Anda di halaman 1dari 6

NAMA: DEFA BAYU RESPATI

MATA KULIAH: JURNALISTIK MULTI MEDIA


SEMESTER: 2
KELAS: MIK B

1. Contoh berita yang mengandung kode etik jurnalistik

Jum'at, 16 Desember 2022 | 14:22 WIB

Intel Nyamar Jadi Wartawan, Iptu Umbaran Dicopot dari


Keanggotaan PWI: Langgar Kode Etik Jurnalistik
Nur

Iptu Umbaran Wibowo, intel polisi nyamar jadi wartawan. ([Dok. Istimewa])

Iptu Umbaran Wibowo dicopot dari keanggotaan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).


Hal ini buntut polemik Iptu Umbaran yang selama 14 tahun sebagai intel menyamar sebagai
wartawan kontributor TVRI.
Ketua Dewan Kehormatan PWI Ilham Bintang mengatakan, Iptu Umbaran melanggar Kode
Etik Jurnalistik, Peraturan Dasar PWI dan Kode Perilaku Wartawan. Sehingga Iptu
Umbaran tidak layak dan memenuhi syarat serta tidak sah menjadi anggota PWI.
"DK PWI memberhentikan Iptu Umbaran Wibowo dari keanggotaan PWI. Pengurus harian
PWI diminta untuk melaksanakan keputusan tersebut," kata Ilham dalam keterangan tertulis,
Jumat (16/12/2022).

Ilham menyoroti Pasal 1 Kode Etik Jurnalistik, di mana wartawan wajib independen.

"Pasal 1 Kode Etik Jurnalistik secara tegas mewajibkan wartawan bersikap independen,
menunjukan identitas dan terpercaya," ujarnya.

Ilham mengatakan, pihaknya tidak mempermasalahkan status Iptu Umbaran sebagai


kontributor TVRI Jawa Tengah. PWI, lanjutnya, hanya menyoroti keanggotan Iptu Umbaran
di PWI.

"Kita tidak mempermasalahkan statusnya sebagai kontributor karena itu menjadi domain
TVRI. Namun yang dilarang adalah keanggotannya di PWI," jelasnya.

Iptu Umbaran Dicopot dari Kapolsek Kradenan

Sebelumya, Kabid Humas Polda Jawa Tengah AKBP Iqbal Alqudusy membenarkan Iptu
Umbaran anggota Polri pernah bekerja sebagai kontributor di TVRI Jawa Tengah wilayah
Pati. Namun, Iptu Umbaran bukan pegawai tetap TVRI.

"Dia pernah ditugaskan sebagai intelijen di wilayah Blora," kata Iqbal.

Menurutnya, pada bulan Januari 2021 penugasan Iptu Umbaran sebagai intel tersebut selesai,
kemudian menjadi organik Polres Blora sebagai Kanit Intel Polres Blora, selanjutnya sebagai
Wakapolsek Blora.

Pada tanggal 12 Desember 2022, Iptu Umbaran dilantik menjadi Kapolsek Kradenan.

Iqbal juga menegaskan bahwa isu pencopotan Iptu Umbaran dari jabatan Kapolsek Kradenan
tidak benar.

"Saat ini dia masih melaksanakan tugas pada jabatan barunya Kapolsek Kradenan," kata
Iqbal.

Dalam data Dewan Pers, Iptu Umbaran Wibowo tercatat sebagai wartawan TVRI Jawa
Tengah, bahkan pernah mengikuti uji kompetensi pada tahun 2018 lewat lembaga penguji
PWI dengan status sebagai wartawan madya. 
Sumber :https://moots.suara.com/read/2022/12/16/142209/intel-nyamar-jadi-wartawan-iptu-
umbaran-dicopot-dari-keanggotaan-pwi-langgar-kode-etik-jurnalistik

2. Contoh berita yang mengandung

Pedoman Media Siber


Kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers adalah hak asasi
manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia PBB. Keberadaan media siber di Indonesia juga merupakan bagian dari
kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers.
Media siber memiliki karakter khusus sehingga memerlukan pedoman agar pengelolaannya
dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi, hak, dan kewajibannya sesuai
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Untuk itu
Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media siber, dan masyarakat menyusun
Pedoman Pemberitaan Media Siber sebagai berikut:
A. Ruang Lingkup
Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana Internet dan
melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan
Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers. Isi Buatan Pengguna (User Generated
Content) adalah segala isi yang dibuat dan atau dipublikasikan oleh pengguna media siber,
antara lain, artikel, gambar, komentar, suara, video dan berbagai bentuk unggahan yang
melekat pada media siber, seperti blog, forum, komentar pembaca atau pemirsa, dan bentuk
lain.
B. Verifikasi dan keberimbangan berita
 Pada prinsipnya setiap berita harus melalui verifikasi.
 Berita yang dapat merugikan pihak lain memerlukan verifikasi pada
berita yang sama untuk memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan.
 Ketentuan dalam butir (a) di atas dikecualikan, dengan syarat:
i. Berita benar-benar mengandung kepentingan publik yang
bersifat mendesak;
ii. Sumber berita yang pertama adalah sumber yang jelas
disebutkan identitasnya, kredibel dan kompeten;
iii. Subyek berita yang harus dikonfirmasi tidak diketahui
keberadaannya dan atau tidak dapat diwawancarai;
iv. Media memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa berita
tersebut masih memerlukan verifikasi lebih lanjut yang
diupayakan dalam waktu secepatnya. Penjelasan dimuat pada
bagian akhir dari berita yang sama, di dalam kurung dan
menggunakan huruf miring.
 Setelah memuat berita sesuai dengan butir (c), media wajib
meneruskan upaya verifikasi, dan setelah verifikasi didapatkan, hasil
verifikasi dicantumkan pada berita pemutakhiran (update) dengan
tautan pada berita yang belum terverifikasi.
C. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content)
 Media siber wajib mencantumkan syarat dan ketentuan mengenai Isi
Buatan Pengguna yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang
No. 40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik, yang
ditempatkan secara terang dan jelas.
 Media siber mewajibkan setiap pengguna untuk melakukan registrasi
keanggotaan dan melakukan proses log-in terlebih dahulu untuk dapat
mempublikasikan semua bentuk Isi Buatan Pengguna. Ketentuan
mengenai log-in akan diatur lebih lanjut.
 Dalam registrasi tersebut, media siber mewajibkan pengguna memberi
persetujuan tertulis bahwa Isi Buatan Pengguna yang dipublikasikan:
i. Tidak memuat isi bohong, fitnah, sadis dan cabul;
ii. Tidak memuat isi yang mengandung prasangka dan kebencian
terkait dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA),
serta menganjurkan tindakan kekerasan;
iii. Tidak memuat isi diskriminatif atas dasar perbedaan jenis
kelamin dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang
lemah, miskin, sakit, cacat jiwa, atau cacat jasmani.
 Media siber memiliki kewenangan mutlak untuk mengedit atau
menghapus Isi Buatan Pengguna yang bertentangan dengan butir (c).
Media siber wajib menyediakan mekanisme pengaduan Isi Buatan
Pengguna yang dinilai melanggar ketentuan pada butir (c). Mekanisme
tersebut harus disediakan di tempat yang dengan mudah dapat diakses
pengguna.
 Media siber wajib menyunting, menghapus, dan melakukan tindakan
koreksi setiap Isi Buatan Pengguna yang dilaporkan dan melanggar
ketentuan butir (c), sesegera mungkin secara proporsional selambat-
lambatnya 2 x 24 jam setelah pengaduan diterima.
 Media siber yang telah memenuhi ketentuan pada butir (a), (b), (c), dan
(f) tidak dibebani tanggung jawab atas masalah yang ditimbulkan
akibat pemuatan isi yang melanggar ketentuan pada butir (c).
 Media siber bertanggung jawab atas Isi Buatan Pengguna yang
dilaporkan bila tidak mengambil tindakan koreksi setelah batas waktu
sebagaimana tersebut pada butir (f).
D. Ralat, Koreksi, dan Hak Jawab
 Ralat, koreksi, dan hak jawab mengacu pada Undang-Undang Pers,
Kode Etik Jurnalistik, dan Pedoman Hak Jawab yang ditetapkan
Dewan Pers.
 Ralat, koreksi dan atau hak jawab wajib ditautkan pada berita yang
diralat, dikoreksi atau yang diberi hak jawab.
 Di setiap berita ralat, koreksi, dan hak jawab wajib dicantumkan waktu
pemuatan ralat, koreksi, dan atau hak jawab tersebut.
 Bila suatu berita media siber tertentu disebarluaskan media siber lain,
maka:
i. Tanggung jawab media siber pembuat berita terbatas pada
berita yang dipublikasikan di media siber tersebut atau
media siber yang berada di bawah otoritas teknisnya;
ii. Koreksi berita yang dilakukan oleh sebuah media siber,
juga harus dilakukan oleh media siber lain yang mengutip
berita dari media siber yang dikoreksi itu;
iii. Media yang menyebarluaskan berita dari sebuah media
siber dan tidak melakukan koreksi atas berita sesuai yang
dilakukan oleh media siber pemilik dan atau pembuat berita
tersebut, bertanggung jawab penuh atas semua akibat
hukum dari berita yang tidak dikoreksinya itu.
 Sesuai dengan Undang-Undang Pers, media siber yang tidak melayani
hak jawab dapat dijatuhi sanksi hukum pidana denda paling banyak
Rp500.000.000 (Lima ratus juta rupiah).
E. Pencabutan Berita
 Berita yang sudah dipublikasikan tidak dapat dicabut karena alasan
penyensoran dari pihak luar redaksi, kecuali terkait masalah SARA,
kesusilaan, masa depan anak, pengalaman traumatik korban atau
berdasarkan pertimbangan khusus lain yang ditetapkan Dewan Pers.
 Media siber lain wajib mengikuti pencabutan kutipan berita dari media
asal yang telah dicabut.
 Pencabutan berita wajib disertai dengan alasan pencabutan dan
diumumkan kepada publik.
F. Iklan
 Media siber wajib membedakan dengan tegas antara produk berita dan
iklan.
 Setiap berita/artikel/isi yang merupakan iklan dan atau isi berbayar
wajib mencantumkan keterangan "advertorial", "iklan", "ads",
"sponsored", atau kata lain yang menjelaskan bahwa berita/artikel/isi
tersebut adalah iklan.
G. Hak Cipta
Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
H. Pencantuman Pedoman
Media siber wajib mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber
ini di medianya secara terang dan jelas.
I. Sengketa
Penilaian akhir atas sengketa mengenai pelaksanaan Pedoman
Pemberitaan Media Siber ini diselesaikan oleh Dewan Pers.
Jakarta, 3 Februari 2012
(Pedoman ini ditandatangani oleh Dewan Pers dan komunitas pers di Jakarta,
3 Februari 2012).

Sumber: https://inside.kompas.com/pedoman

Anda mungkin juga menyukai