Jurnal Institut Kewarganegaraan Indonesia
Jurnal Institut Kewarganegaraan Indonesia
Daftar Isi
Dari Redaksi ---------------------------------------------------------------------- 6-7
Tema Pokok
Ÿ Wawancara
Ÿ Dokumen kependudukan adalah Amanat Konstitusi dan Hak Rakyat
Zudan Arif Fakrulloh ----------------------------------------------------------- 49 - 56
Bedah Buku
Ÿ Komunitas Bulutangkis dan SBKRI
Eddy Setiawan -------------------------------------------------------------------- 57 - 61
Pengantar Redaksi
Penerbitan jurnal oleh sebuah lembaga atau organisasi, apalagi yang rutin jadwal
penerbitannya merupakan tantangan tersendiri. Karakteristik jurnal berbeda dengan
media penerbitan lainnya. Isu atau tema yang dimuat jurnal biasanya spesifik mengenai
isu-isu tertentu dan fokus sesuai misi yang diemban jurnal tersebut. Tulisan lazimnya
merupakan tulisan yang mendalam dan panjang serta banyak referensinya. Tulisan juga
ditulis oleh penulis yang mempunyai kemampuan dan kapasitas sesuai cakupan isi
tulisan, yang tidak dengan mudah diperoleh karena berbagai faktor, termasuk
kesibukan pakar/pemerhati atau pejabat yang masuk dalam list calon penulis.
Itulah berbagai tantangan eksternal yang dihadapi pengelola sebuah jurnal.
Tantangan lainnya adalah internal pengelola jurnal yang menjadi faktor dalam hal
kecepatan dan ketepatan jadwal terbit sebuah jurnal. Tantangan tersebut makin berat
bagi pengelola jurnal yang masih terbilang baru dalam dunia penerbitan jurnal, hal yang
dialami oleh pengelola Jurnal IDENTITAS yang baru saja menerbitkan edisi perdana.
Edisi kedua Jurnal IDENTITAS seharusnya sudah terbit beberapa bulan lalu, namun baru
pada saat sekarang ini jurnal tersebut terbit.
Dalam edisi kedua jurnal IDENTITAS memuat beberapa tulisan. Tulisan pertama
ditulis oleh Ketua III Institut Kewarganegaraan Indonesia (IKI), Saifullah Ma'shum yang
melakukan pengkajian secara mendalam tentang pelayanan Dinas Dukcapil Kabupaten
Bogor dan Kota Tangerang Selatan dalam tulisannya yang berjudul “Kondisi Pelayanan
Publik Dalam Penerbitan Akta Kelahiran”. Melalui tulisan tersebut, pembaca akan
mengetahui secara komprehensif tentang hal-hal pelayanan publik dalam bidang
adminduk yang terjadi di dua Dinas Dukcapil tersebut. Tulisan kedua membahas
tentang masalah kewarganegaraan yang beranjak dari kasus yang sempat mencuat
beberapa waktu lalu, kasus Gloria Natapraja Hamel yang sampai ke sidang Mahkamah
Konstitusi. Tulisan “Drama Kewarganegaraan Gloria 'Sang Pengibar Bendera' Hingga
Mahkmah Konstitusi” ditulis oleh peneliti dan pemerhati masalah-masalah
ketatanegaraan, Imam Choirul Muttaqin.
Jurnal edisi kedua ini juga berisi wawancara dengan Direktur Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, Prof. Dr. Zudan Arief Fakhrulloh, S.H.,
M.H. Pak Zudan, demikian panggilan akrab beliau, banyak menyampaikan hal-hal yang
berkaitan dengan dukcapil, termasuk berbagai program unggulan dan program baru.
Kepada tim Jurnal IDENTITAS yang mewawancarai beliau, Rofiqul Umam Ahmada dan
Eko Nugroho Rahardjo, Pak Zudan juga menyampaikan berbagai tantangan dan agenda
Ditjen Dukcapil yang dipimpinnya. Melalui wawancara tersebut, banyak hal-hal strategis
mengenai dukcapil yang penting diketahui para pemangku kepentingan, termasuk para
pejabat Dukcapil di provinsi, kabupaten/kota, para aktivis LSM di bidang adminduk,
para pemerhati bidang adminduk, para akademisi dan pakar di bidang adminduk.
Selain itu, isi jurnal juga dilengkapi dengan resensi buku Peran Komunitas
Salam Redaksi
dan dokumen kependudukan lain. Selain peristiwa penting dan pelaporan pen-
itu, dilakukan pembagian tugas dan we- duduk yang tidak bisa melapor sendiri.
wenang yang tegas antara Pemerintah Sementara pendaftaran kepen-
Pusat dan Pemerintah Daerah dalam dudukan berupa pencatatan biodata pen-
urusan kependudukan. duduk per keluarga berikut sidik jari
Dalam UU No. 24 Tahun 2013 (biometrik), pencatatan atas pelaporan
dilakukan perubahan paradigma pelayan- peristiwa kependudukan, pendataan
an publik bidang administrasi kepen- penduduk rentan kependudukan, dan
dudukan. Jika sebelumnya stelsel aktif ada pelaporan penduduk yang tidak dapat
pada penduduk, yang berarti penduduk- melapor sendiri. Manfaat yang diperoleh
lah yang harus bersikap proaktif mengurus Pemerintah dalam program pendaftaran
akta kelahiran, kini stelsel aktif itu ada penduduk dan pencatatan sipil yang
pada negara. Artinya, Pemerintahlah yang tertib, adalah membantu proses pe-
harus proaktif “menjemput bola” ke rumusan kebijakan, perencanaan pem-
tengah-tengah masyarakat, memberikan bangunan, kebutuhan sektor pembangu-
pelayanan publik dalam urusan dokumen nan lain, penyelenggaraan pemilu dan
kependudukan, yang pelaksanaannya pilkada, penyusunan perkembangan ke-
dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui pendudukan, penyusunan proyeksi pem-
Dinas Kependudukan dan Pencatatan bangunan, verifikasi jati diri penduduk dan
Sipil. tertatanya dokumen dan database kepen-
Dasar hukum Administrasi Kepen- dudukan.
dudukan setidak-tidaknya terdiri atas Melalui beberapa produk regulasi
lima produk regulasi, yaitu UU No. 23 Ta- tersebut, tujuan Administrasi Kependu-
hun 2006 tentang Administrasi Kependu- dukan dirumuskan sebagai berikut:
dukan; PP No. 37 Tahun 2007 tentang Pe- Pertama, tertib database kepen-
laksanaan UU No. 23 Tahun 2006 tentang dudukan, yang meliputi terbangunnya da-
Administrasi Kependudukan; Perpres No. tabase kependudukan yang akurat di
25 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan
Persyaratan Pendaftaran Penduduk dan Pusat; database kependudukan Kota/
Pencatatan Sipil; Perpres No. 26 Tahun Kabupaten tersambung (online) dengan
2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK Provinsi dan Pusat dengan menggunakan
secara Nasional; dan Perpres No. 35 Tahun Sistem Informasi Administrasi Kepen-
2010 tentang Perubahan atas Perpres No. dudukan (SIAK); database kependudukan
26 Tahun 2009 (Laporan Tahunan Institut Depdagri (kini: Kemendagri) dan daerah
Kewarganegaraan Indonesia, 2014). tersambung (online) dengan instansi
Substansi Administrasi Kepen- pengguna.
dudukan adalah berupa pencatatan sipil Kedua, tertib penerbitan NIK
dan pendaftaran kependudukan. Pen- (Nomor Induk Kependudukan), meliputi
catatan sipil berupa pencatatan kelahiran, NIK diterbitkan setelah penduduk meng-
lahir mati, perkawinan, pembatalan perka- isi biodata penduduk per keluarga dengan
winan, perceraian, pembatalan perceraian, menggunakan SIAK (Sistem Informasi
kematian, pengangkatan, pengesahan Administrasi Kependudukan); tidak ada-
dan pengakuan anak, perubahan nama nya NIK ganda; dan pemberian NIK
dan perubahan status kewarganegaraan, kepada semua penduduk harus selesai
kan program bidang ini seringkali mem- Kependudukan disebutkan sebagai hak
buat regulasi dan kebijakan yang justru setiap penduduk, seharusnya dipermudah
k o n t r a p r o d u k t i f d e n g a n h a r a p a n proses pengurusannya. Negara berke-
pemerintah pusat. wajiban untuk memenuhi hak penduduk.
Regulasi dan kebijakan publik Mengingat masih besarnya jumlah
dalam bentuk undang-undang atau Perda penduduk yang tidak memiliki akta kela-
adalah jenis kebijakan publik yang hiran, seharusnya ada langkah terobosan
memerlukan regulasi penjelas atau yang yang radikal dari Pemerintah Daerah, dan
sering diistilahkan sebagai peraturan memposisikan urusan adminduk ini
pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa sebagai extra ordinary. Pada realitasnya
langsung operasional antara lain Keppres, pelayanan publik yang diselenggarakan
Inpres, Kepmen, Ke-putusan Kepala oleh Pemerintah Daerah dalam urusan ini
Daerah, Keputusan Kepala Dinas, dan lain- masih dilakukan secara biasa-biasa saja.
lain. Adapun implemen-tasi kebijakan Tidak ada strategi dan terobosan baru
pada prinsipnya adalah yang diterapkan untuk
cara agar sebuah kebi- NPS ialah suatu m e m p e r c e p a t
jakan dapat mencapai penerbitan akta kelahir-
tujuannya. Untuk meng- model di mana an.
implementasikan kebi- masyarakat Beberapa negara
jakan publik, ada dua maju telah mengem-
pilihan langkah yang diposisikan sebagai bangkan pelayanan
ada, yaitu langsung warga negara publik model New Public
mengimplementasikan Service (NPS). Menurut
dalam bentuk program dengan segala hak Mathiasen, NPS ialah
atau melalui formulasi dan kewajibannya, suatu model di mana ma-
kebijakan derivat atau syarakat diposisikan
turunan dari kebijakan bukan dipandang sebagai warga negara
p u b l i k t e r s e b u t sebagai pelanggan. dengan segala hak dan
(Nugroho, 2012). kewajibannya, bukan
Dari penelitian dipandang sebagai
awal tentang kasus kependudukan yang pelanggan. Menurut pendekatan ini,
p e r n a h d i l a k u k a n , m a s i h b a n y a k pelayanan publik harus dilakukan secara
Pemerintah Daerah menerbitkan Perda demokratis, dilakukan secara strategis dan
y a n g m e m b e r l a k u k a n d e n d a d a n rasional atas dasar pertimbangan politik,
ketentuan besaran denda bagi penduduk ekonomi dan organisasi (Mohamad, dkk,
yang terlambat mengurus dokumen 2006).
k e p e n d u d u k a n . Pe m a s u k a n y a n g Paradigma baru yang memposisi-
diperoleh Pemda dari pembayaran denda kan stelsel aktif ada pada Negara untuk
yang dikutip dari masyarakat yang menjemput bola pelayanan publik ke
terlambat mengurus dokumen kepen- lingkungan tempat tinggal penduduk
dudukan tersebut menjadi sumber Penda- belum banyak diimplementasikan di
patan Asli Daerah (PAD). daerah. Pada umumnya petugas Dinas
Kepemilikan akta kelahiran yang di Dukcapil Kabupaten/Kota standby di
dalam Undang-Undang Administrasi kantor, menunggu datangnya penduduk
Bangsa Eropa (Staatsblad 1849 Nomor 25) sipil bagi mereka yang masuk kategori,
- (Nitisaputra, 2000). bahkan berlaku hingga 61 tahun setelah
Perkembangan berikutnya, Belanda Indonesia merdeka dengan sedikit mo-
juga mengatur pencatatan sipil bagi difikasi.
penduduk Hindia Belanda yang bukan Penguasa Jepang ketika men-
merupakan rakyat swapraja di Jawa dan duduki Hindia Belanda segera menerbit-
Madura. Aturan ini diberlakukan secara kan Undang-Undang Nomor 1 pada 7
efektif mulai 1 Januari 1928, melalui Staat- Maret 1942 yang menyatakan bahwa selu-
sblad 1920 Nomor 751. Staatsblad ini juga ruh institusi pemerintahan dan kewenang-
mengatur pembatasan terhadap pen- annya dan seluruh undang-undang dan
duduk yang dapat mencatatkan diri, yaitu: peraturan Belanda sementara tetap ber-
1. Mereka yang berhak memakai salah laku secara efektif sepanjang tidak berten-
satu gelar kebangsawanan Indonesia, tangan dengan peraturan-peraturan
kecuali mereka yang hanya memakai Jepang. Pada masa ini lembaga Burgerlijke
gelar “Mas”; Stand (BS) diterjemahkan dengan “Cacah
2. Pegawai negeri yang bergaji minimal Jiwa” dan lembaganya disebut Kantor Pen-
100 Gulden; cacah Jiwa, dan orang Indonesia mulai
3. Opsir-opsir tentara dan pensiunannya direkrut menjadi Pejabat Pencacah Jiwa.
yang minimal berpangkat kolonel; Ketika Indonesia merdeka mulai
4. Semua orang yang menurut Firman dibangun sistem hukum nasional, dengan
Raja tanggal 15 September 1916 sumber hukum tertinggi Undang-Undang
Nomor 26 (Stbl. 1917 nomor 12) telah Dasar 1945 yang disahkan pada 18
berlaku atau menundukkan diri pada Agustus 1945. Dalam struktur pemerintah-
sebagian hukum perdata golongan an Republik Indonesia, kantor Pencacah
Eropa (Himpunan Peraturan tentang Jiwa atau Burgerlijk Stand ditempatkan di
Kewarganegaraan, 2009). bawah kewenangan Menteri Kehakiman.
Maka mulailah pemerintah Hindia Pemerintahan Presiden Soeharto di
Belanda memiliki daftar kelahiran, per- awal kekuasaannya mencoba menghapus
kawinan, dan kematian penduduk tertentu praktik penggolongan penduduk ber-
yang memenuhi kriteria tersebut di atas, dasarkan keturunan atau kelas warisan Be-
dan hanya berlaku di daerah Jawa dan landa, melalui Instruksi Presidium Kabinet
Madura, sedangkan daerah lain tidak di- Ampera Nomor 31/U/IN/ 12/66. Inpreskab
atur. ini menginstruksikan kepada Menteri
Pemerintah Hindia Belanda ke- Kehakiman dan Kantor Catatan Sipil
mudian mengatur juga pencatatan sipil (Burgerlijk Stand) di seluruh Indonesia
bagi golongan Bumiputera beragama untuk:
Kristen di Jawa, Madura, Minahasa, dan 1. Sambil menunggu dikeluarkannya
sebagian karesidenan Ambon (Saparua Undang-Undang Catatan Sipil yang ber-
dan Banda) yang diatur melalui Staatsblad sifat nasional, tidak menggunakan
1933 Nomor 75 dan mulai diberlakukan penggolongan-penggolongan pen-
efektif pada 1 Januari 1937. Ketiga staats- duduk Indonesia berdasarkan pasal
blad tersebut kemudian menjadi dasar 131 dan 163 I.S.R (Eropeanen, Vreemde
bagi lembaga Burgerlijke Stand di Batavia, Oosterlingen, Inlander),
untuk menerbitkan akta-akta pencatatan 2. Indonesia dan hanya dibedakan antara
Warga Negara Indonesia dan Orang tentang Perlindungan Anak dan Undang-
Asing pada Kantor-Kantor Catatan Sipil Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
(BS) di seluruh Indonesia. Administrasi Kependudukan jo. Undang-
3. Untuk selanjutnya Kantor-Kantor Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Catatan Sipil di Indonesia terbuka bagi Administrasi Kependudukan.
seluruh penduduk. Meski sejarah pencatatan sipil di
4. Ketentuan-ketentuan tersebut angka 1 Indonesia telah berusia relatif lama, tradisi
dan 2 di atas tidak mengurangi berla- dan pemberlakuan pencatatan sipil,
kunya ketentuan-ketentuan mengenai khususnya akta kelahiran, di kalangan
perkawinan, warisan dan ketentuan- masyarakat umum masih tergolong baru.
ketentuan hukum perdata lainnya. Karena sebagai tradisi ketatanegaraan
Menindaklanjuti Inpres tersebut di yang diberlakukan untuk semua kelompok
atas, Menteri Kehakiman dan Menteri Da- masyarakat tanpa terkecuali usianya relatif
lam Negeri menerbitkan Surat Edaran baru, praktek pelayanan bidang akta
Bersama Nomor Permudes 51/1/3 dan kelahiran kepada masyarakat banyak
J.A/2/25 tertanggal 28 Januari 1967. Surat menghadapi hambatan.
Edaran ini mengatur secara teknis menge- Di masa lalu pencatatan kelahiran
nai penyantuman data kewarganegaraan dilaksanakan secara tidak konsisten antar-
seseorang dalam suatu akta catatan sipil, satu daerah dengan daerah lain. Dalam
yaitu dengan mencantumkan: dunia pencatatan sipil di Indonesia juga
1. Warga Negara Indonesia bagi yang pernah berkembang apa yang oleh bebe-
jelas kewarganegaraannya; rapa lembaga penelitian disebut “rezim
2. Warga Negara Asing bagi yang salah tafsir” terhadap ketentuan dan
memiliki dokumen; dan regulasi pencatatan kelahiran. Pada masa
3. Tanpa Kewarganegaraan (apatride) tersebut diberlalukan praktek pelarangan
bagi yang tidak jelas kewarganegara- pencantuman nama keluarga dalam akta
annya. kelahiran yang melahirkan sejumlah ekses
Pada 1979 terjadi peralihan wewe- (Darpan, 2003).
nang pencatatan sipil dari Menteri Lembaga Studi Pers dan Pem-
Kehakiman kepada Menteri Dalam Negeri. bangunan (LSPP) dan Asosiasi Pengacara
Sepuluh tahun sesudah peralihan wewe- Hukum dan HAM Indonesia (APHI) pernah
nang ini, diselenggarakan kegiatan job melakukan penelitian terhadap praktek
training Catatan Sipil di Batu Malang, 5-10 pelarangan pencantuman nama keluarga
Desember 1988. Setelah forum job dalam akta kelahiran. Hasil riset tersebut
training itulah Menteri Dalam Negeri menunjukkan adanya ketidakkonsistenan
menyatakan bahwa pencatatan sipil yang parah antara kebijakan dan praktek
dinyatakan terbuka untuk semua pen- pelarangan pencantuman nama keluarga
duduk di seluruh Indonesia, dan setiap atau marga di belakang nama kecil anak
warga negara diharuskan memiliki dalam akta kelahiran.
dokumen kependudukan berupa akta Ada orang yang dapat mengguna-
kelahiran (Menteri Dalam Negeri, 1988). kan nama belakang/keluarga/marga di
Dasar hukum keharusan memiliki belakang nama kecilnya, sementara yang
akta kelahiran bagi warga negara adalah lain tidak diperbolehkan. Kondisi ini
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 akhirnya menimbulkan kerancuan bagi
banyak orang dalam mengurus dokumen pemborosan yang terus menerus. Biro-
pencatatan sipil lainnya seperti KTP, SIM krasi yang awalnya menjadi mesin per-
dan paspor (Darpan, 2003). ubahan yang mempunyai struktur organi-
sasi unggul, kini justru menjadi persoalan.
Implementasi Kebijakan dalam Pener- Banyak kegagalan kebijakan publik ter-
bitan Dokumen Kependudukan utama di negara-negara berkembang
Konsep birokrasi dalam bidang terjadi karena kesalahan-kesalahan biro-
pelayanan publik dimaknai sebagai proses krasi (Winarno, 2016).
dan sistem yang diciptakan secara rasional Kecuali di sedikit daerah otonom
untuk menjamin mekanisme dan sistem yang telah dijadikan proyek percontohan
kerja yang teratur, pasti dan mudah dalam pemberian pelayanan publik,
dikendalikan (Said, 2007). Menurut Max secara umum di negeri ini kondisi pelayan-
Weber, birokrasi adalah sistem adminis- an publik masih amat memprihatinkan.
trasi rutin yang dilakukan dengan kese- Dari berbagai pengalaman di lapangan,
ragaman, didasarkan pada aturan tertulis pelayanan publik berjalan amat memuas-
oleh orang-orang yang berkom-peten di kan diberikan oleh aparat birokrasi, jika
bidangnya (Said, 2007). yang meminta pelayanan publik adalah
Dalam pemikiran Weber, birokrasi kelompok tertentu, seperti selebritis,
ditempatkan dalam kerangka proses rasi- orang kaya, pejabat negara, wartawan, dan
onalisasi dunia modern. Ia memandang beberapa kalangan tertentu lainnya.
birokrasi rasional sebagai unsur pokok Tetapi jika yang berurusan dengan
dalam proses rasionalisasi dunia modern pelayanan publik adalah masyarakat
yang baginya jauh lebih penting dari umum, banyak aparatur daerah yang
seluruh proses sosial. Proses rasionalisasi memberikan pelayanan publik secara
ini mencakup ketepatan dan kejelasan tidak memuaskan.
yang dikembangkan dalam prinsip-prinsip Membahas pelayanan publik
kepmimpinan organisasi sosial (Said, meniscayakan kita untuk membahas
2007). Sedangkan Rod Haque (1993) keberadaan birokrasi. Eksistensi birokrasi
mendefinisikan secara ringkas birokrasi diperlukan di tengah masyarakat karena
sebagai institusi pemerintahan yang tidak semua interaksi sosial dan ekonomi
menjalankan tugas negara. dapat dikelola melalui mekanisme pasar.
Dalam pandangannya tentang Birokrasi pemerintahan selalu dibicarakan
birokrasi Weber mengemukakan bahwa pada dua sisi yang saling berlawanan.
alasan yang jelas bagi kemajuan organi- Pada satu sisi birokrasi dipercaya sebagai
sasi yang birokratis selalu berupa tiang kehidupan yang demokratis dalam
keunggulan teknisnya atas bentuk organi- kehidupan masyarakat modern, tetapi
sasi lain, friksi dan biaya material maupun pada sisi yang lain birokrasi dipandang
personal. Semua lini ditingkatkan sampai sebagai instrumen yang memperkuat
titik optimal dalam pemerintahan yang ketidakadilan di tengah masyarakat.
sangat birokratis (Winarno, 2016). Pelayanan publik di negeri ini
Pemikiran Weber tersebut kini menghadapi persoalan yang mendasar,
tampaknya telah menjadi usang, sebab terutama berkenaan dengan paradigma
birokrasi sekarang justru telah menjadi pelayanan dihubungkan dengan posisi
simbol kemacetan, ketidakefisienan dan pemerintah yang mengklaim sebagai
representasi negara paling utama. Ketika kan yang kredibel,maka Pemerintah bisa
pemerintah memposisikan diri seperti itu, merumuskan program pemberdayaan
maka ketika rakyat barhadapan dengan ekonomi secara baik, dengan sasaran yang
pemerintah (yang dianggap mewakili tepat, terhindar dari manipulasi data dan
negara) untuk mendapatkan pelayanan tumpang tindih sasaran calon penerima
terhadap salah satu hak sipilnya, ter- manfaat.
bentuklah pola hubungan yang bersifat Dilihat dari realita ini bisa dime-
vertikal, di mana rakyat berada di bawah, ngerti kenapa Indonesia masih memiliki
dan rakyat berposisi sebagai peminta- kelemahan dalam urusan database
penerima jasa. kependudukan. Selain faktor jumlah
Kultur birokrasi di Indonesia masih penduduk yang demikian besar, juga ada
kental dengan kedaulatan negara, bukan kelemahan dari sisi regulasi. Ketentuan
kedaulatan rakyat. Pelayanan publik dan peraturan yang mendorong agar ter-
diberikan seakan-akan sebagai pemberian jadi kesadaran di tengah masyarakat
birokrasi kepada rakyat yang harus diberi tentang pentingnya dokumen akta
kompensasi lagi. Akibatnya, rakyat yang kelahiran, dan mendorong pengelola
mengharapkan pelayanan tanpa kompen- negara untuk memberikan pelayanan
sasi mengalami kesulitan (Reksodiputro, publik secara maksimal dalam bidang
2002). administrasi kependudukan, masih relatif
baru.
Kebijakan Pemerintah Pusat Dalam Ketentuan yang mewajibkan setiap
Penerbitan Akta Kelahiran warga negara Indonesia memiliki akta
Sampai dengan usianya yang kelahiran yang diterbitkan oleh instansi
mencapai lebih dari 70 tahun Indonesia pelaksana resmi dari Pemerintah merupa-
termasuk negara yang tidak memiliki kan ketentuan yang usianya relatif baru.
tradisi tertib dalam soal database kepen- Ketentuan ini baru muncul pada 1989, ya-
dudukan. Sehingga tidak heran jika itu ketika terjadi peralihan pengelolaan
sampai saat ini data kependudukan selalu bidang kependudukan dan pencatatan
berubah-ubah, berbeda antara database sipil, dari Departemen Kehakiman ke
kependudukan yang dikelola satu instansi Departemen Dalam Negeri. Proses peng-
dengan instansi lain, dan seringkali urusan akta kelahiran memerlukan per-
dipersengketakan, terutama dalam syaratan yang harus dipenuhi oleh setiap
konteks kegiatan politik kepemiluan. pemohon. Persyaratan pengurusan akta
Setiap lima tahun sekali selalu terjadi hiruk kelahiran sebagaimana diatur melalui
pikuk politik dalam urusan keakuratan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007
data penduduk, dan data penduduk yang tentang Pelaksanaan UU No. 23 tahun
sudah memiliki hak memilih. Atas dasar 2006 tentang Administrasi Kepen-
realitas inilah, muncul desakan agar dudukan. Di antara persyaratan yang
Pemerintah membangun database sering dikeluhkan warga masyarakat ialah
kependudukan yang terpercaya, di dokumen atau buku nikah dari KUA atau
antaranya melalui penataan penerbitan do- akta pernikahan dari Dinas Pencatatan
k u m e n k e p e n d u d u k a n , t e r m a s u k Sipil, terutama bagi pasangan suami-istri
pemberian akta kelahiran kepada setiap yang kawin tidak secara resmi sesuai
penduduk. Dengan database kependudu- dengan undang-undang negara.
Tabel 1.
Jumlah Anak Usia 0-18 Tahun yang Tidak dan Telah Memiliki
Akta Kelahiran di Kota Tangerang Selatan (2014 dan 2016)
kelahiran lebih dari 60 hari yang besar- untuk memastikan tidak terjadi
nya Rp 50.000 (Per Juli 2017 besaran pemalsuan identitas atau penyalahgu-
denda diturunkan menjadi hanya Rp naan dokumen kependudukan.
10.000) Tabel 3 berikut ini menggambarkan
4. Pemohon akta kelahiran harus datang perbandingan kebijakan yang dibuat oleh
langsung ke Kantor Dinas Dukcapil. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Jika ada masyarakat yang mengurus Kabupaten Bogor terkait persyaratan
akta kelahiran melalui biro jasa pela- pengurusan akta kelahiran. Jika pada
yanan atau melalui relawan suatu Pemerintah Pusat hanya ada delapan butir
lembaga yang mengurus secara persyaratan yang harus dipenuhi, per-
kolektif, masyarakat pemohon akta syaratan tersebut bertambah menjadi 11
kelahiran tetap diharuskan datang ke butir yang diberlakukan di Kabupaten
Kantor Dukcapil Kabupaten Bogor Bogor.
Tabel 3.
Perbandingan Kebijakan mengenai Persyaratan Pembuatan Akta Kelahiran
antara Pemerintah (PP No. 37 Tahun 2007) dengan Pemda Kab. Bogor
Pemerintah Pusat
Keterangan Pemda Kab. Bogor Keterangan
(PP No. 37/2007)
2. KTP suami-istri Asli & kopi 2. KTP suami-istri Asli & kopi
3. Kartu Keluarga Asli & kopi 3. Kartu Keluarga Asli & kopi
Tabel 4.
Perbandingan Kebijakan dan Implementasi Mengenai Persyaratan Dalam
Pelayanan Akta Kelahiran di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor
Surat keterangan
Surat Keterangan Kelahiran dari
1 Dokumen asli kelahiran dari Dokumen asli
dokter/bidan
dokter/bidan
Dokumen kopi
4 Buku nikah Dokumen kopi Buku nikah
dan asli
Akta Kelahiran
5 Akta Kelahiran suami-Istri Dokumen kopi Dokumen kopi
suami-istri
6 KTP 2 orang saksi Dokumen kopi KTP 2 orang saksi Dokumen kopi
Denda Rp
Ketentuan tentang Perda ketentuan
Perda ketentuan tentang 10.000 bagi
10 denda tidak tentang denda
denda keterlambatan yang terlambat
diberlakukan keterlambtan
60 hari per 2018
Surat Keterangan
11 Jarak Kelahiran
Anak
beberapa kali ke kantor Dukcapil hanya dengan foto copy,” kata seorang warga.
untuk mendapatkan nomor antrean?” kata Warga di desa-desa banyak yang
seorang warga. tidak memiliki buku nikah karena hilang
Pengalaman lain lagi dialami warga atau terselip di mana. Dengan ketentuan
Desa Hambara Kecamatan Nanggung. Ibu tambahan seperti ini warga menjadi sulit
yang mengurus akta kelahiran. Pada hari dan harus keluar biaya ekstra untuk meng-
pertama kedatangan ke kantor Dukcapil urus akta kelahiran.
dia menyerahkan berkas permohonan, Ketentuan pengurusan akta ke-
lengkap dengan dokumen yang diper- lahiran tidak bisa diwakilkan memiliki
syaratkan. Selang beberapa hari berikut- alasan yang lain lagi. Untuk memudahkan
nya dia datang lagi untuk mengecek pengurusan akta kelahiran sebelumnya
perkembangan permohonan penerbitan masyarakat Kabupaten Bogor banyak
akta kelahiran yang telah diserahkan memanfaatkan layanan biro jasa pengu-
beberapa hari sebelumnya. Ternyata rusan akta kelahiran yang banyak ber-
setelah diverifikasi oleh petugas Dukcapil, tebaran di Bogor. Ada juga masyarakat
dia harus melengkapi dokumen persyarat- yang difasilitasi oleh sebuah institusi dari
an lagi, yaitu buku nikah yang asli, atau Jakarta, bernama Institut Kewarganegara-
bisa berupa foto copi tetapi harus dilegal- an Indonesia (IKI), sebuah lembaga yang
isir oleh Kantor Urusan Agama (KUA). concern dalam program kependudukan
Kebijakan Dukcapil Kabupaten dan kewarganegaraan. IKI telah menjalin
Bogor yang memberlakukan persyaratan kerjasama dengan Dinas Dukcapil Kabu-
tambahan tersebut dilatarbelakangi oleh paten Bogor dalam pemberian pelayanan
beberapa kali terjadinya pemalsuan status akta kelahiran, terutama bagi warga tidak
perkawinan pemohon akta kelahiran yang mampu.
terjadi di wilayah Kabupaten Bogor bebe- Dalam praktek di lapangan, muncul
rapa waktu yang silam. Maka untuk men- banyak kelompok masyarakat yang
cegah terjadinya kasus serupa, Dukcapil bekerja sebagai calo pengurusan akta
Kabupaten Bogor menerapkan kebijakan kelahiran yang mengutip uang dalam
tambahan tersebut. Kebijakan lain yang jumlah yang tidak sedikit. Berdasarkan
berlaku di Dinas Dukcapil Kabupaten informasi dari peneliti utama IKI Jakarta,
Bogor ialah keharusan bagi pemohon akta banyak calo yang mengutip uang peng-
kelahiran untuk datang sendiri secara urusan akta kelahiran, dari nilai Rp 100.000
langsung ke kantor Dinas Dukcapil Kabu- sampai kisaran Rp 1 juta. Praktek percalo-
paten Bogor yang berlokasi di Cibinong. an ini sudah menjadi rahasia umum di
Ketentuan berupa keharusan bagi tengah masyarakat. Yang menjadi sasaran
pemohon untuk menyertakan buku nikah oknum calo penerbitan akta kelahiran
atau akta perkawinan asli, atau foto copi adalah orang-orang yang membutuhkan
yang sudah dilegalisir tersebut dirasakan akta kelahiran dengan cepat karena suatu
sangat memberatkan masyarakat. “Ke- keperluan mendadak, dan warga etnis
bijakan ini menurut saya terlalu berlebihan Tionghoa yang dalam sejumlah kasus
dan menyulitkan warga, sebab dalam pengurusan dokumen kependudukan
ketentuan yang dikeluarkan oleh Dirjen seringkali menjadi sasaran empuk
Dukcapil persyaratan dokumen buku pungutan liar.
nikah atau akta perkawinan itu cukup “Karena kebijakan diskriminatif
yang diberlakukan terhadap etnis Tiong- duduk secara keseluruhan hanya sekitar
hoa pada masa lalu, kini banyak warga 863.307 akta atau 20,6% dari total
Tionghoa yang mengalami trauma jika 4.189.532 jumlah penduduk Kabupaten
mengurus langsung akta kelahiran atau Bogor.
dokumen kependudukan lain. Karena itu Faktor-faktor yang mempengaruhi
mereka lebih senang menyerahkan urusan rendahnya persentase kepemilikan akta
dokumen kependudukan kepada biro jasa kelahiran bagi masyarakat di Kabupaten
atau melalui calo,” ujar peneliti utama IKI. Bogor ialah:
Jika tujuannya adalah untuk mencegah 1. Kondisi geografis wilayah di Kabupaten
praktek pungli dan memberantas percalo- Bogor yang luas dan beragam kondisi
an dalam pengurusan akta kelahiran, geografisnya. Luas wilayah mencapai
kebijakan yang ditempuh semestinya 298.838.304 Ha dengan 40 kecamatan
bukan berupa penghapusan pelayanan serta 417 desa dan 17 kelurahan.
akta kelahiran secara kolektif yang difasili- Dengan luas wilayah sebesar itu, maka
tasi secara kelembagaan oleh lembaga rentang kendali pelayanan publik dari
masyarakat semacam IKI dengan para pusat pemerintahan Kabupaten Bogor
relawannya. Relawan IKI bekerja dengan yang terletak di Cibinong ke warga yang
motif semata-mata membantu masya- tersebar di desa/kelurahan relatif jauh.
rakat dan menyukseskan program Duk- Jumlah penduduk Kabupaten Bogor
capil, tidak seperti calo yang mengutip mencapai 4.189.532 jiwa, dan tingkat
biaya secara tidak wajar kepada masya- pendidikan umumnya rendah.
rakat. 2. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bogor
Dari data Dinas Dukcapil Kabu- dalam penerbitan akta kelahiran kurang
paten Bogor, sejak Januari hingga Novem- kondusif bagi percepatan kepemilikan
ber 2016 sebanyak 47.318 warga yang akta kelahiran bagi masyarakat, ter-
terkena denda keterlambatan, sehingga utama anak usia 0-18 tahun. Secara
total uang denda warga pada kurun waktu lebih spesifik kebijakan yang menjadi
tersebut mencapai Rp2.365.900.000. kendala bagi masyarakat ialah diterap-
kannya ketentuan mengenai denda
Faktor yang Mempengaruhi Pelaksana- keterlambatan, dan persyaratan melam-
an Penerbitan Akta Kelahiran di Kabu- pirkan buku nikah atau akta perkawinan
paten Bogor yang asli. Kebijakan lain yang meng-
Berbeda dengan di Kota Tangerang hambat percepatan kepemilikan akta
Selatan, program percepatan kepemilikan kelahiran ialah keharusan bagi pemo-
akta kelahiran di Kabupaten Bogor dalam hon akta kelahiran untuk datang sendiri
realitasnya menghadapi banyak hambat- secara langsung ke kantor Dinas Duk-
an dan kurang berhasil yang disebabkan capil Kabupaten Bogor dan tidak
oleh sejumlah faktor. Penilaian seperti itu melakukan pelayanan secara kolektif.
setidak-tidaknya jika didasarkan pada 3. Daya dukung dan sumberdaya di Dinas
persentase kepemilikan akta kelahiran Dukcapil yang sangat terbatas, baik
bagi anak usia 0-18 tahun yang masih sumberdaya manusia maupun
rendah, yaitu sebanyak 743.891 anak atau pendanaan dan fasilitas pendukung
56,20%, dari total 1.214.445 jumlah anak, lain. Untuk melayani penduduk lebih
dan kepemilikan akta kelahiran bagi pen- dari empat juta jiwa staf yang dimiliki
persyaratan yang harus dipenuhi oleh dari alokasi anggaran bidang Dukcapil
pemohon. yang sangat minim, sosialisasi penerbitan
Dalam memberikan pelayanan akta kelahiran yang tidak masif dan kurang
dalam penerbitan akta kelahiran Dinas terencana dengan baik, serta kebijakan
Dukcapil Kabupaten Bogor mengimple- yang ditetapkan kepala daerah yang
mentasikan kebijakan yang telah digaris- kurang kondusif bagi suksesnya program
kan oleh Kepala Dinas Dukcapil Kabupaten nasional tersebut.
Bogor maupun aturan yang ditetapkan Banyaknya jumlah anak usia 0-18
melalui Perda Kabupaten Bogor, meskipun tahun yang tidak memiliki akta kelahiran
kebijakan daerah tersebut kurang sinkron menimbulkan dampak yang serius dan
dengan kebijakan yang telah ditetapkan multi dimensi dalam kehidupan anak-
oleh Pemerintah Pusat. Implementasi anak. Tanpa akta kelahiran menyebabkan
kebijakan tersebut ialah: ketidakjelasan identitas anak. Kondisi ini
1. buku nikah/akta perkawinan yang asli akan menimbulkan sejumlah implikasi,
atau foto copi yang dilegalisir oleh seperti diskriminasi terhadap anak, ter-
KUA/Kantor Pencatatan Sipil. halangnya akses terhadap pelayanan
2. Surat Keterangan Jarak Kelahiran Anak. dasar pendidikan dan kesehatan, rawan
3. denda keterlambatan mengurus akta menjadi korban perdagangan manusia,
kelahiran lebih dari 60 hari sebesar Rp mudah dijadikan pekerja anak, rawan
50.000. menjadi korban kejahatan seksual, dan
4. pemohon harus datang sendiri secara lain-lain.
langsung ke Kantor Dinas Dukcapil Di tingkat pusat, sesungguhnya
tanpa diwakilkan. Pemerintah sudah memiliki komitmen
Di antara beberapa kebijakan yang kuat untuk mempercepat dan mem-
tambahan yang diberlakukan di Kabu- permudah proses kepemilikan akta
paten Bogor, yang paling dirasakan kelahiran bagi masyarakat, terutama bagi
memberatkan masyarakat ialah ketentuan anak usia 0-18 tahun. Komitmen tersebut
tentang denda keterlambatan dan buku dapat dilihat dari sejumlah keputusan
nikah/akta perkawinan yang asli, tidak politik serta kebijakan dan program yang
cukup sekadar fotokopi. “Kami tidak diambil oleh Pemerintah, dalam hal ini
mungkin meniadakan denda keterlambat- oleh Dirjen Kependudukan dan Pencatat-
an itu karena nanti kami dianggap me- an Sipil Kementerian Dalam Negeri, baik
langgar aturan Perda,” kata Kepala Dinas berupa regulasi maupun kebijakan nasio-
Dukcapil Kabupaten Bogor. nal dalam bidang penerbitan akta kelahir-
an.
Kesimpulan Beberapa kebijakan yang diambil
Dari pengamatan di lapangan bisa Pemerintah bahkan tergolong revolusio-
disimpukan, bahwa program percepatan ner dan progresif, antara lain berupa
kepemilikan akta kelahiran bagi anak usia pembebasan biaya pengurusan dokumen
0-18 tahun yang merupakan program kependudukan termasuk akta kelahiran,
nasional yang bersifat strategis dan penghapusan Surat Pengantar dari RT/ RW
mendesak, belum dipandang sebagai dan Desa/Kelurahan untuk pengurusan
program prioritas dan strategis bagi akta kelahiran, dan kebijakan digan-
sebagian kepala daerah. Hal itu terbukti tikannya beberapa dokumen persyaratan
yang sulit dipenuhi oleh masyarakat deng- kepemilikan akta kelahiran bagi masya-
an SPTJM (Surat Pernyataan Tanggung rakat, terutama anak usia 0-18 tahun di
Jawab Mutlak). Kabupaten Bogor, masih rendah. Dari
Kebijakan Pemerintah yang cukup penelitian di lapangan dapat disimpulkan
kondusif bagi percepatan kepemilikan beberapa faktor penyebabnya:
akta kelahiran tersebut ternyata belum 1. Kepemimpinan kepala daerah dan
diikuti oleh semua pemerintah daerah de- kemampuannya dalam menetapkan
ngan kebijakan daerah yang tepat. Bahkan kebijakan yang kurang tepat dengan
sebagian pemerintah daerah membuat kondisi masyarakat di daerahnya.
kebijakan yang kontradiktif dengan spirit 2. Kebijakan kepala daerah yang mene-
perubahan yang ditetapkan Pemerintah, tapkan persyaratan tambahan yang
sehingga di sejumlah daerah, termasuk di bersifat khusus dalam pengurusan
Kabupaten Bogor, kepemilikan akta kela- akta kelahiran sehingga memberatkan
hiran masih tergolong rendah. masyarakat, terutama kebijakan
Kebijakan yang diterapkan di Kota pengenaan denda keterlambatan bagi
Tangerang Selatan berhasil mendorong masyarakat yang terlambat mengurus
perbaikan pelayanan publik dalam akta kelahiran lebih dari 60 hari.
penerbitan akta kelahiran sehingga jumlah 3. Kondisi geografis daerah dan jarak
masyarakat yang terlayani semakin rentang kendali pelayanan publik
meningkat dan persentase kepemilikan dalam penerbitan akta kelahiran yang
akta kelahiran bagi masyarakat, terutama jauh, antara pusat pelayanan di Kantor
anak usia 0-18 tahun, telah berhasil Dinas Dukcapil dengan tempat tinggal
melampaui target persentase nasional penduduk.
sebesar 77,5%. 4. Pengetahuan dan kesadaran masyara-
Sementara itu kebijakan yang kat akan arti penting akta kelahiran
diambil oleh Pemerintah Kabupaten Bogor masih rendah yang diakibatkan oleh
dalam penerbitan akta kelahiran justru kegiatan sosialisasi tentang penting-
berlawanan dengan prinsip-prinsip pela- nya akta kelahiran bagi masyarakat,
yanan publik yang baik dan tidak men- terutama bagi anak usia 0-18 tahun,
dorong antusiasme masyarakat untuk belum dilaksanakan secara intensif
mengurus akta kelahiran. Hal itu dibukti- dan secara profesional.
kan dengan masih besarnya jumlah mas-
yarakat yang tidak memiliki akta kelahiran. Saran dan Rekomendasi untuk Ditjen
Kebijakan yang ditetapkan oleh Dukcapil Kemendagri
Pemerintah Kabupaten Bogor dalam pela- Mengingat salah satu faktor yang
yanan penerbitan akta kelahiran berorien- menghambat program percepatan kepe-
tasi pada prinsip kehati-hatian yang tinggi milikan akta kelahiran adalah persyaratan
berdasarkan pengalaman terjadinya tambahan yang bersifat khusus yang dite-
banyak manipulasi status atau identitas tapkan oleh Dinas Dukcapil Kabupaten/
diri dan penyalahgunaan dokumen Kota, direkomendasikan kepada Ditjen
kependudukan, serta orientasi pada Dukcapil Kemendagri untuk membuat
konstribusi pendapatan daerah melalui langkah-langkah sebagai berikut:
pembayaran denda keterlambatan. 1. Membuat surat edaran yang ditujukan
Banyak faktor yang menyebabkan kepada Dinas Dukcapil Kabupaten/Kota
kebijakan tentang substansi dan per- bisa memenuhi asas keadilan bagi masya-
syaratan yang benar-benar diperlukan rakat sehingga masyarakat dimudahkan
dalam proses penerbitan akta kelahiran untuk mendapatkan hak-hak konstitusio-
yang pada satu sisi terpenuhi asas nalnya berupa pemilikan akta kelahiran.***
kepastian hukum, dan pada sisi yang lain
Daftar Pustaka
Buku Peraturan
Ariawinangun, Darpan. (2003). Ada Apa dengan UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Pelarangan Nama, Potret Buram Pen- Kependudukan.
catatan Kelahiran, LSPP, Jakarta. UU No. 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Bagir, Manan. (2009). Hukum Kewarga- Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang
negaraan Indonesia dalam UU No. 12 Adiministrasi Kependudukan.
tahun 2006, FHUI Pers, Jakarta. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007
tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 23
KPAI. (2011). Laporan Penelitian KPAI, Jakarta.
Tahun 2006 tentang Administrasi Kepen-
Laporan Tahunan Institut Kewarganegaraan
dudukan).
Indonesia Tahun, (2014). IKI, Jakarta.
Mas'ud, Said. (2007). Birokrasi di Negara
Putusan Pengadilan
Birokratis, Makna, Masalah dan Dekon-
Putusan MK Perkara Nomor 18/PUU-XI/2013
struksi Birokrasi Indonesia, UMM Pers,
tentang Pengujian UU Nomor 23 Tahun 2006
Malang.
tentang Administrasi Kependudukan.
Nugroho, Riant. (2012). Publik Policy. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Nurtjahjo, Hendra, dkk. (2013). Memahami
Maladministrasi. Jakarta: ORI.
Tim Yayasan Pengkajian Hukum Indonesia.
(2010). Menggugat SBKRI. Jakarta: PT
Suara Harapan Bangsa.
Winarno, Budi. (2016). Kebijakan Publik Era
Globalisasi Teori, Proses dan Studi
Komparatif. Yogyakarta: CAPS.
Ya n g g o , Sya m s u , D j a m i l , d k k . ( 2 0 0 7 ) .
Perkawinan yang Tidak Dicatatkan Peme-
rintah. Jakarta: Deutsche Gesellschaft.
Drama Kewarganegaraan
Gloria 'sang Pengibar Bendera'
Hingga Mahkmah Konstitusi
IMAM CHOIRUL MUTTAQIN
Salah satu topik yang pernah menyita Dengan demikian konsep politeas
perhatian publik adalah drama Sang (Yunani), civis atau civitas (Romawi-Latin),
Pengibar Bendera Pusaka Gloria Natapraja citoyen (Peranis) dan citizen (Inggris)
Hamel yang berujung di meja Mahkamah kurang lebih bermakna sama, yaitu me-
Konstitusi. Dalam konteks ini penulis rujuk pada warga atau penghuni kota yang
mencoba mendeskripsikan warga negara. pada masa lalu merupakan komunitas
Istilah warga negara dalam konteks kosa politik. Jadi konsep warga negara bukan-
kata Indonesia merujuk pada satu ter- lah hal yang baru karena ia telah muncul
jemahan dari kata citizen dalam bahasa sejak masa Yunani Kuno yang dianggap
Perancis. Berawal dari konsep citizen kita tempat asalnya demokrasi, namun konsep
bisa memberi pemaknaan yang luas warga, polites, citizen masih amat terbatas
mengenai warga negara. Istilah citizen tidak mencakup seluruh penghuni polis.¹
secara etimologis berasal dari masa Menurut Black's Law Dictionary,
Romawi yang pada waktu itu berbahasa “citizen is a person who, by either birth or
latin yaitu kata civis atau civitas sebagai naturalization, is a member of a political
anggota atau warga dari suatu city-state. community, giving allegiance to the com-
Selanjutnya istilah ini dalam bahasa munity and being entitled to enjoy all its
Perancis diistilahkan citoyen yang ber- civil rights and protections; a member of the
makna warga dalam cite (kota) yang me- civil state, entitled to all its privileges”.² Bila
miliki hak-hak terbatas. Citoyen atau citi- dibicarakan mengenai hubungan warga
zen dengan demikian bermakna warga negara dengan negara atau keanggotaan
atau penghuni kota. Warga dan kota ada- dalam negara maka hubungan tersebut
lah satu kesatuan yang bila ditelusuri dinyatakan dengan istilah kewarga-
secara historis bermula pada Yunani kuno, negaraan yang menyatakan hubungan
dimana warga adalah anggota dari suatu atau ikatan hukum antara seorang indi-
polis (negara kota). Di Yunani, warga dari vidu dengan suatu negara atau keang-
polis dinamakan politeas, sedangkan di gotaan daripada suatu negara. Dalam me-
masa Romawi warga dari republik disebut nyatakan hubungan atau ikatan hukum
civis atau civitea. Citizen dalam polis tersebut di masing-masing negara tidak
merujuk pada laki-laki dewasa dan yang dinyatakan dalam istilah yang sama dalam
memiliki hak berpartisipasi dalam peme- arti dan isinya. Terkadang digunakan
rintah. Diluar politeas atau civis adalah
sebagai subjek yang harus tunduk pada ¹Abdul Aziz Wahab dan Sapriya, Teori dan Landasan
hukum. Mereka adalah wanita, anak-anak Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta. Bandung,
2011, hlm. 106-107.
budak dan pendatang yang tidak memiliki
²Bryan A. Garner, Black's Law Dictionary, Eighth
hak berpartisipasi sebagaimana citizen. Edition, Thomson,West, USA, 2004, hlm. 261.
istilah citizen, national atau subject yang hadapan hukum (equality before the law)
penggunaannya sering membingungkan.³ sebagaimana termaktub dalam Pasal 27
Citizenship (kewarganegaraan) ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
adalah suatu status menurut hukum dari Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini
suatu negara yang memberi keuntungan- berarti tidak ada diskriminasi terhadap
keuntungan hukum tertentu dan mem- warga negara. Dalam hal kewarga-
bebankan kewajiban-kewajiban tertentu negaraan, Pasal 28 d ayat (4) Undang-
kepada individu. Sedangkan Nationality Undang Dasar Negara Republik Indonesia
(kebangsaan) sebagai istilah hukum inter- Tahun 1945 setelah diamandemen me-
nasional menunjuk kepada ikatan, yaitu nyebutkan bahwa setiap orang berhak
ikatan seorang individu terhadap suatu atas status kewarganegaraan. Undang-
negara yang memberi kepada suatu undang ini juga melakukan terobosan
negara hak untuk mengatur atau melin- penting, yakni dengan memberi kewarga-
dungi nasionalnya, meski di luar negeri negaraan ganda bagi anak dari hasil per-
sekalipun. Lahirnya Undang-Undang No. kawinan campuran antara warga negara
12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia dengan warga negara asing
Republik Indonesia karena Undang- sebelum anak berusia 18 tahun dan belum
Undang yang lama, yaitu UU Nomor 62 menikah. Tujuannya adalah untuk melin-
Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan dungi hak-hak anak. Ditinjau dari segi
Republik Indonesia sudah tidak sesuai lagi sosial, latar belakang pengaturan status
dengan perkembangan dan tuntutan kewarganegaraan ganda terbatas bagi
zaman sebagai bagian dari masyarakat anak hasil perkawinan campur dalam
internasional dalam pergaulan global, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
yang menghendaki adanya persamaan adalah perlakuan anti diskriminasi ter-
perlakuan dan kedudukan warga negara di hadap anak hasil perkawinan campur yang
hadapan hukum, serta adanya kesetaraan sah dari seorang ibu warga negara Indo-
dan keadilan gender, serta anti diskri- nesia dan seorang ayah warga negara
minasi. asing, anak yang lahir di luar perkawinan
Diskriminasi merupakan pelangg- campur yang sah dari seorang ibu warga
aran terhadap hak asasi manusia dan negara asing yang diakui oleh seorang
dapat menjurus kepada perbuatan me- ayah warga negara Indonesia sebagai
langgar hukum (discrimination is crime). anaknya dan anak dari ibu warga negara
Diskriminasi oleh negara terhadap warga Indonesia yang lahir di luar perkawinan
negaranya sendiri harus diakhiri karena yang sah dengan seorang ayah warga
setiap warga negara adalah sama di negara asing, yaitu tidak adanya jaminan
kepastian hukum sebagai warga negara
³Ibid, hal.42. Terkadang suatu negara yang ber- Indonesia oleh karena sebelum Undang-
bentuk kerajaan (monarchy), sering digunakan Undang Nomor 12 Tahun 2006 ini lahir
istilah subject, onderdaan atau kaula. Karena itu
ikatan individu penduduk jajahan dengan Kerajaan
Indonesia menganut asas ius sanguinis
Belanda semasa penjajahan dahulu dinyatakan dalam penentuan status kewarga-
dengan istilah onderdaan dari Kerajaan Nederland, negaraan seseorang sehingga status ke-
Nederlands onderdaan atau kaula Negara Belanda.
Serta untuk hal yang sama dalam lingkungan Ke- warganegaraan seorang anak hasil per-
rajaan Inggris digunakan istilah subject, sedangkan kawinan campur yang sah maupun di luar
negara-negara yang tidak berbentuk kerajaan perkawinan yang sah ditentukan ber-
(monarchy) menggunakan istilah citizen.
Volume 2 / Oktober 2018 35
Drama Kewarganegaraan Gloria ‘...’ Hingga Mahkamah Konstitusi
untuk menghindari terjadinya kekosong- atau sudah kawin diharuskan untuk me-
an hukum, menjamin kepastian hukum, milih kewarganegaraannya. Oleh karena
memberikan perlindungan hukum bagi itulah syarat “belum berusia 18 (delapan
pihak yang terkena dampak dari perubah- belas) tahun atau belum kawin” menjadi
an peraturan perundang-undangan (in penting ditegaskan dalam ketentuan Pasal
casu perubahan Undang-Undang Ke- 41 UU 12/2006.
warganegaraan), dan mengatur hal-hal Dengan pertimbangan pada angka
yang bersifat transisional atau sementara 1 sampai dengan angka 3 keberadaan
yaitu dengan memberi kewarganegaraan Pasal 41 UU 12/2006, khususnya frasa
Indonesia bagi anak-anak yang disebut- “mendaftarkan diri kepada Menteri me-
kan dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, lalui Pejabat atau Perwakilan Republik
huruf l dan anak yang diakui atau diangkat Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun
secara sah sebagai-mana dimaksud dalam setelah Undang-Undang ini diundang-
Pasal 5 sebelum Undang-Undang ini kan”, tidak ada relevansinya dengan Pasal
diundang-kan dan belum berusia 18 28B ayat (2) dan Pasal 28 G ayat (1) UUD
(delapan belas) tahun atau belum kawin. 1945 dan karenanya dengan sendirinya
Caranya adalah dengan mendaftarkan diri tidak ada pertentangan dengan kedua
kepada Menteri melalui Pejabat atau norma dalam UUD 1945 tersebut. Oleh
Perwakilan Republik Indo-nesia paling karena kesempatan untuk memperoleh
lambat 4 (empat) tahun setelah Undang- kewarganegaraan Indonesia berdasarkan
Undang ini diundangkan. ketentuan peralihan dalam Pasal 41 UU
Dengan demikian, berdasarkan 12/2006 telah terlampaui maka apabila
Pasal 41 UU 12/2006, mereka yang Pemohon, incasu atau dalam perkara ini
tergolong ke dalam anak-anak sebagai- anak Pemohon, benar-benar berkeinginan
mana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, untuk memperoleh kewarganegaraan
huruf d, huruf h, huruf l dan Pasal 5 UU Indonesia, sebagaimana tampak dari
12/2006 akan terhindar dari kemungkinan uraian Pemohon dalam permohonannya,
menjadi anak yang tidak memiliki Undang-Undang a quo (terkait) tetap
kewarganegaraan dan sekaligus terhindar memberikan jalan untuk mewujudkan
pula dari kemungkinan memiliki kewarga- keinginan tersebut melalui prosedur yang
negaraan ganda. Dikatakan terhindar dari diatur dalam Bab III UU 12/2006, yaitu
kemungkinan tidak memiliki kewarga- melalui Pewarganegaraan atau naturali-
negaraan sebab, berdasarkan Pasal 4 sasi, dengan memenuhi persyaratan
huruf c, huruf d, huruf h, huruf l dan Pasal 5 khususnya, sebagaimana yang diatur
UU 12/2006, anak-anak tersebut akan dalam Pasal 8.⁹
secara otomatis memperoleh kewarga- Anak yang lahir sebelum Undang-
negaraan Indonesia. Sementara itu dikata- Undang No. 12 Tahun 2006 terlambat di-
kan terhindar dari kemungkinan memiliki daftarkan untuk mendapatkan kewarga-
kewarganegaraan ganda sebab, berdasar-
kan Pasal 6 UU 12/2006 setelah anak-anak ⁹Putusan Perkara Nomor 80/PUU-XIV/2016. “Hak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 konstitusional untuk mendapatkan status kewarga
negaraan indonesia bagi anak belum berusia 18
huruf c, huruf d, huruf h, huruf l dan Pasal 5 tahun atau belum kawin yang lahir dari ibu warga
UU 12/2006 tersebut berusia 18 tahun negara indonesia”
Volume 2 / Oktober 2018 41
Drama Kewarganegaraan Gloria ‘...’ Hingga Mahkamah Konstitusi
negaraan ganda Indonesia dengan alasan sebar diseluruh dunia adalah aset bangsa.
apapun maka anak tersebut menjadi ke- Asas-asas dalam hukum kewarga-
hilangan kewarganegaraan Indonesianya negaraan baik dalam segi kelahiran mau-
sehingga anak tersebut menjadi warga pun segi perkawinan semata-mata ber-
negara asing sehingga kepadanya diper- tujuan untuk menentukan siapa yang
lakukan sebagai warga Negara asing. menjadi warga negara suatu negara tanpa
Secara norma dan konsep itu bisa terjadinya apathride maupun bipathride
dikatakan sebagai bentuk lain dari peng- walau hal ini pasti akan terjadi karena
hentian atau pencabutan kewarganegara- perbedaan politik hukum kewarganegara-
an seseorang secara paksa yang meng- an setiap negara tidak mungkin ada yang
akibatkan seseorang tersebut kehilangan sama. Baik apatride maupun bipatride
hak-hak kewarganegaraan Indonesianya merupakan hal yang tidak diinginkan oleh
dan itu adalah bentuk pelanggaran hak setiap negara. Dengan apatride seseorang
asasi manusia yang dilakukan oleh negara. tidak akan mendapatkan kejelasan status
Dimana dan kapanpun hak asasi itu tidak hukum sehingga ia tidak mempunyai
boleh dikurangi apalagi dicederai meski- kejelasan perlindungan hukum, sedang-
pun orang tersebut melakukan suatu pe- kan apabila seseorang bipatride ada dua
langgaran. Ini berarti negara telah melaku- status hukum yang berlaku terhadap
kan pengamputasian terhadap hak-hak orang itu sehingga ada tumpang tindih
sosial dan politik seseorang dalam ke- hak dan kewajiban antara negara yang
hidupan bernegara. satu dengan yang lainnya maupun hak
Mengatasi hal ini, Indonesia harus- dan kewajiban orang tersebut terhadap
nya membuka diri, dengan artian bahwa negaranya. Namun dalam perkembangan
dwi kewarganegaraan harus kita akui kewarganegaraan ganda (bipatride) ini
kebaradaanya tetapi harus kita batasi. mengalami pelunakan dengan alasan
Dari sisi ekonomi, kemudahan tentunya memberikan perlindungan terhadap
akan sangat dirasakan WNI yang sudah orang tersebut yang berkaitan dengan hak
berdomisili di luar negeri dan memiliki asasinya. Perlunakan ini dapat diberikan
kewarganegaraan asing untuk kembali ke terhadap anak-anak yang belum dewasa
Indonesia karena dia tetap sah menjadi karena membutuhkan perlindungan yang
WNI. Kewarganegaraan ganda juga akan lebih dari suatu negara. Hal ini berkaitan
membuka lebar kesempatan investasi bagi dengan status anak tersebut terkait
para perantau untuk pulang kembali dengan orang tuanya yang terikat di
untuk mengabdi dan mengembangkan dalam suatu keluarga yang merupakan
Indonesia. Dalam hal perkawinan campur- suatu kesatuan sehingga tercapainya
an yang banyak terjadi akan memberikan kesatuan hukum dalam keluarga termasuk
kemudahan dalam kehidupan berkeluarga juga status hukum anak tersebut. Keadaan
dan secara individu akan lebih mensosiali- berkewarganegaraan ganda sering pula
sasikan identitas Indonesia di mata dunia. terjadi akibat dari perkawinan campuran
Jadi yang tersisa bukan bukan hanya antar bangsa yang otomatis menganut
identitas budaya atau heritage saja. hukum perkawinan dan kewarganegaraan
Sebagai investasi, sebagaimana yang di- yang berbeda, dimana masing-masing
lakukan oleh pemerintah Cina dan India pihak yang terkait dalam perkawinan
yang memandang warganya yang ter- campuran tersebut oleh negara asalnya
ada yang mengizinkan anak yang dihasil- prinsip tidak memberi kemudahan me-
kan dari perkawinan tersebut untuk me- lepaskan kewarganegaraan Indonesia.
miliki kewarganegaraan kedua orang Persolan hukum yang kedua adalah
tuanya yaitu kewarganegaraan ganda/ dwi hukum dan sikap negara terhadap ke-
kewarganegaraan. warganegaraan ganda anak (orang) ter-
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 sebut. Bagaimana kalau negara kewarga-
Tahun 2006 mengatur kewajiban memilih negaraan ganda anak (orang) tersebut
salah satu kewarganegaraan bagi yang juga mewajibkan memilih, tetapi anak
berkewarganegaraan ganda setelah men- (orang) tersebut juga tidak menyatakan
capai usia 18 tahun. Menjadi pertanyaan memilih, hal ini dapat menimbulkan
bagaimana apabila anak (orang) tersebut keadaan tanpa kewarganegaraan.¹⁰ Atas
tidak melaksanakan kewajiban untuk me- tenggang waktu untuk menyatakan me-
milih atau terlambat untuk untuk meng- milih Undang-Undang ini sama sekali
ajukan pilihan Undang-Undang ini tidak tidak mengatur akibat dari tidak me-
mengatur akibat hukum bagi anak (sese- laksanakan kewajiban yang diharuskan
orang) yang sampai batas waktu yang di- dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12
tentukan tidak menentukan memilih ke- Tahun 2006. Hal ini semestinya diatur.
warganegaraannya. Menurut Bagir Penentuan anak yang berkewarga-
Manan, terdapat 2 pilihan kewarga- negaraan ganda dalam rangka perubahan
negaraan baik menyatakan memilih men- pengaturan kewarganegaraan ke depan,
jadi WNI atau menyatakan memilih ke- penulis mengusulkan agar kewarga-
warganegaraan asingnya, terhadap negara-an ganda dapat dimungkinkan
pilihan-pilihan tersebut mengandung hingga usia 30 tahun tetapi diberikan hak
persoalan hukum. Misal terhadap pilihan untuk melepas salah satu setelah yang
yang menyatakan memilih menjadi Warga bersangkutan mencapai usia dewasa
Negara Indonesia apakah secara hukum tanpa harus dibatasi tenggang waktu.
anak (orang) yang menyatakan memilih Pertimbangan hingga usia 30 tahun
menjadi WNI tersebut, mengikat negara didasarkan pada pemikiran pemberian
kewarganegaraan ganda anak (orang) perlindungan kepada anak tersebut, misal
tersebut? Tentu hal ini akan bergantung apabila anak yang berkewarganegaraan
kepada hukum kewarganegaraan negara ganda tersebut hendak melanjutkan
yang bersangkutan, atau atas dasar pendidikan ke jenjang strata 2 atau strata
perjanjian bilateral Indonesia dengan 3, akan lebih menguntungkan bagi yang
negara yang bersangkutan. Salah satu bersangkutan, karena di usia 30 tahun
resiko, yaitu menyangkut hak dan kewajib- pada umumnya sudah bekerja dan mapan
an terhadap negara yang tidak “meng- sehingga sudah mampu untuk mencukupi
akui” pelepasan sepihak. Selanjutnya kebutuhannya sendiri tanpa harus dibiayai
terhadap pilihan anak (seseorang) yang oleh kedua orang tuanya. Selain dari pada
menyatakan melepas kewarganegaraan itu pada usia ini seseorang telah mencapai
Indonesia dengan memilih kewarga- kematangan jiwa sehingga mampu untuk
negaraan asingnya tentu hal ini juga mampu untuk menentukan pilihannya
mengandung persoalan hukum pertama, sendiri.
hal tersebut tentu bertentangan dengan
kewajiban melindungi warga negara dan
¹⁰Bagir Manan, Op. Cit., hlm. 83.
Volume 2 / Oktober 2018 43
Drama Kewarganegaraan Gloria ‘...’ Hingga Mahkamah Konstitusi
demikian hak mutlak ini dibatasi oleh apa semakin menyatu dan dengan dinamika
yang disebut dengan general prinsiple, pergaulan antar umat manusia yang se-
yaitu: makin longgar yang dinamis, gejala ke-
1. Tidak boleh bertentangan konvensi- warganegaraan ganda ini sangat mungkin
konvensi internasional; akan terus berkembang di masa-masa
2. Tidak boleh bertentangan dengan yang akan datang. Bahkan, boleh jadi yang
kebiasaan internasional; akan muncul dalam praktek tidak saja
3. Tidak boleh bertentangan dengan masalah dwi kewarganegaraan, tetapi
prinsip-prinsip umum yang secara mungkin juga multi-kewarganegaraan,
internasional diterapkan dalam terutama di kalangan kelompok orang
penentuan kewarganegaraan. yang kaya dan dan hidup berpindah-
Atas dasar konvensi tersebut maka pindah dengan sekehendak hatinya. Bagi
negara mempunyai kebiasaan untuk mereka itu, tidak juga ada kerugian apa-
membentuk berbagai ketentuan menge- apa bagi negara manapun untuk mem-
nai kewarganegaraannya. Hal inilah yang biarkan mereka memiliki status kewarga-
menjadi dasar adanya asas ius sanguinis, negaraan lebih dari satu, asalkan yang
yaitu penentuan status kewarganegara- bersangkutan tetap menjalankan kewajib-
annya, tidak seorangpun dapat dengan annya untuk membayar pajak sesuai
sewenang-wenang dicabut kewarga- dengan ketentuan peraturan perundang-
negaraannya ataupun tidak dapat di- undangan yang bersangkutan. Oleh
ingkari hak untuk mengganti kewarga- karena itu, semua negara modern di dunia
negaraannya. Dan status kewarganegara- dewasa ini dihadapkan pada persoalan
annya seseorang akan bersangkut paut kewarganegaraan ganda sebagai masalah
dengan hak dan kewajiban kepada negara. yang riil.
Untuk itu setiap warga negara mempunyai Dalam penerapan hukum yang
persamaan hak di hadapan hukum. Semua dipakai terhadap orang yang mempunyai
warga negara mempunyai kepastian hak, kewarganegaraan ganda ketika orang
privasi, dan tanggung jawab. Oleh sebab tersebut mengalami permasalahan hu-
itu ketentuan hukum tentang kewarga- kum. Hukum yang berlaku dalam hal
negaraan merupakan ketentuan logis dari terjadinya kewarganegaraan ganda pada
kehidupan berbangsa dan bernegara. umumnya akan dianut atau harus dipilih
Dengan Undang-Undang Kewarga- salah satu yang dapat dipergunakan
negaraan selain memunculkan dimensi sebagai titik taut yang menentukan.
pengaturan hak kewarga-negaraan setiap Terdapat dua alternatif pilihan yang bisa
orang, hal ini juga menyangkut hak asasi ditentukan, pertama, akan dipakai hukum
manusia terutama dalam perspektif ke- sang hakim (lex fori), yaitu apabila salah
warganegaraan. satu dari kewarganegraan itu merupakan
pula hukum daripada negara dimana
Kewarganegaraan Ganda di Beberapa perkara diajukan. Bila seseorang mem-
Negara punyai kewarganegaraan ganda dan salah
Semakin diyakini bahwa kewarga- satunya adalah WNI maka orang ini tidak
ngaraan ganda bukan suatu yang perlu bisa dianggap sebagai orang asing. Orang
dikhawatirkan lagi dalam era globalisasi itu adalah WNI. Jika terjadi masalah hukum
seperti saat ini. Di dunia yang dewasa ini dimana, peristiwa hukum itu terjadi, maka
orang itu bisa diperkarakan secara hukum miliki kewarganegaraan ganda. Hanya saja
pula di tempat pelanggaran hukum itu Jerman membatasi kasus seperti ini hanya
terjadi. Kedua, akan dipakai kewarga- sampai anak tersebut sampai umur 23
neragaan yang efektif atau aktif dari orang Tahun, pada saat itu anak tersebut harus
yang diperkarakan apabila kedua ke- memilih salah satu kewarganegaraannya.
warganegaraan itu merupakan kewarga- Di Amerika Serikat kewarganegaraan
negaraan asing (bagi sang hakim). Suatu ganda ini tidak dibatasi umur, hanya saja
kewarganegaraan dapat dianggap efektif bila si pemilik kewarganegaraan ini ingin
dan aktif, jika hubungan yuridis antara melepas kewarganegaraan Amerikanya
orang dan negara maka ia harus me-
bersangkutan ada- nyatakan secara ter-
lah sesuai dengan tulis.
keadaan hidup de Pemberian
facto, tingkah laku, kewarganegaraan
perasaan-perasaan ganda juga diber-
dari orang bersang- lakukan di India.
kutan. Hakim harus India dapat dikata-
menyelidiki ke- kan menganut asas
warganegaraan ius soli tetapi juga
manakah yang pada saat yang sama
paling hidup bagi juga mengakui asas
yang bersangkut-an ius sanguinis. Oleh
ini. karena itu, India me-
Menurut nerapkan ketentuan
Guru Besar Fakultas perolehan status ke-
Hukum Universitas warganegaraan ber-
Indonesia, Zulfa Djoko Basuki, pemberian dasarkan tanah kelahiran (citizen by birth)
status kewarga-negaraan ganda memang dan sekaligus menurut garis keturunan
selayaknya dimungkinkan dalam batasan- (citizen by descent). Melalui pewarga-
batasan tertentu yang meguntungkan negaraan kelahiran (citizen by birth), setiap
warga negara Indonsia. Sebagian besar orang yang lahir di wilayah negara India
negara di dunia membolehkan status pada tanggal atau sesudah 26 Januari
kewarganegaraan ganda. “Ada yang 1950, dianggap sebagi warga negara India
berlaku seumur hidup, ada pula yang yang sah. Demikian pula melalui pewarga
membatasi pada usia tertentu”. Di Jerman negaraan berdasarkan keturunan (citizen
misalnya sejak 1 Januari 2000 diberlaku- by descent) seseorang yang lahir di wilayah
kan Undang-Undang Kewarganegaraan di luar India pada atau sesudah 26 Januari
baru dengan prinsip ius soli. Oleh karena 1950 dianggap sebagai warga negara
itu setiap anak yang lahir di Jerman dari karena keturunan, apabila pada waktu ia di
orang tua yang tinggal di sana paling lahirkan kedua orang tuanya adalah warga
sedikit 8 tahun maka bisa mengajukan negara India.
kewarganegaraan Jerman. Bila orang tua si
anak berasal dari negara yang berasaskan Kesimpulan dan Rekomendasi
ius sanguinis, maka sang anak bisa me- Berdasarkan analisis yuridis yang
telah dikemukakan dalam bab sebelum- anak untuk menentukan pilihan me-
nya, maka dapat ditarik kesimpulan yang milih salah satu kewarganegaraan ayah
sekaligus saran atas permasalahan hukum, atau ibunya. Dalam kasus demikian
yaitu sebagai berikut: kecuali apabila yang bersangkutan
dengan kehendak dan kesadarannya
A. Kesimpulan sendiri menentukan pilihan itu.
1. Penentuan pilihan Kewarganegaraan 4. Pasal 28D ayat (4) UUD 1945 hanya
anak hasil perkawinan campur seyog- menyatakan, “Setiap orang berhak atas
yanya ditentukan oleh anak itu sendiri status kewarganegaraan”. Di situ tidak
setelah ia dewasa bukan ditentukan dinyatakan bahwa setiap orang juga
oleh orang lain bahkan oleh orang berhak atas satu atau dua status
tuanya sekalipun hal ini merujuk pada kewarganegaraan. Namun yang pen-
ketentuan Pasal 28 D ayat (4) UUD 1945 ting bagi UUD 1945 adalah tidak boleh
hanya menyatakan, “setiap orang terjadi keadaan apatride, sedangkan
berhak atas status kewarganegaraan”. kemungkinan terjadinya bipatride,
2. Kewarganegaraan ganda dapat di- tidak diharuskan dan tidak juga di-
mungkinkan hingga usia 30 tahun larang. Pembatasan pemberian kewar-
tetapi diberikan hak untuk melepas ganegaraan ganda sepatutnya bisa
salah satu setelah yang bersangkutan secara sepenuhnya atau jika tidak
mencapai usia dewasa tanpa harus pemberian kewarganegaraan ganda
dibatasi tenggang waktu. Pertimbang- diberikan samapai seseorag mencapai
an hingga usia 30 tahun didasarkan usia matang dan telah menyelesaikan
pada pemikiran pemberian perlin- pendidikan dan mapan secara eko-
dungan kepada anak tersebut, misal nomi sehingga orang tersebut dapat
apabila anak yang berkewarganegara- memilih kewarganegaraanya dengan
an ganda tersebut hendak melanjutkan pertimbangan yang matang.
pendidikan ke jenjang strata 2 atau 5. Pengaturan mengenai kewarganegara-
strata 3, akan lebih menguntungkan an belum sepenuhnya diatur secara
bagi yang bersangkutan, karena di usia terperinci dalam suatu peraturan
30 tahun pada umumnya sudah be- perundang-undangan yang khusus
kerja dan mapan sehingga sudah mengatur hal tersebut, sehingga dalam
mampu untuk mencukupi kebutuh- menerapkan status kewarganegaraan
annya sendiri tanpa harus dibiyai oleh khususnya terhadap anak banyak
kedua orang tuanya. Selain dari pada menimbulkan penafsiran-penafsiran
itu pada usia ini seseorang telah men- yang justru menimbulkan ketidak-
capai kematangan jiwa sehingga pastian hukum.
mampu untuk mampu untuk menentu-
kan pilihannya sendiri. B. Rekomendasi
3. Dalam hal pembatasan kewarga- 1. Perlunya adanya pengaturan yang
negaraan ganda hingga usia 18 tahun, secara lengkap mengenai kewarga-
dalam perspektif hak asasi manusia negaraan yang sesuai dengan perkem-
tidak dapat dibenarkan karena negara bangan zaman di era globalisasi seperti
karena memaksa dengan mengguna- sekarang ini tanpa harus merugikan
kan instrumen hukum kepada seorang kepentingan Negara Kesatuan Repu-
Daftar Pustaka
Wawancara:
Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri,
Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, S.H., M.H.
Ditjen Dukcapil yang dipimpinnya. Saat ini diupayakan sekuatnya untuk terpenuhi
Zudan yang meraih gelar guru besar ilmu hak konstitusionalnya sehingga dapat
hukum termuda (pada 2004, usia 35 tahun memilih pada Pemilu 2019.
36 hari) tengah memimpin Ditjen Dukcapil
melaksanakan program GISA atau Gerakan Saat ini pemerintah juga tengah men-
Indonesia Sadar Administrasi Kepen- jalankan program Kartu Identitas Anak
dudukan. atau KIA. Bisa dijelaskan mengenai
program ini.
Pemerintah membuat program Gerak- Walaupun anak masih berusia
an Indonesia Sadar Administrasi Kepen- sangat muda, bahkan sejak mbrojol lahir
dudukan (GISA). Bisa dijelaskan pro- ke dunia namun sudah mempunyai hak
gram tersebut seperti apa? untuk mempunyai identitas dari negara.
O ya, begini Mas, program GISA Anak-anak tersebut harus dilindungi oleh
diluncurkan pemerintah pada 8 Februari negara antara lain dalam bentuk identitas
2018 lalu oleh Bapak Mendagri untuk kependudukan. Kepada anak sejak lahir
meningkatkan kesadaran masyarakat di sampai usia 17 tahun akan diberikan Kartu
bidang administrasi kependudukan deng- Identitas Anak atau KIA. Pemberian KIA ini
an maksud supaya terwujud masyarakat dijadikan satu paket dengan pemberian
yang tertib, pemerintahan yang efektif dan akta kelahiran bagi anak. Semuanya gratis.
efisien serta negara yang memiliki daya
saing. Kalau begitu seorang anak usia baru
lahir sampai dengan 17 tahun mem-
Apa inti program GISA tersebut? punyai dua dokumen kependudukan
Intinya, gubernur dan bupati atau ya?
walikota seluruh Indonesia diminta untuk Betul sekali Mas. Anak tersebut
menciptakan ekosistem tata kelola pemda mempunyai Kartu Identitas Anak dan Akta
yang mendukung suksesnya empat hal. Kelahiran. KIA bisa disebut KTP Anak.
Pertama, sadar kepemilikan dokumen
kependudukan. Kedua, sadar pemutak- Sampai saat ini pemerintah masih men-
hiran dokumen kependudukan. Ketiga, jalankan program pembuatan akta
sadar pemanfaatan data kependudukan kelahiran bagi semua penduduk .
sebagai satu-satunya data yang diper- Walaupun aparat Dukcapil sudah be-
gunakan untuk semua kepentingan. Dan kerja keras namun masih terdapat pen-
terakhir, keempat, sadar melayani ad- duduk yang belum mempunyai akta
ministrasi kependudukan menuju mas- kelahiran. Apa kendala dalam hal ini?
yarakat yang bahagia. Kita mengetahui bahwa jumlah
penduduk Indonesia ini sangat besar ya
Apakah program GISA terkait dengan Mas. Sekitar 263-an juta jiwa. Negara kita
perekaman data penduduk wajib KTP ini menempati urutan keempat di dunia
elektronik dan pencetakan KTP elektro- dalam hal jumlah penduduk. Administrasi
nik? kependudukan untuk melayani dan
Betul sekali Mas. Sangat terkait. mengelola 263-an juta penduduk tentu
Pelaksanaan program GISA akan memper- tidak ringan. Tentu berbeda dengan
cepat pencapaian target perekaman mengurus penduduk suatu negara yang
penduduk wajib KTP dan pencetakan KTP jumlahnya seratus juta, lima puluh juta,
elektroniknya selesai pada akhir tahun ini atau sepuluh juta jiwa.
(2018). Dengan demikian akan sangat Kita juga tahu kalau wilayah negeri
mendukung kelancaran Pemilu 2019 kita ini sangat luas. Di berbagai daerah,
karena penduduk yang menjadi pemilih masih terdapat kesulitan dalam infrastuk-
tur transportasi. Masih ada wilayah yang membuatkannya. Berbagai program Duk-
sulit sekali dijangkau. Butuh berjam-jam capil yang secara aktif langsung turun ke
untuk tiba di lokasi tersebut dan kadang bawah, termasuk jemput bola, merupa-
tidak bisa pulang pergi dalam hari yang kan pelaksanaan paradigma baru UU
sama. Harus menginap. Termasuk pulau- Adminduk 2013 yang kini menjadi stelsel
pulau kecil berpenghuni yang tentu tidak aktif. Sejak ada UU Adminduk revisi
mudah didatangi petugas kami. tersebut maka kewajiban dan tugas
Namun medan yang demikian sulit pemerintah, dalam hal ini Dukcapil untuk
tetap tidak mengurangi tekad dan bersikap pro aktif mengurus hak rakyat
semangat aparat Dukcapil untuk meme- mendapatkan akta kelahiran dan doku-
nuhi kewajibannya memberikan pelayan- men kependudukan lainnya.
an adminduk kepada warga masyarakat,
termasuk akta kelahiran. Alhamdulillah Apa kebijakan pemerintah untuk mem-
dari hari ke hari makin banyak penduduk percepat peningkatan cakupan kepe-
negeri kita yang memiliki akta kelahiran. milikan akta kelahiran?
Pemerintah tengah melaksanakan
Aparat Dukcapil apa juga terjun lang- tiga kebijakan mengenai hal itu. Pertama,
sung ke masyarakat untuk membuat- kami sederhanakan persyaratan untuk
kan akta kelahiran bagi warga masya- mencatatkan kelahiran. Kedua, adanya
rakat? Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
Betul sekali Mas. Aparat dinas atau disingkat SPTJM yang sangat me-
kependudukan dan pencatatan sipil di mudahkan anak atau warga mendapatkan
semua wilayah di tanah air terus bekerja akta kelahiran. Surat ini dibuat oleh orang
keras setiap hari untuk memenuhi ke- tua kandung, wali, atau pemohon yang
butuhan masyarakat tersebut (akta menyatakan bahwa dirinya bertanggung
kelahiran). Kita mempunyai program jawab penuh atas kebenaran data kelahir-
jemput bola, yakni aparat ke desa dan an seseorang. Surat ini dibuat dengan
kecamatan untuk langsung bertemu ditandatangani juga oleh dua orang saksi.
warga yang ingin membuat akta kelahiran. Yang ketiga, kami siapkan pencatatan
Program ini terutama ditujukan ke wilayah kelahiran secara online.
desa atau kecamatan yang jauh dari
ibukota kabupaten atau kota. Jemput bola Pencatatan kelahiran secara online
tersebut tidak hanya pada hari kerja, pasti sangat memudahkan warga ya
bahkan kami bekerja pada hari libur. Pak Dirjen.
Jemput bola dilakukan secara rutin. Sudah pasti Mas. Warga bisa meng-
Jemput bola ini dilakukan pula bekerja urus akta kelahiran dari rumah. Tidak usah
sama dengan sekolah sekolah dan panti capek-capek datang ke kantor Dukcapil.
asuhan untuk mengurus akta lahir secara Intinya warga yang mau membuat akta
kolektif. Diurus oleh sekolah, dan panti. kelahiran dapat mengurus pembuatan
Bila akta kelahiran sudah jadi akan akta kelahiran melalui website Ditjen
diantarkan ke sekolah. Semua jadi mudah Dukcapil. Warga dipersilakan mengirim
dan murah. data dan berkas persyaratan melalui
media elektronik ke website www.
Mengapa aparat begitu semangat dukcapil.kemendagri/go/id/layananonline.
hingga jauh-jauh datang ke berbagai Penjelasan rincian dapat dilihat di website
pelosok? tersebut.
Karena akta kelahiran itu hak
rakyat. hak warga negara dan amanah Kalau perekaman data KTP-el sampai
konstitusi. Dan kami wajib melayani dan saat ini sudah mencapai berapa persen
dari keseluruhan penduduk Indonesia? Zudan Arif Fakrulloh, Tempat dan tanggal
Alhamdulillah sampai saat ini pe- lahir: Sleman, Yogyakarta, 24 Agustus 1969.
rekaman data KTP-el telah mencapai 97an Pendidikan: S1 Fakultas Hukum UNS Sura-
persen atau 185 an juta penduduk. Jadi karta, S2 Ilmu Hukum Undip Semarang, S-3
yang tersisa hanya tinggal 3 persen atau Ilmu Hukum Undip Semarang. Karier: Dirjen
setara dengan 5 sampai 6 juta penduduk. Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemen-
Insya Allah yang belum direkam akan dagri (2015-sekarang), Ketua Umum Korps
segera direkam oleh aparat Dukcapil. Pegawai Republik Indonesia (Korpri) Nasional
(2015-sekarang), Plt. Gubernur Gorontalo
(2016), Staf Ahli Mendagri, Kepala Biro Hukum
Bagaimana dengan keterlibatan atau
Kemendagri, Kabag Penyusunan Perundang-
partisipasi masyarakat dalam program
undangan Kemendagri. Organisasi olahraga:
adminduk ini?
Ketua Umum PB Federasi Karate Tradisional
Kami sangat mendukung dan wel- Indonesia (FKTI/2014-2018). Istri: Ninuk
come apabila ada lembaga atau organisasi Triyanti. Anak: Muhammad Fatah Anugerah
masyarakat yang mau aktif di bidang Akbar, Zatila Aqamar Arifa, Hazida Fakhrin
adminduk. Kami menyadari bahwa parti- Arifa. Karya tulis buku: Hukum Ekonomi (1997),
sipasi masyarakat dalam pelaksanaan Menjaga Kepercayaan Rakyat Terhadap
program kerja adminduk sangat sangat Hukum (2002), Ilmu Lembaga dan Pranata
membantu dan mempercepat pencapaian Hukum (2009), Tertib Regulasi dalam Pem-
target program kerja adminduk. Hanya bentukan Peraturan Perundang-undangan
sepertinya tidak banyak ya Mas lembaga (2014), dan Hukum dalam Berbagai Perspektif
masyarakat yang bergerak di bidang (2015).
adminduk. Minimal tidak sebanyak LSM di
bidang politik, pemerintahan, hukum,
parlemen dan sejenisnya.
Wan yang kita kenal sebagai Hendrawan baru adalah kerangka teori yang dipilih
hingga generasi Hendra Setiawan adalah untuk menganalisa peran KBI dalam
sederetan WNI dari suku Tionghoa yang penghapusan diskriminasi institusional
telah mengharumkan nama bangsa di berupa SBKRI. Namun Widyanita tampak
tingkat dunia, telah mengibarkan sang kurang mendalami latar belakang terbit-
saka Merah Putih pada posisi tertinggi, nya SBKRI, karena hanya menyandarkan
dan membuat Indonesia Raya berkuman- diri pada penjelasan Menteri Hukum dan
dang di telinga dunia. Namun ironisnya, HAM Yusril Isa Mahendra yang dikutip dari
status kewarganegaraan mereka tetap artikel Gatra, 27 Juli 2002 berjudul Mak-
dipersoalkan, diragukan, dan diperlaku- lumat Akar Masalah yang menerangkan
kan berbeda sebagaimana nasib WNI bahwa Maklumat Pemerintah Tiongkok
Tionghoa lainnya. 1950 yang berisikan apa yang disebut
Ivana Lie yang sudah berprestasi Yusril sebagi “one policy” itulah yang
internasional misalnya, bahkan sempat menjadi akar dari pemberlakuan SBKRI.
menyandang status tak berkewarga- SBKRI berawal dari ketentuan Pasal
negaraan alias stateless karena tidak 6 Keputusan Presiden Republik Indonesia
memiliki SBKRI, sehingga setiap ber- Nomor 52 Tahun 1977 tentang Pendaftar-
tanding ke luar negeri yang membutuhkan an Penduduk yang menyatakan pada ayat
paspor RI, Ivana selalu mengalami kesulit- (1) “Setiap warganegara Republik Indo-
an dan akhirnya setelah dibantu pengurus nesia yang perlu membuktikan kewarga-
PBSI ia bisa pergi menggunakan Surat negaraan Republik Indonesianya dapat
Perjalanan Laksana Paspor untuk ber- memperoleh Bukti Kewarganegaraan
tanding membawa nama Indonesia Republik Indonesia.” Sedangkan ayat (2)
Komunitas Bulutangkis Indonesia menyatakan “Menteri Kehakiman ber-
(KBI) pada awalnya dibentuk karena ke- tanggung jawab atas pengeluaran Bukti
resahan terhadap masa depan nasib atlet Kewarganegaraan Republik Indonesia
bulutangkis dan atlet yang telah pensiun, dimaksud dalam ayat (1). Kepres ini
namun kemudian juga mengambil peran ditindaklanjuti Menteri Kehakiman deng-
ketika kekesalan para atlet terhadap prak- an menerbitkan Peraturan Menteri Ke-
tik SBKRI semakin tak terbendung. Kajian hakiman Nomor JB.3/4/12 tentang Surat
lebih awal pernah dilakukan oleh Dien Bukti Kewarganegaraan Republik Indo-
Anshara, Fakultas Ilmu Pengetahuan nesia. Baik Kepres maupun Permenkeh
Budaya UI pada 2010, “Atlet Bulutangkis tersebut, tidak menjelaskan kategori WNI
Etnis Tionghoa Indonesia dalam Hukum yang perlu membuktikan kewarganegara-
Kewarganegaraan Indonesia 1951-1978.” an, baru pada Surat Edaran Menteri Ke-
Titik awal 1951 adalah tahun berdirinya hakiman Nomor JHB 3/31/3 Tahun 1978
asosiasi bulutangkis Indonesia yaitu PBSI, tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri
sedangkan 1978 adalah tahun ditetapkan- Kehakiman Nomor JB.3/4/12 tanggal 14
nya SBKRI sebagai alternatif penyelesaian Maret 1978 disebutkan bahwa SBKRI di-
persoalan kewarganegaraan bagi orang tujukan bagi kaum peranakan, seperti
Indonesia Tionghoa. golongan Tionghoa, Arab, dan India.
Widyanita menggunakan pen- Ketiga kelompok masyarakat yang
dekatan David Miller mengenai politik pada masa Hindia Belanda dikelompok-
identitas, sedangkan teori gerakan sosial kan sebagai Timur Asing ini, sesungguh-
nya sudah hadir dan turun temurun, pijakan pada saat membahas latar
bahkan kawin mengawin dengan berbagai belakang Perjanjian Dwikewarganegaraan
suku di Nusantara, jauh sebelum Indo- antara RI dan RRT karena adanya distraksi
nesia didirikan sebagai sebuh negara informasi terkait Maklumat Pemerintah
modern. Maka ketika UU Kewarga- Tiongkok 1950 dan masa opsi 1951-1952.
negaraan pertama disahkan pada tahun Sehingga menyatakan “Adanya kewarga-
1946, mereka yang sudah lahir dan negaraan ganda dan akibat dari masa opsi
bertempat kedudukan di wilayah yang yang dilakukan pemerintah Indonesia me-
disebut Indonesia dinyatakan sebagai latarbelakangi ditandatanganinya Per-
warganegara. Bahkan dalam perkem- janjian Diantara Republik Indonesia dan
bangannya dinyatakan bahwa mereka Republik Rakyat Tiongkok mengenai Soal
yang lahir dan bertempat tinggal di Indo- Dwikewarganegaraan (Perjanjian Dwi-
nesia, 5 tahun sebelum Proklmasi 17 Agus- Kewarganegaraan) pada tahun 1955.” (Hal.
tus 1945 adalah warganegara Indonesia. 26)
Ketidakakuratan lain dalam pe- Padahal Perjanjian Dwikewarga-
maparan Widyanita yang menyitir Dien negaraan RI-RRT adalah dampak dari
Anshara adalah mengenai Masa Opsi perbedaan asas yang dianut dalam UU
1951, yang dikaitkan pada apa yang Kewarganegaraan antara RI dan RRT. UU
disebut Yusril sebagai One Policy dari Kewarganegaraan Tiongkok ketika itu
Tiongkok terkait Maklumat 1950. Padahal menganut asas ius sanguinis yakni pem-
masa pemilihan kewarganegaraan bagi berian kewarganegaraan berdasarkan ke-
orang Tionghoa tahun 1951 adalah konse- turunan, sementara UU Kewarganegaraan
kwensi hukum dari Perjanjian Konferensi Indonesia yang berlaku ketika itu meng-
Meja Bundar 1949, yang diantaranya gunakan asas ius soli atau berdasarkan
mengatur tentang pembagian warga- tempat kelahiran, sehingga terdapat
negara antara RI dengan Belanda. Apalagi orang-orang yang dianggap berkewarga-
kemudian Masa Opsi 1951 dikaitkan negaraan ganda, yaitu sebagian kecil dari
dengan ketentuan dalam Undang- orang Tionghoa. Namun, berbagai per-
Undang Nomor 3 Tahun 1946 yang tidak aturan yang diterbitkan selanjutnya, makin
memperbolehkan adanya kewarga- menge-rucut bahwa obyek dari SBKRI
negaraan ganda, semakin menunjukkan hanya khusus orang Tionghoa.
KMB sebagai mata rantai yang hilang Terlepas dari kelemahan penulis
dalam penelitian ini. Padahal KMB lah yang dalam memaparkan latar belakang
kemudian menjadi roh bagi UUD RIS beberapa peristiwa terkait kewarga-
maupun Undang-Undang Dasar Semen- negaraan tersebut, buku ini berhasil
tara 1950, yang merupakan landasan bagi menggambarkan ironi para pahlawan
Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 bulutangkis sebagai hasil wawancara
tentang Kewarganegaraan Republik Indo- penulis dengan para pemain yang pernah
nesia. UUDS 1950 dinyatakan tidak ber- mengalami pahitnya mengurus SBKRI,
laku pada tahun 1959 oleh Presiden antara lain:
Sukarno melalui Dekrit Presiden 5 Juli “Akhirnya adapun yang bisa ngurus
1959, namun UU Kewarganegaraan 1958 (hanya yang mampu) karena biayanya
terus berlaku hingga 2006. mahal. Kita gak mampu, orang miskin lah.
Penulis juga tampak kehilangan Dampaknya ke anak-anaknya, statusnya
menjadi WNA. Walaupun lahir disini, waktu itu dan sempat membuat heboh.
meskipun sesuai UU bahwa yang lahir Setelah itu saya sempat dipanggil Dirjen
disini boleh memilih atau otomatis Imigrasi. Saya bilang mengapa masih
menjadi WNI. Tapi itu tidak berlaku tetap ditanyakan? Kan aturan penghapusan
saja status saya WNA. Selain mahal, sudah dikeluarkan? Mereka bilang hanya
pengurusannya juga rumit dan diping- sebagai syarat. Tapi kan syarat itu tidak
pong (dioper-oper)” Ivana Lie (hal. 38) diberlakukan bagi warga Indonesia lain-
“Keribetan birokrasi saya rasakan nya?”
ketika mengurus SBKRI anak saya. Dari “Saya bingung, apa yang masih
pengadilan ke pengadilan saya datangi. dipertanyakan dengan kewarganegaraan
Disana banyak yang nangis itu keturunan- dan nasionalisme saya untuk Indonesia
keturunan. Akhirnya SBKRI anak saya dengan berjuang membawa nama Indo-
keluar yang warna ijo. Padahal mereka nesia di level internasional. Saya beritahu
lahir disini, orde baru. Dulu yang ada itu bukti bukan lagi janji. Mungkin
dipikiran saya bahwa sebelumnya saya nasionalisme saya jauh lebih besar ke-
bawa bendera merah putih, sekarang saya timbang warga pada umumnya. Saya
ngantre sama encik-encik dari Glodok berikan bagian terbaik dari hidup saya
untuk membuktikan saya bukan imigran untuk Indonesia. Masih mau dipertanya-
gelap” Tan Joe Hok (hal. 39) kan lagi?” Susy Susanti (hal. 45)
“Itu awalnya SBKRI saya yang Sesungguhnya, sejak tahun 1996
ngurus sendiri dengan mengajukan Presiden Soeharto telah menerbitkan
dokumen atau bukti prestasi juga saya Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1996
serahkan ke kantor Departemen Kehakim- yang menurut Widyanita tidak meng-
an di Kabupaten Bogor, waktu itu juga hapus SBKRI, hanya tidak lagi member-
saya sempat dimintai uang dan mereka lakukannya sehingga petugas di lapangan
bilang ya tunggu lah bisa satu bulan, satu mengintepretasikan bahwa mereka masih
tahun. Akhirnya saya ngomong ke dapat meminta SBKRI jika diperlukan.
wartawan. Malam saya bicara dengan Ditambah lagi dengan adanya Surat
wartawan, paginya jadi headline. Ibu Edaran Dirjen Imigrasi No. F-IZ.02.07-1025
Megawati baca lalu marah, beliau tertanggal 3 Agustus 1998 yang menegas-
langsung telpon Menteri. Sekitar pukul 10 kan bahwa petugas boleh meminta SBKRI
ada orng telpon ke saya bilang SBKRI saya jika meragukan kewarganegaraan sese-
sudah jadi. Padahal saya mengurus itu orang dengan melihat ciri-ciri fisik, logat,
sekitar 8-9 bulan saya nunggu tidak dan kefasihan bahasa daerahnya.
keluar.” Hendrawan (hal. 44) Peran KBI dalam perjuangan me-
”Praktik SBKRI juga masih saya wujudkan kesetaraan di bidang kewarga-
rasakan pada tahun 2004, ketika itu akan negaraan, khususnya penghapusan SBKRI,
berangkat membawa obor pembukaan dibahas Widyanita pada Bab 3 dimulai dari
Olimpiade, itu tepat 100 tahun olimpiade latar belakang dan proses pembentukan
modern. Sebelum berangkat saya ngurus KBI, hingga langkah-langkah audiensi
perpanjangan paspor. Saya kaget, kok untuk menyampaikan aspirasi terkait
masih ditanyakan SBKRI saya. Padahal SBKRI mulai dari audiensi dengan Presiden
waktu itu kan peraturan SBKRI sudah Megawati Soekarnoputri dengan mem-
dihapuskan. Saya bilang lagi ke media bawa surat yang mengusulkan masukan
atas Pasal 39 ayat 1 RUU Kewarga- untuk framing issue SBRI sebagai diskri-
negaraan, yang spiritnya masih memung- minasi kewarganegaraan yang dilakukan
kinkan pemberlakuan SBKRI yakni “Setiap KBI, berawal dari adanya Forum Pemilik/
orang yang perlu membuktikan kewarga- Pemegang SBKRI yang dibentuk pada
negaraan Republik Indonesia dan tidak tahun 2000, dengan Tan Joe Hok sebagai
mempunyai surat bukti untuk itu, dapat Ketua. Diantara anggotanya adalah Tan
mengajukan permohonan kepda Menteri Swie Ling, yang berpendapat bahwa isu
atau Pejabat untuk memperolehnya.” KBI SBKRI tidak mungkin bisa berkembang jika
mengusulkan agar akta kelahiran atau hanya diusung oleh warga Tionghoa biasa,
surat keterangan kelahiran-lah yang men- untuk itu diperlukan komunitas yang lebih
jadi bukti kewarganegaraan, dilengkapi mudah menggaungkan isu ini. Melalui
alasan hukumnya dan dilengkapi Petisi pembicaraan dengan Tan Joe Hok dan
yang ditandatangani atlet, mantan atlet Susy Susanti, akhirnya bergulirlah langkah
dan perwakilan ornop. Audiensi lain yang mengangkat isu diskriminasi akibat pem-
dilakukan KBI adalah ke Majelis Permu- berlakuan SBKRI. Persoalan SBKRI yang
syawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan dihadapi Hendrawan, adalah salah satu
Perwakilan Rakyat (DPR). Selain audiensi, momentum penting dalam perjuang-an
KBI juga bersurat ke Bank Indonesia, ini.***
menyampaikan agar persyaratan SBKRI
dalam pengajuan kredit dihapuskan.
Keterlibatan KBI dalam memper-
juangkan penghapusan diskriminasi juga
*Eddy Setiawan, Peneliti Utama IKI bidang
dilakukan dengan membangun jaringan
Kewarganegaraan Alumni S- 2 Ilmu Politik
bersama organisasi non pemerintah lain- UI
nya, dan terutama yang disoroti Widyanita
adalah peran KBI dalam melakukan
framing issue diskriminasi terhadap WNI
keturunan Tionghoa. KBI menyadari posisi
strategis individu anggotanya yang me-
rupakan atlet dan mantan atlet nasional
yang tentu muda menarik perhatian media
massa. Susy Susanti, Tan Joe Hok, dan
Hendrawan adalah individu-individu
anggota KBI yang melakukan framing
issue mulai tahun 1997 pada saat Susy
akan menikah dengan Alan Budikusuma
dan disyaratkan SBKRI untuk mengurus
akta perkawinan. Selain melalui individu
anggota, KBI sebagai organisasi juga
melakukan langkah serupa, untuk menya-
darkan masyarakat luas akan isu diskrimi-
nasi dengan menggelar konferensi pers
dalam kurun waktu 2002 hingga 2006.
Pemilihan tokoh-tokoh bulutangkis
Para Penulis
Saifullah Ma'shum, kelahiran Malang, kini Imam Choirul Muttaqin lahir di Bojonegoro,
menjabat ketua II Institut Kewarganegaraan Jawa Timur pada 14 April 1983. Lulus dari
Indonesia (IKI). Menempuh pendidikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Jember dan lanjut
Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran (PTIQ) Jakarta menyelesaikan program magister hukum
dan S2 di FISIP Universitas Indonesia. Pernah kenegaraan (HTN) di Universitas Indonesia.
bekerja sebagai wartawan, kini tercatat Pemerhati hukum tata negara ini bekerja di
sebagai dosen Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Ditjen Administrasi Hukum Umum Kemen-
Jakarta, selain menjabat ketua umum terian Hukum dan HAM RI, pernah sebagai
Jam'iyyatul Qurra' wal-Huffazh (JQH), atau analis kewarganegaraan dan kini sebagai
perkumpulan qari' dan penghafal al-Quran analisis pertimbangan hukum dan advokasi
seluruh Indonesia di bawah naungan partai politik.
Nahdlatul Ulama. Menulis beberapa buku, Email: choirulimam144@gmail.com.
antara lain Kharisma Ulama (Mizan), Penjelas-
an al-Quran tentang Krisis Sosial, Ekonomi dan
Politik (Gema Insani), KPU dan Kontroversi
Pemilu 1999 (Pustaka Indonesia Satu) dan
editor sejumlah buku.
Seperti jurnal pada umumnya, Jurnal Identitas mengharapkan tulisan yang dikirim ke
redaksi hendaknya mengikuti ketentuan yang lazim dipakai dalam tulisan untuk jurnal.
Walaupun demikian tulisan dapat juga disusun dengan gaya penulisan yang agak
populer tanpa mengurangi substansi isi yang hendak disampaikan.
Redaksi mengharapkan tulisan dilengkapi dengan referensi yang kemudian
dicantumkan dalam catatan kaki dan daftar pustaka. Model catatan kaki adalah sebagai
berikut.
1. Buku:
a. Bagir Manan, Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU No. 12 Tahun 2006,
FH UII Press, Yogyakarta, 2009, hlm. 89.
b. Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Civic Education, Antara Realitas Politik dan
Implementasi Hukumnya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010, hlm. 183.
2. Jurnal:
a. Deddy Ismatullah, “Checks and Balances Dalam Sistem Pemerintahan Negara
Indonesia”, Jurnal Civility, Forum Indonesia Satu, Jakarta, Volume I Nomor 1, Juli-
September 2001, hlm. 34.
b. Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan, “Efektivitas Sistem Penyeleksian Pejabat
Komisi Negara di Indonesia”, dalam Jurnal Konstitusi, edisi Volume 6, Nomor 3,
September 2009, hlm. 147.
3. Media:
a. Radhar Panca Dhahana, “Pancasila dan Ketimpangan”, Surat Kabar Kompas, 9
Maret 2017, hlm. 7.
b. “Diplomasi Jadi Ujung Tombak”, Surat Kabar Kompas, 14 Maret 2017, hlm. 4.
C. “DPR Akan Seleksi Anggota KPU-Bawaslu Tanggal 3-5 April”, https://
news.detik.com/berita/d-3458344/dpr-akan-seleksi-anggota-kpu-bawaslu-
tanggal-3-5-april?_ga=1.227355485.1104808730.1480953741/diunduh pada
Senin, 27 Maret 2017.
September 2001.
b. Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan, “Efektivitas Sistem Penyeleksian Pejabat
Komisi Negara di Indonesia”, dalam Jurnal Konstitusi, edisi Volume 6, Nomor 3,
September 2009.
3. Media:
a. Radhar Panca Dhahana, “Pancasila dan Ketimpangan”, Surat Kabar Kompas, 9
Maret 2017.
b. “Diplomasi Jadi Ujung Tombak”, Surat Kabar Kompas, 14 Maret 2017.
C. “DPR Akan Seleksi Anggota KPU-Bawaslu Tanggal 3-5 April”, https://
news.detik.com/ berita/d-3458344/dpr-akan-seleksi-anggota-kpu-bawaslu-
tanggal-3-5-april?_ga= 1.227355485.1104808730.1480953741/diunduh pada
Senin, 27 Maret 2017.
INSTITUT
Sekilas
Tentang IKI KEWARGANEGARAAN
INDONESIA
I nstitut Kewarganegaran Indonesia, disingkat IKI, adalah organisasi sipil yang bersifat
nirlaba, yang bergerak di bidang pengkajian, penelitian, pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat, penyebaran informasi dan penerbitan, serta advokasi di
bidang kewarganegaraan, kependudukan dan penghapusan diskriminasi. Didirikan
pada 11 Agustus 2006, tepat 10 hari dari disahkannya Undang-undang No. 12 Tahun 200
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, oleh sejumlah orang yang memiliki
perhatian besar terhadap persoalan kewarganegaraan dan kependudukan, dan
terlibat dalam sejumlah program yang mendukung penyelesaian berbagai masalah
kewarganegaraan dan kependudukan serta perlakuan diskriminasi yang masih dialami
oleh sebagian kelompok masyarakat. Didirikannya IKI juga dimaksudkan untuk
mengawal implementasi UU Kewarganegaraan RI dan UU Administrasi Kependudukan,
dan berpartisipasi dalam penyebarluasan substansi yang dikandung dalam UU
tersebut di tengah masyarakat.
Asas
Kemanusiaan
Keterbukaan
Kebersamaan