Makalah Operasi Histerektomi
Makalah Operasi Histerektomi
DISUSUN OLEH
KELOMPOK IV :
T/A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah Kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “PERSIAPAN OPERASI HISTEREKTOMI” ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai persiapan operasi histerektomi ini. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB III JURNAL
iv
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1
• Pada keadaan ini biasanya dilakukan operasi Porro, yaitu uterus
dengan isinya diangkat sekaligus.
• Uterus miomatosus yang besar.
• Kematian janin dalam rahim dan missed abortion dengan
kelainan darah.
• Kanker leher Rahim
2) Kontraindikasi
• Atelektasis
• Luka infeksi
• Infeksi saluran kencing
• Tromoflebitis
• Embolisme paru-paru.
• Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial
pada adneksa
• Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix)
dan abses pada cul-de-sac Douglas karena diduga terjadi
pembentukan perlekatan.
C. Klasifikasi Histerektomi
1) Histerektomi parsial (subtotal)
2) Histerektomi total
4
1) Histerektomi abdominal
Cara ini biasanya dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau
terdapat kanker pada uterus. Kekurangannya, teknik ini biasanya
menimbulkan rasa nyeri yang lebih berat, menyebabkan masa
pemulihan yang lebih panjang, serta menimbulkan jaringan parut yang
lebih banyak.
2) Histerektomi vaginal
3) Histerektomi laparoskopi
Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang dibantu
laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH)
dan histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical
hysterectomy, LSH).
5
bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang laparoskop. Kedua teknik
ini hanya menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta
sedikit jaringan parut.
E. Prosedur Histerektomi
1) Persiapan Pre Operasi 1 hari sebelum operasi
• Persiapan urogenital
• Obat-obat Premedikal
2) Persiapan Operasi
• Inform Concent
• Puasa
Pada operasi kecil, tidak perlu ada perawatan khusus. Hanya perlu
puasa beberapa jam sebelum operasi dan makan makanan ringan
yang mudah dicerna malam hari sebelumnya Pada operasi besar,
pada hari akan dilakukan operasi, pasien hanya mendapatkan terapi
cairan saja. Pada persiapan praoperatif penderita malnutrisi, juga
diberikan hiperalimentasi per oral atau intravena.
7
• Persiapan usus, persiapan usus praoperatif berguna untuk hal-
hal berikut:
a) Pengurangan isi gastrntestinal memberi ruang tambahan
pada pelvis dan abdomen sehingga memperluas
lapangan operasi.
b) Pengurangan jumlah flora patgen pada usus menurunkan
resiko infeksi pascaoperasi Cedera usus saat
pembedahan tidak selalu berhasil untuk dihindari,
terutama sering terjadi pada pasien yang menjalani
operasi karsinoma, endometriosis, penyakit peradangan
pelvis, pasien dengan prosedur pembedahan berulang
atau penyakit peradangan usus.
• Persiapan kulit
• Persiapan vagina
8
Segera sebelum pemeriksaan di bawah anestesi,kandung kencing
dikosngkan dengan kateterisasi. Jik akan dilakukan operasi denga
durasi lama, sebelumnya dipasang kateter folley.
3) Prosedur Histerektomi
9
histerektomi yaitu akan terjadi penurunan fungsi dari ovarium,
termasuk produksi progesterone.
• Perdarahan intraoperative
Biasanya tidak terlalu jelas, dan ahli bedah ginekologis sering kali
kurang dalam memperkirakan darah yang hilang (underestimate).
Hal tesebut dapat terjadi, misalnya, karena pembuluh darah
mengalami retraksi ke luar dari lapangan operasi dan ikatannya
lepas.
• Kerusakan ureter
• Kerusakan usus
10
daripada terlalu sedikit. Komplikasi ini memerlukan insisi lateral
dan packing atau stinit vaginal, mirip dengan rekonstruksi vagina.
2) Komplikasi
• Hemoragik
• Thrombosis vena
11
retroperineal juga digunakan secara umum yang membantu
meminimalkan infeksi.
3) Pencegahan komplikasi
• Pencegahan perlekatan
• Drainase
12
c) Pada pascaoperasi, antikoagulasi farmakologis dan fisik
dilanjutkan. Upaya fisik meliputi mobilisasi dini pada 4-6
jam pertama pascaoperasi, bersamaan dengan fisioterapi.
Disamping itu bisa juga dnegan pemakaian stocking ketat
dan mengankat kaki.
G. Penatalaksanaan
1) Pre operative
2) Postoperative
Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih
sering muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya
tidak hanya satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada otot
rahimnya, atau bisa juga dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis
13
tumor yang lebih banyak ditemukan. Rata-rata pada wanita di atas usia 30
tahun (Irianto, 2015).
Mioma uteri merupakan tumor jinak monoklonal dari sel-sel otot polos
yang ditemukan pada rahim manusia. Tumor ini berbatas tegas dan terdiri
dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen.
Mioma uteri berbentuk padat, relatif bulat, kenyal, berdinding licin, dan
apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga
mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul (Prawirohardjo,
Sarwono. 2011).
Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi
dan hanya manifestasi selama usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).
Tumor ini berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada
di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah
uterus. Apapun asalnya tumor mulai dari benih-benih multipel yang sangat
kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi
progresif (bertahun-tahun) dalam hitungan bulan di bawah pengaruh
estrogen (Llewellyn,2009).
14
reseptor estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal
(Setiati, 2009: 87).
2) Progesteron, merupakan antagonis natural dari estrogen.
Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara,
yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah
reseptor estrogen pada tumor (Setiati, 2009: 87).
3) Hormon pertumbuhan (growth hormone). Level hormon
pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL
(Human Placenta Lactogen), terlihat pada periode ini dan memberi
kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leymioma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara
HPL dan Estrogen (Setiati, 2009: 87).
1) Berdasarkan Lokasi
• Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina dan
menyebabkan infeksi.
• Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan
traktus urinaria.
• Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim dan sering kali
tanpa gejala.
2) Berdasarkan Lapisan Uterus
• Mioma Uteri Subserosum
• Mioma servical
16
Mioma servical paling sering timbul di bagian posterior dan
biasanya asimtomik. Mioma servical anterior sering menimbulkan
gejala dini karena penekanannya pada kandung kemih. Gejala yang
paling sering dilaporkan adalah poliuria, dan sebagian perempuan
mengeluhkan adanya inkontinensia stres. Jika tumor terlalu besar,
dapat terjadi retensi urin (Norman F.Gant & F.Gary Cunningham,
2010:26).
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
17
tumor dalam uterus. Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala
klinik meliputi :
Menurut (Nurafif & Hardi, 2013) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :
F. Pemeriksaan Penunjang
18
1) Tes laboratorium
3) Ultrasonografi
4) Pielogram intravena
• Pap smear serviks. Selalu diindikasikan untuk menyingkap
neoplasia serviks sebelum histerektomi.
• Histerosal pingogram. Dianjurkan bila klien menginginkan anak
lagi dikemudian hari untuk mengevaluasi distorsi rongga uterus
dan kelangsungan tuba falopi (Nurarif & Kusuma, 2013).
G. Penatalaksanaan
1) Pengobatan Konservatif
2) Pengobatan Operatif
• Miomektomi
• Histerektomi
20
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya
merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan
perabdomen atau pervaginum. Adanya prolapsus uteri akan
mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma
serviks uteri (Wiknjosastro, 2008:345). Tindakan ini terbaik untuk
wanita berumur lebih dari 40 tahun dan tidak menghendaki anak
lagi atau tumor yang lebih besar dari kehamilan 12 minggu disertai
adanya gangguan penekanan atau tumor yang cepat membesar.
H. Komplikasi
21
3) Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau
terputarnya tumor 24 (Prawirohardjo, 2011). Hal itu dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
2) Bhp
• Kassa : 60 buah
• Big has: 6 buah
• Mess no. 10 : 1 buah
• Colter monopolar : 1 buah
• Selang suction : 1 buah
• Handscoon : 10 pasang
• Underpad steril : 1 buah
• Benang Vycril no.2/0 : 2
• Benang Monosin no.3/0 : 1
• Benang Chormik no2/0 : 1 buah
3) Instrument
• Hand mess no.3
• Metzenbaum : 1 buah
• Gunting benang : 1 buah
22
• Gunting jaringan : 1 buah
• Pinset anatomis : 2 buah
• Pinset cirugis : 2 buah
• Duk klem : 5 buah
• Klem tali pusat : 2 buah
• Pean :2 buah
• Kocher lurus sedang : 2 buah
• Kocher bengkok panjang : 1 buah
• Klem peritoneum : 4 buah
• Ring klem : 2 buah
• Langen beck : 1 buah
• Retraction haak : 1 buah
• Babcock : 1 buah
• Cuching : 2 buah
• Bengkok : 1 buah
23
1.4 Standar Operasional Prosedur (SOP)
HISTEREKTOMI
½
Universitas
Muhammadiyah Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh :
Manado
PERSIAPAN a. Linen
ALAT 1) Duk besar : 4 buah
2) Duk sedang : 4 buah
3) Duk kecil : 6 buah
4) Duk besar lubang : 1 buah
5) Scort steril: 4 buah
6) Towel : 4 buah
7) Sarung meja mayo : 1 buah
24
b. Bhp
1) Kassa : 60 buah
2) Big has: 6 buah
3) Mess no. 10 : 1 buah
4) Colter monopolar : 1 buah
5) Selang suction : 1 buah
6) Handscoon : 10 pasang
7) Underpad steril : 1 buah
8) Benang Vycril no.2/0 : 2
9) Benang Monosin no.3/0 : 1
10) Benang Chormik no2/0 : 1 buah
11) Supratule: 20 cm
12) Hypavix : 20 cm
13) Underpad non steril : 1 buah
c. Instrument
1) Hand mess no.3
2) Metzenbaum : 1 buah
3) Gunting benang : 1 buah
4) Gunting jaringan : 1 buah
5) Pinset anatomis : 2 buah
6) Pinset cirugis : 2 buah
7) Duk klem : 5 buah
8) Klem tali pusat : 2 buah
9) Pean :2 buah
10) Kocher lurus sedang : 2 buah
11) Kocher bengkok panjang : 1 buah
12) Klem peritoneum : 4 buah
13) Ring klem : 2 buah
14) Langen beck : 1 buah
15) Retraction haak : 1 buah
16) Babcock : 1 buah
17) Cuching : 2 buah
18) Bengkok : 1 buah
25
4) Antisepsis area yang akan di operasi. Perawat instumen
memberikan dressing forsep (diinfektan klem) dan kasa dalam kom
berisi betadine.
5) Dilakukan draping area operasi, meletakkan underpad steril dari
bawah ( dari simpsis kebawah) dilanjutkan dengan duk besar buntu
ditempatkan yang sama, selanjutnya duk sedang dari bawah pusat
keatas lalu terakhir duk besar lubang diseluruh bagian tubuh.
6) Perawat instrument memasang selang suction dan fiksasi dengan
meggunakan towl klem ( duk klem )
7) Perawat instrument mendekatkan meja mayo kedekat pasien.
8) Membaca doa.
9) Operator melakukan marker daerah yang akan diinsisi. Perawat
instrument memberikan handves mes kepada operator dan
memberikan klem pean dan kasa pada asisten untuk merawat
perdarahan.
10) Irisan diperdalam sampai memotong lemak dengan menggunakan
gunting mayo hingga tampak facia, rawat perdarahan.
11) Memberikan mess kepada operator untuk membuka facia.
12) Memberikan gunting mayo dan pinset cirrugis kepada operator
untuk memperlebar fascia sedangkan asisten diberi pinset sirugis
dan langen beck.
13) Facia dilebarkan hingga tampak musculus dectus abdominalis.
14) Memberikan pinset anatomis pada operator, muskulus rectus
abdominalis dipisahkan secara tumpul hingga tampak peritonium.
15) Memberikan pinset anatomis dan gunting matzemboun kepada
operator dan pinset anatomis kepada asisten untuk membuka
peritonium.
16) Memberikan 2 peritonium klem untuk menjepit peritonium pada
kedua sisi dan diperlebar mengikuti garis insisi kulit.
17) Memberikan big kasa untuk menyisihkan dan melindungi usus
asisten diberikan haak besar untuk membebaskan lapangan
pandang.
18) Tampak mioma sebesar 26-28 ingg. Bentuk bertangakai, tidak
didapatkan perlengkapan dengan jaringan disekitarnya.
19) Ovarium bentuk dan ukuran normal
20) Tuba bentuk dan ukuran normal
21) Memberikan bor mioma kepada operator untuk ditancapkan pada
mioma sebagai pegangan
22) Memberikan 2 klem panjang pada operator untuk menjepit
ligamentum sotundum dan potong diantara 2 klem dengan gunting
mayo
26
23) Memberikan safil 1 untuk meligasi ligamentum yang ditinggal
dengan ziede 2 untuk jaringan yang akan dibuang, hal yang sama
dilakukan pada sisi kontra lateral
24) Memberikan gunting matzemboum dan pinset cirugis pada
operator untuk membuka blaer tiap 2 cm diatas plicavasica cinaria,
asisten diberi kocher panjang untuk menjepit jaringan yang dibuka
dan diberi kasa kecil basah untuk melindungi vesica urinaria
25) Dengan kedua ujung jari telunjuk operator melakukan tunal
avascuter untuk membuka ligamentum infodibulum pelvicurn
kemudian diberikan 2 klem panjang untuk menjepit dan dipotong
dengan gunting mayo diantara kedua klem.
26) Memberikan safil 1 untuk meligasi sisa ligamentum yang ditinggal
dan ziede 2 untuk jaringan yang dibuang, hal yang sama dilakukan
pada sisi kontra lateral
27) Memberikan 2 buah hysterektomi klem untuk menjepit vasa
uterina, dipotong dengan gunting mayo diantara klem dengan
tengah dari terdistal
28) Memberikan safil 1 untuk meligasi jaringan yang ditinggal dan
ziede 2 jarum round untuk jaringan yang diangkat, hal yang sama
dilakukan pada sisi kontra lateral
29) Ligamentum sacrocevacalis dan purbocervikalis ditelusuri sampai
setinggi portio kemudian diklem dan dipotong dengan gunting
mayo. Berikan safil 1 untuk meligasir jaringan yang ditinggal
dengan ziede 2 jarum round yang dibuang
30) Memberikan mess/ gunting mayo pada operator untuk memotong
uterus sampai setinggi portio, asisten diberi kokher panjang untuk
menjepit vagina stump pada keempat sisi
31) Memberikan kasa alkohol dan pinset anatomis kepada operator
untuk memasukkan kasa kedalam vagina, pinset anatomis
diturunkan
32) Memberikan safil 1 dan pinset cirugis kepada operator untuk
menjahit sudut kanan dan kiri pada vaginal stump dan dengan
benang yang sama dilakukan penutupan vaginal stump door loopen
1 asisten diberi pinset.
33) Evaluasi dan rawat perdarahan
34) Mendekatkan ligamentum rotundum dan jahitan sudut vagina pada
sisi yang sama
35) Ambil kasa kecil yang melindungi vesica orinasia
36) Memberikan pinset anatomis dan catgut plain 2-0 jarum round
untuk retro peritoneolisasi pada operator, asisten diberikan
haemostatik pean
27
37) Mengeluarkan big kass dari rongga peritonium dan pastikan tidak
ada sesuatu yang tertinggal
38) Memberikan 4 peritonium klem untuk menjepit keempat sisi
peritonium
39) Menyiapkan p2 hangat untuk mencuci rongga abdomen,
memberikan steal doppers dan suction untuk mengeluarkan
bilasannya
40) Melakukan penutupan luka operasi lapis demi lapis
41) Peritonium : jahit dengan menggunakan plain no.1 jarum round
42) Musculus didekatkan dengan
43) Fascia : jahit dengan menggunakan
44) Lemak : jahit dengan menggunakan
45) Kulit : jahit sub kutikuler dengan menggunakan
46) Memberikan luka operasi dengan kasa basah dan kasa kering
47) Menutup luka operasi dengan supratule kasa steril dan hipafix
48) Membersihkan kulit dari darah dan sisa antisepsis
49) Melakukan vaginal toucher untuk mengambil kasa alkohol melalui
vagina.
50) Merapikan pasien dan instrument ( hitung kelengkapannya)
51) Operasi selesai.
52) Pasien dibersihkan dan alat dirapikan.
53) Pindahkan pasien keruang RR.
Dokumentasikan
28
BAB II
29
BAB III
JURNAL
Mioma uteri adalah salah satu tumor jinak yang paling umum pada
sistem reproduksi wanita, insidensi sekitar 50-60%, dan sering terjadi pada
usia reproduksi.
2) I : Intervension
3) C : Comparation
---
4) O : Outcom
5) T : Time
Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2020 oleh Tadulako University,
Palu, Indonesia
31
DAFTAR PUSTAKA
32