Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH FISIKA DASAR

SUHU DAN KALOR

Dosen Pengampu :
Dwi Agus Kurniawan, S.Pd, M.Pd
NIP 201504052019

Disusun Oleh :
Kelompok 8 :
1. Novela Melinda (A1C117007)
2. Sheila Sagita (A1C117009)
3. Yulinarti Choinirul Nisya (A1C117025)
4. Agustri Manda Sari (A1C117035)
5. Suci Desmarani (A1C117081)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
2
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penelitian 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Kajian Teori 2
2.1.1 Pengertian Suhu dan Kalor 2
2.1.2 Sistem Pengukuran Temperatur 4
2.1.3 Skala Temperatur 4
2.1.4 Pemuaian Termal 8
2.1.5 Kuantitas Kalor dan Kalor Jenis 12
2.1.6 Kapasitas Kalor 13
2.1.7 Perpindahan Kalor 16
2.1.8 Azas Black 20
2.2 Review Jurnal 22
2.3 Hasil diskusi 44

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan 46
3.2 Saran 47

DAFTAR PUSTAKA 48

LEMBAR PENILAIAN ............................................................................... 50

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam keseharian, istilah panas, dingin, sejuk, hangat dan lain-lain telah
akrab di telinga kita untuk menunjukkan tingkat panas atau dinginnya sebuah
benda. Secara tidak langsung, sesungguhnya kita telah berkenalan dengan efek
termal ini melalui istilah-istilah tersebut. Hanya saja dalam ilmu fisika hal tersebut
belum mencukupi, sebab sulit diukur dan tidak bisa dinyatakan dalam angka.
Pendek kata, tidak kuantitatif. Sehingga tidak bisa dikelola menjadi sebuah
informasi fisika.
Untuk menunjukkan hal tersebut digunakan sebuah besaran yang disebut
temperatur (T), yaitu besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya
sebuah benda secara eksak. Bagaimana cara mengukur temperatur sebuah benda
dan bagaimana pula menyatakannya akan kita bahas kemudian pembahasan
mengenai temperatur sesungguhnya merupakan bagian dari pembahasan tema
yang lebih besar, yakni Termodinamika.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian suhu dan kalor, serta mempelajari alat-alat
yang digunakan dalam pengukuran suhu dan kalor, dan juga untuk mempelajari
bagaimana cara menerapkan itu semua dalam kehidupan sehari-hari, yang tanpa
kita sadari itu semua telah kita lakukan namun kita tidak mengetahui bahwa itu
berhubungan dengan materi suhu dan kalor, serta untuk mendalami meteri-materi
suhu dan kalor yang sebelumnya pernah dipelajari namun hanya dasarnya saja.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Suhu dan Kalor
Menurut Halliday (1960), temperatur adalah salah satu dari tujuh
besaran pokok SI. Fisikawan mengukur temperatur dalam skala Kelvin yang
unit satuannya Kelvin. Adapun suhu ruangan berkisaran pada nilai 290
Kelvin. Sedangkan menurut Bambang (2013), suhu adalah derajat panas
benda. Alat ukur suhu disebut termometer. Termometer dapat dibuat dengan
beberapa cara, misalnya oleh pemuaian zat cair, beda potensial oleh dua
kawat berlainan yang salah satu ujungnya di kontrakan, atau dapat juga
berdasarkan panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh benda pijar.
Termometer termokopel berdasarkan tegangan listrik yang dihasilkan oleh
dua kawat berbeda jenis yang salah satu ujung lainnya di kontrakan dengan
benda yang diukur suhunya.
Menurut Bambang (2013), dikenal juga alat ukur suhu berdasarkan
panjang gelombang cahaya yang dipancarkannya, yaitu ​pyrometer.​
Termometer batang dan termometer badan dibuat berdasarkan pemuaian zat
cair isian, yaitu alkohol atau air raksa (Hg). Termometer terdapat empat jenis
yaitu :
1) Termometer batang, yaitu termometer yang dibuat dari gelas yang
tengahnya terdapat rongga kapiler, dan di salah satu ujungnya terdapat
mangkuk berisi cairan Hg atau alkohol.
2) Termometer badan, yaitu termometer yang serupa dengan termometer
batang , hanya saja kawasan ukuran suhu antara 35°C sampai 43°C,
selain itu cairan yang lebih biasa digunakan adalah Hg karena
pemuaiannya cepat yang berakibat waktu tanggap termometer ini juga
cepat.
3) Termometer tahan, prinsip dasar termometer ini ketika tekanan
bertambah maka suhu di tahanan itu juga bertambah.

5
4) Termometer termokopel, yaitu alat ukur suhu yang dinyatakan dalam
mv.
Munurut Ishaq (2007), secara intuitif kita bisa menyatakan bahwa ada
“sejenis fluida” yang hilang dari air panas yang pindah ke air dingin. “Fluida”
yang kita maksud tersebut dalam fisika dinamakan Kalor (dalam bahasa Indonesia
sering diterjemahkan sebagai panas, namun istilah panas ini agak sedikit
membingungkan, sehingga kita pakai kata kalor sesuai dengan aslinya). Pada
awalnya orang menganggap kalor ini sebagai suatu zat “fluida” yang berpindah
dari benda bertemperatur tinggi pada benda yang bertemperatur rendah.
Namun, hal yang mengubah pandangan orang terjadi ketika pada awal abad
ke – 18 seorang berkebangsaan Amerika yang berpindah ke Bavaria Count
Rumford memimpin pembuatan meriam dengan mengebor besi yang berbentuk
silinder. Setelah beberapa saat melakukan pengeboran, temperatur besi naik dari
16​0​C menjadi 53​0​C dan besi menjadi terlalu panas untuk dibor kembali. Awalnya
ia mengira kenaikan temperatur ini karena serpihan besi hasil pengeboran yang
terkumpul sekitar 0,05 kg di dasar silinder. Agar besi tidak terlalu panas karena
gesekan mata bor pada proses pengeboran, ia menambahkan air pada lubang besi
hasil pengeboran sehingga air tersebut mendidih.
Pada awalnya orang menyangka bahwa mendidihnya air karena zat yang
disebut “kalorik” dari serpihan - serpihan kecil besi berpindah dari besi ke air.
Namun ketika serpihan tidak lagi dihasilkan pada saat mata bor tumpul, air tetap
mendidih. Hal ini membuktikan bahwa anggapan “kalorik” sebagai zat yang
berpindah adalah tidak benar. Namun Rumford masih menyangka bahwa kalor
dapat terus menurus timbul dari besi secara tak terbatas. Ia belum sampai pada
kesimpulan bahwa kalor adalah bentuk ​energy,​ yang secara mikroskopik adalah
energi kinetik molekul.
Melalui serangkaian percobaan beberapa fisikawan, seperti Sir James
Prescolt Joule (1818-1889), Francis Bacon (1561-1626), Robert Boyle
(1627-1691), dan Robert Hooke (1635-1703) akhirnya kalor dapat dipahami

6
sebagi bentuk energi dan mendefinisikan kalor sebagai berikut : “suatu bentuk
energy yang berpindah dari suatu zat ke zat lain akibat perbedaan temperatur”.
Konsep awal “​caloric​” tidak bisa lagi dipertahankan, meskipun istilah kalor
sendiri masih tetap dipergunakan hingga kini. Kalor tidak lain adalah ​energy yang
berpindah dari zat yang temperaturnya lebih tinggi ke zat lain yang bertemperatur
lebih rendah, dan bukan zat yang berpindah, seperti yang semula diduga. Sejak
awal, Helmholtz menyatakan bahwa semua bentuk ​energy pada dasarnya adalah
ekuivalen (setara) dan hubungan antar energi (yang pada saat itu sudah dikenal
adalah energi mekanik) dan ​energy kalor dicetuskan oleh Joule bahwa jika
sejumlah kerja mekanik dilakukan untuk menghasilkan kalor, maka energi kalor
tersebut dapat diubah kembali menjadi kerja mekanik (gerak). Konsep kesetaraan
kalor dan ​energy mekanik ini sangat mengejutkan karena saat itu konsep
konservasi (kekekalan) energi belumlah ditemukan. Sekarang konsep kesetaraan
ini sudah diaplikasikan dalam alat – alat dan mesin bantu manusia.

2.1.2 Sistem Pengukuran Temperatur


Menurut Ishaq (2007), temperatur benda sulit diamati dengan mata, maka
itu kita harus memperhatikan besaran fisis lain yang berubah jika temperatur
berubah. Misalnya volume sebuah cairan, panjang sebuah tongkat besi, hambatan
(resistensi) kawat, tekanan, warna sebuah benda dan lain – lain. Sebuah
termometer pada prinsipnya memanfaatkan prinsip ini, yaitu dengan mengamati
perubahan volume cairan (antara besaran lainnya) ketika temperatur berubah.
T(X)=bX....
Temperatur T diukur melalui besaran fisis lain X yang mudah terukur,
dalam termometer X ini adalah volume dari cairan yang mengembang jika
temperatur naik. Konstanta b harus kita tentukan melalui eksperimen. Eksperimen
ini dilakukan dengan menyentuhkan termometer pada kedua keadaan “ekstrim”,
keadaan pertama, yaitu keadaan “titik es” atau disebut “titik beku normal air”,
yaitu keadaaan dimana air dalam bentuk es dan cair berada dalam kesetimbangan
termal pada tekanan 1 atm inti akan menjadi titik “bawah” termometer. Keadaan
kedua , yaitu keadaan di mana air sedang mendidih pada tekanan 1 atm, “ini

7
disebut titik didik normal air “, ini akan menjadi titik “atas” penyekalan
termometer.

2.1.3 Skala Temperatur


​ erway (2014), a​ common thermometer in everyday use
According to S
consists of a mass of likuid usually mercury or Alcohol that expands into a glass
capillary tube when heated. In this case, the physical property that changes is the
volume of a liquid. Any temperature change in the range of the thermometer can
be defined as being proportional to the change in length of the liquid column. The
thermometer can be calibrated by placing it in thermal contact with a natural
​ enurut ​Serway (2014​), ​termometer
system that remains at constant temperature. M
umum dalam pemakaian sehari-hari terdiri dari massa cairan biasanya merkuri
atau alkohol yang mengembang menjadi tabung kapiler kaca saat dipanaskan.
Dalam kasus ini, properti fisik yang berubah adalah volume cairan. Setiap
perubahan suhu pada kisaran termometer dapat didefinisikan sebanding dengan
perubahan panjang kolom cairan. Termometer dapat dikalibrasi dengan
menempatkannya dalam kontak termal dengan sistem alami yang tetap pada suhu
konstan.
Menurut Giancoli ​(2014), untuk mengukur temperatur secara kuantitatif,
sejumlah skala harus didefinisikan. Skala yang paling umum saat ini adalah skala
Celcius atau ​Centigrade​. Di Amerika Serikat, skala Fahrenheit umum digunakan.
Skala terpenting dalam karya ilmiah adalah skala mutlak, atau Kelvin. Salah satu
cara menentukan skala temperatur adalah memberikan nilai tertentu pada
temperatur yang mudah diulangi untuk skala Celcius dan Fahrenheit, dua titik
tetap yang dipilih adalah titik beku dan titik didih air. Keduanya diambil pada
tekanan atmosfer. Termometer praktis dikalibrasi dengan menempatkannya dalam
lingkungan yang disiapkan dengan teliti pada setiap temperatur dan menandai
posisi cara atau penunjuk.
1. Skala Celcius
Pada skala termometer Celcius, keadaan ekstrim pertama, yaitu ada
ketika termometer pada kesetimbangan termal dengan titik beku normal air,

8
temperatur ini diberi nilai 0°C (Ishaq, 2007). Menurut Giancoli ​(2014),
untuk skala Celcius, jarak antara dua tanda dibagi menjadi seratus dengan
jarak yang sama dan merepresentasikan setiap derajat antara 0°C dan 100°C
(skala ini, yang didasarkan pada sebuah skala yang diciptakan oleh orang
Swedia yang bernama Celcius di dalam tahun 1742, dinamakan “bagian
perseratus” (“​centigrade​”) sampai tahun 1948 ketika Konferensi Umum
yang Kesembilan mengenai berat dan ukuran memutuskan bahwa nama
tersebut seharusnya diganti​ (Halliday, et al, 1978)​ .

2. Skala Fahrenheit
Menurut Ishaq (2007), skala Fahrenheit banyak digunakan masyarakat
Amerika, walaupun prinsipnya sama dengan skala Celcius. Perbedaannya
adalah pada skala termometer Fahrenheit, keadaan ekstrim pertama, yaitu
ketika termometer ada pada kesetimbangan termal dengan titik beku normal
air, temperatur ini diberi nilai 32°F. Sedangkan pada keadaan kedua ketika
termometer setimbang termal dengan titik didih normal air, temperaturnya
diberi nilai 212°F.
Menurut Giancoli ​(2014), jarak antara dua nilai itu dibagi rata menjadi
180 bagian. Untuk temperatur di bawah titik beku air dan di atas titik didih
air, skala bisa diperluas menggunakan jarak yang sama.
3. Skala Kelvin
Menurut Ishaq (2007), skala Kelvin disebut juga skala temperatur
mutlak (absolut), hal ini karena temperatur 0 pada skala Kelvin memang
temperatur yang benar-benar nol, artinya tidak ada zat yang bertemperatur
di bawah 0 K. Pada skala Kelvin, keadaan ekstrim pertama, yaitu ketika
termometer ada pada kesetimbangan termal dengan titik beku normal air,
temperatur ini setara dengan 273K. Sedangkan pada keadaan kedua ketika
termometer seimbang termal dengan titik didih normal air, temperaturnya
dalam Kelvin adalah 373K.

9
a. Hubungan skala Celcius dan skala Fahrenheit
Menurut Giancoli ​(2014), setiap temperatur dalam skala Celcius
berhubungan dengan temperatur tertentu dalam skala Fahrenheit.
Untuk mengkonversikan skala Celcius ke skala Fahrenheit dan
sebaliknya, ingatlah bahwa 0°C sama dengan 32°F dan bahwa kisaran
100° pada skala Celcius terhubung dengan kisaran 180° pada skala
100 5
Fahrenheit. Maka, satu derajat Fahrenheit (1F°) sama dengan 180 = 9
5
satu derajat Celcius (1C°). Sehingga, 1F ° = 9 C°. (Perhatikan bahwa
ketika kita mengacu pada temperatur tertentu, kita mengatakan
“derajat Celcius” seperti pada 20℃ . Tetapi ketika kita mengacu pada
perubahan temperatur atau interval temperatur, kita berkata “Celcius
derajat”, seperti pada “2C°” ). Konversi antara dua skala temperatur
dapat ditulis :
5 9
T (℃) = 9 [T (℉) − 32] atau T (℉) = 5 T (℃) + 32
Contoh : Mengukur temperatur badan anda, Temperatur badan normal
adalah 98,6 ℉, berapa temperatur badan normal diukur dalam skala Celcius?
Pendekatan : Kita ingat bahwa 0℃ = 32℉ dan 5C° = 9F °
Penyelesaian : Pertama kita menghubungkan temperatur tertentu dengan
titik beku air (0°C). Maka, 98, 6°F − 32, 0 = 66, 6 F ° diatas titik beku air.
Karena setiap F° sama dengan 59 C , nilai ini dapat dikonversi ke
66, 6× 59 = 37, 0 Celcius derajat di atas titik beku. Titik beku adalah 0°C,
sehingga temperatur adalah 37,0°C (​Douglas C. Giancoli, 2014​).
Latihan Soal : Jika temperatur udara di kota Jambi 18°C, berapakah
temperatur udara dalam satuan Fahrenheit?
Jawab : 15× 95 = 27°C
27 + 32 = 59°F
Sehingga, temperatur udara dalam Fahrenheit adalah 59℉ .

b. Hubungan skala Celcius dan skala Kelvin

10
Menurut Ishaq (2007), tidak ada benda yang bisa mencapai nilai
temperatur di bawah nol absolut. Temperatur terendah yang bisa
diukur adalah 1K. Sehingga untuk mengkonversi temperatur Celcius
ke Kelvin dapat digunakan persamaan :
T = T с + 273, 15 ....
Kadang nilai 273,15 ini dibulatkan menjadi 273 saja.

Contoh :
Hitung temperatur 122 ℉ pada skala absolut?
Jawab : Kita ubah dulu ke dalam Celcius :
T с = 59 (122 − 32) = 59 90 = 50℃
Dalam skala absolut : T = 50 + 273 = 323K (Ishaq, 2007).
Latihan Soal :
Hitung temperatur 300K pada skala Fahrenheit?
Jawab : Kita ubah dulu ke dalam Celcius : T = 300 − 273 = 27℃
Dalam skala Fahrenheit : T ғ = 95 27 + 32 = 48, 6 + 32 = 80, 6℉

2.1.4 Pemuaian Termal


​ alliday (​ 2013), you can often loosen a tight metal jar lid by
According to H
holding it under a stream of hot water. Both the metal of the lid and the glass of
the jar expand as the hot water adds energy to their atoms.(With the added
energy, the atoms can move a bit farther from one another than usual, against the
spring-like interatomic forces that hold every solid together.) However, because
the atoms in the metal move farther apart than those in the glass, the lid expands
more than the jar and thus is loosened. ​Menurut H
​ alliday (2013), a​ nda sering bisa
melonggarkan tutup tabung logam ketat dengan menahannya di bawah aliran air
panas. Kedua logam penutup dan gelas toples melebar saat air panas
menambahkan energi ke atom mereka. (Dengan energi tambahan, atom dapat
bergerak sedikit lebih jauh dari yang lain dari biasanya, melawan kekuatan
interatomik seperti musim semi pegang setiap padatan bersama-sama.) Namun,

11
karena atom-atom di logam bergerak lebih jauh daripada yang ada di kaca,
tutupnya mengembang lebih dari toples dan dengan demikian dilonggarkan).
Menurut ​ alliday (2010), ekspansi termal material seperti itu dengan
H
peningkatan suhu harus diantisipasi dalam beberapa situasi yang umum. Untuk
sebuah jembatan yang tunduk pada perubahan suhu besar (dalam musim)
misalnya, bagian dari jembatan dipisahkan oleh slot ekspansi sehingga bagian itu
memiliki ruang untuk memuai pada musim panas sehingga jembatan tidak tekuk
akibat perpanjangan kedua sisi jembatan. Ketika penambalan pada gigi bolong
dilakukan, bahan pengisi harus memiliki sifat ekspansi termal yang sama dengan
gigi sekitarnya. Jika tidak, maka mengkonsumsi es krim yang dingin dan
meminum kopi panas akan sangat menyakitkan.
Menurut Ishaq (2007), pada umumnya jika temperatur sebuah benda baik itu
padatan, cairan atau gas naik maka benda akan memuai (mengembang), kecuali
untuk air pada kenaikan temperatur 0°C hingga 4°C justru menyusut dan bukan
mengembang, gejala ini kita sebut anomali air.
1. Pemuaian Linear
Contoh Konseptual : Membuka tutup toples yang erat
Ketika tutup toples kaca yang sangat erat, sering kali dengan merendam
tutup toples itu sebentar dalam air panas akan membuatnya lebih mudah
dibuka. Mengapa?
Respons : tutup toples itu mungkin terkena air panas lebih langsung dari
pada kaca sehingga lebih cepat memuai. Tetapi meskipun tidak demikian,
pada umumnya logam memuai banyak dari pada kaca untuk perubahan
temperatur yang sama atau α lebih besar (​Giancoli, 2014).
Menurut Giancoli (2014), eksperimen mengindikasikan bahwa
perubahan panjang ∆L dari hampir semua benda padat, pada aproksimasi
yang baik, berbanding lurus dengan perubahan temperatur ∆T , sepanjang
∆T tidak terlalu besar. Perubahan panjang sebanding dengan panjang awal
benda, Lₒ .

12
​ ear and Zemansky’s (2008), a proportionality constant
According to S
α (which is different for different materials), we may express these
relationships in a equation :
∆L = αLₒ∆T ...
If a body has length Lₒ at temperature T ₒ , then itslength L at a
temperature T = T ₒ + ∆T is :
L = Lₒ + ∆T = Lₒ + αLₒ∆T = Lₒ(1 + α∆T )...
Menurut Sear dan Zemansky's (2008), konstanta proporsionalitas α
(yang berbeda untuk bahan yang berbeda), kita dapat mengungkapkan
hubungan ini dalam sebuah persamaan :
∆L = αLₒ∆T ..
Jika tubuh memiliki panjang Lₒ pada suhu Tₒ, maka panjang L pada suhu T
= Tₒ + ΔT adalah :
L = Lₒ + ∆T = Lₒ + αLₒ∆T = Lₒ(1 + α∆T )...

Menurut Giancoli (2014), beberapa nilai koefisien muai sekitar 20°C :


Material Koefisien muai linear α (C°)−1

Alumunium 25×10−6
Kuningan 19×10−6
Tembaga 17×10−6
Besi atau baja 12×10−6
Timah 29×10−6

Contoh : Pemuaian jembatan


Alas baja untuk jembatan gantung memiliki panjang 200m pada temperatur
20°C. Jika alas itu akan terpapar pada temperatur ekstrim dari − 30°C
sampai + 40°C, seberapa besar penyusutan dan pemuaiannya?

13
Pendekatan : Kita mengasumsikan alas jembatan akan memuai dan
menyusut secara linear terhadap temperatur, seperti yang diberikan oleh
persamaan.
∆L = αLₒ∆T ...
Penyelesaian : Dari tabel, kita menemukan bahwa α = 12×10−6 (C°)−1 untuk
baja.
Pertambahan panjang ketika temperatur 40°C adalah
−6
∆L = αLₒ∆T = (12× 10C° )(200m)(40°C − 20°C)

= 4, 8×10−2 m atau 4,8cm


Ketika temperatur turun ke − 30° C, ∆T =− 50C°
−6
Lalu, ∆L = ((12× 10C° )(200m)(− 500C°) =− 12, 0×10−2 m

atau penyusutan panjang sebesar 12cm . Total kisaran sambungan pemuaian


harus mengakomodasi 12cm + 4, 8cm≈17cm (​Douglas C Giancoli, 2014)​ .
Latihan Soal :
Sebuah baja memiliki panjang semula pada temperatur 30°C adalah
100m, karena temperatur naik menjadi 45°C baja menjadi memuai,
berapakah panjang baja sekarang?
−6
Jawab : Kita ketahui bahwa α baja = 12× 10C°
L = Lₒ(1 + α∆T ) = 100(1 + α(T − T ₒ)
= 100(1 + 12×10−6 (45°C − 30°C)

= 100(1 + 12×10−6 (15°C))

= 100×1, 00018 = 100, 018

2. Pemuaian Volume
Menurut Halliday (2010), jika semua dimensi padatan memuai
sebanding dengan suhu, maka volume padatan tersebut juga akan
berkembang. Untuk cairan, ekspansi volume adalah satu-satunya parameter
ekspansi yang berarti.

14
Menurut Giancoli (2014), Perubahan dalam volume benda yang
mengalami perubahan temperatur diberikan oleh relasi yang mirip dengan
persamaan :
∆V = βV ₒ∆T …

di mana ∆T adalah perubahan temperatur, Vₒ adalah volume awal, ∆V


adalah perubahan volume, dan β adalah koefisien muai volume. Satuan β
adalah (C°)−1 .
Material Koefisien muai volume β (C°)−1

Alumunium 75×10−6
Kuningan 56×10−6
Tembaga 50×10−6
Besi atau baja 35×10−6
Timah 87×10−6
Bensin 950×10−6
Air raksa 180×10−6
Air 210×10−6
Alkohol 1100×10−6

Contoh : Tangki bahan bakar di bawah sinar matahari


Tangki bahan bakar dari baja berkapasitas 70L pada sebuah mobil diisi
penuh dengan bensin pada temperatur 20°C. Mobil itu terpapar sinar
matahari dan tangki mencapai temperatur 40°C (104°F). Berapa banyak
bensin yang anda perkirakan akan meluap dari tangki?
Pendekatan : Baik bensin maupun tangki memuai ketika temperatur
naik, dan kita mengasumsikan pemuaiannya linear seperti yang
digambarkan oleh persamaan. Volume bensin yang tumpah sama dengan
peningkatan volume bensin dikurangi volume tangki
Penyelesaian : Bensin memuai sebesar :
−6
∆V = βV ₒ∆T = (950× 10C° )(70L)(40 °C − 20°C) = 1, 3L

15
tangki juga memuai, kita dapat menganggapnya sebagai cangkang baja
yang mengalami pemuaian volume ( β = 35×10−6 (C°)−1 ≈3α) . Maka
peningkatan volume tangki adalah sebesar :
−6
∆V = (35× 10C° )(70L)(40°C − 20°C) = 0, 049L
sehingga pemuaian tangki tidak terlalu berpengaruh. Lebih dari satu
liter bahan bakar dapat tumpah. (​Douglas C Giancoli,​ 2014).
Latihan Soal :
Alkohol sebanyak 1 liter dalam sebuah bejana pada awalnya
bertemperatur 25 ℃ , jika temperatur naik menjadi 30 ℃ , berapakah
perubahan volume dari alkohol?
Jawab : ∆V = βV ₒ∆T = ( 1100×10−6 )(1L)(30℃ − 25℃)
= 5, 5×10−3 L = 5, 5mL

2.1.5 Kuantitas Kalor


Menurut Ishaq (2007), jika energi mekanika memiliki kesetaraan dengan
energi kalor, bagaimana hubungan antara keduanya? Jika kita mengenal satuan
joule untuk energi mekanik, maka dalam energi kalor secara khusus dikenal
satuan kalori. Anda biasa melihat satuan kalori ini dalam menyatakan besarnya
energi yang tersimpan dalam suatu produk makanan.
Kalori didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikan
temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat celcius (1 kelvin). Inilah definisi kalori
yang telah kita kenal sejak SMU. Perlu diketahui masalahnya tidak sesederhana
itu. Ternyata untuk menaikan temperatur 1 gram air dari 20 ℃ ke 21 ℃ di
bandingkan dengan 1 gram air dari temperatur 90 ℃ ke temperatur 91 ℃ di
perlukan jumlah energi yang berbeda satu sama lain. Demikian juga dari tiap
kenaikan 1 ℃ tiap suatu awal tidak sama satu sama lain, lalu manakah yang
menjadi standar 1 kalori jika demikian?
Para ahli bersepakat bahwa perlu didefinisi dan kesepakatan yang lebih
tepat, bahwa 1 kalori didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan untuk
menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 ℃ dari temperatur 14,5 ℃ menjadi

16
15,5 ℃ . Jika kita ingin menyatakan kalori dalam satuan energi lain, misalnya
joule maka :
1 kalori = 4,186 J ≈4, 2 J
Sebaliknya jika kita ngin mengkonversi dari satuan energi joule ke satuan
kalori :
1 joule = 0,24 kalori...
Kesetaraan ini di peroleh menggunakan alat joule di mana beban menarik
tali sehingga kincir berputar dan menaikkan temperatur air. Kerja mekanis sebesar
4,186 joule ternyata ternyata akan menaikkan temperatur air sebesar 1 ℃ . Pada
umumnya, dengan maksud untuk membedakan dengan energi mekank, simbol
untuk energi kalor biasanya dituliskan dengan simbol Q. Dalam dunia teknik
dikenal satuan lain yang disebut Btu (British thermal unit), Diana :
1 kcal = 3,968 Btu...
Namun dalam dunia sains, satuan kalori yang dipakai untuk menyatakan kuantitas
energi kalor.

2.1.6 Kapasitas Kalor dan Kalor Jenis


Menurut wolfson, pasachoff (1991), bila energi panas di tambahkan pada
suatu zat maka temperatur zat itu biasanya naik. Jumlah energi panas Q yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat adalah sebanding dengan
perubahan temperatur dan massa zat itu :
Q = C ∆ T = mc ∆ T...
Dengan C adalah kapasitas panas zat, yang didefinisikan sebagai energi
panas yang dibutuhkan untuk menaikan temperatur suatu zat dengan satu derajat.
Panas jenis c adalah kapasitas panas per satuan massa :
c = ...
Satuan energi panas historis, kalori, mula-mula didefinisikan sebagai jumlah
energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur satu gram air satu
derajat Celcius (atau satu Kelvin karena derajat Celcius dan Kelvin sama).
Selanjutnya kilokalori adalah banyaknya energi panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan satu kilogram air dengan satu derajat Celcius (“kalori” yang digunakan

17
dalam mengukur energi yang ekuivalen dalam makanan sebenarnya adalah
kilokalori). Karena sekarang kita mengakui bahwa panas adalah bentuk lain dari
energi, maka kita tak memerlukan satuan khusus untuk panas yang berbeda dari
satuan energi lain. Kalori sekarang didefinisikan dengan menyatakan dalam
satuan SI untuk energi, yaitu joule :
1 kal = 4,184 j...
Satuan AS sehari-hari untuk panas adalah Btu (British thermal unit), yang
semua didefinisikan sebagai jumlah energi yang di butuhkan untuk menaikkan
temperatur satu pound air dengan satu derajat fahrenheit. Btu dihubungkan dengan
kalori dan joule dengan persamaan :
1 Btu = 252 kal = 1,054 kj
Dari definisi awal kalori, panas jenis air adalah :
c​air =
​ 1 kal/g. ℃ = 1 kkal/kg. ℃

= 1 kkal/kg.K = 4,184 Kj/kg.K


Dengan cara sama, dari definisi Btu, panas jenis air dalam satuan AS
sehari-hari adalah :
c​air =
​ 1 Btu / 1b. ℉

Pengukuran yang teliti menunjukkan bahwa panas jenis air berubah sedikit
dengan temperatur, namun variasi ini hanya sekitar 1 persen dari seluruh
jangkauan temperatur dari 0 sampai 100 ℃ . Biasanya perubahan yang kecil ini
diabaikan dan panas jenis air diambil sebagai 1 kkal/kg.K = 4,18 kj/kg.K
Kapasita panas per mole dinamakan kapasitas panas molar C​m​. Kapasitas
panas molar sama dengan panas jenis (kapasitas panas per satuan massa) kali
massa molar M (massa per mole) :
C​m =
​ Mc ...

Kapasitas panas n mole zat dengan demikian adalah : C = nC​m


Tabel panas jenis dan kapasitas panas molar untuk berbagai padatan dan cairan
pada 20 ℃
Zat c, kj/kg.K c, kkal/kg.K C​m . J/ml.k

atau Btu/1b. ℉

18
Alumunium 0,900 0,215 24,3
Bismuth 0,123 0,0294 25,7
Tembaga 0,386 0,0923 24,5
Emas 0,126 0,0301 25,6
Es (-10 ℃) 2,05 0,49 36,9
Timah hitam 0,128 0,0305 26,4
Perak 0,233 0,0558 24,9
Tungsten 0,134 0,0321 24,8
Seng 0,387 0,0925 25,2
Alkohol (ethyl) 2,4 0,58 111
Raksa 0,140 0,033 28,3
Air 4,18 1,00 75,2

Contoh Soal :
1. Berapa panas yang di butuhkan untuk menaikkan temperatur 3 kg
tembaga dengan 20 ℃ ?
Dik : m = 3 kg
c = 0,386 kj/kg.K
∆T = 20℃ = 20 K
Dit : Q ....?
Jawab : Q = mc ∆T
= (3 kg)(0,386 kj/kg.K)(20 K)
= 23,16 kj ≈23, 2 kj
2. Berapa banyak masukan kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur dari kaleng kosong seberat 20 kg yang terbuat dari perak
dari 70 ℃ ke 90℃ ?
Dik : M = 20 kg
C = 0,233 kj/kg.K
∆T = 90℃ − 70℃
= 20 ℃ ≈20 K

19
Dit : Q = .......
Jawab : Q = mc ∆T
= (20 Kg)(0,233 kj/kg.K)(20 K)
= 93,2 Kj.

2.1.7 Perpindahan Kalor


Kalor dapat berpindah dalam 3 cara, yaitu cara konduksi,konveksi, dan
radiasi. Perpindahan kalor secara konduksi lebih cepat dibanding cara konveksi,
sedangkan perpindahan kalor melalui radiasi adalah paling lambat bila dibanding
cara lainnya. Konduksi kalor biasanya bermedium padat,dan perpindahan kalor
disebabkan oleh perpindahan tenaga getar atom ke atom tetangganya. Adapun
konveksi kalor biasa terjadi pada medium cair dan padat. Peristiwa konveksi
dicirikan oleh ikut berpindahnya atom atau molekul pembawa kalor. Jadi pada
konveksi, atom atau molekul itu boleh jadi melakukan gerak translasi, rotasi dan
vibrasi sekaligus. Perpindahan kalor melalui radiasi tidak memerlukan medium,
sehingga peristiwa ini bisa terjadi pada medium udara ataupun hampa. Berikut ini
dipaparkan proses perpindahan kalor baik secara konduksi maupun konveksi (Jati,
2013).
1. Konduksi Kalor
Konduksi, yaitu perpindahan kalor antara dua sistem yang
bersentuhan langsung akibat perbedaan temperatur atau dikenal
dengan”gradien temperatur”di antara keduanya. Pada peristiwa ini tenaga
termal, dalam bentuk kalor, dipindahkan dari tempat bersuhu lebih tinggi ke
tempat yang suhunya lebih rendah. Berhubung di tempat yang bersuhu lebih
rendah mendapat tambahan kalor sehingga molekul atau atom penyusun
bahan logam pun bergeraknya bertambah cepat. Proses perpindahan kalor
itu disebut konduksi (Ishaq, 2007).
Contohnya jika salah satu ujung sebuah batang logam diletakkan
didalam nyala api, sedangkan ujung yang satu lagi dipegang, bagian batang
yang dipegang ini akan terasa makin lama makin panas, walaupun tidak
kontak langsung dengan nyala api itu. Dalam hal ini dikatakanlah bahwa

20
panas sampai di ujung batang yang lebih dingin secara konduksi (hantaran)
sepanjang atau melalui bahan batang itu. Konduksi panas hanya dapat
terjadi dalam suatu benda apabila ada bagian-bagian benda itu berada pada
suhu yang tidak sama, dan arah alirannya selalu dari titik yang suhunya
lebih tinggi ke titik yang suhunya lebih rendah (Zemansky, 1962).
Pusat pembahasan kita adalah pada perpindahan kalor (heat transfers)
melalui cara konduksi. Perhatikan sebuah sistem berikut, di mana sebuah
balok dengan dua sisi seluas A yang memiliki temperatur berbeda ​▲​T = T​1

–​T​2 .​ Karena perbedaan temperatur ini maka akan terjadi perpindahan kalor
∆T
secara konduksi dengan laju perpindahan sebesar: Besaran L ini sering
disebut gradien temperatur, dan k adalah koefisien konduktivitas termal dari
benda. Koefisien k menunjukan laju perpindahan kalor yang besar. Nilai
dari konduktivitas dari berbagai zat dapat ditunjukan pada tabel di bawah ini
(Ishaq, 2007) :
Tabel 14. 3​ Koduktivitas termal (Haliday & resnick, 1996)
Nama Zat Kcal/detik.m. J/detik.m. ℃

Alumunium 4,9 x 10​-2 20 x 10​1

Kuningan 2,6 x 10​-2 11 x 10​1

Tembaga 9,2 x 10​-2 39 x 10​1

Timbal 8,3 x 10​-2 35

Perak 9,9 x 10​-2 41 x 10​1

Baja 1,1 x10​-2 46

Udara 5,7 x 10​-6 2,4 x 10​-2

Hidrogen 3,3 x 10​-5 1,4 x 10​-2

21
Oksigen 5,6 x 10​-6 2,3 x 10​-1

Gelas 2 x 10​-4 8 x 10​-1

Es 4 x 10​-4 17 x 10​-1

➢ Contoh soal :
Es disimpan dalam sebuah termos berbentuk kubus dengan dinding setebal
5 cm dan rusuk 45 cm terbuat dari plastik k = 0,050 W/Mk. Bila temperatur
di luar kotak 27​o​C, berapa banyak es yang akan mencair setiap jamnya ?
➢ Jawaban : Menggunakan persamaan :
∆Q
∆T
= k A2 ∆T
L

2
= (0, 050)(45×10−2 ) 27
5×10−2
= 5.4675 Js .

2. Konveksi Kalor
Konveksi adalah perpindahan kalor dai dua sistem dengan perantaraan
udara. Contoh dari konveksi adalah aliran angin karena perbedaan
temperatur antara dua daerah (Ishaq, 2007).
Perpindahan kalor secara konveksi biasa terjadi pada medium cair dan
gas, yang ditandai oleh adanya lacak molekul pembawa kalor. Zat cair
ataupun molekul gas pada massa yang tetap, bila suhunya naik
menyebabkan volume zat cair atau molekul gas itu bertambah,dan ini
menyebabkan massa jenis (rapat massanya) berkurang.
Sebagai contoh, lacak asap hasil pembakaran kayu selalu berarah ke
atas. Ini disebabkan asap tidak lain adalah gas yang lebih panas dari udara
sekitarnya. Berhubung gas asap lebih panas sehingga (karena massanya
tetap tetapi volumenya bertambah) massa jenisnya lebih kecil dari udara di
sekitarnya. Berhubung gas asap lebih panas sehingga (karena massanya
tetap tetapi volumenya bertambah) massa jenisnya lebih kecil dari udara di
sekitarnya sehingga asap bersifat”terapung”, di udara dan lacaknya selalu

22
menuju ke atas. Hal ini merupakan salah satu contoh konveksi kalor di
udara (Jati, 2013).
➢ Contoh soal :
Jelaskan Peristiwa apa saja yang berkaitan dengan sifat konveksi kalor pada
zat cair maupun gas dalam kehidupan sehari-hari?
➢ Jawaban :
1. (Zat cair) alat penyejuk udara (AC = ​Air ​Condition​) selalu
dipasang pada dinding sebelah atas, sebab udara sejuk yang
disemprotkan selalu menuju ke bawah. Udara sejuk bermassa
jenis lebih besar daripada udara di dalam kamar yang lebih
hangat, sehingga udara sejuk (dari AC) bersifat tenggelam di
udara kamar yang lebih hangat.
2. (Zat gas) alat pemanas ruangan di musim dingin pada daerah
yang mengenal 4 musim, biasanya diletakkan di dinding ruangan
bagian bawah. Ini dikarenakan udara di sekitar pemanas
bermassa jenis lebih kecil dibanding udara di sekitarnya, dan
udara panas itu mengalir ke atas secara konveksi (Jati, 2013).
3. Radiasi Kalor
Menurut (Giancoli, 2014), Semua kehidupan di muka bumi
bergantung pada perpindahan kalor dari matahari, dan energi ini
dipindahkan ke bumi melalui ruang yang hampa (atau hampir hampa).
Bentuk perpindahan energi adalah kalor karena permukaan matahari
mempunyai temperatur yang jauh lebih tinggi (6000 K) dan disebut sebagai
radiasi. Kehangatan yang kita terima dari api terutama berasal dari energi
radiasi.
Semua benda tidak hanya memancarkan energi dengan radiasi tetapi
juga menyerap energi yang diradiasikan oleh benda lain. Bila sebuah obyek
memiliki emisivitas ∈ dan luas A berada pada temperatur ​T​1,​ ia

meradiasikan energi pada laju ​e σ AT1​ ​4​. Bila obyek dikelilingi oleh sebuah
lingkungan dengan temperatur ​T​2,​ laju di mana lingkungan meradiasikan

23
energi sebanding dengan ​T​2​4,​ dan laju energi yang di serap oleh obyek
sebanding dengan ​T2​ ​4​. Laju neto dari aliran kalor radiasi dari obyek
diberikan persamaan.
Q
t = ϵσA(T 41 − T 42 ) ...

Dimana ​A a​ dalah luas permukaan dari obyek, ​T​1 ​temperatur dan ε adalah
emisivitasnya (pada temperatur ​T​1 )​ dan ​T2​ temperatur
​ sekelilingnya.
➢ Contoh soal : Pendinginan oleh radiasi.
Seorang atlet duduk tanpa baju di dalam ruang ganti di mana
dinding gelapnya mempunyai temperatur 15 ℃ . Perkirakan laju
kehilangan kalor oleh radiasi, dengan mengamsumsikan
temperatit kulit adalah 34 ℃ dan ϵ = 0, 70. Anggap luas
permukaan tubuh yang tidak bersinggungan dengan kursi adalah
1,5 m​2​ .
➢ Jawaban :
Pendekatan, kita harus menggunakan pers yang menggunakan
temperatur Kelvin
Penyelesaian, kita memiliki
Q
t = ϵσA(T 41 − T 42 )

= (0, 70)(5, 67 ×10−8 W/m​2​ K​4​)(1.5 m​2 ​)[(307 K)​4​ − (288 K )​4
= 120 W.

2.1.8 Azas Black


Apabila dua zat A dan zat B yang pada awalnya memiliki temperatur
masing-masing t​0A dan t​oB dicampurkan secara baik sehingga pertukaran kalor
secara terus menerus sampai kedua zat mencapai keseimbangan termal yang
ditandai temperatur keduanya menjadi sama besar. Dalam kasus ini kita anggap
tidak ada kalor lain yang masuk atau keluar dari sistem.
Hubungan ini dirumuskan oleh Black :
Q​serah = Q​terima
Q​A = Q​b

24
M​A​.C​A​. ∆t = M​B​.C​B ∆ t
M​A ​.C​A ​(t​0A-​t​akhir) = M​B​.C​B​.(t​akhir-​t​0B​)
Contoh penggunaan Azas Black yang penting adalah dalam penentuan
kalor jenis benda menggunakan Kalorimeter. Kalorimeter sesungguhnya
“hanyalah” sebuah wadah dimana pencampuran dua zat atau lebih dapat
berlangsung pada keadaan yang mendekati keadaan ideal, yaitu keadaan
yang tidak memungkinkan zat lain (atau lingkungan) berinteraksi ke dalam
sistem pencampuran tersebut, sehingga menjamin
pertukaran kalor mendekati sempurna, dimana kalor yang
dilepas seluruhnya (atau mendekati 100 %) bisa diserap
oleh benda lain yang temperaturnya lebih rendah. Hal ini
agar Azas Black dapat digunakan dalam perhitungannya
nanti ( Ishaq,2007).
Contoh Soal :
Dalam secangkir gelas, terdapat 200 gram kopi panas dengan temperatur
90​0​C, kemudian ditambahkan susu cair sebanyak 25 gram dengan
temperatur 20​0​C. Berapakah temperatur akhir dari campuran kopi dan susu?
(anggap c dari air, kopi dan susu tidak jauh berbeda)
➢ Diketahui : Massa kopi = 200 gram
Suhu kopi = 90​0​C
Massa susu = 25 gram
Suhu susu = 20​0​C
➢ Ditanya : Tc =?
➢ Dijawab :
Sesuai dengan Azas Black, zat yang menerima kalor adalah susu karena
bertemperatur lebih
Q​kopi = Q​susu
M​kopi​.C. ∆T kopi = M​susu​.C. ∆ T​susu
M​kopi​.(T​kopi​-Tc = M​susu​.(Tc-T​susu​)

25
Dengan T​c adalah temperatur akhir campuran yang nilainya pasti lebih besar
dari dari temperatur susu dan lebih kecil dari temperatur kopi.
Sehingga diperoleh :
M susuT susu+M kopiT kopi
Tc = (M kopi+M susu) ...

Jika data dalam soal kita masukkan :


(25gram).(200C)+(200)(900C)
Tc = (200+25)gram
= 82, 220C

Temperatur akhir dari campuran kopi susu adalah 82,22​0​C​, dengan


menganggap bahwa selama pencampuran tidak ada kalor yang keluar dari
kopi (ishaq,2007).
Contoh Soal :
Contoh soal​ :
• Air yang bermassa 200 gr bersuhu 80 derajat celsius dicampur dengan air
yang bermassa 100 gr dan bersuhu 30 derajat celsius. Berapakah suhu
campuran kedua air tersebut? (kalor jenis air = 4.200 j/kg) ​(Tim
pernaskahan citra pustaka, 2016).
2.2 Review Jurnal
1. Jurnal Bahasa Indonesia 1
Judul : Profil miskonsepsi siswa kelas X SMKN 4
Mataram pada materi pokok suhu, kalor, dan
perpindahan kalor
Jurnal : Pendidikan Fisika dan Teknologi
ISSN : 2407-6902
Volume & Halaman : Vol 1, no 3, Hal: 146-153
Tahun : 2015
Penulis : P. Ayu Suci Lestari, Satutik Rahayu
Latar Belakang : Pada saat ini Kualitas pendidikan sains (IPA)
belum menunjukkan relevansi yang tinggi dengan
kebutuhan masyarakat. Dan juga Selain relevansi
dengan kebutuhan, permasalahan penting dalam

26
pembelajaran sains adalah rendahnya kualitas
pembelajaran pada berbagai jenjang pendidikan
Tujuan Penelitian : Untuk mendeskripsikan profil miskonsepsi siswa
kelas X SMK N 4 Mataram pada materi pokok
suhu, kalor, dan perpindahan kalor
Metode Penelitian : Adapun desain penelitian yang digunakan pada
penelitian miskonsepsi ini adalah desain penelitian
yang digunakan pada penelitian miskonsepsi ini
adalah desain penelitian studi kasus yang
merupakan kajian yang rinci tentang suatu latar,
subjek tunggal, atau suatu peristiwa tertentu. Kasus
bisa berupa individu, keluarga, atau komunitas
masyarakat tertentu.

Hasil Penelitian : Langkah awal analisis deskriptif yang dilakukan


peneliti adalah memeriksa dan mengelompokkan
jawaban siswa pada setiap butir soal ke dalam tiga
kategori yaitu memahami konsep, miskonsepsi, dan
tidak memahami konsep. Adapun data tingkat
pemahaman konsep, miskonsepsi, dan
ketidakpahaman konsep siswa berdasarkan hasil
analisis data yang telah dilakukan menunjukan
bahwa siswa mengalami miskonsepsi pada semua
tipe konsep. Miskonsepsi dengan persentase
tertinggi terjadi pada konsep kalor, miskonsepsi
dengan persentasi terendah terjadi pada konsep
pemuaian. Agar data di atas lebih terperinci, maka
data-data tersebut dibuat dalam bentuk rekapitulasi
sehingga dapat disajikan secara lengkap frekuensi
dan persentase tingkat pemahaman siswa pada

27
masing-masing kategori untuk setiap butir soal.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang
telah dilakukan terlihat bahwa miskonsepsi tentang
konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor yang
dimiliki oleh siswa kelas X SMKN 4 Mataram
pada tahun 2015 dapat diidentifikasi dengan
menggunakan instrumen tes identifikasi
miskonsepsi pada penelitian ini
Simpulan : Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
miskonsepsi pada siswa kelas X SMKN 4 Mataram
tahun pelajaran 2014/2015 untuk materi pokok
suhu, kalor, perpindahan kalor

28
2. Terjemahan Jurnal Bahasa Inggris 1
Judul : Pembangkit listrik Gasifir Biomassa portabel
menggunakan Non Kue Benih yang Bisa dimakan
Jurnal : Buletin Teknik Elektro dan Informatika
ISSN : 2089 - 3191
Volume & Halaman : Vol. 4, No. 4 & 274 - 279
Tahun : 2015
Penulis : M Vivek, PK Srividhya, K Sujatha
Latar Belakang : Pada saat ini Seluruh dunia menderita karena
kekurangan energi listrik. Dan Jika terus berlanjut
di masa depan negara kita sudah terbagi Terutama
pada dua kelompok ada konsumen energi dan satu
lagi energi listrik tidak diketahui Ini menciptakan
masalah besar dan generasi muda menderita karena
tidak mencukupi dari energi listrik maka
pertumbuhan akhir kita seminimal mungkin,
Pekerjaan penelitian yang diusulkan adalah untuk
mengatasi masalah tersebut dan memberikan solusi
yang sesuai dengan Pemanfaatan kue benih yang
tidak dapat dimakan secara efektif. Bahan bakar
biomassa tidak membatasi benih yang tidak dapat
dimakan kue yaitu Jatropha, Pungamia, Castor, dan
limbah biomassa lainnya.
Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
permintaan energi di aplikasi pedesaan meningkat
penggunaan teknologi gasifikasi untuk Thermal /
Power Generation meningkatkan produksi Jatropha
Cruises meningkatkan pemanfaatan Pesiar secara
efektif dan meningkatkan lokal kelayakan kerja.

29
Metode penelitian : Pada penelitian ini digunakan metode ini
mengusulkan portabel (2 kW) Biomassa Gasifier
dengan utilitas termal. Gasifier digunakan untuk
mengubah bahan karbon menjadi CO dan H
dengan mereaksikan bahan baku pada suhu tinggi
dengan jumlah oksigen terkontrol. Campuran gas
yang dihasilkan dari proses gasifikasi disebut gas
sintetis / gas produser. Ini adalah bahan bakar
utama. Bahan bakar dibakar langsung ke gasifier
dan menghasilkan tenaga panas. Daya keluaran
pembangkit diberikan pada elemen tungku /
pemanas.
Hasil penelitian : Dari data diatas dapat kita ketahui bahwa output
Termal untuk Sistem yang Diusulkan angka 3
menunjukkan bahwa kisaran suhu 3650 C sampai
6500 C output termal Sistem ini hadir pada kisaran
650 sampai 700. Dari sini diakhiri benih yang tidak
dapat dimakan Kue (​Jatropha seed cake) bisa
dimanfaatkan) untuk aplikasi termal. yaitu
pemanasan, mendidih dll.
Kesimpulan : Minyak yang tidak dimakan digunakan sebagai
bahan bakar alternatif untuk mesin. Kue benih
dibuang dan itu menimbulkan kerusakan pada
lingkungan karena tidak dapat digunakan untuk
pakan ternak dan Pelepasan melalui metode
dehidrasi sulit dilakukan. Dari karya ini kita
simpulkan bahwa Non Kue benih yang dapat
dimakan (​Jatropha seed cake)​ dapat digunakan
dalam aplikasi termal dan elektrikal seperti itu
sebagai pemanas air, pembangkit listrik.

30
31
3. Jurnal Bahasa Indonesia 2
Judul : Pembuatan termometer digital untuk mengukur suhu ruang
kasing komputer
Jurnal : Sriti
ISSN : 1907-3526
Situs : ​http://bep.ejurnal.net/index.php/conference/article/view/71/58
Volume & : VI dan 155-164
Halaman
Tahun : 2011
Penulis : Bambang Eka Purnama
Peninjau : Novela Melinda
Latar belakang : Suhu sangat mempengaruhi dalam kinerja perangkat dalam
komputer. Karena jika suhu terlalu panas, maka perangkat
akan mudah rusak. Termasuk dalam ruang kasing komputer
jika terlalu panas, maka kinerja dari hardware perangkat
komputer tersebut akan mengalami gangguan. Sehingga jika
tidak ada alat pengukur suhu dalam perangkat, akan
menimbulkan masalah. Untuk lebih mempermudah
pengukuran suhu maka dibuat alat ukur suhu dengan
menggunakan tampilan yang langsung dapat dibaca nilainya,
yaitu ​LCD.
Tujuan penelitian : Untuk menghasilkan dan menguji rangkaian termometer
digital.
Metode penelitian: Prosesnya adalah membuat skema papan rangkaian.
Selanjutnya pengkalibrasian suhu. Pada termometer digital ini,
catu daya yang dibutuhkan adalah catu DC 9 Volt, apabila
akan digunakan dengan memberikan catu daya 12 Volt dari
power supply komputer, maka harus ada rangkaian pendukung
yang berupa IC regulator seri 7809. Ini di maksudkan untuk
menurunkan tegangan dari 12 volt yang diberikan oleh power

32
supply menjadi 9 volt, sehingga sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh rangkaian termometer digital.
Hasil penelitian : Pada pengukuran, sensor dioda berubah sangat cepat sesuai
dengan keadaan suhu udara yang ada di sekitar sensor. Daya
tangkap atau kecepatannya lebih cepat dibandingkan alat ukur
termometer dengan air raksa. Pada saat dilakukan pengukuran
dan pengujian termometer digital, dilakukan 2 kali.
Perbedaannya terletak pada dipakai dan tidaknya kipas (fan)
pendingin prosesor. Pengukuran terhadap suhu pada pendingin
prosesor tanpa kipas, perbedaan panas antara prosesor dan
pendinginnya tidak terlalu jauh, yaitu rata-rata berkisar 0,2 o​​ c
sampai 0,7 o​​ c. Percobaan kedua dilakukan dengan kipas
terpasang pada pendingin prosesor. Selisih suhu antara
prosesor dengan pendingin prosesor hanya berkisar 0, 2°C
sampai 1, 7°C .
Kesimpulan : Termometer digital mempunyai tanggap respon lebih cepat
pada saat digunakan untuk mengukur suhu udara dibandingkan
dengan termometer air raksa. Selisih suhu antara prosesor
yang terbaca melalui BIOS dengan suhu pendingin yang
terbaca melalui termometer digital berkisar antara 0,2 o​​ c
sampai 1,7 o​​ c. Perubahan yang terjadi pada sensor termometer
digital sangat cepat, sehingga dapat digunakan untuk
pengukuran suhu pada ruang casing komputer.

33
4. Terjemahan Jurnal Bahasa Inggris (2)
Judul : Pengaruh Radiasi Pada Aliran Konveksi MHD .
Jurnal : Jurnal Internasional Kemajuan dalam ilmu terapan es (IJAAS).
ISSN : 2252-8814
Volume : Vol.1, No.1
Tahun : 2012
Penulis : Murali Gundagani, NVN Babu Jurusan Matematika,
Universitas GITAM, Rudraram, India.
Latar belakang : Radiasi dan sifat optik emitor, dengan energi internal yang
dikonversi menjadi proses perambatan panas dengan
menggunakan gelombang elektromagnetik, hanya bergantung
pada energi radiasi suhu. Proses yang melibatkan konveksi
energi internal larutan ke energi radiasi dikenal sebagai
perpindahan panas radiasi. Tidak termasuk mekanisme konduksi
dan konveksi, dimana perpindahan energi melalui media
material dilibatkan, panas juga dapat ditransfer melalui daerah
dimana ada vakum yang sempurna. Mekanisme dalam hal ini
adalah radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang
disebarkan sebagai akibat perbedaan suhu, ini disebut radiasi
termal. Efek radiasi pada aliran MHD dan masalah perpindahan
panas telah menjadi industri yang lebih penting. Suhu operasi
paha, efek radiasi bisa berhenti signifikan.
Tujuan Penulisan: Untuk menguji efek radiasi pada panas konveksi bebas
goncangan dan arus perpindahan massa yang tidak stabil, pada
cairan kental yang kental, tidak dapat dikompres, melakukan
elektrik melewati lempeng bergerak permeabel vertikal dengan
radiasi. Persamaan diferensial parsial non linier yang mengatur
arus telah diselesaikan secara numerik dengan menggunakan
metode elemen hingga. Telah diamati bahwa kecepatan

34
meningkat dengan meningkatnya parameter radiasi dan terjadi
kenaikan suhu dengan kenaikan nilai parameter radiasi.
Metode penelitian : Ada 3 metode solusi: himpunan Persamaan Diferensial (8)
sampai (10) yang tunduk pada kondisi batas (11) sangat
nonlinier, digabungkan dan oleh karena itu tidak terpisahkan
secara analitik. Oleh karena itu, mengikuti metode Reddy17 dan
Bathe18 maka metode elemen hingga digunakan untuk
memperoleh solusi yang akurat dan efisien terhadap masalah
nilai batas.
Hasil penelitian : Evaluasi numerik hasil analisis yang dilaporkan pada bagian
sebelumnya dilakukan dan satu set hasil yang representatif
dilaporkan secara grafis pada gambar ara.1-12.
Kesimpulan : Kecepatan lempeng dipertahankan pada nilai konstan dan
alirannya mengalami medan magnet melintang. Persamaan
diferensial parsial yang dihasilkan diubah menjadi seperangkat
persamaan diferensial biasa dengan menggunakan metode
elemen hingga. Hasil numerik dilakukan dan beberapa hasil
grafis diperoleh untuk menggambarkan rincian karakteristik
aliran dan panas dan perpindahan massa dan ketergantungannya
pada beberapa parameter fisik. Ditemukan bahwa profil
kecepatan meningkat karena penurunan parameter reaksi kimia,
jumlah Schmidt, medan magnet dan parameter bilangan Prandtl
saat meningkat karena kenaikan bilangan Grashof termal,
bilangan Solutal Grash, parameter radiasi dan parameter
Permeabilitas. Namun, peningkatan profil suhu merupakan
fungsi dari peningkatan parameter radiasi sementara menurun
akibat kenaikan jumlah Prandtl. Selain itu, ditemukan bahwa
profil konsentrasi meningkat karena penurunan parameter reaksi
kimia dan jumlah sedikit.
i.

35
5. Jurnal Bahasa Indonesia (3)
Judul :Perancangan Sistem Pengukuran pH dan Temperatur Pada
Bioreaktor Anaerob Tipe Semi – Batch.
Jurnal : Jurnal Teknik Pomits.
ISSN :2337 – 3539
Vol & Halaman : Vol 2 dan Halaman 396 - 401
Tahun :2013
Penulis :Dimas Prasetyo Oetomo dan Totok Soehartanto.
Riewener : yulinarti Choinirul Nisyah.
Latar Belakang : Permasalahan energi saat ini bukan lagi masalah suatu negara
tetapi telah menjadi permasalahan global. Dari tahun ke tahun
kebutuhan energi semakin meningkat, walaupun laju
pertumbuhan penduduk mengalami penurunan, namun dengan
adanya pertumbuhan PDB yang meningkat menyebabkan
kebutuhan Energi di Indonesia juga meningkat.
Eceng gondok (Eicchornia crassipes) merupakan salah satu
bahan organik yang baik untuk produksi biogas karena
memiliki rasio C/N 22.5 – 35.84 % yang merupakn komposisi
optimum untuk ekstraksi biogas.
Kinerja bioreaktor dipengaruhi oleh bakteri yang hidup
didalam bioreaktor. Bekteri tersebut sangat sensitif terhadap
perubahan besaran fisis seperti pH dan temperatur. Oleh
karena itu dibutuhkan sebuah system pengukuran untuk dapat
mengetahui setiap perubahan pH dan temperatur pada
bioreaktor tersebut.
Tujuan Penelitian :Penelitian ini dilaksanakan agar mengetahui apakah
berpengaruh pH dan tempertur pada kinerja bioreaktor.
Metode Penelitian :A. Alur penelitian:pertama pemahaman konsep tentang
bioreaktor anaerob dan pengukurannya, tahap selanjutnya
dilakukan perancangan dan pembuatan bioreaktor anaerob .

36
dan tahap yang ketiga adalah tahap persiapan bahan baku
berupa ekstrak kotoran sapi yang akan dicampurkan didalam
bioreaktor.
B. Perencanaan system pengukuran anaerob type semi – batch.
C. Tahap persiapan bahan baku.
1. Bahan baku seeding.
2. Bahan baku substrat
D. Tahap pengopreasian bioreaktor dan pengabilan data
1. pengoprasian bioreaktor :pertama tahap seeding adalah
tahap pembibita bakteri pembesuk padabioreaktor.
selanjutnyatahap penambahan subsrat.
2. pengambilan data dilakukan dengan cara memasukkan
probe sensor kw dalam bioreaktoer melali lubang
khusus.
Hasil Penelitian : Nilai COD kedua bioreaktor semakin lama semakin menurun,
dikarenakan proses fermentasi yang merubah organik yang
terkandung dalam subtrat pada bioreaktaor berubah menjadi
biogas.
Simpulan :Dari penetitin dapat disimpulkan bahwa kinerja bioreaktor
dengan komposisi eceng gondok dan air 0,75 : 1.25 lebih baik
dibandingkan dengan koposisi eceng gondok dan air 1:3. Yang
mana dengan semakin banyak penambahan bioreaktor , dan
meningkatnya temperatur maka volume biogas yang dihasilkan
meningkat

37
6. Terjemahan jurnal Bahasa Inggris (3)
Judul : ​Analisis Penggunaan Alternatif Untuk
Penghematan Energi Dalam Rancangan Bangunan
Sistem Air.
Jurnal : teknik mesin
ISSN : 0852-6095
Volume & Halaman : vol 20 hal 1 - 12
Tahun : 2005
Penulis : Made Astina, Prihadi Setyo Darmanto, Warsito
dan Edwin Adryanto
Latar Belakang : ​Gaya hidup manusia berubah secara harmonis
dengan budaya manusia dan kemampuan ekonomi.
Indonesia, karena negara tropis yang berada di
khatulistiwa memiliki iklim yang panas sepanjang
tahun. Sistem pengkondisian udara yang digunakan
di bangunan menyebabkan peningkatan konsumsi
energi. Mereka tidak hanya di gedung umum tapi
juga di rumah tinggal. Ozon-depleting dan potensi
pemanasan global adalah dua isu yang berkaitan
dengan zat pendingin sehubungan dengan
lingkungan. Protokol Montreal adalah bentuk
komitmen masyarakat internasional untuk
mengurangi penipisan ozon. Di sisi lain, isu
pemanasan global ditanggapi melalui protokol
Kyoto. Isu lingkungan penggunaan zat pendingin
dan bahan bakar yang dikonsumsi sudah
baik.Ditanggapi dengan memilih zat pendingin
alternatif yang memiliki sifat seperti ramah
lingkungan dan transportasi energi yang baik.

38
Tujuan Penelitian : untuk membuktikan pengunaan penghematan
energy dalam rancangan bangunan system air
Metode Penelitian : ​Metodologi ini menggabungkan simulasi
termodinamika siklus pendinginan dan studi kasus
perancangan sistem pendingin udara. Refrigeran
alternatif diselidiki berdasarkan kinerjanya dan
sifat lainnya yang terkait dengan penerapannya.
Beban pendinginan, yang merupakan tugas penting
dalam merancang sistem pengkondisian udara,
diperkirakan berdasarkan Carrier [8] dan ASHRAE
[9]. Sistem pengkondisian udara di Auditorium
Sasana Budaya Ganesha ITB terpilih sebagai studi
obyek untuk menyelidiki bangunan yang ada dan
mendesain ulang sistem pengkondisian udara yang
efisien mengenai zat pendingin alternatif. Bentuk
auditorium adalah setengah lingkaran dengan luas
ber-AC sekitar 2495 m2. Daerah ini bisa dibagi
menjadi tiga ruangan besar yang bisa digabung
kapan saja. Ini bisa digunakan sebagian saat lebih
sedikit orang yang terlibat dalam suatu kegiatan.
Sifat termodinamika dihitung dari model
termodinamika tipe MBWR atau tipe Helmholtz.
Model termodinamika digunakan untuk
menghitung sifat termodinamika R-290 [10],
isobutane (R-600a) [10], butana normal (R-600)
[10], difluorometana (R-32) [11], pentafluoroetana
(R -125) [12], 1,1,1,2-tetrafluoroetana (R-134a)
[13], 1,1,1 trifluoroetana (R-143a) [14], dan
1,1-difluoroetana (R-152a) [15]. Emisi gas CO2
dan penghematan energi juga dianalisis untuk

39
mengungkapkan efek nyata dari zat pendingin
alternatif.
Hasil Penelitian : ​Estimasi Pendingin-Beban Beban pendinginan
diperkirakan sesuai dengan karakteristik
perpindahan panas. Efek penyimpanan thermal
material, semua mode perpindahan panas
dipertimbangkan pada estimasi. Tabel 1 berisi
daftar perkiraan beban pendinginan maksimal
bulanan berdasarkan aktivitas terbesar di
auditorium. Beban maksimal terjadi pada bulan
Januari. Namun, hasil ini tidak dapat dirujuk untuk
menentukan ukuran chiller dalam perancangan
sistem pendingin udara. Jadwal rinci dan varians
kegiatan harus dipertimbangkan untuk
memperkirakan beban pendinginan sistem
sehingga sistem yang efisien dapat dibangun.
Pilihan yang tepat dari kapasitas chiller memainkan
peran penting dalam operasi dan biaya awal. Tiga
kelompok kegiatan didefinisikan untuk
menemukan ukuran pendingin. Hasil perhitungan
untuk setiap aktivitas dijelaskan pada Gambar. 1
sampai 3. Dengan mempertimbangkan hasil ini,
ukuran chiller yang sesuai untuk aktivitas yang
paling mungkin dapat disediakan. Simulasi beban
pendinginan didasarkan pada tiga kegiatan. Ini
menunjukkan bahwa beban pendinginan maksimal
bulanan mereka berbeda secara signifikan.
Kegiatan konser musik mulai pukul 18.00 memiliki
beban pendinginan maksimal sebesar 319 TR
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Kondisi

40
ini umumnya disebabkan oleh beban laten
orang-orang di auditorium, dengan asumsi sekitar
5000 orang dalam setiap aktivitas tertentu. Itu
terjadi pada bulan Januari pukul 18.00. Ini
mungkin merupakan konsekuensi dari situasi awal
awal kejadian.
Kesimpulan : ​Perkuatan retrofit, yang merupakan upaya untuk
menemukan zat pendingin alternatif pengganti,
sangat penting bagi negara berkembang untuk
memecahkan masalah lingkungan. Pemilihan
refrigeran alternatif berkontribusi pada
penghematan energi. Mengingat sumber daya dan
potensi nasional, penilaian dalam pemilihan zat
pendingin harus dilakukan agar mendapatkan biaya
ekonomis. Pilihan yang tepat dari refrigeran
berperan penting dalam menghemat energi dan
bumi.
7.

41
Jurnal Bahasa Indonesia (4)
Judul :Perancangan Sistem Pengukuran pH dan Temperatur Pada
Bioreaktor Anaerob Tipe Semi – Batch.
Jurnal : Jurnal Teknik Pomits.
ISSN :2337 – 3539
Vol & Halaman : Vol 2 dan Halaman 396 - 401
Tahun :2013
Penulis :Dimas Prasetyo Oetomo dan Totok Soehartanto.
Riewener : yulinarti Choinirul Nisyah.
Latar Belakang : Permasalahan energi saat ini bukan lagi masalah suatu negara
tetapi telah menjadi permasalahan global. Dari tahun ke tahun
kebutuhan energi semakin meningkat, walaupun laju
pertumbuhan penduduk mengalami penurunan, namun dengan
adanya pertumbuhan PDB yang meningkat menyebabkan
kebutuhan Energi di Indonesia juga meningkat.
Eceng gondok (Eicchornia crassipes) merupakan salah satu
bahan organik yang baik untuk produksi biogas karena
memiliki rasio C/N 22.5 – 35.84 % yang merupakn komposisi
optimum untuk ekstraksi biogas.
Kinerja bioreaktor dipengaruhi oleh bakteri yang hidup
didalam bioreaktor. Bekteri tersebut sangat sensitif terhadap
perubahan besaran fisis seperti pH dan temperatur. Oleh
karena itu dibutuhkan sebuah system pengukuran untuk dapat
mengetahui setiap perubahan pH dan temperatur pada
bioreaktor tersebut.
Tujuan Penelitian :Penelitian ini dilaksanakan agar mengetahui apakah
berpengaruh pH dan tempertur pada kinerja bioreaktor.
Metode Penelitian :A. Alur penelitian:pertama pemahaman konsep tentang
bioreaktor anaerob dan pengukurannya, tahap selanjutnya
dilakukan perancangan dan pembuatan bioreaktor anaerob .

42
dan tahap yang ketiga adalah tahap persiapan bahan baku
berupa ekstrak kotoran sapi yang akan dicampurkan didalam
bioreaktor.
B. Perencanaan system pengukuran anaerob type semi – batch.
C. Tahap persiapan bahan baku.
1. Bahan baku seeding.
2. Bahan baku substrat
D. Tahap pengopreasian bioreaktor dan pengabilan data
1. pengoprasian bioreaktor :pertama tahap seeding adalah
tahap pembibita bakteri pembesuk padabioreaktor.
selanjutnyatahap penambahan subsrat.
2. pengambilan data dilakukan dengan cara memasukkan probe
sensor kw dalam bioreaktoer melali lubang khusus.
Hasil Penelitian : Nilai COD kedua bioreaktor semakin lama semakin menurun
, dikarenakan proses fermentasi yang merubah organik yang
terkandung dalam subtrat pada bioreaktaor berubah menjadi
biogas.
Simpulan :Dari penetitin dapat disimpulkan bahwa kinerja bioreaktor
dengan komposisi eceng gondok dan air 0,75 : 1.25 lebih baik
dibandingkan dengan koposisi eceng gondok dan air 1:3. Yang
mana dengan semakin banyak penambahan bioreaktor , dan
meningkatnya temperatur maka volume biogas yang dihasilkan
meningkat

43
8. Terjemahan Jurnal Bahas Inggris
Judul : Perilaku Mekanik MTMoCr di Bawah Suhu Tinggi
dan Tingkat Strain Tinggi
Jurnal : Telkomnika
ISSN : 2087-278X
Volume & Halaman : 11 & 985-990
Tahun : 2013
Penulis : Jingkui Ruan, Zhengwei Dong
Baground : Skala temporal dan spasial penting untuk
memahami sifat sistem iklim yang berbeda dan
dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat
(Oguntunde et al 2012). Sebagian besar penelitian
simulasi observasional dan numerik mengenai
iklim didasarkan pada catatan instrumental sekitar
satu abad yang ditujukan untuk memahami
variabilitas alami sistem iklim dan untuk
mengidentifikasi proses dan forcings yang
berkontribusi terhadap variabilitas ini. Hal ini
penting jika kita ingin memprediksi variasi iklim
global dan regional, menentukan tingkat pengaruh
manusia terhadap iklim dan membuat perkiraan
proyeksi perubahan iklim yang disebabkan oleh
manusia. Iklim suatu lokasi dapat dipahami dengan
mudah dalam hal suhu rata-rata atau musiman
rata-rata suhu dan presipitasi
Tujuan penelitian : Untuk meneliti visualisasi aliran proses enkapsulasi
chip bola kotak bola plastik yang
mempertimbangkan efek reologi. Dan pelajari
pertunjukan kompresor pada berbagai titik set suhu

44
Metode penelitian :
C Mn Si Cr Mo P S
<
0
0.6~0. 1.4~1. 0.3~0. 0.9~1. <0.
2.9~3.2 .
9 8 4 1 2
1
2

Hasil penelitian : Pengaruh Suhu pada Modulus Elastisitas Bahan:


Seperti yang dapat kita catat dari modulus
elastisitas pada suhu yang berbeda, suhu memiliki
sedikit pengaruh terhadap modulus elastisitas
mtmok, dan modulus elastisitasnya pada 800
<penurunan lebih rendah dari 2% dibandingkan
dengan modulus elastisitasnya pada suhu sekitar.
Karena itu, mtmocr memiliki ketahanan panas yang
baik. Itulah alasan utama mengapa mtmocr, yang
digunakan sebagai bahan panel otomatis mati,
menunjukkan performa yang baik. Pengaruh Suhu
pada Ruptur Titik Bahan Kritis: Seperti yang dapat
kita catat dari titik kritis pecah pada suhu yang
berbeda (tabel 3), suhu memiliki pengaruh yang
jauh lebih besar terhadap kekuatan luluh, karena
ketangguhan dan titik kritis bahan pecah rendah

45
saat suhu rendah, dan mereka tumbuh saat suhu
naik. Alasan utamanya adalah ketika suhu naik,
aktivitas atom internal diintensifkan, dan adhesi
atom berkurang, jadi deformasi plastis bahan
menjadi lebih mudah. Pengaruh Temperatur dan
Tingkat Strain pada Kekuatan Hasil Dinamis: suhu
memiliki efek nyata terhadap kekuatan hasil
dinamis material. Seiring dengan kenaikan suhu,
kekuatan hasil dinamis mtmocr menurun dengan
jelas. Pada berbagai tingkat regangan dan dengan
suhu meningkat dari 20 <sampai 500 <, kekuatan
hasil dinamis mtmocr menurun dalam
perbandingan 17% ~ 24%. Artinya, dalam
perubahan sifat mekanik dinamis mtmocr, suhu
memiliki efek pelunakan terhadap kekuatan luluh
yang dinamis. Alasan utamanya adalah bahwa suhu
tinggi memberikan lebih banyak bidang tergelincir
dan tergelincir arah gerakan dislokasi di interior
material, sehingga menyebabkan penurunan
tegangan aliran
Kesimpulan : Dari uji modulus elastisitas, titik kritis bahan
percobaan pecah dan percobaan kompresi kejut
SHPB berkecepatan tinggi MTMoCr, ditemukan
bahwa MTMoCr memiliki ketahanan panas yang
baik, dan tingkah lakunya adalah antara bahan ulet
dan kerapuhan, dan Ketangguhannya ditingkatkan
dengan meningkatnya suhu, yang menjadi alasan
utama mengapa MTMoCr memiliki kemampuan
servis yang baik namun machinability yang buruk;
kekuatan hasil dinamis dari perubahan MTMoCr

46
sangat berada di bawah tekanan yang besar, suhu
tinggi dan laju regangan tinggi, karena suhu tinggi
memberikan lebih banyak bidang tergelincir dan
arah tergelincir untuk gerakan dislokasi, sehingga
tekanan aliran berkurang dan efek pelunakan suhu
muncul; Sementara itu, energi dislokasi di
pedalaman material meningkat karena laju
regangan yang besar, menyebabkan tegangan geser
kritis mengalami peningkatan deformasi material,
efek penguatan tingkat regangan meningkat, dan
selanjutnya, efek penguatan tingkat regangan
memegang posisi utama.

47
9. Jurnal bahasa Indonesia (5)
Judul :Kajian validasi konstruk modul IPA terpadu berbasis ​scientific
approach ​materi pokok suhu, kalor dan perpindahannya SMP
kelas VII
Jurnal : Materi dan pembelajaran fisika
ISSN : 2089-6158
Volume & : vol. 4 no 1 hal. 7-12
Halaman
Tahun : 2014
Penulis : Intan Pratiwi Wardani, Rini Budiharti
Reviewer : Sheila Sagita
Latar belakang : Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan
pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari
berbagai disiplin ilmu yakni biologi, fisika, dan kimia. Pada
hakikatnya IPA dikembangkan sebagai mata pelajaran
dalam bentuk terintegrasi atau terpadu. Selain itu setiap
kompetensi dasar yang disediakan pemerintah juga sudah
dalam kompetensi yang terintegrasi dari berbagai disiplin
ilmu IPA. Hal ini menekankan bahwa dengan berlakunya
kurikulum 2013 maka diharuskan terlaksananya
pembelajaran IPA yang terpadu. Namun, dalam kenyataan
sekolah-sekolah mengalami kesulitan untuk menerapkan
mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang terpadu.
Tujuan penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji validitas
konstruk dari pengembangan bahan ajar modul IPA terpadu
SMP kelas VII berbasis scientific approach pada materi
pokok suhu, kalor dan perpindahannya
Metode penelitian : Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan
didukung data kuantitatif. Teknik pengambilan data dalam

48
penelitian ini adalah dengan menggunakan angket. Angket
diberikan kepada validator, peer reviewer dan reviewer.
Validator terdiri dari 2 dosen ahli, peer reviewer terdiri dari 2
mahasiswa dan reviewer terdiri dari 3 guru IPA SMP.
Analisis data secara kuantitatif pada penelitian ini untuk
mengetahui kualitas konstruk modul IPA Terpadu
menggunakan prosedur Syaifuddin Azwar
Hasil penelitian : Hasil analisis data dan pembahasan menunjukkan bahwa bahan
ajar modul IPA Terpadu yang diteliti dalam aspek konstruk
telah sesuai dengan karakteristik pendekatan scientific
approach. Berdasarkan hasil validasi ahli, reviewer, dan peer
reviewer, modul tersebut secara umum sudah memiliki kriteria
sangat baik dalam aspek konstruk. Modul IPA Terpadu juga
telah diujicobakan pada lapangan awal dan lapangan utama
dengan hasil yang sangat baik dalam aspek konstruk.
Simpulan :Dalam permendikbud No. 68 Tahun 2013 tentang kurikulum
SMP/MTs menyebutkan bahwa mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan muatan pembelajaran di
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang
berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin
ilmu yakni biologi, fisika, dan kimia. Pada hakikatnya IPA
dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk
terintegrasi atau terpadu. Selain itu setiap kompetensi dasar
yang disediakan pemerintah juga sudah dalam kompetensi
yang terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu IPA. Hal ini
menekankan bahwa dengan berlakunya kurikulum 2013 maka
diharuskan terlaksananya pembelajaran IPA yang terpadu.
Namun, dalam kenyataan sekolah-sekolah mengalami
kesulitan untuk menerapkan mata pelajaran IPA sebagai mata
pelajaran yang terpadu.

49
10. Jurnal terjemahan bahasa Inggris (5)
Judul : Efisien Tenaga Mesin Panas Brayton dengan Gesekan
Jurnal :Jurnal internasional penelitian teknik dan teknologi
ISSN : 0974-3154
Volume : volume 6 number 5
Tahun : 2013
Penulis : Rajesh Kumar, S.C. Kaushik dan Raj Kumar
Latar belakang : Curzon dan Ahlborn (1975) mengembangkan model teoritis
mesin panas Carnot. Mereka memaksimalkan kekuatan
sehubungan dengan perbedaan suhu pada penukar panas panas
dan dingin dan menemukan efisiensi termal pada keluaran
daya maksimum sebagai ηC-A = 1- (TL / TH) 1/2. Analisis
mesin Carnot pada output daya maksimum telah diterapkan
pada siklus Brayton. Wu dan Kiang (1990) mengoptimalkan
kerja & kekuatan siklus Brayton yang dapat diperbaiki
berdasarkan termodinamika waktu yang terbatas. Mereka
menemukan bahwa output daya mesin panas Brayton adalah
fungsi TH dan TL saja.
Tujuan penelitian :Tujuan penelitian ini untuk memasukkan gesekan dan panas
spesifik variabel fluida kerja sambil menghitung daya efisien
mesin panas Brayton dengan termodinamika waktu yang
terbatas.
Metode penelitian : Metode yang diusulkan tidak hanya mempertimbangkan
output daya Brayton tapi juga efisiensi Brayton. Pekerjaan
yang dilakukan melawan gesekan juga dimasukkan ke dalam
analisis mesin panas Brayton. Daya efisien mesin panas

50
Brayton dengan gesekan diperoleh dan hasilnya dipulihkan
dari termodinamika hingga waktu terbatas. Mesin panas
Brayton dengan gesekan memberikan prediksi realistis
mengenai efisiensi mesin dan tenaga mesin dibanding mesin
panas Brayton isentropic tanpa gesekan.
Hasil penelitian : ​Siklus mesin gas reversibel yang melibatkan dua proses
tekanan konstan dan dua proses isentropik. Proses kompresi
dan ekspansi terjadi secara quasi.Representasi panas spesifik
bergantung suhu kerja mengasumsikan variasi linier panas
spesifik dengan suhu.

Simpulan :Daya efisien mesin panas Brayton dengan gesekan telah


ditangani dari sudut pandang praktis. Temperatur spesifik yang
tergantung suhu fluida kerja juga termasuk dalam analisis.
Hasilnya sesuai dengan siklus mesin panas Brayton yang
reversibel tanpa gesekan. Efisiensi dinyatakan sebagai rasio
kerja yang berguna yang dikirim ke sekitarnya, yaitu pekerjaan
aktual yang dilakukan oleh fluida mesin dikurangi pekerjaan
yang dilakukan terhadap gesekan, terhadap energi bersih yang
ditransaksikan oleh reservoir panas dimana sebagai hasil kerja
mesin panas Brayton per siklus adalah perbedaan antara
pekerjaan ideal, W dan total pekerjaan, Wfric diproduksi
melawan gesekan, yang terakhir adalah jumlah Wfric, H dan
Wfric, L yang merupakan pekerjaan yang dilakukan terhadap
gesekan untuk bagian-bagian dari siklus di mana panas dan
reservoir dingin hadir, masing-masing, dan fraksi αH dan
αLnya dilepaskan dalam cairan. Fraksi yang tersisa (1- αH)
dan (1- αL) disirkulasikan ke masing-masing reservoir.

2.3 Hasil Diskusi

51
➢ Jadi dapat simpulkan bahwa berubahan temperatur dapat dilihat dengan
menggamati besaran fisis lain yang juga berubah ketika temperatur
berubah. Denagn kata lain perubahan tempertur mempengaruhi
perubahan besaran fisis lain.
➢ Skala Temperatur ada 3 : Skala Celcius, skala Fahrenheit, dan skala
Kelvin. Pemuaian Termal ada dua jenis, pemuaian linear dan pemuaian
volume. Dalam pemuaian linear kita dapat mengungkapkan dalam
persamaan :
∆L = αLₒ∆T

Dalam pemuaian volume kita dapat mengungkapkan dalam persamaan :


∆V = βV ₒ∆T

➢ Dalam energi kalor secara khusus dikenal satuan kalori, biasanya satuan
kalori ini dapt kita temukan dalam menyatakan besarnya energi yang
tersimpan dalam suatu produk makanan. 1 kalori didefinisikan sebagai
jumlah energi yang di butuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air
sebesar 1 ℃ dari temperatur 14,5 ℃ menjadi 15,5 ℃.
Jika ada dua bola yang terbuat dari alumunium dan tembaga
dengan temperatur awal yang sama dicelupkan ke dalam air mendidih
setelah beberapa menit bola tersebut mengalami kenaikan temperatur
yang berbeda, hal ini karena setiap benda memiliki kalor jenis yang
berbeda. Kalor jenis didefinisikan untuk menaikkan temperatur 1 kelvin
untuk 1 kg benda.

➢ Kalor dapat berpindah dalam 3 cara, yaitu cara konduksi,konveksi, dan


radiasi. Perpindahan kalor secara konduksi lebih cepat dibanding cara
konveksi, sedangkan perpindahan kalor melalui radiasi adalah paling
lambat bila dibanding cara lainnya. Konduksi kalor biasanya
bermedium padat,dan perpindahan kalor disebabkan oleh perpindahan
tenaga getar atom ke atom tetangganya.

52
➢ Dapat disimpulkan bahwa azas Black merupakan (ungkapan salah
seorang fisikawan yang bernama Joseph Black.“ Dua buah zat yang
memiliki temperatur berbeda kemudian dicampurkan sehingga terjadi
perpindahan kalor kemudian menghasilkan temperatur sama besar”
Dan didapat persamaan yaitu,
Qlepas = Q terima
m.c. ∆T =M.c. ∆T
m.c.(tx-tc) =m.c.(tc-tx)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
suhu adalah derajat panas benda. Alat ukur suhu disebut termometer.
Termometer dapat dibuat dengan beberapa cara, misalnya oleh pemuaian zat cair,
beda potensial oleh dua kawat berlainan yang salah satu ujungnya di kontrakan,
atau dapat juga berdasarkan panjang gelombang cahaya yang dipancarkan​,
termometer umum dalam pemakaian sehari-hari terdiri dari massa cairan biasanya
merkuri atau alkohol yang mengembang menjadi tabung kapiler kaca saat
dipanaskan. oleh benda pijar.
Sebuah termometer pada prinsipnya memanfaatkan prinsip ini, yaitu dengan
mengamati perubahan volume cairan (antara besaran lainnya) ketika temperatur
berubah.
T(X)=bX ...
Temperatur T diukur melalui besaran fisis lain X yang mudah terukur,
dalam termometer X ini adalah volume dari cairan yang mengembang jika
temperatur naik.
Sedangkan kalor adalah ​energy yang berpindah dari zat yang temperaturnya
lebih tinggi ke zat lain yang bertemperatur lebih rendah, dan bukan zat yang
berpindah, seperti yang semula diduga. Dan kalor juga sebagai jumlah energi yang

53
dibutuhkan untuk menaikan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat celcius (1
kelvin).
Menurut wolfson, pasachoff (1991), bila energi panas di tambahkan pada
suatu zat maka temperatur zat itu biasanya naik. Jumlah energi panas Q yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat adalah sebanding dengan
perubahan temperatur dan massa zat itu :
Q = C ∆ T = mc ∆ T...
Dengan C adalah kapasitas panas zat, yang didefinisikan sebagai energi
panas yang dibutuhkan untuk menaikan temperatur suatu zat dengan satu derajat.

3.2 Saran
Kita harus dapat mengetahui dan memahami tentang suhu dan kalor karena
dalam keseharian kita tidak pernah lepas dari suhu dan kalor, untuk itu kita harus
rajin dan selalu giat dalam mempelajari materi suhu dan kalor, karena apabila kita
sudah paham akan materinya (suhu dan kalor), maka hal itu mudah saja bagi kita
untuk menerapkan nya dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk itu diperlukan
kesungguhan serta ketekunan kita dalam mempelajarinya.

54
55
DAFTAR PUSTAKA
Astina Made, Darmanto Prihadi Setyo, Warsito and Adryanto Edwin. 2005.
Analysis of Alternative Use for Energy Saving in Water System
Building Design, Jurnal mechanical engineering​, vol 20,pp. 1 – 12.
Douglas C & Giancoli. 2014. ​Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi ke 7 Jilid 1​.
Jakarta: Erlangga.
Gundagani Murali, Mathematics NVN Babu Department of, University
GITAM, Rudraram, India. 2012​, Effect of Radiation on MHD
Convection Flow Pastavertical Permeable Moving Plate, jurnal
International Journal of Advances in Applied Sciences (IJAAS)​, Vol 1,
No.
Halliday, Resnick dan Jeals Walker. 2010. ​Fisika Dasar edisi 7 jilid 1 Edisi
Ketujuh,​ Erlangga.
Haliday, Resnick dan Jeals Walker. 2011. ​Fundamental of Physich ( 9th​
edition )​, USA: John Wiley & Sons.
Ishaq, Mohammad. 2007. “​Fisika Dasar Edisi 2”.​ Yogyakarta : Graha Ilmu.
Jati, B.M.E dan Priyambodo, T.K. 2013. ​“Fisika Dasar untuk mahasiswa
​ ogyakarta: ANDI.
ilmu-ilmu eksakta, teknik & kedokteran edisi 2” Y
Lestari, P.A.S, Rahayu, S, dan Hikmawati. 2015. ​Profil Miskonsepsi Siswa
Kelas X SMKN 4 Mataram Pada Materi Pokok Suhu, Kalor, dan
Perpindahan Kalor​, Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, vol 1,
no. 3,pp.146-153.
Oetomo Dimas Prasetyo dan Soehartanto Totok, ​Perancangan Sistem
Pengukuran pH dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi
– Batch​, Jurnal Teknik Pomits, vol 2,pp. 396-401.
Purnama, B.E. 2011. ​Pembuatan termometer digital untuk mengukur suhu
ruang casing computer,​ Jurnal Sriti, vol VI,pp.155-164.
Rajesh Kumar, S.C & Kaushik and Kumar Raj.2013. ​Efficient Power of
Brayton Heat Engine with Friction, Jurnal international journal of
engineering research and technology,​ vol 6,no 5.

56
Ruan Jingkui & Dong Zhengwei. 2013​. Mechanical Behavior of MTMoCr
Under High Temperature and High Strain-rate, Jurnal Telkomnika,​
vol 11,pp.985-990.
Sears, F.W, dan Zemansky, M.W. 1994. “​FISIKA untuk universitas 1
mekanika. Panas. Bunyi. ​Binacipta.
Serwey, R.A & John, W. Jawett, Jr. 2014. ​Physics for Scientists and
Engineers with Modern Physics ( ninth edition )​. USA: Rebecca
Berardy Sehwartz
Sumiati, R.2013. ​Penggunaan parafin dan gemuk pada plafon mobil dalam
mengelola tempertur mobil saat parker, Teknik Mesin Politeknik
Negeri Padang Kampus (UNAND),​ limau manis padang, Vol 8, no 2.
Vivek, M, Srividya, PK, Sujatha, K. 2015. ​Portable Biomass Gasifier
Power Generation Using Non Edible Seed Cake, Journal Bulletin of
Electrical Engineering and Informatics​, vol.4, no. 4, pp.274-279.
Wardani, I.P & budiharti, R.2014. ​kajian validasi konstruk modul IPA
terpadu berbasis scientific approach materi pokok suhu, kalor dan
perpindahannya SMP kelas VII, Jurnal materi dan pembelajaran
fisika, vol 4, no 1,pp. 7-12.
Wolfson, R & Jay, M. Pasachoff. 1991​. FISIKA Untuk Sains dan Teknik,
Edisi 3, Jakarta, Erlangga
Sears & Zemansky, 1985. ​FISIKA Untuk Universitas 1 Mekanika, Panas
dan Bunyi,​ Penerbit Binacipta.

57
TABEL LEMBAR PENILAIN

NILAI NILAI NILAI


NO Nama/Nim MAKALAH PERSENTASI PEMAHAMAN
TEORI
1 A1C117007
2 A1C117009
3 A1C117025
4 A1C117035
5 A1C117081

58

Anda mungkin juga menyukai