Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

THERMODINAMIKA

Disusun Oleh:

Gilang Prasojo

NIPD:21.09.03.012

KELAS:SKK 1 A

POLITEKNIK PELAYARAN MALAHAYATI ACEH

2022

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan hidayah Allah swt kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam

1
bentuk maupun isinya. Makalah ini berisikan tentang Ruang Lingkup
Termodinamika.

Selawat serta salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi
besar Muhammad saw, beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman,
dengan diiringi upaya meneladani akhlaknya yang mulia.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,


petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Tangerang,Januari 2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Makalah 2
1.4 Metode Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Termodinamika 3
2.2 Pandangan Dan Hubungan Makroskopik Dengan Mikroskopik 3
2.3 Sistem Termodinamik 5
2.4 Kesetimbangan Termal 7
2.5 Hukum Pertama Termodinamika 7
2.6 Hukum Kedua Termodinamika 16
2.7 Perumusan Matematis Termodinamika 19
2.8 Latihan Soal 23
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 26
3.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 28

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Termodinamika adalah ilmu tenyang energy yang secara spesifik


membahas tentang hubungan antara energy panas dengan kerja. Seperti telah
diketahui bahwa energy didalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk,
selain energy panas dan kerja, yaitu energy kimia, energy listrik, energy nuklir,
energy gelombang electromagnet, energy akibat gaya magnet, dan lain-lain.
Energy dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, baik secara alami
maupun hasil rekayasa teknologi. Selain itu energy di alam semesta bersifat kekal,
tidak dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energy
dari satu bentuk menjadi bentuk yang laintanpa ada pengurangan atau
penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan
energy.
Prinsip termodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami dalam
kehidupan sehari-hari. Bumi setiap hari menerima energy gelombang
elektromagnetik dari matahari, dan dibumi energy tersebut berubah menjad
energy panas, energy angin, gelombang laut, peroses pertumbuhan berbagai
tumbuh-tumbuhan dan banyak proses alam lainnya. Proses didalam diri manusia
juga merupakan proses konversi energy yang kompleks, dari input energy kimia
dalam makanan menjadi energy gerak berupa segala kegiatan fisik manusia, dan
energy yang sangat bernilai yaitu energy pikiran kita.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka prinsip
alamiah dalam berbagai proses termodinamika direkayasa menjadi berbagai
bentuk mekanisme untuk membantu manusia dalam menjalankan kegiatannya.
Mesin-mesin transportasi darat, laut maupun udara merupakan contoh yang sangat
kita kenal dari mesin konversi energy, yang merubah energy kimia dalam bahan
bakar atau sumber energy lain menjadi energy mekanis dalam bentuk gerak atau
perpindahan diatas permukaan bumi, bahkan sampai di luar angkasa. Pabrik-
pabrik dapat memperoduksi berbagai jenis barang, digerakkan oleh mesin
pembangkit energy listrik yang menggunakan prinsip konversi energy panas dan
kerja. Untuk kenyamanan hidup, kita memanfaatkan mesin air conditioning,
mesin pemanas, dan refrigerators yang menggunakan prinsip dasar
termodinamika.1

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi Termodinamika ?
1.2.2 Apa hubungan makroskopik dengan mikroskopik?
1.2.3 Bagaimana hukum pertama termodinamika ?
1.2.4 Bagaimana hukum pertama termodinamika ?

1.3 Tujuan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah
Termodinamika. Dan untuk lebih memahami :

1.3.1 Definisi termodinamika


1.3.2 Hubungan makroskopik dengan mikroskopik
1.3.3 Hukum pertama dan kedua termodinamika
1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah ini


adalah metode perpustakaan, dan dari sumber buku yang berkaitan.

BAB II

PEMBAHASAN

1
Sudjito, Saifuddin Baedoewie dan Agung Sugeng. “Diktat Termodinamika Dasar”. Hal 1-2
2.1 Definisi Termodinamika

Kajian termodinamika secara formal dimulai sejak awal abad ke-19


walaupun berbagai aspek termodinamika telah dipelajari sejak dulu kala.
Kata termodinamika berasal dari bahasa Yunani therme berarti kalor dan
dymanics berarti kakas. Jadi termodinamika berarti kemampuan benda
panas menghasilkan usaha/kerja. Namun sekarang ini pengertian
termodinamika telah berkembang, termodinamika diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari energy beserta perubahannya dan hubungan antara sifat-
sifat (properties) fisis materi. Energy muncul dalam berbagai bentuk
seperti energy listrik, energy magnet, energy yang digunakan untuk
memanaskan air, energy untuk memindahkan objek, dan lain sebagainya.
Dalam termodinamika, kalor dan usaha merupakan dua bentuk energy
yang paling banyak dan paling utama dipelajari.

Seiring dengan persetujuan internasional tentang penggunaan SI


ditetapkan pula suatu standar untuk setiap besaran dasar yaitu massa,
panjang, dan waktu. Terdapat satuan khusus dalam termodinamika yaitu
satuan termal, British Thermal Unit (Btu) dan Kalori (kal).
1 Btu adalah energy yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 lbm air
sebesar 1oF.
1 kal adalah energy yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar
1oC.

2.2 Pandangan Dan Hubungan Makroskopik Dengan Mikroskopik


2.1.1 Pandangan Makroskopik

Uraian suatu system dengan menggunakan beberapa sifat yang dapat


diukur sebagai koordinat makroskopik, misalnya :

- Komposisi
- Volume system
- Tekanan gas
- Temperature
Sebagai system, isi sebuah silinder mesin mobil. Analisis kimia
menunjukkan bahwa sebelum pembakaran silinder berisi campuran
hidrokarbon dan udara, dan setelah campuran terbakar terdapat hasil bakar
yang dapat diberikan dengan berbagai senyawa kimia tertentu. Pernyataan
mengenai jumlah isi zat ini merupakan pemberian komposisi system itu.
Pada setiap saat, system yang komposisinya baru saja diberikan
menempaiti volum yang ditentukan oleh kedudukan piston. Volumnya
dengan mudah dapat diukur di laboratorium, volumnya secara otomatis
dicatat dengan peranti yang digandengkan dengan piston. Kuantitas lain
yang tidak bias disingkirkan dalam pemberian system ialah tekanan gas
dalam silinder. Setelah campuran terbakar tekanan menjadi sangat besar;
setelah pembuangan hasil bakar, tekanan menjadi kecil. Di dalam
laboratorium, perubahan tekanan diukur dengan sukat tekanan yang
mencatatnya secara otomatis keteka mesin bekerja. Akhirnya ada satu
kuantitas yang diperlukan, tanpa ini kita tidak memiliki ide yang cukup
mengenai operasi mesin itu. Kuantitas ini adalah temperature. Dalam
banyak keadaan, temperature dapat diukur sesederhana kuantitas lain. 2

Ciri khas koordinat Makroskopik :

a. Koordinat ini tidak menyangkut pengandaian khusus mengenai struktur


materi.
b. Jumlah koordinatnya sedikit.
c. Koordinat ini dipilih melalui daya terima indara kita secara langsuang.
d. Pada umumnya koordinat ini dapat diukur secara langsung.
2.1.2 Pandangan Mikroskopik

Ciri khas mikroskopik :


a. Terdapat pengandaian secara struktur materi, yaitu molekul dianggap
ada.
b. Banyak kuantitas yang harus diperinci.

2
Mark W. Zemansky dan Richard H. Dittman. 1986. “Kalor dan Termodinamika”. Bandung. Hal
3-4
c. Kuantitas yang diperincitidak berdasarkan penerimaan indera kita
d. Kuantitas ini tidak bisa diukur.

2.1.3 Hubungan Makroskopik terhadap Mikroskopik

Hubungan antara kedua pandangan itu terletak pada kenyataan


bahwa beberapa sifat yang terukur langsung, yang perinciannya meliputi
pemerian makroskopik, sebenarnya rata-rata terhadap selang waktu
tertentu dari sejumlah besar ciri khas mikroskopik. Contohnya kuantitas
makroskopik tekanan adalah perubahan momentum rata-rata yang
ditimbulkan oleh tumbukan molekuler pada bidang yang luasnya satu
satuan. Namun, tekanan adalah sifat yang dapat dirasakan oleh indra kita.
Kita merasakan efek dari tekanan. Tekanan dialami, diukur, dan dipakai
lama sebelum fisikawan mempunyai alas an untuk percaya adanya dampak
molecular. Jika teori molekolar diubah, konsep tekanan akan tetap
bertahan dan akan tetap berarti sama untuk setiap orang yang normal.
Disinilah letak perbedaan yang penting antara pandangan makroskopik
dan mikroskopik. Beberapa sifat makroskopik yang terukur, sama
meyakinkan seperti indra kita sendiri. Sifat ini tidak berubah selama indra
kita tetap sama.

2.3 Sistem Termodinamika

Besaran makroskopik yang dikaitkan dengan bagian dalam dari


system disebut koordinat termodinamik. System yang diperikan oleh
koordinat termodinamik disebut system termodinamik.
Gambar 1.1 (a)Sistem dan Lingkungan (b)Permukaan batas volum atur
(c)Permukaan batas massa atur

Berdasarkan gambar 1.1(a) interaksi dengan lingkungannya, system


dibedakan menjadi tiga macam, yaitu system terbuka, tertutup, dan
terisolasi. Gambar 1.1(b) memperlihatkan daerah yang ditetapkan ini
disebut volume atur. Permukaan batas volume atur disebut permukaan atur
yang ditunjukkan pada garis putus-putus. Permukaan dalam pipa dapat
diambil sebagai bagian dari permukaan batas system yang nyata. System
seperti ini disebut system terbuka. Gambar 1.1(c) memperlihatkan
silindernya yang dilengkapi dengan piston berisi zat alir. Zat alir dalam
silinder dipilih sebagai system.

Gambar 1.2 Sistem terbuka, tertutup dan terisolasi

Gambar 1.2 memperlihatkan sebuah contoh system terbuka. Kalor


sebagai hasil pembakaran digunakan oleh ketel uap untuk memanaskan air
yang mengalir masuk dan hasilnya adalah uap air bertekanan tinggi.contoh
system tertutup biasanya digunakan pada termos untuk menyimpan air
panas. Meskipun diisolasi namun kalor masih tetap mengalir keluar
permukaan batas sehingga lama kelamaan air mendingin karena suhunya
turun.3

2.4 Kesetimbangan Termal

3
Sulistiati, Ainie Khuriati Riza.2013. “Termodinamika”. Graha Ilmu; Yogyakarta. Hal 6-8
Keadaan system yang memiliki harga Y dan X tertentu yang tetap
selama kondisi eksternal tidak berubah disebut keadaan setimbang.
Kesetimbangan termal adalah keadaan yang dicapai oleh dua (atau lebih)
system yang dicirikan oleh keterbatasan harga koordinat system itu
setelah system salaing berantaraksi melalui dinding diaterm.

Gambar 1.3 Sifat dinding adiabat dan diaterm4

2.5 Hukum Pertama Termodinamika

Dalam termodinamika terdapat dua konsep pentimg yakni kerja dan


energi. Konsep ini dimunculkan sejak era mekanika klasik yang pertama
kali dirumuskan oleh alkemis. teolog, ahli fisika, dan matematika Isaac
Newton berkaitan dengan hukum gerak tubuh makroskopik kecepatan
cahaya c. Sistem termodinamika adalah ukuran makroskopik. Dalam
mekanika klasik, salah satu persamaan dasar yang populer adalah
persamaan kedua Newton menggenai gaya :

F=m.a

Dengan m adalah massa benda, dan a adalah percepatan. F dan a


merupakan vektor yakni besaran yang memuliki bobot dan arah, dan m adalah

4
Ibid. hal 6-7
besaran skalar yang hanya memiliki bobot, oleh karena percepatan adalah vektor
dan percepatan berkaitan dengan perubahan kecepatan ( v ) maka kecepatan
adalah vector.

Perubahan energi didalam suatu sistem merupakan hal yang menjadi topik
utama dalam hukum pertama termodinamika. Prinsip termodinamika ini disebut
juga sebagai hukum konservasi energi yakni energi tidak dapat diciptakan dan
tidak dapat dimusnahkan namun hanya dapat diubah dari satu bentuk kebentuk
lain. Sebagai contoh, kipas angin bekerja secara mekanis. Adanya energi
yangmenggerakkan baling-baling kipas bersumber dari energi listrik, dan energi
listrik yang digunakan berasal dari pembagkit listrik. Artinya gerakan mekanis
merupakan bentuk lain dari energi yang diambil dari sumber energy listrik.

Energi dapat berada dalam bentuk termal, mekanis, kinetik, potensial,


elektri, kimia, nuklir dan jenis lain yang dalam konservasinya dapat dinyatakan
dalam bentuk energi total sistem. Dalam analisis termodinamika sering kali energi
dikalsifikasikan kedalam dua kelompok yakni kelompok makroskopis dan
kelompok mikroskopis. Bentuk makrokopis dari energi berkaitan dengan energy
kinetic dan potensial, sedangkan bentuk mikrokopis dari energi berkaitan dengan
struktur molekul, aktivitas ion dan aspek-aspek lain yang mempengaruhi energi.
Jumlah dari keseluruhan bentuk mikrokopis dari energi dalam suatu sistem
disebut sebagai energi internal dan diberi notasi U.

Gambar 1.4 Ilustrasi energy potensial (EP) dan energy kinetic (EK)
Terminologi energi dinyatakan pertama kali oleh Loar Kevin pada 1852.
Simbol U untuk energi internal dikemukana oleh Rudolph Clausius dan William
Rankine pada pertengahan abad 19. Ilustrasi yang mudah digunakan untuk
menggambarkan konserversi energi adalah perubahan energi kinetik dan energi
potensial sebagimana diilustrasikan pada gambar 1.4.

Gambar 1.5 Deskripsi pengertian system, semesta dan batas sistem

Gambar 1.5 merupakan gambar skema didalam sebuah termos air.


Jika yang menjadi perhatian kita adalah air dan uapnya yang berada
didalam termos, maka seluruh komponen didalam wilayah didalam termos
merupakan sistem. Seluruh bagian termos adalah semesta ( universe ).
Batas sistem dinyataakan dengan garis hitam putus-putus, dan yang
dimaksud dengan lingkungan adalah seluruh bagian selain sistem didalam
semesta.

Hukum pertama termodinamika dinyatakan sebagai hukum


kekekalan energi, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainya. Dalam
persamaan matematis, dalam sistem tertutup perubahan energi internal
(dU) dapat dinyatakan sebagai perubahan kerja (dw) dan perubahan kalor
(dq).

dU = dq + dw
terdapat perbedaan karakteristik dari ketiga fungsi perubahan energy tersebut.
Perubahan kerja dan perubahan kalor adalah fungsi jalan sedangkan perubahan
energi internal merupakan fungsi keadaan. Fungsi jalan tergantung bagaimana dia
dicapai, sedangkan fungsi keadaan hanya tergantung pada kondisi awal dan
kondisi akhir saja. Sebagaimana contoh fungsi keadaan adalah perubahan entalpi
(dH atau ∆ H ¿. Suatau fungsi keadaan perubahan entalpi dari suatu proses
perubahan dari keadaan awal ke keadaan akhirdapat dinyatakan sebagai :

dU = ∆ H =¿ Hakhir ̶ Hawal (1.1)

contoh serupa adalah perubahan energi internal, perubahan fungsi Gibls dan
perubahan entalpi :

dU = ∆ U =¿ Uakhir ̶ Uawal (1.2)

dG = ∆ G=¿ Gakhir ̶ Gawal (1.3)

dS = ∆ S=¿ Sakhir ̶ Sawal (1.4)

d (huruf kecil) dapat digunakan untuk menyatakan perubahan yang revensibel (tak
terhingga pelan) dan simbol delta ( ∆ ¿ dapat digunakan untuk menyatakan
perubahan yang tidak revensibel. Sebaliknya fungsi jalan adalah fungsi yang
tergantung bagaimana dia diproses atau bagaimana mencapai suatau keadaan
akhir. Seagai contoh kerja adalah fungsi jalan sehingga secara matematis:

dW ≠ Wakhir ̶ Wawal

demikian halnya dengan perubahan kalor :

dq ≠ qakhir ̶ qawal

untuk suatu fungsi jalan, simbol delta ( ∆ ¿ yang umumnya digunakan untuk
menyatakn selisih keadaan awal dan akhir atau perubahan inversibel tidak dapat
digunakan.

Sebagai ilustrasi perubahan kalor, dalam memanaskan suatu benda untuk


mengubahnya menjadi berunbah fasa, ada banyak usaha yang dapat dilakuakan.
Sebagai contoh memanaskan cairan untuk menguapkannya, dapat dilakukan
pemanasan menggunakan kalor dari sumber listrik, pemanasan denngan sumber
api dari kompur atau juga dengan memanfaatkan energi panas dari gesekan benda
dengan benda lainnya. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah fasa ini
tergantung mekanisme dan cara kalor dialiri kedalam sistem. Inilah yang
menyebabkan perubahan kalor tidak hanya dapat ditentukan dari besarnya kalor
awal dan akhir saja.

Didalam termodinamika perubahan energi dapat berlangsung secara dapat


balik (reversible) dan tidak dapat balik (irreversible). Proses termodinamika yang
dapat menuju keadaan semula dikatakan sebagai proses dapat balik sebaliknya
proses tidak dapat balik adalah proses yang tidak dapat menuju ke keadaan
semula. Di dalam prosesnya proses dapat balik terjadi dengan kesetimbangan pada
setiap tahap dan berlangsung tak terhingga pelan. Sebagai ilustrasi perubahan
volume berkaitan dengan perubahan tekanan sebagaiman yang terdapat pada
gambar 1.6.

Gambar 1.6 Proses dapat balik (1-2) dan tidak dapat balik (3-4)

Kembali kepersamaan (1.1) hukum pertama termodinamika :

dU = dq + dw
Jika dari suatu sistem terjadi perubahan energy internal, maka perubahan
itu dapat diwujudkan dalam perubahan kalor (dq) dan perubahan kerja (dw) atau
salah satu diantara. Dimulai dari perubahan kerja (dw) :

2.5.1 Kerja Kalor Dan Energi Internal

Perubahan suatu sistem dapat terjadi jika terjadi perubahan volume.


Besarnya perubahan kerja (dw) dapat dinyatakan sebagai :

dw = -pdV (1.5)

dengan p adalah tekanan sistem dan dv adalah perubahan volume.

Pada suatu besaran konstan, besarnya perubahan kerja ;

v2

dw =
∫v − pdV
2 (1.6)

Sebagai contoh jika di dalam suatu tabung dengan tekanan dan volume tertentu
mengalami ekspansi (pemuaian) sehingga volumenya meningkat dengan kondisi
tekanan konstan (tetap) sebagaimana diilustrasikan pada gambar 1.7

Gambar 1.7 Ilustrasi perubahan volume pada tekanan konstan

2.5.2 Perubahan Kalor (dq)

Perubahan kalor adalah fungsi dari perubahan temperatur dan


tergantung pada kapasitas panas. Contoh dua buah benda yang masing-
masing memiliki massa m1 dan m2 dan memiliki temperatur awal T1 dan T2
dengan T2 lebih tinggi dibanding T1. Jika kedua benda dapat melebur
menjadi satu secara fisika dan tidak ada interaksi/reaksi kimia di dalam
maka temperatur kedua benda pada kesetimbangan sama besar,
katakanlah sebesar Tf. panas yang keluar atau yang diserap oleh masing-
masing benda tergantung pada suatu konstanta yang kita sebut sebagai
kapasitas panas atau kapasitas panas spesifik, c1 dan c2 untuk masing-
masing benda. Oleh karena itu T2 >T1 maka panas mengalir dari benda 2
ke benda 1 dan besarnya adalah:

m2.c2( T2 –Tf ) = m1.c1( Tf –T1) = dq

besarnya kalor yang dilepaskan oleh benda 2 sama dengan kalor yang diterima
oleh benda 1 untuk mencapai kondisi akhir/kesetimbangan.

Satuan kalor adalah kalori (calorie/cal), yang didefenisikan sebagai


jumlah atau kuantitas panas yang diperlukan untuk untuk menaikan suhu 1 gram
air dari 14,5 °C ke 15,5°C pada tekanan 1 atm. Jadi panas yang dibutuhkan untuk
menaikan suhu air sebasar 1 derajat celcius pada tekanan 1 atm.

Jika suatu benda diketahui kapasitas panasnya dan perubahan temperaturnya,


maka perubahan kalor yang dialami oleh benda dapat dinyatakan sebagai :

dq = m CP. ΔT (1.7)

dengan CP adalah suatu kapasitas panas yang bernilai konstan, m dan ΔT

berturut-turut adalah massa dan perubahan temperatur.

Namuan demikian kapasitas panas CP tidak selalu bernilai konstan


melainkan dapat berupa fungsi dari temperatur atau tekanan. Jika CP adalah
fungsi dari temperatur, maka besarnya perubahan dapat dinyatakan sebagai :

dq = m ∫ CP(T)dT (1.8)

Jika perubahan berlangsung di dalam sistem tertutup dari temperatur T 1 menuju


T2, maka besarnya perubahan kalor adalah :
T2

dq = m
∫T C p (T )dT
1 (1.9)

Prinsip tersebut digunakan dalam termokimia untuk menentukan perubahan kalor


suatu reaksi atau perubahan fisika.

Dengan menggunakan prinsip ini pada kondisi sistem tertutup, perubahan kalor
merupakan perubahan fisik atau perubahan kimia dapat digunakan untuk
menentukan perubahan entalpi berdasarkan pendekatan :

dU = dq + dw
(1.10)

dU = dq –d(pV)

(1.11)

dq = dU + d(pV)

(1.12)

Karena enntalpi adalah, H = U + pV, maka perubahan kalor suatu


reaksi/perubahan fisik dalam sistem tertutup adalah perubahan entalpi.

Pengukuran termokimia dilakuakan menggunakan suatu alat yang kita


sebut sebagai kalormeter. Alat terdiri dari suatu termostat bertemperatur yang
memiliki suatu kapasitas panas tertentu.

Jika suatu reaksi atau suatu perubahan fisik berlangsung didalam


termostat, maka panas yang dilepaskan atau yang diserap oleh perubahan akan
diserap pula oleh seluruh zat didalam kalorimeter itu sendiri.
Gambar 1.8 Kalorimeter

Jika perubahan berlangsung pada suatu gas pada tekanan konstan, maka besarnya
perubahan kalor:

dp = CpdT
(1.13)

Untuk suatu gas ideal,besarnya kedua kapasitas panas tersebut saling berkaitan.

Kapasitas panas pada volume konstan (Cv) diperoleh dari perubahan


energi internal pada perubahan temperatur, sementara definisi kapasitas panas
pada tekanan konstan (Cp) diperoleh dari definisi perubahan enthalpy pada
perubahan temperatur:

dV
Cv = ( dT )V

(1.14)
dH
Cp = ( dT )p

(3.15)
Dengan mengambil definisi enthalpi yang telah diuraikan pada sub bab perubahan
kalor :
H = U + pV
Maka
dH = dU+ d(pV)
dengan mensubsitusikan : pV = nRT dan dan menguraikan perubahan masing-
masing parameter pada perubahan temperature dapat dinyatakan sebagai :

( dH
dT )
p=(
dV
dT )
v + nR

Sehingga
Cp-Cv = nR
Bahwa hubungan ini berlaku untuk gas ideal.5

2.6 Hukum Kedua Termodinamika

Diantara banyaknya pernyataan alternative dari hukum kedua, dua


pernyataan yang sering dipergunakan dalam termodinamika teknik adalah
pernyataan Clausius dan Kelvin-Planck. Pernyataan Clausius dipilih
sebagai titik tolak dalam pembelajaran hukum kedua beserta
konsekuensinya karena sesuai dengan pengalaman sehingga mudah
diterima. Pernyataan Kelvin-Planck mempunyai kelebihan yaitu
memberikan suatu jalan yang efektif untuk memberikan turunan penting
dari hukum kedua, yang berhubungan dengan system yang menjalani
siklus termodinamika. Salah satu dari turunan ini adalah ketidaksamaan
Clausius yang mengarahkan secara langsung kepada sifat entropi dan
perumusan hukum kedua yang memudahkan analisis terhadap system
tertutup dan volume atur yang menjalani proses yang tidak harus berupa
sebuah siklus.

2.6.1 Pernyataan Hukum Kedua Clausius

Pernyataan Clausius untuk hukum kedua menegaskan bahwa:


adalah tidak mungkin bagi system apapun untuk beroperasi sedemikian
rupa sehingga hasil tunggalnya akan berupa suatu perpindaha kalor
benda yang lebih dingin ke benda yang lebih panas.

5
Fatimah,Is. 2015. “Kimia Fisika” Yogyakarta: Deepublish. Hal 23-30
Pernyataan Clausius tidak mengesampingkan adanya kemungkinan
memindahkan energy kalor dari satu benda yang lebih dingin ke benda
yang lebih panas, dimana hal ini dapat secara tepat dilakukan
menggunakan refrijerator (mesin pendingin) dan pompa kalor. Walaupun
demikian, sebagaimana kata-kata “hasil tunggalnya” dalam pernyataan
menunjukkan, bila suatu perpindahan kalor dari satu benda yang lebih
dingin ke benda yang lebih panas terjadi, maka harus ada suatu pengaruh
lain di dalam system yang menangani perpindahan kalor, sekelilingnya,
atau keduanya. Bila system tersebut beroperasi menurut siklus
termodinamika, keadaan awalnya akan kembali setelah setiap akhir siklus,
sehingga dengan demikian satu-satunya tenpat yang harus diperiksa untuk
pengaruh lain tersebut diatas adalah sekelilingnya. Sebagai contoh,
pendingin di dalam rumah ditangani oleh mesin pendingin yang
digerakkan oleh motor listrik yang membutuhkan kerja dari sekelilingnya
untuk dapat beroperasi. Pernyataan Clausius bias diartikan bahwa tidak
mungkin untuk membuat suatu siklus pendingin yang beroperasi tanpa
adanya masukan kerja.

2.6.2 Pernyataan Hukum Kedua Kelvin-Planck

Sebelum membahas pernyataan Kelvin-Planck untuk hukum kedua,


maka konsep reservoir termal akan diperkenalkan. Suatu reservoir termal,
atau singkatannya reservoir (penampungan), adalah suatu bentuk system
khusus yang selalu tetap pada suatu temperature konstan walaupun energy
ditambahkan ataupun dikurangi melalui perpindahan kalor. Sebuah
reservoir tentu saja merupakan suatu idealisasi, tetapi system semacam ini
dapat diserupakan dengan berbagai cara sebagai atmosfer bumi, jumlah air
yang sangat besar (danau, samudra), satu balok besar tembaga dan
sebagainya. Contoh lainnya diberikan oleh suatu system yang terdiri dari
dua fasa: walaupun perbandngan massa dari kedua fasa berubah dengan
dipanaskannya atau didinginkannya system tersebut pada tekanan konstan,
temperaturnya tetap akan konstan selama kedua fasa tersebut ada
bersamaan. Sifat ekstensif suatu reservoir termal seperti energy dalam,
dapat berubah pada interaksi dengan system lainnya walaupun temperature
reservoir tersebut tetap konstan.

Pernyataan Kelvin-Planck untuk hukum kedua: adalah tidak


mungkin untuk system apapun dapat beroperasi dalam siklus
termodinamika dan memberikan sejumlah kerja neto ke sekelilingnya
sementara menerima energy melalui perpindahan kalor dari suatu
reservoir termal tunggal. Prnyataan ini mengesampingkan suatu
kemungkinan dari suatu system untuk membangkitkan sejumlah kerja neto
dari perpindahan kalor yang diambil dari suatu reservoir termal tunggal.
Pernyataan ini hanya menolak kemungkinan tersebut, apabila sistemnya
menjalani sebuah siklus termidinamika.

2.6.3 Kesepadanan Pernyataan Clausius Dan Kelvin-Planck

Sebelum membahas pernyataan Kelvin-Planck untuk hukum kedua,


maka konsep reservoir termal akan diperkenalkan. Suatu reservoir termal,
atau singkatannya reservoir (penampungan), adalah suatu bentuk system
khusus yang selalu tetap pada suatu temperature konstan walaupun energy
ditambahkan ataupun dikurangi melalui perpindahan kalor. Sebuah
reservoir tentu saja merupakan suatu idealisasi, tetapi system semacam ini
dapat diserupakan dengan berbagai cara sebagai atmosfer bumi, jumlah air
yang sangat besar (danau, samudra), satu balok besar tembaga dan
sebagainya. Contoh lainnya diberikan oleh suatu system yang terdiri dari
dua fasa: walaupun perbandngan massa dari kedua fasa berubah dengan
dipanaskannya atau didinginkannya system tersebut pada tekanan konstan,
temperaturnya tetap akan konstan selama kedua fasa tersebut ada
bersamaan. Sifat ekstensif suatu reservoir termal seperti energy dalam,
dapat berubah pada interaksi dengan system lainnya walaupun temperature
reservoir tersebut tetap konstan.
Pernyataan Kelvin-Planck untuk hukum kedua: adalah tidak
mungkin untuk system apapun dapat beroperasi dalam siklus
termodinamika dan memberikan sejumlah kerja neto ke sekelilingnya
sementara menerima energy melalui perpindahan kalor dari suatu
reservoir termal tunggal. Prnyataan ini mengesampingkan suatu
kemungkinan dari suatu system untuk membangkitkan sejumlah kerja neto
dari perpindahan kalor yang diambil dari suatu reservoir termal tunggal.
Pernyataan ini hanya menolak kemungkinan tersebut, apabila sistemnya
menjalani sebuah siklus termidinamika.6

2.7 Perumusan Matematis Termodinamika

Hubungan-hubungan kuantitatif yang disediakan oleh hukum-


hukum termodinamika berguna bagi penyelesaian dua jenis masalah yang
benar-benar berbeda. Yang pertama berkenaan dengan proses, dan
persamaan-persamaan yang digunakan berkenaan dengan hubungan antara
perubahan-perubahan sifat sebuah sistem dan besaran energi yang
dipindahkan antara sistem tersebut dan lingkungannya.
Manfaat termodinamika yang kedua dan sama pentingnya yaitu
dalam penjelasan mengenai hubungan-hubungan antara sifat-sifat
kesetimbangan sebuah sistem. Penurunan persamaan-persamaan ini
dimulai dengan suatu pertimbangan mengenai proses-proses, karena
hukum-hukum termodinamika menyertakan besaran-besaran Q dan W,
yang bukan merupakan sifat-sifat melainkan perwujudan proses-proses itu.
Meskipun demikian, untuk proses-proses yang reversibel, Q dan W dapat
digantikan oleh pernyataan-pernyataan yang hanya melibatkan sifat-sifat,
dan persamaan-persamaan yang dihasilkan kemudian menjadi hubungan
antara sifat-sifat kesetimbangan, tidak lagi dibatasi oleh proses jenis
tertentu yang pada mulanya dipilih untuk penurunan tersebut. Sifat ini
sering disebut fungsi-fungsi keadaan. Pertimbangan matematis secara

6
Ibid hal 90-91
murni memungkinkan penurunan sejumlah besar persamaan yang
menghubungkan fungsi-fungsi keadaan tersebut.

2.7.1 Diferensial Eksak Dan Fungsi Keadaan


Penggambaran matematis perubahan-perubahan yang terjadi
didalam sistem fisika sering membawa kita ke pernyataan-pernyataan
diferensial yang berbentuk:

C 1 dX 1 +C 2 dX 2+ …+Cn dX n =∑C1 dX 1 (3.1)

Dengan X, variabel bebas, dan C, fungsi dari X, apabila mungkin membuat


pernyataan diferensial (3.1) menjadi sama dengan dY, diferensial fungsi Y
menjadi

Y =Y (X 1 , X 2 ,… , X n)

maka pernyataan diferensial (3.1) dikatakan menjadi eksak, dan dapat menulis

dX +C 1 dX 1+ …+C n dX n=∑Ci dX i (3.2)

Matematik menyediakan sebuah defenisi untuk diferensial sebuah fungsi


multivariasi:

dY = ( ∂∂XY ) dX +( ∂∂YX ) dX + …+( ∂∂XY )dX ≡ ∑( ∂∂YX )dX


1
1
2
2
n
n
j
i

dengan subskrip X, pada turunan parsial menunjukkan bahwa semua X, dijaga


konstan. Karena X, bebas, persamaan terakhir ini (3.2) dapat kita samakan suku
untuk memberikan

∂Y ∂Y ∂y
C 1= ( ) ∂ X1
… , C n=( )
∂ Xn
atau C 1= ( )
∂ xi
Dalam (3.2), setiap C, dan X, yang bersesuaian dengannya dikatakan konjugat
satu sama lain.
Jika Y dan turunannya kontiniyu, maka untuk sembarang pasangan
variabel bebas Xk dan Xl punya persyaratan matematis yaitu
∂2 y ∂2 y
=
∂ Xk ∂ Xl ∂ Xl ∂ Xk

Atau

∂C l ∂ Ck
( )( )
∂ Xk
=
∂ Xl

Persamaan ini berlaku untuk dua pasangan konjugat apapun (Cl,


Xl) dan (Ck, Xk) dalam sebuah pernyataan diferensial eksak. Sekimpulan
n(n-1)/2 persamaan (3.4) mewakili sebuah kondisi yang penting dan cukup
untuk keeksakan (3.1)
Dalam hubungan sifat (2.6), dU = T Ds – P dV, U diketahui sebagai fungsi
S dan V supaya T dS- P dV pasti eksak. Untuk hubungan-hubungan sifat yang
demikian (3.4) digunakan tidak untuk menguji keeksakan tapi untuk menyediakan
hubungan-hubungan termodinamika tambahan. Jadi dari (2.6) kita berkesimpulan

( ∂∂TV )=( ∂∂ PS )
Beberapa diferensial-diferensial tertentu dalam termodinamika tidak eksak.
Contoh persamaan
δQ πy =dU +Pdv

Menyatakan hukum pertama untuk sistem PVT yang menjalani proses reversibel.

Meskipun variabel-variabel disebelah kanan merupakan fungsi-fungsi keadaan,


Qπv
akan diperlihatkan bahwa bukan merupakan fungsi keadaan. Bila U

dianggap sebagai sebuah fungsi keadaan dari T dan V, maka

∂U ∂U
dU = ( ) ( ) dT
∂V T
dV +
∂T V

Gabungan (3.5) dan (3.6) memberikan

∂Q πv = ([ ∂∂VU ) +P ] dV +( ∂∂TU ) dT =MdV +NdT


r V

Diferensiasi M terhadap T dan diferensiasi N terhadap V menghasilkan

2 2
∂M ∂U ∂P ∂N ∂U
( ) = +
∂ T V ∂ T ∂V ∂ T ( ) V
( ) =
∂ V T ∂V ∂T

Karena U fungsi T dan V, turunan keduannya harus sama. Meskipun demikian

(𝛛P/𝛛T)v dikenal dari eksperimen secara umum tidak sama dengan nol, maka

∂Q πv Qπv
(3.4) tidak terpenuhi jadi bukan sebuah diferensial eksak, dan

bukan sebuah fungsi keadaan, tanda δ digunakan oleh Q secara khusus untuk
7
menegaskan kenyataan ini.

2.8 Latihan soal :

7
Michael M.Abbot dan Hendrick C. Van Ness. 1994.”Teori dan Soal-soal Termodinamika Edisi
Kedua”. Penerbit Erlangga; Jakarta. Hal 65-67
1. Kapasitas kalor molar suatu logam pada suhu rendah bervariasi terhadap
suhu menurut persamaan :
a 3
c= θ +bθ
Θ3
Dengan a, b, Ө tetapan. Berapakah banyaknya kalor per mol dipindahkan
selama berlangsungnya proses sehingga suhunya berubah dari 0,01 Ө
menjadi 0,02 Ө ?

Jawab :
a 3
c= θ +bθ
Diketahui : Θ3
θ2 θ2

Karena
Q=∫ cd θ=∫
θ1 θ1
( Θa θ +bθ) dθ
3
3

θ2 0 , 02 Θ
a 4 b 2 a 4 b 2
Q=
(
4 Θ3
θ + θ
2 )θ1
⇒Q=
4 Θ 3(θ + θ
2 )0 , 01 Θ

a b
Q= ( 4 Θ3
[ ( 0 , 02Θ ) 4
− ( 0 , 01Θ ) 4
] +
2
[ ( 0 , 02Θ ) 2
− ( 0 , 01Θ ) 2
] )
Q=( 3 , 75×10−8 aΘ+1,5×10−4 bΘ 2 )

2. Pada suhu kritis diketahui bahwa :

∂P ∂2 P
( )
∂V T
=0
dan
( ) ∂V 2 T
=0

Diketahui persamaan van der waals dirumuskan dalam persamaan (2.2)


bab 2 yang terdahulu:

( p+ va )( v−b )=RΘ
2

Tentukanlah:
a. Volume titik kritik nya (vc)
b. Suhu titik kritik nya (θc)?
c. Tekanan titik kritik nya (Pc)?
PC v c
d. Nilai : Rθc ?
Jawab:
a Rθ a
a. Karena
( P+
v2 )
( v−b )=Rθ
, maka :
P=
( − 2
v−b v )
∂P ∂2 P
Lalu :
( )
∂V T
=0
dan
( )
∂V 2
=0

∂P Rθ 2a Rθ 2a
( )
∂V T
=− 2
( v−b ) v
+ 3 =0
lalu
(( =
v−b )2 v 3 )
∂2 P 2 Rθ 6 a Rθ 3a
( ) 2
=
∂ v T ( v−b ) 2
− 4 =0
v lalu ( v−b )
2
= 3
v
Pada titik kritis berarti :
v=vc ; θ=θc; P=PC,
maka pemecahan di atas dibagi saja menjadi :
Rθ 3a 1 3
= ⇒ = ⇒2 v=3 v−3 b
( v−b )3 v4 v−b 2 v
Rθ 2a
( v−b )2 v3
v =v c =3 b
b. Mencari nilai θc; hasil vc disulihkan ke dalam persamaan
2 2
R 2a 2a ( v−b ) 2a ( 3−b )
= ⇒θ= 3 =
( v−b )2 v 3 v R ( 3 b )3 R
8a
θ=θ c=
27 Rb
c. Mencari nilai Pc; hasil vc dan θc disulihkan kedalam persamaan

PC =
Rθ C a
− =
R (278bRa ) − a
=
8a
27 b a
− 2=
8a a
− 2=
2a
v c −b v 2 3 b−b 2 2 b 9b 54 b 2 2
c
(3 b) 9 b 54 b
a
Pc =
27 b2

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kata termodinamika berasal dari bahasa Yunani therme berarti kalor dan
dymanics berarti kakas. Jadi termodinamika berarti kemampuan benda panas
menghasilkan usaha/kerja. Namun sekarang ini pengertian termodinamika telah
berkembang, termodinamika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari energy
beserta perubahannya dan hubungan antara sifat-sifat (properties) fisis materi.
Hubungan antara kedua pandangan itu terletak pada kenyataan bahwa
beberapa sifat yang terukur langsung, yang perinciannya meliputi pemerian
makroskopik, sebenarnya rata-rata terhadap selang waktu tertentu dari sejumlah
besar ciri khas mikroskopik.
Hukum yang memiliki dua konsep dimunculkan sejak era mekanika klasik
yang pertama kali dirumuskan oleh alkemis. teolog, ahli fisika dan matematika
Isaac Newton berkaitan dengan hukum gerak tubuh makroskopik kecepatan
cahaya c.
Hukum termodinamika kedua terdapat dua pernyataan yang sering
dipergunakan dalam termodinamika teknik adalah pernyataan Clausius dan
Kelvin-Planck. Pernyataan Clausius dipilih sebagai titik tolak dalam pembelajaran
hukum kedua beserta konsekuensinya karena sesuai dengan pengalaman sehingga
mudah diterima.
3.2 SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Kami berharap  para pembaca bisa memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Fatimah,Is. 2015. Kimia Fisika. Yogyakarta: Deepublish.


Michael M.Abbot dan Hendrick C. Van Ness. 1994. Teori dan Soal-soal
Termodinamika Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sudjito, Saifuddin Baedoewie dan Agung Sugeng. Diktat Termodinamika Dasar.
Jakarta: Graha Ilmu.
Sulistiati, Ainie Khuriati Riza. 2013. Termodinamika. Graha Ilmu; Yogyakarta.
Zemansky Mark W. dan Richard H. Dittman. 1986. Kalor dan Termodinamika.
Bandung: ITB Bandung.

Anda mungkin juga menyukai