Profil pelajar Kreatif, yang ditunjukkan Model Tatap muka dan blended learning
Pancasila melalui kemampuan pembelajaran
yang mengamati masalah atau isu
berkaitan yang terjadi dan mengolah
informasi yang didapatkan
dalam kegiatan menulis.
Bernalar kritis, yang
ditunjukkan melalui kegiatan
menanggapi suatu
masalah/isu dan mampu
mengevaluasinya.
Capaian Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan, pengetahuan metakognisi untuk
Pembelajaran berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif. Peserta didik mampu menulis karya sastra
dalam berbagai genre. Peserta didik mampu menulis teks refleksi diri. Peserta didik mampu
menulis hasil penelitian, teks fungsional dunia kerja, dan pengembangan studi lanjut. Peserta
didik mampu memodifikasi/mendekonstruksikan karya sastra untuk tujuan ekonomi kreatif.
Peserta didik mampu menerbitkan hasil tulisan di media cetak maupun digital.
Tujuan Pelajar menulis teks editorial terkait sebuah fenomena tentang sains, sosial, humaniora, yang
Pembelajaran baru dan kompleks dengan dalil dan bukti yang berasal dari pengamatan, pengalaman, dan
rujukan yang diketahui.
Alur tujuan 1. Peserta didik mampu menemukan informasi dalam teks editorial.
pembelajaran 2. Peserta didik mampu menyeleksi informasi dalam teks editorial.
3. Peserta didik mampu menganalisis struktur dan kebahasaan teks editorial.
4. Peserta didik mampu mengembangan suatu masalah atau isu dalam kegiatan menulis.
Sarana
Prasarana Laptop, LCD proyektor, jaringan internet, power point, LKS, aplikasi mengajar lainnya.
2
Pertanyaan Esensial
Sumber apa saja yang digunakan menulis teks editorial?
Pengetahuan Esensial
Kemampuan menganalisis suatu masalah/isu yang terjadi dan memiliki kemampuan
menulis.
Pengaturan Siswa Metode Pembelajaran
Individu Ceramah
Berkelompok Presentasi
Diskusi
3
Pertemuan Pertama
4
Pertemuan Kedua
5
Pertemuan Ketiga
6
Pertemuan Keempat
7
Pertemuan Menemukan Informasi dalam Teks Editorial
Pertama
Sekolah :
Nama :
Kelas/Semester :
Topik :
Tanggal :
8
efektivitas vaksin tersebut terjamin sehingga urusan kehalalannya pun mesti mendapatkan
kajian yang patut dan layak.
Muara pengadaan vaksin tentu saja pada proses vaksinasi. Vaksinasi hanya bisa
dilakukan bila vaksin Sinovac telah mengantongi emergency use authorization (EUA) alias izin
penggunaan darurat dari otoritas Badan POM.
Izin EUA akan keluar minimal jika sudah ada laporan sementara uji klinis tahap III. Bio
Farma menyebutkan, laporan sementara dari uji coba tahap III diharapkan tersedia Januari
2021. Dengan kata lain, jika 1.600 relawan yang diuji tidak ada yang menunjukkan efek
samping serius, izin EUA bisa diterbitkan.
Pemerintah harus memastikan seluruh tahapan uji dilalui oleh CoronaVac. Proses yang
dilakukan tidak boleh mengabaikan setiap fasenya hanya karena ingin melakukan percepatan
yang pada akhirnya berpotensi membawa petaka.
Eloknya, pemerintah tetap berhati-hati dan bersabar menunggu sampai ada hasil laporan
terkait keamanan dan efektivitas vaksin. Vaksin yang tidak sempurna justru berpotensi
menimbulkan masalah baru jika timbul efek yang tidak diinginkan.
Pekerjaan lainnya, yakni bagaimana pemerintah meyakinkan warga bahwa vaksin
CoronaVac bisa digunakan dari sisi pertimbangan agama. Fatwa dari MUI dan Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal diperlukan untuk menghapus kendala sosiologis isu
kehalalan vaksin.
Pun harus ditegaskan bahwa vaksin bukanlah senjata pamungkas melawan pandemi
covid-19. Kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan tetap menjadi ujung
tombak. Tanpa disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, penularan akan terus terjadi
kendati vaksinasi sudah dilakukan.
Cara kerja vaksin tidak seperti obat. Vaksinasi ialah cara aman tubuh untuk mengenal,
melawan, dan kebal dari penyebab penyakit. Orang yang divaksin tetap bisa tertular virus dan
menjadi pembawa virus.
Pemerintah harus benar-benar mematangkan aspek medis dan sosiologis sebelum
melakukan vaksinasi. Pemerintah sebaiknya menggencarkan sosialisasi vaksin kepada
masyarakat sembari tetap menekankan pentingnya penegakan protokol kesehatan.
Apalagi, berdasarkan hasil survei pemerintah, masih terdapat kelompok warga di
masyarakat yang khawatir terhadap keamanan dan keefektifan vaksin, menyatakan
ketidakpercayaan terhadap vaksin dan mempersoalkan kehalalan vaksin.
Fakta lainnya, sebagian masyarakat tidak bersedia membayar untuk mendapatkan
vaksin. Padahal, pemerintah sudah membuat program vaksin gratis dan vaksin mandiri.
Kiranya pemerintah tidak boleh berhenti melakukan sosialisasi vaksin. Di samping itu,
pemerintah juga terus menyadarkan masyarakat bahwa mencegah covid-19 dilakukan dengan
9
memutus rantai penularan virus melalui mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga
jarak.
(Sumber: Diakses melalui https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2192-vaksin-butuh-sosialisasi, 12
Desember 2020, dengan pengubahan)
Tugas
Permasalahan/Isu
Opini Penulis
Solusi
Simpulan
10
Kegiatan Peserta Didik 1.2: Membedakan Fakta dan Opini
Simpulan:
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
11
Pertemuan Menyeleksi Informasi sebagai Bahan Teks Editorial
Kedua
Sekolah :
Nama :
Kelas/Semester :
Topik :
Tanggal :
13
Tugas
10
11
12
13
14
Tabel Menyeleksi Informasi
Informasi Isi Alasan
Perlu Disampaikan
Tidak Perlu
Disampaikan
15
Pertemuan Menganalisis Struktur dan Kaidah Kebahasaan
Ketiga Teks Editorial
Sekolah :
Nama :
Kelas/Semester :
Topik :
Tanggal :
16
Satgas Penanganan Covid-19 pada Minggu (29/11) merilis angka kasus baru harian
korona kembali menorehkan rekor, yakni sebanyak 6.267 kasus, sehingga secara akumulasi
mencapai 534.266 kasus. Adapun angka kesembuhan harian mencapai 3.810 kasus dengan
akumulasi sebanyak 445.793 kasus. Sementara itu, tingkat kematian harian sebanyak 169
orang dengan akumulasi mencapai 16.815 orang.
Dari laporan Satgas Covid-19 kemarin, Jawa Tengah menjadi provinsi penyumbang
kasus harian terbanyak, yakni 2.036 orang positif, disusul Jawa Barat 1.431 kasus dan Jawa
Timur 412 kasus baru. Penambahan kasus harian ini pun terjadi di semua provinsi. Hanya
empat provinsi yang jumlah kasus hariannya di bawah 10, yakni Papua sebanyak 8 kasus,
Sulawesi Barat 7 kasus, Papua Barat 4 kasus, dan Malulu Utara 2 kasus.
Data harian kasus akhir pekan kemarin menjadi alarm bagi para pemangku kepentingan
dalam penanganan Covid-19 ke depan. Mau tidak mau harus ada langkah radikal untuk
memutus persebaran virus yang bermula dari Wuhan, China, itu. Evaluasi menyeluruh sangat
diperlukan mengingat masih masifnya laju infeksi virus.
Apalagi sejumlah daerah melaporkan tingkat keterisian rumah sakit sudah kembali di
atas 70%. DKI Jakarta, daerah yang menjadi episentrum pertama Covid-19, hingga pekan
kemarin melaporkan tingkat keterisian tempat tidur isolasi pasien Covid-19 sudah mencapai
73%. Demikian pula kapasitas ruang ICU di rumah sakit rujukan sudah terpakai 75%.
Di daerah lain, seperti Banten pun demikian. Di daerah tersebut, kapasitas tempat tidur
rumah sakit rujukan sudah terisi 97%, sedangkan ruang isolasi terpakai 80%. Kondisi serupa
juga ditemukan di Kota Malang, Jawa Timur. Di kota itu, tiga rumah sakit rujukan dilaporkan
tidak lagi bisa menerima perawatan untuk pasien Covid-19 karena fasilitas yang ada sudah
penuh.
Melihat kondisi seperti ini, langkah cepat dan taktis sangat diperlukan guna mengurangi
risiko penyebaran yang lebih luas. Misalnya dengan kembali memperketat pembatasan aktivitas
sosial. Memang ada konsekuensi yang harus diambil apabila kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) kembali diperketat. Sektor bisnis yang mulai menggeliat bakal kembali
terimbas. Industri pariwisata yang sudah aktif sejak pelonggaran PSBB Agustus lalu juga
diperkirakan kembali kehilangan pengunjung.
Dengan berbagai pertimbangan di atas, evaluasi penanganan Covid-19 seyogianya
dilaksanakan secara menyeluruh melibatkan ahli dari berbagai sektor. Mulai dari akademisi,
praktisi kesehatan, pelaku usaha hingga perwakilan masyarakat. Ingat, semua suara harus
didengar dan dipertimbangkan. Ambil solusi terbaik dan lakukan strategi penanganan dengan
risiko paling minimal untuk semua sektor.
17
Mudah-mudahan pula kebijakan liburan panjang akhir tahun 2020 dan Tahun Baru 2021
yang akan diumumkan pemerintah awal pekan ini bisa berkaca pada periode long
weekend pengujung Oktober lalu. Jangan sampai musim liburan menjadi kesempatan virus
korona kembali menyebar dan membuat kluster baru. Hal yang mesti diingat, angka Covid-19
masih tinggi!
(Sumber: Diunduh melalui https://nasional.sindonews.com/read/250124/16/kasus-covid-19-masih-tinggi-saatnya-
evaluasi-total-1606655494/10, 12 Desember 2020, dengan penyesuaian)
Teks 2
Germbira dan Waspada dengan Pilkada
Rabu (9/12) besok, jutaan rakyat Indonesia akan memberikan suaranya dalam gelaran
Pilkada serentak. Waktu hari H tinggal hitungan jam lagi. Itu artinya, coblosan kali ini tinggal
dilaksanakan dengan sebaik mungkin saja, tidak perlu lagi diributkan dengan narasi ditunda
atau tidak plus lewat berbagai dalih seperti bahaya besar pandemi dan sebagainya.
Dengan tahapan yang kian menghadapi purna ini, tentu yang paling penting adalah
memastikan bahwa segala persiapan berikut protokol kesehatan covid-19 bisa benar-benar
dijalankan. Di lapangan, bisa jadi skenario yang disiapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
tidak sepenuhnya bisa dijalankan optimal. Apalagi melihat geografi dan demografi yang tidak
seragam, potensi timbul masalah itu tidak terhindarkan. Namun, semua harus memiliki
pemahaman bahwa dengan adanya masalah, justru menjadi sarana penyempurnaan atas
sistem yang dibuat. Maka di situasi inilah dibutuhkan solusi cepat dan cerdas, utamanya bagi
petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS).
Sekali lagi, faktanya Pilkada tidak mungkin ditunda. Untuk itu, sudah saatnya semua
pihak untuk tidak menciptakan Pilkada justru menjadi runyam. Kini waktunya bersama
mewujudkan pilkada yang bergembira. Bagi sebagian orang, ini tampak ironi. Mungkin juga
rasanya aneh membuat pilkada sebagai ajang suka cita di tengah wabah. Logika atau
kekhawatiran itu tidak berlebihan. Semua paham bahwa saat ini bangsa Indonesia sedang tidak
baik-baik saja.
Namun juga perlu diingat, kungkungan narasi kekhawatiran yang terus-menerus datang
juga sangat mampu memicu tekanan pikiran berlebihan. Pada tahap akut, kekhawatiran publik
itu juga menyebabkan ketidaksinkronan antara kenyataan dan fantasi. Situasi ini yang dalam
pendekatan filsafat dikenal dengan hyper-reality. Jika dibiarkan, stres berlebihan ini rawan
memicu beragam penyakit yang bisa jadi membuat penanganan wabah menjadi kian kompleks.
Dengan begitu, menjadikan coblosan kali ini sebagai ajang untuk memupuk imunitas diri
adalah sebuah keniscayaan. Dengan bergembira, seseorang akan cenderung menggunakan
pendekatan rasionalitas ketimbang emosional saat memberikan suaranya. Dengan bergembira
18
pula, pemilih sadar bahwa ajang Pilkada adalah rutinitas demokrasi yang selayaknya dijalankan
sebagaimana adanya. Dengan demikian, ketegangan antarpemilih yang berbeda tidak perlu lagi
menjadi persoalan atau setidaknya bisa direduksi. Muara gembira ini adalah lahirnya kesadaran
bersama akan pentingnya menjaga kedamaian serta keadilan.
Pilkada kali ini juga menjadi catatan sejarah bangsa. Dengan diikuti 270 daerah,
menjadikan Pilkada terbesar serentak yang pernah digelar Indonesia. Jika pilkada serentak
dengan jumlah banyak dan dilaksanakan saat wabah tengah ganas-ganasnya bisa dilalui
dengan baik, hal itu adalah sebuah keistimewaan. Setidaknya menjadi cerminan bahwa bangsa
ini adalah bangsa yang kuat sekaligus taat.
Senyampang dengan rasa penuh gembira itu, publik juga diingatkan terus akan
kewaspadaan terhadap munculnya virus korona. Tugas ini hakikatnya bukan saja menjadi
kewajiban KPU, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) ataupun di level terdasar, yakni KPPS.
Namun, semua pihak didorong memiliki kesadaran dan memiliki rasa tanggung jawab serupa.
Dengan begitu, munculnya celah yang berpotensi menjadi pemicu tercederainya Pilkada
serentak kali ini, seperti bakal menyebarkan virus korona bisa dicegah.
Pilkada di tengah pandemi ini memang menjadi ujian demokrasi kita. Keberlangsungan
demokrasi tidak lagi semata diukur dengan tertunaikannya hal-hal yang bersifat prosedural.
Lebih penting dari itu, pada saat yang sama demokrasi harus mampu menjamin keselamatan
jiwa seluruh warga.
(Sumber: Diunduh melalui https://nasional.sindonews.com/read/259996/16/gembira-dan-waspada-dengan-
pilkada-1607350348, 12 Desember 2020, dengan pengubahan)
Tugas
19
Penyampaian
Argumen
Penegasan Ulang
Simpulan:
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………….
.
Kata-Kata Populer
20
Kata Ganti Penunjuk
Konjungsi Kausalitas
Simpulan:
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
21
Pertemuan Menulis Teks Editorial
Keempat
Sekolah :
Nama :
Kelas/Semester :
Topik :
Tanggal :
22
Isu
Pernyataan
Pendapat
Argumentasi dan
Fakta
Penegasan Ulang
23
Format Menulis Teks Editorial
……………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………….
24
Kegiatan Peserta Didik 4.1: Mengevaluasi Teks Editorial
2. Argumen
3. Penegasan Ulang
4. Solusi/Simpulan
25
Refleksi Peserta Didik
Refleksi Guru
Sikap
Melakukan observasi selama kegiatan
berlangsung dan menuliskannya pada jurnal,
baik kegiatan positif dan negatif.
Melakukan penilaian antarteman.
Mengamati refleksi peserta didik.
Pengetahuan
Memberikan tugas tertulis, lisan, dan tes
tertulis
Keterampilan
Presentasi
Proyek
Portofolio
26
Pelaksanaan Asesmen
Kriteria Penilaian
Nama :
Kelas /Semester :
Tanggal Penugasan :
27
Nomor Aspek Penilaian Skor Skor
Soal Maksimal
dengan alasan yang kurang logis.
Total 100
Pedoman Penskoran
Aspek Penilaian Kriteria Rentang Skor Skor
Maksimal
Kelancaran Sangat lancar 85-100 100
menyampaikan isi teks
Cukup lancar 70-84
menyampaikan isi teks
Kurang lancar 55-69
menyampaikan isi teks
Tidak lancar 54-40
menyampaikan isi teks
Kelengkapan informasi Isi teks yang 85-100 100
disampaikan sangat
lengkap
Isi teks yang 70-84
disampaikan sedikit
kurang lengkap
Hanya separuh isi teks 55-69
yang disampaikan
Isi teks yang 54-40
disampaikan hanya
sedikit
Kebenaran isi Isi teks yang 85-100 100
disampaikan benar
semua
Isi teks yang 70-84
disampaikan hampir
benar semua
Isi teks yang 55-69
disampaikan separuh
yang benar
Isi teks yang 54-40
disampaikan sebagian
29
besar salah
Total
Keterangan:
Sangat baik = 12 – 15
Baik = 9 – 11 Nilai = Skor Perolehan x 100 = ………………..
Cukup baik =6–8 Skor Maksimal
Kurang Baik =3–5
Tidak baik =1–3
30
Remedial
Remedial dapat diberikan kepada peserta didik yang capaian kompetensi dasarnya
(KD) belum tuntas.
Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum tuntas.
Guru akan memberikan tugas bagi peserta didik yang belum tuntas dalam bentuk
pembelajaran ulang, bimbingan perorangan, belajar kelompok, pemanfaatan tutor
sebaya bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil
analisis penilaian.
Tek editorial (tajuk rencana) adalah teks dalam surat kabar yang berisi pandangan editor
dalam menanggapi isu atau masalah yang menjadi perhatian umum. Di dalamnya terdapat
fakta masalah dan opini penulis. Fakta masalah adalah fakta persoalan yang dibahas atau yang
dijadikan alat untuk memperkuat posisi penulis. Opini penulis adalah pendapat atau pandangan
penulis terhadap masalah tersebut.
Bersifat aktual dan faktual. Tulisan mengangkat topik yang hangat, sedang berlangsung
atau banyak dibicarakan masyarakat secara luas.
Sistematis dan logis.
Berisi argumentasi (argumentatif) karena pada dasarnya teks editorial adalah pendapat.
Menggunakan kalimat yang singkat, padat, dan jelas agar menarik dibaca.
Tesis disebut juga pernyataan pendapat. Biasanya berisi sebuah teori yang akan
diperkuat oleh argumen. Pada bagian ini penulis menyampaikan sudut pandang tentang
masalah yang dibahas.
31
Argumentasi merupakan bukti atau alasan untuk memperkuat pernyataan dalam tesis.
Argumentasi dapat berupa pertanyaan umum/data hasil penelitian, pernyataan para ahli,
maupun fakta-fakta berdasarkan referensi yang bisa dipercaya.
Penegasan ulang atau disebut pernyataan atau penegasan ulang pendapat. Penegasan
ulang biasa berada di bagian akhir teks
Kaidah Kebahasaan Teks Editorial
Menggunakan kalimat retorik, yaitu kalimat pertanyaan yang tidak ditujukan untuk
mendapatkan jawabannya. Pernyataan-pernyataan tersebut dimaksudkan agar pembaca
merenungkan masalah yang dipertanyakan tersebut sehingga tergugah untuk berbuat
sesuatu atau minimal berubah pandangan terhadap isu yang dibahas.
Menggunakan kata-kata populer sehingga mudah bagi khalayak untuk mencernanya.
Tujuannya agar pembaca tetap merasa rileks meskipun membaca masalah yang serius
dipenuhi dengan tanggapan yang kritis.
Menggunakan kata ganti penunjuk yang merujuk pada waktu, tempat, peristiwa, atau hal
lainnya yang menjadi fokus masalah.
Menggunakan konjungsi kausalitas, seperti sebab, karena, oleh karena itu, oleh sebab
itu. Hal ini terkait dengan penggunaan sejumlah argumen yang dikemukakan redaktur
berkenaan dengan masalah yang dikupas.
Fakta adalah sesuatu yang benar-benar terjadi sehingga dapat dibuktikan kebenarannya,
sedangkan opini adalah pendirian atau sikap seseorang terhadap suatu hal.
Ciri-ciri kalimat fakta, yaitu (1) bersifat objektif, kalimat disajikan berdasarkan penalaran
(logis), (2) dilengkapi data autentik berupa angka dan bukti tentang objek, (3) umumnya berisi
jawaban atas pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, dan berapa, dan (4) acuan peristiwa
terjadi pada masa lampau dan sekarang.
Adapun ciri-ciri opini, yaitu (1) belum teruji kebenarannya dan masih bersifat subjektif; (2)
tidak memiliki data pendukung atau bukti yang akurat; (3) merupakan suatu peristiwa yang
belum terjadi karena merupakan suatu pendapat.
32
3. Pengorganisasian fakta sesuai kerangka
4. Pengembangan kerangka meenjadi teks editorial
KATA KUNCI
argumen :alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu
pendapat, pendirian, atau gagasan
editorial :artikel dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan pendirian
editor atau pimpinan surat kabar (majalah) tersebut mengenai beberapa
pokok masalah; tajuk rencana
fakta :hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-
benar ada atau terjadi
kalimat retorik :kalimat tanya yang sebenarnya mengandung sebuah makna pernyataan
dan tidak memerlukan jawaban
33
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan
Kontekstual. Jakarta: Prenada Media Group.
Hatikah, Tika dan Mulyanis. 2018. Bahasa Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII
Kelompok Wajib. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Info Pendidikan. 2019. “Satu Kelas Diisi 42 Siswa, Kok Bisa?” Diunduh dari
https://infopendidikannews.com/2019/12/10/satu-kelas-di-isi-42-siswa-koq-
bisa/#:~:text=Tabel%201%3A%20Jumlah%20Siswa%20per%20Rombel%20Sesuai%20
Permendikbud%2022%2F2016&text=Di%20Bab%20IV%20Pelaksanaan%20Pembelaja
ran,SMK%2C%2036%20siswa%20per%20rombel, 8 November 2020.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik Kelas 12. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kompas. Com. 2020. “Teks Editorial: Pengertian, Ciri-ciri, Struktur, dan Kaidah Kebahasaan.”
Diunduh melalui https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/31/152343269/teks-editorial-
pengertian-ciri-ciri-struktur-dan-kaidah-kebahasaan?page=all, 13 Desember 2020.
Kosasih, Engkos. 2016. Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA kelas XII. Jakarta:
Erlangga.
NH, Ridwan Prama. 2017. “Media, Alat dan Bahan Pembelajaran” dalam Menembus Kreatifitas
Tanpa Batas. Diunduh dari https://kumakukurakura.blogspot.com/2017/01/media-alat-
dan-bahan-pembelajaran.html, 8 November 2020.
Sobandi. 2017. Mandiri Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII Berdasarkan Kurikulum
2013. Jakarta. Erlangga.
Suryaman, Maman, Suherli, dan Istiqomah. 2018. Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas
XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Yani, Ahmad dan Mamat Ruhimat. 2018. Teori dan Implementasi Pembelajaran Saintifik
Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.
34