Anda di halaman 1dari 3

Standar Nasional Pendidikan adalah acuan utama yg mengatur perihal baku minimal yang harus

terpenuhi pada pengelolaan sekolah sang segenap penyelenggara sekolah, yaitu pengajar serta
ketua sekolah. Tuntutan profesionalisme seseorang guru tidak hanya asal pihak pemerintah saja,
melainkan pula diminta sang pihak warga yang memanfaatkan energi pengajar dalam membimbing,
mengajar, dan mendidik peserta didik. alasannya tanpa adanya profesionalisme pengajar maka akan
sangat tidak mungkin peserta didik bisa mencapai kualitas akibat belajar yg aporisma. Tentunya
perlu secara seksama kita lakukan peninjauan pulang kepada Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003
ihwal Sistem Pendidikan Nasional serta Peraturan Pemerintah angka 19 Tahun 2005 tentang standar
Nasional Pendidikan.

kondisi saling lempar tanggung jawab ini yg terpantau oleh pemerintah pusat, sehingga
diterbitkanlah Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 wacana baku Nasional Pendidikan dan
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengisyaratkan agar sekolah menerapkan Manajemen
Pendidikan Berbasis Sekolah yang tak jarang dikenal menggunakan MBS. Penerapan MBS ini
hasruslah memenuhi 8 (delapan) standar nasional pendidikan (SNP), yakni:

standar isi;

standar proses;

standar kompetensi lulusan;

standar pendidik dan tenaga kependidikan;

standar sarana dan prasarana;

standar pengelolaan;

standar pembiayaan;

standar penilaian pendidikan.

Perbedaan manajemen dalam pengelolaan sekolah akan menghasilkan mutu lulusan yang berbeda
juga. Kajian mutu lulusan bukan hanya dilihat dari nilai UN, melainkan karakter yang dimiliki oleh
lulusan suatu sekolah mulai dari kematangan sikap kepribadian dan sosial, penguasaan
pengetahuan, serta keterampilan yang dimiliki menjadi bahan life skill bagi siswa untuk mampu
memperjuangkan kelangsungan hidupnya pada masa yang akan dihadapinya nanti, realita ini yang
menjadi tolak ukur sesungguhnya. Sekolah swasta dan sekolah negeri pada prinsipnya sama-sama
memiliki kelebihan dan kekurangan, akan tetapi tetap saja perbedaan mutu lulusan menjadi ukuran
keberhasilan suatu manajemen sekolah yang dipandang oleh masyarakat pada umumnya. Sekolah
swasta dengan leluasa untuk menyeleksi siswa yang benar-benar berkompeten untuk memperoleh
mentalitas yang siap untuk berkompetisi baik dalam lingkungan sekolahnya maupun di luar
sekolahnya, karena mereka pada umumnya sudah dibiasakan berkompetisi secara jujur dan
mengutamakan kualitas. Kondisi ini akan memberikan dampak yang jauh lebih baik, ketimbang
dampak lulus 100% dengan nilai tertinggi tapi berkompetisi secara curang dan tidak jujur.

Peliknya kondisi yang dialami manajer sekolah negeri berbeda dengan rumitnya manajer sekolah
swasta. Kalau sekolah negeri berupaya bagaimana caranya untuk dapat memoles sekolah nampak
rapi, bersih, bermutu dan menyenangkan secara fisik untuk mengambil perhatian pemerintah
daerah yang memuji penyelenggaraan pendidikannya bagus dan patut dicontoh. Sedangkan sekolah
swasta bagaimana caranya untuk menciptakan mutu sekolah fisik dan non fisik untuk memperoleh
perhatian, simpati dan empati dari masyarakat, sehingga citra sekolah menjadi tujuan masyarakat
untuk memasukkan anaknya ke sekolah swasta. Kondisi ini telah terjadi dari era reformasi khususnya
sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 tentang desentralisasi
(otonomi) daerah.

Otoritas penuh yg diberlakukan pada pemda terhadap aspek-aspek daerah menghasilkan


pengelolaan sekolah pula sebagai urusan yg diatur oleh pemda serta poly dijadikan ikon wilayah
untuk mendukung martabat politik sang kepala daerah. tidak sedikit sekolah yang sebagai sasaran
ujicoba, target pelatihan dan sasaran evaluasi-penilaian tertentu yg diharapkan wilayah dalam
mendingkrak rating politiknya, mirip untuk mencapai penghargaan adipura, sekolah sehat, sekolah
berprestasi dan sekolah unggulan, namun seluruh diserahkan pemerintah pengelolaannya pada
manajer sekolah termasuk masalah pengelolaan sumber keuangannya tanpa bantuan asal
Pemerintah Daerah.

Mirisnya kondisi yg dihadapi oleh sekolah negeri dan rumitnya penataan sekolah swasta merupakan
hal yang menjadi pantauan penulis selaku ketua UPT Disdik Kecamatan Curup untuk dapat diperoleh
berita dan deskripsi yang sesungguhnya sesuai dengan data, keterangan dan realita yg terjadi dan
dihadapi oleh sekolah-sekolah tersebut. buat itu pertarungan ini perlu penulis angkat dalam sebuah
penelitian dengan topik pembahasan wacana pencapaian 8 (delapan) baku nasional pendidikan oleh
kepala sekolah buat meningkatkan mutu lulusan (studi perbandingan antara SD Negeri serta Sekolah
Dasar swasta di kecamatan Curup Kabupaten Rejang Lebong) yg berada dalam daerah kecamatan
Curup.

SNP merupakan kriteria minimal perihal sistem pendidikan diseluruh wilayah NKRI, yg mencakup 8
(delapan) muatan standar, yaitu:

standar Isi (SI), meliputi lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal buat mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan eksklusif.

baku Proses (SP), di satuan pendidikan adalah pelaksanaan proses pembelajaran secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa buat berpartisipasi aktif, serta
menyampaikan ruang yg cukup bagi prakarsa, kreativitas, serta kemandirian sesuai talenta, minat,
dan perkembangan fisik dan psikologis siswa.

standar Kompetensi Lulusan (SKL), untuk pendidikan dasar dan menengah melaksanakan Peraturan
Menteri angka 22 Tahun 2006 perihal baku isi buat satuan pendidikan dasar dan menengah serta
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional angka 23 Tahun 2006 wacana standar Kompetensi Lulusan
buat satuan pendidikan dasar serta

standar Pendidik serta tenaga Kependidikan (SPTK), pada mana pendidik harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi menjadi agen pembelajaran, sehat jasmani serta rohani, dan mempunyai
kemampuan buat mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
standar sarana serta Prasarana (SSP), Setiap satuan pendidikan harus memiliki sarana yg meliputi
perabot, alat-alat pendidikan, media pendidikan, kitab serta sumber belajar lainnya, bahan habis
gunakan, serta perlengkapan lain yg diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkelanjutan.

baku Pengelolaan (SPl), dalam satuan pendidikan dilakukan sang manajemen mempunyai
kewenangan untuk mengelola sekolah sedemikian rupa.

standar Pembiayaan (SPb), yang dilakukan dalam manajemen sekolah sinkron dengan baku nasional
pendidikan terdiri atas biaya investasi bantuan pendidikan, porto personal biaya operasional satuan
pendidikan.

standar penilaian Pendidikan (SPP), yg dilakukan pada Sekolah Dasar mengacu di sistem evaluasi
berkelanjutan yg dikembangkan sang tim jaringan kurikulum. standar evaluasi pendidikan di jenjang
pendidikan dasar terdiri atas: penilaian akibat belajar sang pendidik, evaluasi akibat belajar oleh
satuan pendidikan serta penilaian akibat belajar oleh pemerintah. standar evaluasi pendidikan yg
dilakukan pada SD dilakukan melalui evaluasi tertulis, ekspresi dan praktek.

Anda mungkin juga menyukai