Jika anda pernah bepergian ke pulau Lombok atau hanya lewat saja, sudah
barang tentu di sepanjang jalan anda akan menyaksikan begitu banyaknya
tempat–tempat ibadah kaum muslimin, seperti masjid, mushalla, dan langgar.
Arsitekturnya juga bagus dan memiliki hazanah keindahan yang tidak kalah
dari tempat ibadah lain di negeri ini. Hal itu bisa terwujud karena masih
kentalnya budaya gotong-royong pada masayarakat Lombok. Maka tidak
heran jika pulau itu dikenal dengan seribu masjid.
Namun pada tahun 1998 warga Dusun Nyiur Tebel ingin membangun ulang
dan memperluas mushalla tersebut, tetapi terkendala perluasan lahan. Di
sebelah Selatan berbatasan dengan gang, sebelah Barat terdapat jalan raya,
sebelah Timur dan Utara terdapat rumah warga. Keinginan warga untuk
perluasan mushalla diungkapkan melalui musyawarah antar-warga. Hasilnya,
warga Dusun Nyiur Tebel sanggup membayar ganti rugi kepada pemilik
rumah H. Lalu Ayub sebagai pemilik rumah yang berada di sebelah Selatan
mushalla Syihabul Akhyar.
Uniknya, sang pemilik rumah hanya meminta ganti rugi harga bangunannya
saja, sedangkan tanahnya akan di wakafkan untuk perluasan pembangunan
mushalla tersebut. Sungguh mulia hati orang itu dan dia ikhlas mewakafkan
tanah miliknya untuk perluasan pembangunan mushalla.