Anda di halaman 1dari 2

III.

Buku Ketiga KUHPer tentang Perikatan

Buku Ketiga KUHPer merupakan sebagian dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPer) yang merupakan salah satu undang-undang yang mengatur tentang hukum perdata di
Indonesia. KUHPer sendiri merupakan salah satu kitab hukum yang berlaku di Indonesia, dan diatur
dalam undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.

Sejarah pembentukan hukum perdata di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda, di
mana sistem hukum perdata Belanda diterapkan di wilayah Indonesia. Pada tahun 1847, Belanda
menerbitkan Burgerlijk Wetboek (BW), yaitu undang-undang perdata yang berlaku di wilayah jajahan
mereka, termasuk Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Indonesia mulai
mengembangkan dan memperbaharui sistem hukum perdata-nya. Pada tahun 1960, pemerintah
Indonesia membentuk Komisi Hukum Indonesia untuk merevisi BW dan membuat Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPer) yang baru. Proses penyusunan KUHPer memakan waktu yang
lama dan dilakukan dalam beberapa tahap. Buku Ketiga KUHPer, yang membahas tentang hukum
kebendaan, termasuk dalam tahap penyusunan yang dilakukan antara tahun 1971-1973. Buku ini
kemudian ditetapkan bersama dengan seluruh isi KUHPer melalui Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan Buku Ketiga KUHPer
merupakan salah satu bagian dari undang-undang tersebut.

Buku Ketiga KUHPer secara khusus membahas tentang hukum kebendaan, yaitu hukum yang
mengatur tentang hubungan antara individu dan benda atau harta kekayaan. Buku ini mengatur
tentang kepemilikan, penggunaan, pemakaian, dan pengelolaan hak, serta pembatasan dan cara
memperoleh hak atas suatu barang atau harta kekayaan. Buku Ketiga KUHPer juga membahas
tentang pengaturan dalam persekutuan dalam kepemilikan.

Dalam praktiknya, Buku Ketiga KUHPer menjadi acuan penting dalam penyelesaian
perselisihan yang berkaitan dengan hukum kebendaan, baik dalam hubungan perdata antara individu
maupun dalam hubungan bisnis atau perusahaan. Oleh karena itu, Buku Ketiga KUHPer memiliki
peran penting dalam menjaga kepastian hukum dan melindungi hak-hak individu dan perusahaan di
Indonesia.
Buku ketiga KUHP mengatur tentang harta benda atau harta benda yang dimiliki oleh
seseorang atau perorangan. Buku ini terdiri dari enam bab, masing-masing mencakup topik-topik
berikut:

1. Bab I - Hak Milik: Bab ini membahas tentang hak milik sebagai hak yang paling kuat atas
suatu benda. Bab ini juga membahas tentang syarat-syarat dan cara memperoleh hak milik,
serta perolehan hak milik secara turun-temurun.
2. Bab II - Hak Kebendaan Selain Hak Milik: Bab ini membahas tentang hak-hak kebendaan
selain hak milik, seperti hak guna, hak pakai, hak pengelolaan, dan hak menguasai.
3. Bab III - Perolehan Hak atas Barang: Bab ini membahas tentang cara-cara memperoleh hak
atas suatu barang, seperti perolehan melalui perbuatan hukum, perolehan melalui perjanjian,
perolehan melalui hukum, dan perolehan melalui warisan.
4. Bab IV - Pembatasan Hak atas Barang: Bab ini membahas tentang pembatasan hak atas suatu
barang, seperti hak tanggungan, hak jaminan, dan hak paksa.
5. Bab V - Hak Guna Bangunan: Bab ini membahas tentang hak guna bangunan, yaitu hak untuk
menggunakan bangunan yang dibangun di atas tanah orang lain.
6. Bab VI - Persekutuan dalam Kepemilikan: Bab ini membahas tentang persekutuan dalam
kepemilikan, seperti persekutuan dalam hak milik, persekutuan dalam hak guna, dan
persekutuan dalam hak pakai.

Anda mungkin juga menyukai