Anda di halaman 1dari 13

KEBIJAKAN PANTI SOSIAL KARYA WANITA TERATAI HARAPAN

KRAMAT TUNGGAK JAKARTA UTARA TAHUN 1971-1999

Disusun oleh:

Yudhistira Maheswara Arya Satya (121911433051)

PROGAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 1970-an, Jakarta memiliki Gubernur yang cukup kontrovesial


yang bernama Ali Sadikin dalam membangun dan membenahi kota Jakarta. Mulai
dari melegalkan perjudian dan mengambil pajak dari casino-casino yang ada di
Jakarta sampai meresmikan tempat lokalisasi yang bernama Kramat Tunggak yang
berada di wilayah Jakarta Utara. Kebijakan Ali Sadikin tersebut mendapatkan
penolakan dari berbagai elemen dan juga masyarakat Jakarta, namun hal itu tidak
membuat Ali Sadikin gentar sedikit pun. Alasan Ali Sadikin mendirikan lokalisasi
yakni ingin menghilangkan kesan kotor dan jorok bagi wajah Jakarta. Beliau ingin
menghapus pemandanan Jakarta yang kurang sedap untuk di lihat. Merlokasi berarti
mempersempit ruang gerak praktek ini sehingga para pelakunya bisa dibina.1

Seperti kota-kota besar pada umumnya, Jakarta Jakarta memiliki berbagai


macam permasalahan yang begitu kompleks. Salah satunya adalah pertumbuhan
penduduk, hal ini disebkan Jakarta menjadi pusat perekonomian. Para kaum urban
melakukan urbanisasi ke Jakarta dengan tujuan merubah perekonomian mereka.
Masalahnya tidak semua kaum urban memiliki keahlian untuk bertahan hidup di Ibu
Kota Jakarta, mereka yang tidak punya keahlian akhirnya melahirkan masalah seperti
adanya pemukiman kumuh, kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, hingga
prostitusi.2 Terbukti pada sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 1961, orang-
orang yang melakukan urbanisasi ke Jakarta mencapai mencapai 1.389.726 jiwa atau

1
Ramdhan K. H. Pers Menjawab Bang Ali Menjawab. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995. hlm. 24.
2
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Edisi ke-2). Yogyakarta. Tiara Wacana Yogya, 2003. hlm.
63-72.
41,8%. Angka ini masih bisa bertambah seiring berkembangnya waktu, dan 33.575
Jiwa atau 1,2% yang tidak diketahui tempat lahirnya.3

Tugas Ali Sadikin untuk membangun ulang kota Jakarta menjadi kota
metropolitan tidak mudah, Gubernur Ali Sadikin merujuk kepada Master Plan
(rencana Induk pembangunan Jakarta) 1965-1985. Secara umum, Rencana Induk
Jakarta mengatur tentang penggunaan tanah yang di dalamnya meliputi kegunaan
untuk tempat tinggal, perkantoran, perindustrian, tempat-tempat rekreasi dan lain
sebaginya.4 Ali Sadikin dikenal sebagai gubernur yang tegas dan keras dalam
bersikap. Latar belakang Ali Sadikin yang berasal dari kalangan militer yang
membuat sikapnya seperti itu. Dalam kaitannya memimpin Jakarta, Ali Sadikin
menganggap perlunya suatu terobosan baru untuk menata dan membangun Jakarta,
mengingat permasalahan Jakarta begitu kompleks pada masa itu. Setelah selesai
memetakan situasi Kota Jakarta, perhatian Ali Sadikin langsung tertuju pada Rencana
Induk Jakarta yang telah disusun gubernur pendahulunya. Rencana Induk Jakarta
diaangap penting dan sebagai solusi atas permasalahan yang sedang di alami Jakarta
saat itu dan juga kedepannya.

Pada awal kepemimpinannya, Ali Sadikin menaruh perhatian kepada dunia


prostitusi yang ada di Jakarta. Menurutnya, menjamurnya dnnia prostitusi di Jakarta
membuat wajah Jakarta terlihat kotor dan tidak enak dipandang. Pada tahun 1971, Ali
Sadikin meresmikan sebuah tempat di daerah pesisir Jakarta. Daerah itu bernama
Lokalisasi Keramat Tunggak yang terletak di Jakarta Utara. Tentu saja, ide untuk
membangun lokalisasi di Jakarta tidak datang begitu saja, Ali Sadikin mendapatkan
ide untuk membangun lokalisasi pada saat beliau berkunjung ke Bangkok, Thailand. 5
Pada awal kedatangannya, Ali sadikin di buat heran karena tidak ada satupun pekerja
seks komersial di sepanjang sudut kota Bangkok, padahal Bangkok cukup terkenal

3
Lamce Castle, Profil Etnik Jakarta (terj). Depok, Masup Jakarta, 2007. Hlm. 35-36.
4
Soetjipto Wirosardjono. Gita Jaya: Catatan H. Ali Sadikin, Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 1966-1977. Jakarta: Pemerintah DKI Jakarta, 1997. hlm. 223.
5
. Ibid. hlm. 24.
dengan industry seksnya. Setelah bertanya ke KBRI, Ali Sadikin diberitahu bahwa
para praktek prostitusi di Bangkok telah dilokalisasi oleh pemerintah. 6 Setelah
kunjungannya ke Thailand, Ali Sadikin mulai mempunyai ide untuk menerapkannya
di Jakarta. Apalagi di Surabaya sudah ada praktek lokalisasi yang sudah di lokalisasi.7

Ali Sadikin beranggapan dengan merelokasi para pelaku prostitusi di Jakarta


dapat menghilangkan kesan kotor dan kumuh bagi wajah Jakarta.8 Beliau ingin
menghapus pemandanan Jakarta yang kurang sedap untuk di lihat. Merlokasi berarti
mempersempit ruang gerak praktek ini sehingga para pelakunya bisa dibina. 9
Telaumbanua, sebagai Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Utara yang menjabat pada
1978, menambahkan bahwa mereka yang dilokalisasi berangsur-angsur dibina
sedemikian rupa agar mereka siap kembali ke masyarakat.10

Pada tahun 1971, Gubernur Ali Sadikin mengeluarkan SK Gubernur No.


Ca.7/1/39/71 tentang pejabat-pejabat lokal yang ada di Jakarta untuk menutup dan
memindahkan kegiatan pelacuran ke Kramat Tunggak di jalan Kramat Raya
Kelurahan Tugu, Kecamatan Koja Utara.11 Ali Sadikin memilih daerah Kramat
Tunggak dekat dengan Tanjung Priok, Kota Madya Jakarta Utara. Keramat Tunggak
awalnya berupa rawa, sawah, dan kebun dengan luas 11,5 hektar dan terpisah dari
pemukiman penduduk.

Selain menjadi tempat lokalisasi, Kramat Tunggak juga menjadi tempat


rehabilitasi untuk para pekerja seks di sana. Hal ini mempertegas bahwa dasarnya
pemerintah ingin membia para pekerja seks komersial yang ada di Jakarta untuk di
6
Ibid. hlm. 199-200.
7
Ibid.
8
Rindi Nuris valarosdela, “Ali Sadikin dan Kontroversi Lokalisasi Kramat Tunggak”.
Kompas.com, diakses dari https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/27/09035541/ali-sadikin-
dan-kontroversi-lokalisasi-kramat-tunggak?page=all, Pada tanggal 23 Desember 2021 pukul 23.00.
9
Ramadhan, op. cit. hlm. 200-201.
10
Yuyu A. N. Krisna, Menyusuri Remang-remang Jakarta, Jakarta: Sinar Harapan, 1966.
Hlm.77.
11
Hendri F. Isnaeni, “Prostitusi di Jakarta, Sejak Zaman Ali Sadikin Sampai Ahok”, Historia.id,
diakses dari https://historia.id/politik/articles/prostitusi-di-jakarta-sejak-zaman-ali-sadikin-sampai-
ahok-6kRgr/page/2, pada tanggal 23 Desmber 2021 pukul 02.20.
bina dan bisa kemabali ke kehidupan normal seperti masyrakat pada umumnya.
Tercatat pada awal pembukaan Lokalisasi Kramat Tunggak teerdapat 300 orang
pekerja seks komersial dan 76 mucikari yang terdata di panti sosial tersebut.12 Jumlah
tersebut terus bertambah seiring berjalannya waktu dan berkembangnya tempat itu.
Selain itu, Di Kramat Tunggak juga terdapat sebuah musolah At-Taubah yang
terletak di seberang lokalisasi yang digunakan untuk memberi pemahaman agama
terhadap para mucikari dan juga PSK yang beragama Islam. Hal ini menandakan
bahwa Ali Sadikin ingin memecahkan masalah pelacuran dan juga perekonomian
Jakarta.13

Alasan penulis mengangkat tema Panti Sosial Karya Wanita Teratai Harapan
Kramat Tunggak Jakarta Utara 1971-1999 adalah penulis sebagai masyarakat Jakarta
yang lahir dan dibesarkan di Jakarta ingin menghasilkan sutau karya Ilmiah yang
menarik dan juga berkenaan bagi Jakarta. Dari berbagai bacaan dan juga peristiwa
yang terjadi di Kota Jakarta, penulis tertarik untuk meneliti tentang peran Lokalisasi
Kramat Tunggak sebagai tempat rehabilitasi bagi para pekerja seks komersial yang
ada di Lokalisasi Kramat Tunggak yang berlokasi di Koja, Jakarta Utara yang di
resmikan oleh Gubernur Ali Sadikin. Memang sudah banyak karya ilmiah yang
meneliti tentang prostitusi di Jakarta khusunya di zaman Gubernur Ali Sadikin,
namun penulis belum banyak menemukan karya ilmiah yang membahas atau meneliti
tentang peran panti sosial tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat dalam penelitin kali ini yakni tentang peran
Lokalisasi Kramat Tunggak selain menjadi tempat lokalisasi di Jakarta, Lokalisasi
Kramat Tnuggak juga berperan sebagai tempat rehabilitasi untuk pekrja seks yang

12
Terence Hull dkk., Pelacuran di Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Sinar
Harapan, 1997. hlm. 31.
13
Hendri F. Isnaeni , “Prostitusi di Jakarta, Sejak Zaman Ali Sadikin Sampai Ahok”,
Historia.id, diakses dari https://historia.id/politik/articles/prostitusi-di-jakarta-sejak-zaman-ali-sadikin-
sampai-ahok-6kRgr/page/2, pada tanggal 21 April 2021 pukul 02.20.
berada di komplek Lokalisasi Kramat Tunggak. Sebagai tempat rehabalitisai tentu
saja Panti social Karya Wanita (PSKW) Teratai Harapan Kramat Tunggak, nama lain
dai Lokalisasi Kramat Tunggak memeiliki kebijakan serta program yang ditujukan
untuk para pekerja seks agar mereka bisa keluar dari dunia prostitusi.

Untuk menyawab permasalahan yang ada di atas, akan dibantu dengan


beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Apa saja yang dilakukan Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Teratai
Harapan Kramat Tunggak dalam membimbing maupun membina pekerja
seks komersial di Kramat Tunggak?
1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran tempat lokalisasi


Kramat Tunggak sebagai tempat rehabilitasi dalam membina para pekerja seks
komersial yang ada di Kramat Tunggak dari awal berdirinya Lokalisasi Kramat
Tunggak hingga penutupan tempat lokalisasi tersebut. Selain itu penelitian ini juga
membahas bagaimana cara pihak panti melakukan sosialisasi maupun pendekatan
agar di terima oleh para pekerja seks di Lokalisasi Kramat Tunggak Penulisan sejarah
Jakarta pada masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin memang sudah banyak,
khususnya mengenai dunia prostitusinya. Namun kurang atau jarang yang membahas
tentang bagaimana peran dan juga progam apa saja yang diberikan pihak panti sosial
yang ada disana dalam membina para pekerja seks komersial di Kramat Tunggak

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai kajian mengenai keberadaan
Panti Sosial Karya Wanita Teratai Harapan yang ada di Lokalisasi Kramat Tunggak
di bidang Ilmu Sejarah. Manfaat penelitian Praktis dari penelitian ini adalah
menambah nuansa Historiografi Indonesia mengenai prostitusi dan juga panti sosial
yang mempunyai peran vital dalam menjalankan tugas untuk mendampingi dan
mengawasi para pekerja seks di lokalisasi Kramat Tunggak yang berada di Jakarta
Utara. Dan manfaat lain dari penelitian ini dapat dijadikan referensi terhadap
penulisan selanjutnya yang berhubungan dengan tema ini.

1.5. Batasan dan Ruang Lingkup

Dalam melakukan penelitian ilmiah diperlukan batasan temporal tahun dan


spasial ruang agar penelitian dapat fokus dan tidak melenceng kemana-mana. Batasan
temporal tahun dalam penelitian ini adalah tahun 1971 dan diakhiri tahun 1999
dimana pada tahun 1971 Gubernur Ali Sadikin meresmikan lokalisasi Kramamt
Tunggak atau Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Teratai Harapan Kramat Tunggak.
Dan tahun 1999 merupakan penutupan tempat lokalisasi tersebut.

Batasan Spasial pada penelitian ini adalah daerah Kramat Tunggak yang
berada di Koja, Jakarta Utara. Wilayah tersebut dijadikan tempat lokalisasi prostitusi
sekaligus tempat rehabilitasi di Jakarta pada masa Gubernur Ali Sadikin.

1.6. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu gambaran yang menghubungkan


antara konsep dengan yang lainnya untuk menjelaskan secara rinci dalam penelitan.
Tema yang diangkat pada penelitian kali ini adalah Kebijakan Panti Sosial Karya
Wanita Teratai Harapan Kramat Tunggak Jakarta Uatara 1971-1999 merupakan
penelitian yang termasuk dalam katergori Sejarah Sosial. Penelitian ini digunakan
untuk mengetahui bagimana peran dan tugas panti sosial karya wanita Teratai
harapan dalam mendampingi dan mengawasi para pekerja seks yang berada di
lingkungan Lokalisasi Kramat Tunggak.

Menurut Kuntowijoyo dalam bukunya berjudul Metodologi Sejarah,


menyebutkan bahwa penulisan sejarah sosial mempunya cakupan yang luas dan
beraneka ragam dan sejarah sosial juga mempunyai hubungan yang erat dengan
sosial-ekonomi. Selain itu sejarah sosial dapat mengambil fakta sosial sebagai bahan
kajian, seperti kriminalitas, kemiskinan, kekerasan, perbanditan dapat terjadi di suatu
daerah.14

Pelacuran saat ini lebih dikenal dengan sebutan Pekerja Seks Komersial
(PSK) atau prostitusi. Menurut Kartin Kartono, prostitusi merupakan sebuah bentuk
penyimpangan seksual dengan adanya pola-pola oraganisasi impus/dorongan yang
tidak wajar dan tidak terintregrasi dalam bentuk promiskuitas disertai eksploitasi dan
komersialisasi seks yang impersonal tanpa afeksi sifatnya.15

Menurut Enyclopedia Britannica (1973-1974), prostiusi dapat diartikan


sebagai “praktek hubungan seksual sesaat yang bisa dilakukan dengan siapa saja
(promiskuitas) untuk imbalan berupa upah. Dengan demikian, prostitusi dapat
dikarakteristikan oleh tiga unus utama, pembayaran, promiskuitas, dan ketidakacuhan
emosional.16 Dari ketiga unsur tersebut membedakan hubungan seksual yang
dilakukan oleh suami istri atau sepasang kekasih dengan prostitusi.

Dalam buku karya K. Barry yang berjudul Female Sexual Slavery


menyebutkan bahwa wanita dipaksa untuk terjun kedunia pelacuran oleh kamu pria
yang menggunakan beragam bujukan mulai dari dijanjikan pekerjaan sampai ke
pemaksaan penculikan dan penyekapan.17

Prof. W.A Bonger dalam tulisannya Maatschappelijke Oorzaken der


Prostitue, prostitusi ialah gejala kemasyarakatan dimana wanita menjual diri
melakukan kegitan-kegiatan seksual sebagai mata pencaharian.18

14
Kuntowijoyo. op. cit. hlm. 35.
15
Siiti Munawaroh. PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK DI WILAYAH PRAMBANAN,
KABUPATEN KLATEN, JAWA TENGAH. DIMENSIA. Volume 4, No. 2, September, 2010. hlm. 71
16
Kamus Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka, 2007. hlm. 680.
17
Thanh-Dam Truong (terj), Seks, Uang dan Kekuasaan: parawisata dan Pelacuran di Asia
Tenggara. Jakarta: LP3ES, 1992. hlm. 15.
18
W.A. Bonger, Maatschappelijke Oorzaken der Prostitue, Verspreide Geschriften, del II,
Amsterdam, 1950 terjemahan B.Simanjutak, Mimbar Demokrasi, Bandung, April 1967 dikutip oleh
Kartini Kartono,hlm. 182 - 183
Sementara itu, menurut Enyclopedia Britannica (1973-1974), rehabilitasi
didefinisikan sebagi “pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang
semula: perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas idividu (pasien
rumah sakit, atau korban bencana). Supaya menjadi manusia yang dapat berguna dan
memiliki tempat dalam masyarakat19

Menurut Soewito, rehabilitasi ialah upaya, baik dalam bidang ekonomi,


Kesehatan, kejiwaan, sosial, Pendidikan, maupun bidang lainnya yang di koordinir
menjadi continuous process yang bertujuan untuk memulihkan tenaga penderita cacat
baik jasmani maupun rohani untuk kembali ke tempat masyarakat sebagai anggota
yang penuh swsembada, produktif yang berguna bagi masyrakat dan negara.20

Dengan demikian, kegiatan prostitusi dapat diartikan dengan profesi yang


dilakukan antara individu sesaama individu atas dasar imbalan berupa uang atau
barang. Selain itu, wanita yang terjerumus ke dunia prostitusi semata-mata karena
tuntutan ekonomi untuk menghidupi keluaraganya.

Semantara, rehabilitasi dalam konteks prostitusi dapat diartikan dengan


melakukan pembinaan, pendampingan terhadap pelacur atau pekerja seks komersial
agar mereka bisa kembali diterima di masyarakat dan menjalani kehidupan normal
sebagai warga negara yang baik.

1.7. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kajian dalam bntuk buku ataupun jurnal


penelitian. Tinjuan pustaka juga diperlukan untuk memperkuat analisis, serta teori
yang menjadi dasa dalam menulis sejarah. Dalam penelitian kali ini, buku-buku yang
digunakan Yakini, buku Menyusuri Remang-Remang Jakarta karya Yuyu Krisna
yang diterbitkan pada tahun 1979 ini cukup lengkap untuk menggambarkan dunia
malam (dunia prostitusi) di Kota Jakarta pada tahun 1970-an. Ditambah lagi, didalam

19
Kamus Bahasa Indonesa (edisi ketiga). op. cit.
20
Sri Widati. REHABILITASI. 1984. hlm. 5.
buku ini menjelaskan Lokalisasi Kramat Tunggak melalui observasi langsung yang
dilakukan oleh Yuyu Krisna, selain Kramat Tunggak, beliau juga melakukan
observasi ke tempat-tempat prostitusi lainnya di Jakarta pada masa itu.

Kemudian, buku Bang Ali Demi Jakarta, 1966-1977, buku ini adalah buku
yang berisi memoir Ali Sadikin saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Buku
ini di susun oleh Ramadhan K. H. Di dalam buku ini berisi tulisan-tulisan para
wartawan dan juga komunitas koran dan majalah yang pernah ditulis saat Ali sadikin
menjabat Sebagai gubernur. Buku ini cukup menggambarkan sosok Ali Sadikin
secara apa adanya, salah satunya kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh Ali Sadikin.
Penulis juga menggunakan buku karya Moammar Emka yang berjudul Jakarta
Undercover: Sex & City dalam menggali informasi mengenai dunia prostitusi di era
modern di Jakarta.

Selain itu, karya tulisan Lamijo yang berjudul Prostitusi di Jakarta Dalam
Tiga Kekuasaan, 1930-1995. Sejarah dan Pekembangannya. Tulisan ini
menggambarkan sejarah prostiusi yan ada di Jakarta pada masa colonial Belanda,
Jepang, hingga pasca kemerdekaan, Lamijo menyebutkan bahwa di pasca kemerdekaan
kegiatan prostitusi di Jakarta mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh
tingginya angka urbanisasi pada saat itu dan ketidakmampuan pemerintah Jakarta
dalam menangani hal tersebut.

Selain itu, untuk melengkapi penelitian ini juga diperlukan sumber-


sumberlain, seperti arip, artikel-artikel, skripsi, koran-koran terbitan zaman itu yang
menulis tentang Lokalisasi Kramat Tunggak dan juga panti sosial karya wanita
Teratai harapan, sumber lisan juga diperlukan dalam penelitian ini seperti wawancara
dengan pelaku sejarah pada saat itu, serta sumber dari internet yang valid
1.8. Metode dan Sumber Penelitian

Penulisan sejarah merupakan bentuk dan proses pengisahan atas peristiwa-


peristiwa manusia yang telah terjadi di masa lampau. 21 Sebagai kajian Sejarah,
penelitian ini menggunakan metode sejarah yang berisi pemilihan topik, pencarian
sumber (Heuristik), kritik sumber (Verifikasi data), interprestasi data, dan Penulisan
sejarah (Historiografi).22 Selain itu, peneleitian ini juga menggunakan metode
kulaitatif dengan menggali fenomena prostitusi di Jakarta khususnya di lokalisasi
Kramat Tunggak, hubungannya dengan peran dan kebijakan Panti Sosial Karya
Wanita (PSKW) Teratai Harapan Kramat Tunggak. Penelusuran sumber-sumber
sejarah ini dilakukan di berbagai tempat seperti Perpustakaan Nasioanal Jl. Salemba
Raya No.28 A, Jakarta, Perpustakaan Nasioanal Jl. Medan Merdeka Sel. No.11,
RT.11/RW.2, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Utara Jl. Logistik No.3.
Cilincing, Jakarta Utara dan juga Masjid Islamic Center (JIS) yang merupakan tempat
dimana dulu Lokalisasi Kramat Tunggak dan panti sosial karya wanita Teratai
harapan berdiri.

Selain penelusuran sumber tertulis, pengumpulan sumber lisan juga dilakukan


dengan cara mewawancarai beberapa orang yang tinggal di Kramat Tunggak dan
sekitarnya dari tahun1970-an, mantan mucikari dan mantan Pekerja Seks Kormesil
(PSK) di wilayah Kramat Tunggak dan juga masyarakat sekitar yang sudah menetap
dari tahun 1970-an. untuk melengkapi penelitian ini. Selain itu, penelusuran media
cetak sezaman juga dilakukan untuk menyempurnakan penelitian ini.

Terlebih dahulu dalam kritik ekstren dan kritik intern. kritik ekstren
merupakan pencarian keabsahan dalam sumber secara menyeluruh. Setelah kritik

21
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utana, 1993) hlm. 19
22
Kuntowijoyo, Pegamtar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Benteng Pustaka, 2005) hlm. 90
ekstern, kritik intern pengecekan data yang valid sesuai dengan kejadian masa
lampau.

Setelah dilakukan kritik atau verifikasi data, fakta yang di dapat dari sumber
dianalisis terlebih dahulu seperti urutan peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan fakta
yang terdapat di dalam sumber. Interpretasi (analisis sumber) menggunakan
perspektif Sejarah dan harus objektif.

Tahap terakhir yaitu Historiografi atau penulisan sejarah. Sumber-sumber


yang sudah didapat dan melewati proses seperti kritik sumber, interpretasi data
selanjutnya disusun secara kronologis dan ditulis dalam bentuk karya ilmiah yang
menggunakan Bahasa ilmiah sesuai peraturan akademik

1.9. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan gambaran secara deskriptif tentang hal-hal


yang akan ditulis, yang terdiri dari latar belakang, isi, dan bagian penutup. Penelitian
ini membahas tentang prostitusi dan keadaan sosial masyarakat di Kramat Tunggak.
Maka dari itu diperlukan sistematika penulisan agar penelitian ini rapi dalam bentuk
BAB I yang berisi latar belakang, rumusan masalah, manfaat penelitian, Batasan
ruang lingkup penelitian, kerangka konseptual, tinjauan Pustaka, metode dan sumber,
dan sistematika penulisan.

BAB II menjelaskan tentang dunia prostitusi yang ada di Jakarta pada masa
pasca kemerdekan sampai berdirinya Lokalisasi Kramat Tunggak yang berada di
Kramat Tunggak Jakarta Utara. DI dalam BAB II Juga di terangkan alasannya
Gubernur Ali Sadikin melokalisasi dunia prostitusi yang ada di Jakarta dan juga
pemilihan wilayah Kramat Tunggak sebagai tempat lokalisasi

BAB III menjelaskan tentang panti sosial karya wanita teratai harapan nama
lain dari Lokalisasi Kramat Tunggak dan juga peran serta kebijakan-kebijakan dalam
mendampingi dan juga membina para pekerja seks yang ada di lingkungan Lokalisasi
Kramat Tunggak. Tentu saja panti sosial ini juga bagian dari rencana pemerintah
dalam mengatasi kegiatan prostitusi yang terus menjamur di Jakarta.

BAB IV berisi kesimpulan dari penelitian ini, dan juga jawaban dari rumusan
masalah dan juga sebagai penutup dari penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai