum pertama, hukum kedua ini mempunyai berbagai


perumusan. Kelvin mengetengahkan suatu permasalahan dan Planck
mengetengahkan perumusan lain. Karena pada hakekatnya perumusan
kedua orang ini mengenai hal yang sama maka perumusan itu digabung dan
disebut perumusan Kelvin-Planck bagi hukum kedua termodinamika.
Perumusan ini diungkapkan demikian :“Tidak mungkin membuat pesawat
yang kerjanya semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan
mengubahnya menjadi usaha”. Oleh Clausius, hukum kedua termodinamika
dirumuskan dengan ungkapan : “Tidak mungkin membuat pesawat yang
kerjanya hanya menyerap kalor dari reservoir bertemperatur rendah dan
memindahkan kalor ini ke reservoir yang bertemperatur tinggi, tanpa
disertai perubahan lain”.

Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses


yang dianggap taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di
alam. Hukum kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius
mengatakan, “Untuk suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk
menghasilkan efek lain, selain dari menyampaikan kalor secara kontinu dari
sebuah benda ke benda lain pada temperatur yang lebih tinggi".

Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari
empat proses terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor,
pemuaian adiabatik, pemampatan isotermal dengan pelepasan kalor dan
pemampatan adiabatik; jika integral sebuah kuantitas mengitari setiap
lintasan tertutup adalah nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan,
mempunyai sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem
tersebut, tak peduli bagaimana keadaan tersebut dicapai. Variabel keadaan
dalam hal ini adalah entropi. Perubahan entropi hanya gayut keadaan awal

12
dan keadaan akhir dan tak gayut proses yang menghubungkan keadaan awal
dan keadaan akhir sistem tersebut.

Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan,


"Sebuah proses alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan
dan berakhir di dalam satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di
dalam arah yang menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya
semakin besar".

Jika entropi diasosiasikan dengan kekacauan maka pernyataan hukum


kedua termodinamika di dalam proses-proses alami cenderung bertambah
ekivalen dengan menyatakan, kekacauan dari sistem dan lingkungan
cenderung semakin besar.

Di dalam ekspansi bebas, molekul-molekul gas yang menempati


keseluruhan ruang kotak adalah lebih kacau dibandingkan bila molekul-
molekul gas tersebut menempati setengah ruang kotak. Jika dua benda yang
memiliki temperatur berbeda T1 dan T2 berinteraksi, sehingga mencapai
temperatur yang serba sama T, maka dapat dikatakan bahwa sistem tersebut
menjadi lebih kacau, dalam arti, pernyataan "semua molekul dalam sistem
tersebut bersesuaian dengan temperatur T adalah lebih lemah bila
dibandingkan dengan pernyataan semua molekul di dalam benda A
bersesuaian dengan temperatur T1 dan benda B bersesuaian dengan
temperatur T2". Di dalam mekanika statistik, hubungan antara entropi dan
parameter kekacauan adalah :

S = k log w ............................................. (2.6)

dimana k adalah konstanta Boltzmann, S adalah entropi sistem, w


adalah parameter kekacauan, yakni kemungkinan beradanya sistem tersebut
relatif terhadap semua keadaan yang mungkin ditempati.

Jika ditinjau perubahan entropi suatu gas ideal di dalam ekspansi


isotermal, dimana banyaknya molekul dan temperatur tak berubah
sedangkan volumenya semakin besar, maka kemungkinan sebuah molekul
dapat ditemukan dalam suatu daerah bervolume V adalah sebanding dengan
V; yakni semakin besar V maka semakin besar pula peluang untuk
menemukan molekul tersebut di dalam V. Kemungkinan untuk menemukan
sebuah molekul tunggal di dalam V adalah:

W1 = c V ................................................ (2.7)

13
dimana c adalah konstanta. Kemungkinan menemukan N molekul
secara serempak di dalam volume V adalah hasil kali lipat N dari w. Yakni,
kemungkinan dari sebuah keadaan yang terdiri dari N molekul berada di
dalam volume V adalah :

w = w1N = (cV)N ........................................... (2.8)

Jika persamaan (2.8) disubstitusikan ke (2.6), maka perbedaan entropi


gas ideal dalam proses ekspansi isotermal dimana temperatur dan
banyaknya molekul tak berubah, adalah bernilai positip. Ini berarti entropi
gas ideal dalam proses ekspansi isotermal tersebut bertambah besar.

Definisi statistik mengenai entropi, yakni persamaan (2.6),


menghubungkan gambaran termodinamika dan gambaran mekanika statistik
yang memungkinkan untuk meletakkan hukum kedua termodinamika pada
landasan statistik. Arah dimana proses alami akan terjadi menuju entropi
yang lebih tinggi ditentukan oleh hukum kemungkinan, yakni menuju
sebuah keadaan yang lebih mungkin. Dalam hal ini, keadaan kesetimbangan
adalah keadaan dimana entropi maksimum secara termodinamika dan
keadaan yang paling mungkin secara statistik. Akan tetapi fluktuasi, misal
gerak Brown, dapat terjadi di sekitar distribusi kesetimbangan.

Dari sudut pandang ini, tidaklah mutlak bahwa entropi akan semakin
besar di dalam tiap-tiap proses spontan. Entropi kadang-kadang dapat
berkurang. Jika cukup lama ditunggu, keadaan yang paling tidak mungkin
sekali pun dapat terjadi: air di dalam kolam tiba-tiba membeku pada suatu
hari musim panas yang panas atau suatu vakum setempat terjadi secara tiba-
tiba dalam suatu ruangan.

Reservoir Energi Panas (Thermal Energy Reservoir)

Thermal Energy Reservoir atau lebih umum disebut dengan reservoir energi
panas adalah suatu benda atau zat yang mempunyai kapasitas energi panas yang
besar. Artinya reservoir dapat menyerap atau menyuplai sejumlah energi panas
yang tidak terbatas tanpa mengalami perubahan temperatur. Contoh dari benda
atau zay besar yang disebut reservoir adalah samudera, danau, dan sungai untuk
benda besar yang berwujud air dan atmosfer untuk benda berwujud besar di udara.
Sistem dua fasa juga dapat dimodelkan sebagau suatu reservoir, karena sistem dua
fasa dapat menyerap dan melepaskan panas tanpa mengalami perubahan
temperatur. Dalam prakteknya, ukuran sebuah reservoir menjadi relatif. Misalnya
sebuah ruangan dapat disebut sebagai sebuah reservoir dalam suatu analisa panas

14
yang dilepaskan oleh sebuah televisi. Reservoir yang menyuplai energi disebut
dengan saurce dan reservoir yang menyerap energi disebut dengan sink.

Mesin Kalor (Heat Engines)

Mesin kalor adalah sebutan untuk alat yang berfungsi mengubah energi
panas menjadi energi mekanik. Sebuah mesin kalor dapat di karakteristikkan
sebagai berikut:

1. Mesin kalor menerima panas dari source bertemperatur tinggi (energi


matahari, bahan bakar, reaktor nuklir, dll)
2. Mesin kalor mengkonvensi sebagian panas menjadi kerja (umumnya dalam
bentuk poros yang berputar)
3. Mesin kalor membuang sisa panas ke sink bertemperatur rendah.
4. Mesin kalor beroperasi dalam sebuah siklus.

Sebuah alat produksi kerja yang paling tepat mewakili definisi dari mesin
kalor adalah pembangkit listrik tenaga air, yang merupakan mesin pembakaran
luar dimana fluida kerja mengalami siklus termodinamika yang lengkap.

Efisiensi termal (thermal efficiencies)

Efisiensi termal sebenarnya digunakan untuk mengukur unjuk kerja dari


suatu mesin kalor, yaitu berapa bagian dari input panas yang diubah menjadi
output kerja bersih.

Unjuk kerja = Output yang diinginkan .......................... (2.9)

Input yang diperlukan

Untuk mesin kalor, output yang diinginkan adalah output kerja bersih. Dan
input yang diperlukan adalah jumlah panas yang disuplai ke fluida kerja.
Kemudian efisiensi termal dari sebuah mesin kalor dapat diekspresikan sebagai:

Efisiensi termal = Output kerja bersih ......................... (2.10)

Input yang diinginkan

Atau

nth= 1 – Q out .......................................................... (2.11)

Atau

Q in Dimana W bersih out = Qout-Qin ................................... (2.12)

15
Melihat karaktristik dari sebuah mesin kalor, maka tidak ada sebuah mesin
kalor yang dapat mengubah semua panas yang diterima kemudian mengubahnya
semua menjadi kerja. Pernyataan tersebut dimuat sebuah pernyataan oleh Kelvin-
Plank yang berbunyi : “Adalah tidak mungkin untuk sebuah alat atau mesin yang
beroperasi dalam sebuah siklus yang menerima panas dari sebuah reservoir
tunggal dan memproduksi sejumlah kerja bersih.”

Pernyataan diatas hanya diperuntukkan pada mesin kalor, dapat diartikan


sebagai tidak ada sebuah mesin/alat yang bekerja dalam sebuah siklus menerima
panas dari reservoir bertemperatur tinggi dan mengubah panas tersebut seluruhnya
menjadi kerja bersih. Atau dengan kata lain tidak ada sebuah mesin kalor yang
mempunyai efisiensi 100%.

Mesin Pendingin

Mesin pendingin, sama seperti mesin kalor, adalah sebuah alat siklus. Fluida
kerjanya disebut dengan refrigerant. Siklus refrigerasi yang paling banyak
digunakan adalah daur refrigerasi kompresi-uap yang melibatkan empat
komponen : kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator

Refrigerant memasuki kompresor sebagai sebuah uap dan di kompres


ketekanan kondensor. Refrugerant meninggalkan kompresor pada temperatur
yang relatif tinggi dan kemudian didinginkan dan mengalami kondensasi di
kondensor yng membuang panasnya ke lingkungan. Refrigent kemudian
memasuki tabung kapilar dimana tekanan refrigerant turun drastis karena efek
throttling. Refrigerant bertemperatur rendah kemudian memasuki evaporator,
dimana disini refrigent menyerap panas dari ruang refrigerasi dan kemudian
refriferant kembali memasuki kompresor. Efisiensi refrigerator disebut dengan
istilah coefficient of performance (COP), dinotasikan dengan COPR.

Perlu dicatat bahwa harga dari COPR dapat berharga lebih dari satu, karena
jumlah panas yang diserap dari ruang refrigerasi dapat lebih besar dari jumlah
input kerja. Hal tersebut kontras dengan efisiensi termal yang selalu kurang dari
satu. Salah satu alasan penggunaan istilahcoefficient of performance-lebih disukai
untuk menghindari kerancuan dengan istilah efisiensi, karena COP dari mesin
pendingin lebih besar dari satu.

Pompa Kalor

Pompa kalor adalah mesin yang memindahkan panas dari satu lokasi (atau
sumber) ke lokasi lainnya menggunakan kerja mekanis. Sebagian besar teknologi
pompa kalor memindahkan panas dari sumber panas yang bertemperatur rendah
ke lokasi bertemperatur lebih tinggi. Contoh yang paling umum adalah lemari es,

16
freezer, pendingin ruangan, dan sebagainya. Tujuan dari mesin pendingin adalah
untuk menjaga ruang refrigerasi tetap dingin dengan meyerap panas dari ruang
tersebut. Tujuan pompa kalor adalah menjaga ruangan tetap bertemperatur tinggi.
Proses pemberian panas ruangan tersebut disertai dengan menyerap panas dari
sumber bertemperatur rendah.

Perbandingan antara COPR dan COPHP adalah sebagai berikut :

Mesin kalor membuat energi mengalir dari lokasi yang lebih panas ke lokasi
yang lebih dingin, menghasilkan fraksi dari proses tersebut sebagai kerja.
Kebalikannya, pompa kalor membutuhkan kerja untuk memindahkan energi
termal dari lokasi yang lebih dingin ke lokasi yang lebih panas.Air condtioner
pada dasarnya adalah sebuah mesin pendingin tetapi yang didinginkan disini
bukan ruang refrigerasi melainkan sebuah ruangan/gedung atau yang lain.

Hukum Termodinamika II Pernyataan Clausius

Terdapat dua pernyataan dari hukum termodinamika kedua - - pernyataan


kelvin-plank yang diperuntukkan untuk mesin kalor, dan pernyataan clausius yang
diperuntukkan untuk mesin pendingin/pompa kalor. Pernyataan clausis dapat
diungkapkan sebagai berikut: “Adalah tidak mungkin membuat sebuah alat yang
beroprasi dalam sebuah siklus tanpa adanya efek dari luar untuk mentransfer
panas dari media bertemperatur rendah kemedia bertemperatur tinggi.”

Telah kita ketahui bahwa panas akan berpindah dari media bertemperatur
tinggi kemedia bertemperatur rendah. Pernyataan clausis tidak mengimplikasikan
bahwa membuat sebuah alat siklus yang dapat memindahkan panas dari terperatur
rendah ke media bertemperatur tinggi adalah tidak mungkin dibuat. Hal tersebut
dapat terjadi asalkan ada efek luar yang dalam kasus tersebut dilakukan
kompresor yang mendapat energi dari energi listrik.

Mesin Gerak –Abadi (Perpetual-Motion Machines)

Kita mempunyai pernyataan yang berulang-ulang, bahwa sebuah proses


tidak akan dapat berlangsung jika tidak memenuhi hukum termodinamika pertama
dan kedua. Semua alat yang melanggar baik hukum pertama dan kedua
termodinamika disebut dengan mesin gerak abadi (Perpetual-Motion Machines).

Sebuah alat yang melanggar hukum termodinamika yang pertama disebut


mesin gerak abadi tipe pertama (Perpetual-Motion Machines of the first kind) atau
PMMI, sedangkan alat yang melanggar hukum termodinamika kedua disebut
mesin gerak abadi tipe kedua (Perpetual-Motion Machines of the second
kind)atau KMM2.

17
c. Hukum Ketiga Termodinamika

Efek magnetokalorik di pakai untuk menurunkan temperatur senyawa


paramagnetic hingga sekitar 0.001 K. Secara prinsip, temperatur yang lebih
rendah lagi dapat dicapai dengan menerapkan efek magnetokalorik berulang-
ulang. Jadi setelah penaikan medan magnetik semula secara isoterm,
penurunan medan magnetik secara adiabat dapat dipakai untuk menyiapkan
sejumlah besar bahan pada temperatur Tᶠ¹, yang dapat dipakai sebagai tandon
kalor untuk menaikan tandon kalor secara isoterm ynag berikutnya dari
sejumlah bahan yang lebih sedikit dari bahan semula. Penurunan medan
magnetik secara adiabat yang kedua dapat menghasilkan temperatur yang
lebih rendah lagi, Tᶠ², dan seterusnya. Maka akan timbul pertanyaan apakah
efek magnetokalorik dapat dipakai untuk mendinginkan zat hingga mencapai
nol mutlak.

Pecobaan menunjukan bahwa sifat dasar semua proses pendinginan


adalah bahwa semakin rendah temperatur yang dicapai, semakin sulit
menurunkannya.hal yang sama berlaku juga untuk efek
magnetokalorik.dengan persyaratan demikian, penurunan medan secara
adiabat yang tak trhingga banyaknya diperlukan untuk mencapai temperatur
nol mutlak. Perampatan dari pengalaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
Temperatur nol mutlak tidak dapat dicapai dengan sederetan prosesyang
banyaknya terhingga.Ini dikenal sebagi ketercapaian temperatur nol mutlak
atau ketaktercapaian hukum ketiga termodinamika. Pernyataan lain dari
hukum ketiga termodinamika adalahhasil percobaan yang menuju ke
perhitungan bahwa bagaimana ΔST berlaku ketika T mendekati nol. ΔST
ialah perubahan entropi sistem terkondensasi ketika berlangsung proses
isoterm terbuktikan. Percobaansangat memperkuat bahwa ketika T menurun,
ΔST berkurang jika sistem itu zat cair atau zat padat. Jadi prinsip berikut
dapat di terima: Perubahan entropi yang berkaitan dengan proses-terbalikan-
isotermis-suatu sistem-terkondensasi mendekati nol ketika temperaturnya
mendekati nol. Pernyataan tersebut merupakan hukum ketiga termodinamika
menurut Nernst-Simon. Nernst menyatakan bahwa perubahan entropi yang
menyertai tiap proses reversibel, isotermik dari suatu sistem terkondensasi
mendekati nol. Perubahan yang dinyatakan di atas dapat berupa reaksi kimia,
perubahan status fisik, atau secara umum tiap perubahan yang dalam prinsip
dapat dilakukan secara reversibel.

Hal ini dikenal sebagai hukun Nernst, yang secara matematika


dinyatakan sebagai :

18
Pada Kemudian, Pada tahun 1911, Planck membuat suatu hipotesis 0,
bukan hanya beda entropi yg = 0, tetapi entropi setiap zatàsuhu T padat atau
cair dalam keseimbangan dakhir pada suhu nol. Dapat ditunjukkan secara
eksperimen, bahwa bila suhunya mendekati St menurun.D0 K, perubahan
entropi transisi. Persamaan diatas dikenal sebagai hukum ketiga
termodinamika.

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut.


Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur
nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati
nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur
kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol. StD Hukum ketiga
termodinamika menyatakan bahwa perubahan entropi yang berkaitan dengan
perubahan kimia atau perubahan fisika bahan murni pada T = 0 K bernilai
nol. Secara intuitif hukum ketiga dapat dipahami dari fakta bahwa pergerakan
ionik atau molekular maupun atomik yang menentukan derajat
ketidakteraturan dan dengan demikian juga besarnya entropi, sama sekali
berhenti pada 0 K. Dengan mengingat hal ini, tidak akan ada perubahan
derajat ketidakteraturan dalam perubahan fisika atau kimia dan oleh karena
itu tidak akan ada perubahan entropi.

E. Siklus Termodinamika
Khusus untuk proses isotermal, hanya satu proses isotermal saja tidak
mungkin dapat terus-menerus melakukan usaha karena volume sistem ada
batasnya. Pada suatu saat proses itu harus berhenti, yaitu bila volume V2 sudah
mencapai nilai maksimum. Agar dapat mengubah kalor menjadi usaha lagi, sistem
itu harus dikembalikan ke keadaan awalnya. Rangkaian proses yang membuat
keadaan akhir sistem kembali ke keadaan awalnya disebut siklus. Dalam Gambar
14.8 dilukiskan sebuah siklus termodinamika. Mulai dari keadaan A gas itu
mengalami proses isotermal sampai keadaan B. Kemudian proses isobarik
mengubah sistem sampai ke keadaan C.

Akhirnya proses isokhorik membuat sistem kembali ke keadaan awalnya di


A. Proses dari keadaan A ke keadaan B lalu kembali ke keadaan A disebut siklus.
Usaha yang dilakukan oleh sistem untuk satu siklus sama dengan luas daerah yang
diarsir pada diagram itu. Sedangkan perubahan energi dalam untuk satu siklus
sama dengan nol (∆U = 0) karena keadaan awal sama dengan keadaan akhir.
Dapatlah sekarang disimpulkan bahwa agar dapat melakukan usaha terus-
menerus, sistem itu harus bekerja dalam satu siklus.

19
a. Siklus Carnot

Siklus carnot merupakan suatu siklus termodinami-ka yang melibatkan


proses isotermal, isobarik, dan isokorik. Siklus adalah suatu rangkaian
sedemikian rupa sehingga akhirnya kembali kepada keadaan semula. Misalnya,
terdapat suatu siklus termodinami-ka yang melibatkan proses isotermal,
isobarik, dan isokorik. Sistem menjalani proses isotermal dari keadaan A
sampai B, kemudian menjalani proses isobarik untuk mengubah sistem dari
keadaan B ke keadaan C. Akhirnya proses isokorik membuat sistem kembali ke
keadaan awalnya (A). Proses dari A ke keadaan B, kemudian ke keadaan C,
dan akhirnya kembali ke keadaan A, menyatakan suatu siklus.

Apabila siklus tersebut berlangsung terus menerus, kalor yang diberikan


dapat diubah menjadi usaha mekanik. Tetapi tidak semua kalor dapat diubah
menjadi usaha. Kalor yang dapat diubah menjadi usaha hanya pada bagian
yang diarsir (diraster) saja. Berdasarkan diatas besar usaha yang bermanfaat
adalah luas daerah ABCA. Secara matematis dapat ditulis seperti berikut.

Siklus termodinamika

Gambar 1.1 Siklus Carnot

.............................. (2.13)

20
Usaha bernilai positif jika arah proses dalam siklus searah putaran
jam, dan bernilai negatif jika berlawanan arah putaran jarum jam. Perubahan
energi dalam ΔU untuk satu siklus sama dengan nol ( ΔU = 0) karena
keadaan awal sama dengan keadaan akhir.

Berdasarkan percobaan joule diketahui bahwa tenaga mekanik dapat


seluruhnya diubah menjadi energi kalor. Namun, apakah energi kalor dapat
seluruhnya diubah menjadi energi mekanik? Adakah mesin yang dapat
mengubah kalor seluruhnya menjadi usaha? Pada tahun 1824, seorang
insinyur berkebangsaan Prancis, Nicolas Leonardi Sadi Carnot,
memperkenalkan metode baru untuk meningkatkan efisiensi suatu mesin
berdasarkan siklus usaha. Metode efisiensi Sadi Carnot ini selanjutnya
dikenal sebagai siklus Carnot. Siklus Carnot terdiri atas empat proses, yaitu
dua proses isotermal dan dua proses adiabatik.

Proses Pada Siklus Carnot

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan siklus Carnot sebagai berikut.

1. Proses AB adalah pemuaian isotermal pada suhu T1. Pada proses ini sistem
menyerap kalor Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melakukan usaha
WAB.
2. Proses BC adalah pemuaian adiabatik. Selama proses ini berlangsung suhu
sistem turun dari T1 menjadi T2 sambil melakukan usaha WBC.
3. Proses CD adalah pemampatan isoternal pada suhu T2. Pada proses ini
sistem menerima usaha WCD dan melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu
rendah T2.
4. Proses DA adalah pemampatan adiabatik. Selama proses ini suhu sistem
naik dari T2 menjadi T1 akibat menerima usaha WDA.

Gambar 1.2 Proses Pada Siklus Carnot

21
Siklus Carnot merupakan dasar dari mesin ideal yaitu mesin yang
memiliki efisiensi tertinggi yang selanjutnya disebut mesin Carnot. Usaha
total yang dilakukan oleh sistem untuk satu siklus sama dengan luas daerah
di dalam siklus pada diagram p – V. Mengingat selama proses siklus Carnot
sistem menerima kalor Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melepas
kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2, maka usaha yang dilakukan oleh
sistem menurut hukum I termodinamika adalah sebagai berikut.

Q = U + W .............................................(2.14)

Q1 – Q2 = 0 + W .......................................... (2.15)

W = Q1 – Q2...........................................(2.16)

Persamaan Efisiensi Mesin KalorDalam menilai kinerja suatu mesin,


efisiensi merupakan suatu faktor yang penting. Untuk mesin kalor, efisiensi
mesin (η) ditentukan dari perbandingan usaha yang dilakukan terhadap kalor
masukan yang diberikan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.

= X100% = x 100% = 1 – x 100%.................. (2.17)

Persamaan Efisiensi Mesin KalorUntuk siklus Carnot berlaku


hubungan, sehingga efisiensi mesin Carnot dapat dinyatakan sebagai
berikut.

= 1 – x 100% ......................................... (2.18)

Keterangan:

η : efisiensi mesin Carnot

T1 : suhu reservoir bersuhu tinggi (K)

T2 : suhu reservoir bersuhu rendah (K)

22
Efisiensi mesin Carnot merupakan efisiensi yang paling besar karena
merupakan mesin ideal yang hanya ada di dalam teori. Artinya, tidak ada
mesin yang mempunyai efisien melebihi efisiensi mesin kalor Carnot.
Berdasarkan persamaan di atas terlihat efisiensi mesin kalor Carnot hanya
tergantung pada suhu kedua tandon atau reservoir. Untuk mendapatkan
efisiensi sebesar 100%, suhu tandon T2 harus = 0 K. Hal ini dalam praktik
tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu, mesin kalor Carnot adalah mesin
yang sangat ideal. Hal ini disebabkan proses kalor Carnot merupakan proses
reversibel. Sedangkan kebanyakan mesin biasanya mengalami proses
irreversibel (tak terbalikkan) tidak seperti mesin carnot.

23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahwa termodinamika, merupakan Ilmu yang mempelajari tenteng Energi
spesifiknya mengenai energi panas dan kerjanya, dll. Proses yang terjadi
didalamnya bisa terjadi secara alami ataupun rekayasa teknologi

B. Saran
Kita sudah sepatutnya bersyukur atas kejadian- kejadian alam yang
bermanfaat bagi kita dan harus bisa menggali ilmu alam itu lebih dalam. Selain itu
diharapkan ada tambahan materi mengenai Termodinamika ini, karena apa yang
kami muat didalam makalah ini belum tentu sempurna dan baik.

24
DAFTAR PUSTAKA
Ade. 2009. Hukum Ketiga Termodinamika.
http://adeputriprasetya.blogspot.com/2009/11/hukum-3-termodinamika.html
Anonim. 2007. Termodinamika. http://id.wikipedia.org/wiki/Termodinamika
Anonim. 2007. Termodinamika 1.
http://termodinamika1.wordpress.com/2007/12/08/materi-perkuliahan/
Anonim. 2009. Hukum Pertama Termodinamika.
http://www.cuacajateng.com/hukumpertama thermodinamika.html
Anonim. 2009. Termodinamika.
www.bebas.vlsm.org/v12/sponsor/.../0285%20Fis-1-5b.html
Anonim. 2011. Hukum Termodinamika. kk.mercubuana.ac.id/files/13015-3-
860358017731.doc
Anonim. 2012. Hukum Termodinamika.
www.infofisioterapi.com/info/termodinamika.html
Anonim. 2013. Bunyi Hukum ke-2 Termodinamika.
http://www.forumsains.com/fisika-smu/bunyi-hukum-ke-2-thermodynamics/
Halliday, Resnick. 1998. Fisika Edisi Ke 3. Jakarta: Erlangga
Khairunnisa. 2013. Konsep Dasar Termodinamika.
http://khairunnisa2.blogspot.com/2013/03/konsep-dasar-termodinamika.html
Odimira. 2011. Termodinamika.
http://odimirakoyukieto.blogspot.com/2011/06/termodinamika.html
Tahang. 2011. Penerapan Hukum-2 Termodinamika.
www.slideshare.net/tahangpette/penerapan-hukum-2-thermodinamika.

25

Anda mungkin juga menyukai