Anda di halaman 1dari 35

RESUME 10 JURNAL PELAKSANAAN SIMPUS DAN ANALISIS 5 JURNAL

LAPORAN BULANAN DI PUSKESMAS

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Statistik Fasyankes

Dosen Pengampu:
Dea Allan Karunia Sakti, S.ST., MKM

Disusun oleh Kelompok 10:


Amelia Nur Qoyyimah (P17410223054)
Tinasih Noer Yasin (P17410223068)
Stefani Kharisma Subekti (P17410224077)
Marisa Adina Rahmadani (P17410224081)
Nilla Febianisa Putri (P17410224084)

JURUSAN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN 2023
RESUME JURNAL PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
PUSKESMAS
1. Resume Jurnal 1 (Evaluasi Implementasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS) Terintegrasi di Kulonprogo Yogyakarta)
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Selanjutnya disingkat SIMPUS)
merupakan suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses
pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen puskesmas untuk mencapai
sasaran kegiatannya sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. SIMPUS memiliki peran penting
dalam tujuan pembangunan kesehatan nasional dan merupakan komponen penting dalam
Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).
1. Terlaksanannya SIMPUS di Kulonprogo Yogyakarta
Pada Jurnal dibagian pembahaasan mengungkapkan bahwa dalam
pengimplementasian SIMPUS di Kulonprogo belum berjalam secara optimal, yang
artinya sudah terlaksanan namun tidak optimal. Hal tersebut berdasarkan hasil
penelitian table 3, sebagai berikut:
2. Pelaksanaan SIMPUS jojok di Kulonprogo Yogyakarta
Pada daerah Kulonprogo, Yogyakarta semua puskesmas sudah memiliki
SIMPUS yang sama dengan penamaan jojok, SIMPUS di kulonprogok telah
terbridging (terintegrasi) dengan system informasi atau P-care BPJS kesehatan,
dengan hasil 2 puskesma terakreditasi paripurna,16 puskesmas terakreditasi utama,
dan 3 puskesmas terakreditasi madya.
Sudah diketahui pada pengimplementasian SIMPUS jojok di Kulonprogo
sudah terintegrasi perlu adanya pengiringan dengan identifikasi tingkatan
integrasinya. Untuk integrasi yang sudah berjalan dapat dijadikan evaluasi dalam
manajemen pelayanan Kesehatan (Ahgren & Axelsson, 2005). Dah selain hal
tersebut, jika SIMPUS jojok belum terintegritas dengan SIKDA menunjukkan bahwa
belum optimalnya pelaksanaan SIMPUS di Kulonprogo.

3. Kendala yang dialami dalam pengimplementasian SIMPUS jojok di Kulonprogo


Yogyakarta
Dalam pelaksanaan SIMPUS jojok di Kulonprogo didapati banyak kendala
diantaranya:
- Belum dibentuknya pedoman khusus atau SOP integrasi SIMPUS.
- Dalam jurnal juga disebutkan dari hasil wawancara bahwa puskesmas memiliki
komunikasi yang baik dengan dinas Kesehatan, namun puskesmas jarang
melakukan komunikasi dengan pihak BPJS selaku penanggung jawab P-Care.
- Belum adanya tujuan yang sama antar Lembaga
Tidak adnya pengelola khusus yang dapat menjadi tanggung jawab manajemen
integrasi.

2. Resume Jurnal 2 (Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas


(Simpus) dengan Metode HOT-FIT di Puskesmas Gatak)
1. Terlaksanannya SIMPUS di Gatak
Pada puskesmas Gatak penerapan SIMPUS sudah terlaksana sejak awal
SIMPUS launching tahun 2007, dan pada puskesmas tersebut juga telah diakukan
pelatihan internal (in House Training) di Puskesmas, yang diikuti oleh Petugas
operator SIMPUS yang belum pernah terpapar pelatihan.

2. Pelaksanaan SIMPUS Gatak


Dari hasil wawancara tentang ada tidaknya pelatihan yang pernah diikuti dapat
disimpulkan bahwa sudah dilakukan awal penerapan SIMPUS oleh Dinas Kesehatan
pada saat SIMPUS launching tahun 2007 dan dilakukan juga In House Training atau
pelatihan internal di puskesmas yang diikuti oleh petugas operator SIMPUS yang
belum pernah terpapar pelatihan sehingga agar petugas bisa menggunakan SIMPUS,
namun belum ada SDM yang berkompeten dalam bidang IT dan perlu ada nya
pelatihan berkala terkait SIMPUS agar implementasi penggunaan SIMPUS agar
implementasi SIMPUS menjadi lebih mudah.
Didapat dari teble dalam jurnal terkait menerangkan aspek human bahwa entri
data sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang ada, namun sebaiknya
diadakan SOP di setiap poli, langkah- langkah dalam menggunakan SIMPUS untuk
memasukkan data agarsesuai dengan standar operasional yang telah ditetapkan dan
data yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan akurat. Dukungan dan kebijakan organisasi
sangat membantu terlaksananya SIMPUS dengan baik, serta dari aspek baik berupa
sarana kebutuhan computer dan kelengkapannya ada dalam perencanaan, pencatatan
dan pelaporan dialkukan secara online.
Didapat dari jurnal yng dialkukan penelitian juga melalui wawancara
menunjukkan kualitas informasi dapat disimpulkan untuk kelengkapan informasinya
baik, keakuratan informasi yang dihasilkan dapat dikatakan akurat apabila dilakukan
setiap hari dan diisi dengan lengkap oleh kepala puskesmas dalam penggunaan
SIMPUS selain itu juga dilakukan monitoring setiap 1 (satu) bulan.
Juga didapati table yang menerangkan mengenai aspek technology (teknologi)
bahwa tampilan dan menu SIMPUS friendly, simple, lengkap dan tidak rumit.
Komputer yang digunakan berjumlah 11 spesifikasi yang cukup baik dengan sistem
operasi windows 10 dan selalu ada monitor pemeliharaan yang dilakukan setiap hari
selama satu bulan.
Dari penjelasan terkait pelaksanaan SIMPUS dengan 3 aspek (Human,
Organisasi, dan teknologi) 3 Aspek tersebut sudah lengkap jika dijabarkan
menggunkan komponen 5M yaitu Man, Money, Material, Machine, dan Methode.

3. Kendala yang dialami dalam pengimplementasian SIMPUS Gatak:


- Sumber Daya Manusia yang kurang kompeten dalam bidang IT, sehingga perlu
adanya pelatihan berkala terkait SIMPUS.
- Sudah terbentuk SOP SIMPUS, namun masih dibeberapa poli saja, sehingga perlu
pembuatan SOP pada masing-masing bagian poli.

3. Resume Jurnal 3 (Analisis Penyebab Tidak Digunakannya Sistem Informasi


Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Penerimaan Pasien Rawat jalan di
Puskesmas Kalimas Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang)
Simpus adalah sistem untuk meningkatkan kualitas manajemen puskesmas dan
sebagai pendukung dalam kelancaran pengelolaan informasi kesehatan di puskesmas.
Pada Puskesmas Kalimas, dalam proses penerimaan pasien rawat jalan belum
menggunakan Simpus dan masih dilakukan secara manual. Adapun perincian analisis
faktor-faktor penyebab tidak digunakannya Sistem Informasi manajemen Puskesmas
(Simpus) dilihat dari aspek sumber daya manusia, bahan pendukung, sarana prasarana,
cara pelaksanaan dan sumber dana adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan aspek manusia (Man), masih kekurangan tenaga untuk mengoperasikan
simpus dan untuk pelaksana pendaftaran atau perekam medis di Puskesmas Kalimas
belum pernah mengikuti pelatihan-pelatihan khusus terkait Simpus.
2. Berdasarkan aspek cara pelaksanaan (Method), belum ada kewajiban dari Dinas
Kesehatan untuk menggunakan Simpus, sehingga dalam penerimaan pasien dilakukan
secara manual.
3. Berdasarkan aspek bahan pendukungnya (Material), tahun 2016 Dinas Kesehatan
pernah membuat aplikasi Simpus namun Simpus tersebut terintegrasi dengan
Disdukcapil dan ketika petugas entry data berdasarkan NIK pasien maka di Simpus
akan otomatis muncul nomor rekam medis baru. Dan ketika disinkronkan
antaran nomor rekam medis yang ada di Simpus dan pada family folder akan berbeda.
Hal ini menjadikan Simpus tidak jadi digunakan di Puskesmas Kalimas.
4. Berdasarkan aspek sarana prasarana pendukung (Machine), kurangnya computer
dibagian penerimaan pasien karena hanya terdapat 1 (satu) komputer, sedangkan
pelaksana yang ditempatkan dibagian pendaftaran 3 orang.
5. Berdasarkan aspek dana (Money), tidak adanya anggaran untuk pengadaan sarana
prasarana Simpus seperti anggaran untuk komputer.
Dengan beberapa aspek yang telah diuraikan diharapkan SIMPUS mulai
berangsur dilaksanakan pada puskesmas ini. Hal itu tentunya dapat dilakukan dengan cara
merencanakan pelatihan terkait Simpus bagi tenaga pelaksana pendaftaran atau perekam
medis dengan Pendidikan minimal SMA, jiika waktu yang akan datang Simpus tersebut
digunakan maka diperlukan retensi rekam medis dengan sekaligus melakukan
pembenahan nomor baru, programer tidak boleh membuat otomatis nomor rekam medis
dalam simpus,
nomor rekam medis tetap menggunakan yang ada di family folder. Sehingga petugas tidak
perlu merubah ulang nomor yang sudah ada di family folder, dan empersiapkan anggaran
sarana prasarana pengadaan.

4. Resume Jurnal 4 (Analisis Penyebab Kegagalan Penggunaan Sistem Informasi


Manajemen Puskesmas (Simpus) dalam Penerimaan Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Adimulyo Kabupaten Kebumen)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Adimulyo, SIMPUS tidak
digunakan lagi dalam kegiatan pelayanan penerimaan pasien rawat jalan. Selama ini
kegiatan pelayanan penerimaan pasien rawat jalan di Puskesmas Adimulyo dilakukan
secara manual, hal ini mengakibatkan proses kegiatan pelayanan membutuhkan waktu
yang lama. Terutama pada saat proses pencarian nomor rekam medis pasien yang tidak
membawa kartu berobat. Disisi lain, faktor yang menyebabkan kegagalan penggunaan
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam penerimaan pasien rawat jalan
di Puskesmas Adimulyo adalah sebagai berikut.
1. Pada proses penerimaan pasien rawat jalan ini ada beberapa permasalah yaitu banyak
pasien yang tidak mengambil nomor antrian, tidak adanya alur penerimaan pasien
rawat jalan, banyak pasien yang tidak sadar akan pentingnya pasien membawa kartu
berobat dan tidak adanya prosedur penerimaan pasien rawat jalan.
2. Faktor-faktor yang menjadi penyebab tidak digunakannya SIMPUS dalam
penerimaan pasien rawat jalan di Puskesmas Adimulyo diantaranya faktor man
(manusia) dan method (metode).
3. Solusi yang terpilih untuk menyelesaikan permasalahan tidak
digunakannya SIMPUS dalam penerimaan pasien rawat jalan di Puskesmas Adimulyo
yaitu diadakannya pelatihan mengenai SIMPUS khusus petugas yang melakukan
penerimaan pasien rawat jalan, menggunakan satu computer untuk mengoperasikan
SIMPUS dan P-Care dan juga pembuatan prosedur penerimaan pasien rawat jalan
dengan menggunakan SIMPUS.
Adapun langkah perbaikan yang dapat dilakukan puskesmas agar SIMPUS dapat
dijalankan kembali adalah sebaiknya nomor antrian diletakkan di tempat yang mudah
dilihat oleh pasien yang baru memasuki puskesmas, selain itu juga diberikan tulisan yang
besar berisikan kata-kata yang mewajibkan pasien mengambil nomor antrian terlebih
dahulu, dibuatkan alur penerimaan pasien rawat jalan yang mudah
dipahami pasien dan diletakkan di depan pintu masuk puskesmas agar pasien paham
harus kemana dahulu, buku indeks desa diganti dengan KIUP agar petugas tidak merasa
kesulitan saat pencarian nomor rekam medis pasien yang tidak membawa kartu berobat,
serta diadakan pelatihan Kembali mengenai SIMPUS dan Primary Care
khusus petugas penerimaan pasien.

5. Resume Jurnal 5 (Pelaksanaan Sistem Informasi manajemen (Sim) di Puskesmas


Sipatana Menggunakan Metode Human Organization technology Fit (Hot-Fit))
Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas Sipatana
menggunakan metode HOT-Fit termasuk dalam kategori baik, hal ini karena dalam
penilaian penggunaan sistem, kepuasan pengguna, organisasi, kualitas sistem, kualitas
informasi dan kualitas layanan sudah baik. Begitupun dengan net-benefitnya, dimana
petugas sangat terbantu dengan adanya sistem khususnya di bagian pelayanan.
Sistem informasi manajemen di Puskesmas Sipatana sudah baik, namun terdapat
beberapa kendala dalam pelaksaan SIMPUS di Puskesmas Sipatana, yaitu masih ada
petugas yang mengeluh mengenai kestabilan sistem saat digunakan, hal ini karena sistem
membutuhkan jaringan internet sedangkan jaringan internet di Puskesmas Sipatana masih
kurang bagus dan jika jaringan internet mati akan mengakibatkan aplikasi error. Selain
itu, masih ada responden yang bekerja tidak sesuai dengan tupoksinya, salah satunya yang
dibagian poli umum seorang perawat memegang p-care, hal tersebut dikarenakan yang
dibagian p-care sudah tidak bekerja lagi jadi mau tidak mau dia harus menggantikannya .
Kendala lain yaitu masih ada petugas yang kurang memahami dan mengerti dalam penggunaan
aplikasi, dikarenakan mereka tidak selalu ikut dalam pelatihan tentang aplikasi sistem informasi
yang diadakan oleh dinas kesehatan, sehingga mereka kurang memahami dan mengerti
menggunakan aplikasi

6. Resume Jurnal 6 (Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Kesehatan Ibu dan


Anak (SIM KIA) dengan pendekatan TASK TECHNOLOGY FIT (TTF) di
Puskesmas Rowosari Kota Semarang)
Sejak tahun 2006 Puskesmas Rowosari sudah mulai mengimplementasikan
SIMPUS khususnya dibagian KIA dan terakhir mengalami pengembangan pada tahun
2016 menjadi SIM KIA.
Evaluasi SIM KIA dalam hal pengumpulan dan pencatatan data dilihat dari aspek
Data locatability, SIM KIA dinilai masih memiliki beberapa kekurangan dalam hal
penempatan data, terdapat data yang double pengisian dan data yang seharusnya ada
namun belum tersedia yaitu format data untuk eksternal puskesmas. Data compatability,
SIM KIA belum sesuai dengan pekerjaan bidan karena hanya bisa mencatat data internal
puskesmas saja. Relationship with users, hubungan SIM dengan pengguna hanya sebatas
untuk mencatat dan melaporkan data rekam medis pasien secara harian.
Evaluasi SIM KIA dalam hal pengelolaan data dilihat dari aspek System
reliability, kehandalan SIM KIA dinilai belum bisa menyediakan data sasaran dan 12 data
pelayanan KIA seperti yang tertuang didalam tujuan PWS KIA, belum bisa mengelola
data dalam bentuk grafik dan cakupan.
Evaluasi SIM KIA dalam hal pelaporan data, dilihat dari aspek Data Quality,
kualitas data yang kurang karena hanya berisi data rekam medis pasien internal
puskesmas. Authorization to access data, data hanya bisa diakses menggunakan komputer
yang telah disediakan puskesmas belum bisa diakses menggunakan android. Production
timeliness, ketepatan waktu pencatatan dan pelaporan terkadang masih mengalami
keterlambatan ketika tidak ada koneksi internet dan petugas pengguna SIM yang sedang
dinas diluar puskesmas.
Sedangkan dilihat dari indikator SIM secara umum, kemanfaatan data belum
maksimal karena jarang diperlukan dalam pengambilan keputusan ditingkat manajemen,
kecukupan informasi yang diperlukan oleh pemegang program KIA sering diambil dari
data SIP bukan data dari SIM KIA.

7. Resume Jurnal 7 (Efektifitas SIMPUS Terhadap Pelayanan Kesehatan Primary Care


BPJS di UPTD Puskesmas Unaaha Kabupaten Konawe tahun 2020)
Berdasarkan jurnal tersebut dapat diketahui bahwa Puskesmas Unaaha telah
memanfaatkan sistem komputerisasi dalam SIMPUS dan dalam pengelolaannya ada 7
(Tujuh) user yang dioperasikan oleh tenaga seperti kesmas, perawat, dan bidan.
Pada pelayanan pendaftaran rawat jalan. UPTD Puskesmas Unaaha menggunakan
SIMPUS yang sudah terintegrasi dengan Pcare, sehingga petugas hanya perlu meng-entry
1 kali pada SIMPUS dan nanti data tersebut secara otomatis tertera juga di Pcare.
Puskesmas Unaaha juga telah menerapkan sistem bridging, yaitu data antara SIMPUS dan
PCare yang terintegrasi. Data yang terintegrasi adalah bagian kartu link ke bagian klinik
umum link ke bagian SIMPUS link ke bagian tata usaha. Akan tetapi, masih ada bagian
yang belum ter-link karena dana yang dibutuhkan untuk mengadakan perangkat keras dan
perangkat lunak sangat besar.
Selain bagian yang belum terlink, ada beberapa kendala lain dalam pelaksanaan
SIMPUS di UPTD Puskesmas Unaaha, yaitu:
1. Terkadang jaringan internet di Puskesmas Unaaha kurang bagus, walaupun akses
internet di puskesmas tersebut termasuk pada kategori stabil. Namun, hal ini
bukanlah hal yang sangat serius, karena apabila terjadi gangguan pihak layanan
internet dapat merespon dengan cepat
2. Aplikasi PCare mengalami gangguan lampu padam pada saat akan melakukan
rujukan terhadap pasien.
UPTD Puskesmas Unaaha sudah menemukan cara untuk mengatasi kendala
tersebut, yaitu dengan memanfaatkan alat penampungan Strom, sehingga tidak
menghambat proses rujukan terhadap pasien yang akan berobat ke faskes selanjutnya
(rumah sakit)
3. Aplikasi Pcare yang mengalami gangguan server di pusat sehingga proses
penginputan rujukan akan terhambat dan biasanya akan menyebabkan waktu tunggu
pasien semakin lama, khususnya pasien lansia
4. Waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan server saat aplikasi PCare eror termasuk
lama (1 minggu) sehingga proses pengentrian data yang seharusnya dilakukan setiap
hari menjadi terganggu atau terhambat
5. UPTD Puskesmas Unaaha sering mengalami masalah terkait laporan rujukan pasien,
karena adanya arahan dari pihak BPJS kepada pihak Puskesmas untuk menekan
angka rujukan. Sedangkan disisi lain, rujukan balik di Puskesmas Unahaa sangat
tinggi karena pihak rumah sakit meminta laporan feedback kepada puskesmas
Walaupun masih ada beberapa kendala dalam pelaksanaan SIMPUS yang
dilakukan oleh UPTD Puskesmas Unaaha, nyatanya ada juga manfaat yang dapat
diterima dari terintegrasinya SIMPUS dengan PCare. Contohnya, keterisian data PCare
menjadi lebih baik karena petugas hanya perlu menginput data satu kali dan data tersebut
akan secara otomatis terlihat dari BPJS, sehingga komunikasi, monitoring, dan evaluasi
menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Data yang diinput dari aplikasi PCare juga dapat
menjadi informasi dan laporan yang berguna bagi pihak puskesmas maupun BPJS. Proses
entry data akan semakin cepat dan keterisian data akan menjadi lengkap.

8. Resume Jurnal 8 (Efektifitas Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas


(SIMPUS) di Kota Manado)
Berdasarkan hasil penelitian tentang efektivitas penerapan Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Kota Manado, terdapat 5 indikator sebagai
pengukur efektivitas. Berikut adalah indikator yang digunakan: (Sutrisno, 2007:125-126)
1. Pemahaman Program
- Puskesmas Bahu merupakan satu-satunya puskesmas di Sulawesi Utara yang
mereapkan SIMPUS, sehingga puskesmas ini dinilai memberikan pelayanan yang
efektif dalam bidang informasi
- Dalam penerapan SIMPUS, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
meengenai sistem ini. Hal tersebut disebebkan oleh kurangnya sosialiasi dari
puskesmas yang ada maumpun dinas terkait
- Penerapan SIMPUS hanya diketahui oleh pihak – pihak puskesmas dan dinas
terkait, sehingga program ini masih belum bisa dirasakan oleh semua masyarakat
yang ada.

2. Tepat Sasaran
Objek yang seharusnya mendapatkan dan merasakan program SIMPUS adalah
masyarakat, namun nyatanya program tersebut hanya diketahui oleh tenaga medis
dan sebagian masyarakat saja. Hal ini dapat berarti bahwa:
- Dalam penerapannya program ini masih belum efektif, khususnya dalam
sosialisasi & komunikasi antara pihak puskesmas dengan masyarakat
- Program dinilai masih belum tepat sasaran karena aksesnya masih belum bisa di
rasakan oleh semua masyarakat yang ada

3. Tepat Waktu
Program SIMPUS yang sudah di rencanakan sempat tertunda saat pandemi
Covid-19 karena ada pelayanan lain yang harus di utamakan dalam pelayanan
kesehatan. Program ini sudah direncanakan dengan sistemasis tapi karena waktu dan
kondisi, ada beberapa program yang tidak bisa di jalankan dengan baik dan tepat
waktu. Walaupun begitu, Puskesmas tetap terus berusaha agar SIMPUS bisa berjalan
dengan baik sesuai dengan waktu yang ditentukan apapun masalahnya dan tetap
memprioritaskan pelayanan kesehatan, terutama di tengah pandemi Covid-19.

4. Tercapainya Tujuan
- SIMPUS di Puskesmas Bahu merupakan salah satu program unggulan
- SIMPUS sudah berjalan dengan baik di kalangan tenaga medis dan masyarakat
karena informasi dan data – data kesehatan dapat dengan mudah dan cepat diakses
 belum bisa di rasakan dengan baik oleh semua masyarakat, karena:
 Kurangnya sosialisasi dari pihak puskesmas
 Akses jaringan masyarakat yang belum paham terhadap sistem informasi
yang ada
- Pihak puskesmas akan terus melakukan upaya dalam menjalankan program
SIMPUS agar bisa berjalan dengan baik

5. Perubahan Nyata
- Program SIMPUS sangat membantu tenaga medis dalam pengelolaan data - data
yang ada
- Adanya SIMPUS membuat tenaga medis jadi lebih cepat dan efektif saat
mengakses informasi dan data pasien karena semua data yang ada sudah
terkontrol di dalamnya
- Kendala:
Jaringan yang ada dan masih banyak masyarakat yang belum bisa mengakses
program ini (karna kurangnya sosialiasi dari pihak puskesmas)

9. Resume Jurnal 9 (Evaluasi Pelaksanaan Program Sistem Pencatatan dan Pelaporan


Terpadu Puskesmas (SP2TP) di Puskesmas Rantang)
Berdasarkan hasil penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan program Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas di Puskesmas Rantang Kota Medan Tahun
2017 dinilai dari aspek input (SDM, Fasilitas, dan Dana), proses (Pencatatan dan
Pelaporan), dan output (Ketepatan waktu pelaporan bulanan SP2TP) adalah sebagai
berikut:
1. Sumber Daya Manusia
- Penanggung jawab untuk program SP2TP adalah Kepala Puskesmas, dimana
kepala puskesmaslah yang mengetahui seluruh pelaporan.
- Koordinator atas laporan bulanan adalah kepala tata usaha yang bertugas
menyetorkan laporan bulana ke pihak Dinkes selanjutnya.
- Petugas yang merekap laporan bulanan SP2TP dari tiap-tiap unit ruangan yaitu
para petugas atau programer di tiap-tiap bidang
- Tidak adanya petugas khusus yang membantu kelancaran diprogram SP2TP,
dimana semua petugas yang justru mengerjakan program ini.

2. Fasilitas
- Tidak adanya buku panduan SP2TP atau apapun mengenai sistematik pencatatan
dan pelaporan yang dapat digunakan untuk membantu kelancaran program SP2TP
di puskesmas.
- Hanya terdapat format laporan yang didaptkan dari pusat dan pihak Dinkes Kota
yang memberikan ke tiap-tiap puskesmas.
- Tidak adany afasilitas komputer yang memadai hanya ada 1 unit komputer yang
berada di ruangan bendahara, dimana semestinya tiap-tiap unit ruangan ada unit
komputer dalam untuk mempermudah programer untuk menginput data laporan.
Selain itu, fasilitas jaringan wifi tidak tersedia di puskesmas ini.
- Adanya ruang tata usaha, untuk arsip laporan puskesmas dan laporan dari tiap-tiap
unitnya menyatakan bahwa laporan ada sebagian yang disimpan di ruang tata
usaha dan ada pula yang disimpan di ruang unit masing-masing.
- Tidak adanya bank data sebagai ruangan arsip yang terpadu.
- Fasilitas yang digunakan untuk mengantar laporan ke Dinkes Kota masih
menggunakan fasilitas pribadi bagi petugas yang diperintahkan untuk membawa
laporan tersebut atau menggunakan transportasi umum.

3. Dana
Pendanaan yang dimaksud pada penelitian ini adalah apakah ada dana khusus
yang diberikan dari pihak pemerintah ke tiap-tiap puskesmas untuk melancarkan
kegiatan program SP2TP ini. Namun ternyata, hasil dilapangan menunjukkan bahwa
tidak adanya bantuan mengenai anggaran ke Puskesmas yang diteliti.

10. Resume Jurnal 10 (Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas


(SIMPUS) Melalui Metode PIECES Layanan Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas
Bogor Utara Tahun 2018)
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) telah digunakan oleh
Puskesmas Bogor Utara sejak bulan April Tahun 2016, sampai saat in belum adanya
evaluasi terhadap penggunaanya. Maka dari itu, penulis ingin melakukan evaluasi uuntuk
mengetahui bagaimanan penerimaan penggunaan SIMPUS di Puskesmas, guna untuk
mendukung SIMPUS yang menghasilkan informasi yang akurat, tepat sehingga dapat
dipakai sebagai dasar sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP).
Metode PIECES yang terdiri dari Performance, Information/Data, Economic,
Control/Security, Efficiency, Service, (Whitten, systems analysis and design methods,
1989). Masing-masing kategori tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa kriteria:
1. Performance/Penampilan, diperlukan untuk menilai kinerja dari sistem informasi
yang telah dirancang, terdiri dari :
- Throughput, dimana sistem dinilai dari banyaknya kerja yang dilakukan pada
beberapa periode waktu.
- Respon time, yaitu delai rata-rata antara transaksi dan respon dari transaksi
tersebut.
- Audibilitas, yaitu kecocokan dimana keselarasan terhadap standar dapat diperiksa.

2. Information and Data/Informasi dan Data, untuk menilai informasi yang dihasilkan
dan data yang digunakan, terdiri dari :
- Accuracy, dimana informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat
ketepatan tinggi.
- Relevasi Informasi, dimana informasi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan.

3. Economic/Ekonomi
- Sumber Daya, jumlah sumber daya yang digunakan dalam pengembangan sistem,
meliputi sumber daya manusia serta sumber daya ekonomi.

4. Control and Security/Kontrol dan Keamanan


- Keamanan, yaitu mekanisme yang mengontrol atau melindungi program dan data.

5. Efficiency/Efisiensi
- Usabilitas, yaitu mekanisme yang dibutuhkan untuk mempelajari,
mengoperasikan, menyiapkan input, dan menginterpretasikan output suatu
program.
6. Service/Pelayanan, untuk mengetahui bagaimana meningkatkan kepuasan pelanggan,
pegawai, dan manajemen.
- Reliabilitas, tingkat dimana sebuah program dapat dipercaya melakukan fungsi
yang diminta.

Karakteristiik Distribusi Frekuensi Umur dan Jenis kelamin petugas Puskesmas Bogor
Utara

A. Pelaksanaan SIMPUS
Pelaksanann merupakan proses dalam bentuk rangkaian kegiatan, yaitu
berawal dari kebijakan guna mencapai suatu tujuan maka kebijakan dalam suatu
program dan proyek (Bintaro Tjokroadmodjoyo, 2011)

B. Pelaksanaan Penerapan SIMPUS


1. Hubungan Throughput dengan Pelaksanaan Penerapan SIMPUS.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuanita
Rizky mengenai evaluasi Sistem informasi manajemen berbasis komputer di
Puskesmas wilayah kabupaten Blora tahun 2009, adanya keamanan dalam
penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa throughput jumlah produksi di
dapatkan P-value = 0,030 atau lebih kecil dari alpha 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara throughput dengan
pelaksanaan penerapan SIMPUS di Puskesmas wilayah kabupaten Blora tahun
2009.

2. Hubungan Respon Time dengan Pelaksanaan Penerapan SIMPUS.


Berdasarkan hasil penelitian hubungan respon time dengan pelaksanaan
penerapan SIMPUS diketahui bahwa hasil uji statistik di dapatkan P-value =
0.306 atau lebih besar dari alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan signifikan antara respon time dengan pelaksanaan penerapan SIMPUS
di Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor.

3. Hubungan Audabilitas dengan Penerapan SIMPUS.


Berdasarkan hasil penelitian hubungan audibilitas dengan pelaksanaan
penerapan SIMPUS diketahui bahwa hasil uji statistik di dapatkan P-value =
0,150 atau lebih besar dari alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan signifikan antara audabilitas dengan pelaksanaan penerapan SIMPUS
di Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor.

4. Hubungan Informasi (Akurasi, Relevasi Informasi) dengan Pelaksanaan


Penerapan SIMPUS.
- Hubungan Akurasi dengan Pelaksanaan Penerapan SIMPUS.
Distribusi frekuensi berdasarkan aspek akurasi responden disajikan
pada tabel 5.9 dari 42 responden yang berpendapat bahwa dengan
menggunakan SIMPUS berdasarkan aspek akurasi 21 orang atau (50.0%)
mengatakan tidak akurat, sedangkan dengan menggunakan SIMPUS
berdasarkan aspek akurasi 21 orang atau (50.0%) mengatakan akurat.
Berdasarkan hasil penelitian hubungan akurasidengan pelaksanaan penerapan
SIMPUS diketahui bahwa hasiluji statistik di dapatkan P-value = 0,002 atau
lebih kecil dari alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
signifikan antara akurasidengan pelaksanaan penerapan SIMPUS di
Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor.

5. Hubungan Relevansi Informasi dengan Pelaksanaan Penerapan SIMPUS.


Distribusi frekuensi berdasarkan aspek relevansi informasi responden
disajikan pada tabel 5.10 dari 42 responden yang berpendapat bahwa dengan
menggunakan SIMPUS berdasarkan aspek relevansi informasi18 orang (42.9%)
mengatakan tidak sesuai, sedangkan dengan menggunakan SIMPUS berdasarkan
aspekrelevansi informasi 24orang (57.1%) mengatakan sesuai. Hasil penelitian
hubungan akurasidengan pelaksanaan penerapan SIMPUS diketahui bahwa
hasiluji statistik di dapatkan P-value = 0.057 atau lebih besar kecil alpha 0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara relevansi
informasidengan pelaksanaan penerapan SIMPUS di Puskesmas Bogor Utara
Kota Bogor.

6. Hubungan Economic (Sumber Daya) dengan Pelaksanaan Penerapan SIMPUS.


Dari hasil penelitian menujukan sumber daya yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan SIMPUS memiliki responden yang berpendapat bahwa dengan
menggunakan SIMPUS frekuensi sumber daya 40.5% mengatakan sumber daya
yang diperlukan sedikit, sedangkan frekuensi sumber daya 59.5% mengatakan
sumber daya yang banyak dalam pelaksanaan SIMPUS tersebut.Hasil uji statistik
di dapatkan P-value = 303 atau lebih besar dari alpha 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara sumber daya dengan
pelaksanaan penerapan SIMPUS di Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor.

7. Hubungan Control (Keamanan) dengan Pelaksanaan Penerapan SIMPUS.


Dari hasil penelitian menunjukan kontrol yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan SIMPUS memiliki responden yang berpendapat bahwa dengan
menggunakan SIMPUS frekuensi keamanan (42.9%) mengatakan keamanan yang
diperlukan tidak aman, sedangkan frekuensi keamanan (57.1%) mengatakan
keamanan yang aman dalam pelaksanaan SIMPUS.Hasiluji statistik di dapatkan
P-value = 0.963 atau lebih besar dari alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara keamanan dengan pelaksanaan penerapan SIMPUS di
Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor.

8. Hubungan Efficiency (Usabilitas) dengan Pelaksanaan Penerapan SIMPUS.


Dari hasil penelitian menunjukan efesien yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan SIMPUS memiliki responden yang berpendapat bahwa dengan
menggunakan SIMPUS frekuensi efesienusabilitas yang berpendapat bahwa
dengan menggunakan SIMPUS frekuensi (42.9%) mengatakan usabilitastidak
efisien, sedangkan frekuensi usabilitas (57.1%) mengatakan usabilitasefisien
dalam pelaksanaan SIMPUS.Hasiluji statistik di dapatkan P-value = 0.546 atau
lebih besar dari alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
signifikan antara usabilitas dengan pelaksanaan penerapan SIMPUS di Puskesmas
Bogor Utara Kota Bogor.

9. Hubungan Service (Reliabilitas) dengan Pelaksanaan Penerapan SIMPUS.


Dari hasil penelitian menunjukan Service yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan SIMPUS memiliki responden yang berpendapat bahwa dengan
menggunakan SIMPUS frekuensi efesien reliabilitas(42.9%) mengatakan
reliabilitas tidak mudah, sedangkan frekuensi reliabilitas(57.1%) mengatakan
reliabilitas mudah dalam pelaksanaan SIMPUS. Hasiluji statistik di dapatkan P-
value = 0,046 atau lebih kecil dari alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan signifikan antara reliabilitas dengan pelaksanaan penerapan SIMPUS di
Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor.
ANALISIS JURNAL LAPORAN BULANAN DI PUSKESMAS (LB 1-LB4)
1. Analisis Jurnal 1 (Implementasi Metode SDLC Pada aplikasi Pengolahan Data
Laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas)
Dalam jurnal terkait pembahasana LB4 (Laporan Bulanan Kegiatan
Puskesmas),LB4 adalah sebuah laporan kegiatan bulanan yang dilakukan oleh Puskesmas
Seputih Banyak yang nantinya digunakan untuk mengetahui laporan-laporan setiap
bagian yang terkait guna mendapatkan suatu informasi banyaknya data pasien, LB4 juga
berfungsi sebagai suatu data rekap puskesmas Seputih Banyak untuk pelaporan kepada
Dinas kesehatan bahwa banyak nya pasien yang memerlukan kesehatan secara baik. Dari
hasil observasi yang tertulis dalam jurnal bahwa saat ini laporan LB4 ditulis di
form/belangko yang telah disiapkan oleh pihak Dinas kesehatan yang diambil oleh bagian
TU (petugas puskesmas) kemudian diserahkan kepada pihak SP2TP dan akan dibagikan
kepada masing-masing bagian guna pengisian data jumlah kunjungan atau pasien,
sehingga menjadi sebuah laporan LB4.
Diketahui perekapan masih memakai system manual, karena data yang ada masih
diolah dengan manual belum menggunakan komputerisasi, dan data belum terintegritas
dan penghitungan belum otomatis, hal ini yang dapat mengakibatkan humanity error
padahal akurasi data sangat dibutuhkan untuk menghasilkan data yang berkualitas.
Kelemahan tersebut yang membawa jurnal ini diterbitkan sebagai pemicu
penggunaan aplikasi pada LB4 supaya dalam kegiatan laporan bulanan puskesmas
semakin akurat, otomatis dan cepat.

Tindak Lanjut
Dari kelemahan yang telah disebutkan penulis jurnal terkait akan membuat atau
membangun suatu aplikasi berbasis desktop dengan pengembangan perangkat lunak guna
mempercepat pelaporan, pengakuratan, dan lebih efektif yang disebut dengan SDLC
(System Development Life Cycle (SDLC). Dengan gambaran tahap membuat aplikasi,
sebagai berikut:
Dan setelah membat rancangan lanjut pada tahap metode penelitian, sebagai berikut:

a. Analysis
Peneliti dalam menganalisis melihat dari segi kebutuhan user, sebagai berikut:
Pertama, kebutuhan hardware:
Kebutuhan software:

Kebutuhan Brainware
Untuk menjalankan aplikasi laporan LB4, maka brainware membutuhkan pengunjung.

b. Desain
Desain menu login:

Desain menu input:

Design menu laporan:

c. Implementasi
d. Testing
Kesimpulan:
Hasil dari penelitian ini adalah sebuah aplikasi pembuatan Laporan Kegiatan (LB)
Puskesmas yang dapat membantu petugas setiap bagian lebih cepat dan mudah dalam
pembuatan laporan karna dapat dilihat secara otomatis, bahkan pihak SP2TP dapat
langsung mencetak Data Laporan tiap bagian, sehingga mempersingkat waktu dan
mempermudah semua karyawan (petugas) dalam pelaporan, dengan adanya kelebihan
dari aplikasi ini, maka kelemahan proses laporan LB4 yang lama masih lambat dalam
pebuatan laporan karna perhitungannya jumlah pengunjung masih dihitung secara
manual, dapat diatasi.

Proses pembuatan laporan LB4 masih menggunakan lembaran blangko yang diisi
oleh masing-masing bagian yang terkait, dan setelah selesai diserahkan ke bagian SP2TP
dapat diatasi dengan menggunakan aplikasi Pengolahan data Laporan LB4, SP2TP
mampu menyajikan laporan LB4 secara otomatis

2. Analisis Jurnal 2 (Pemanfaatan Data Rekam Medis dalam Pelaporan Bulanan di


Puskesmas Kejaksan Cirebon)
Pada Puskesmas Kejaksan Cirebon data rekam medis digunakan untuk Laporan
Bulanan 1 (LB1) tentang data kesakitan, Laporan Bulanan 3 (LB3) tentang KIA atau KIB,
dan Laporan Bulanan 4 (LB4) tentang kegiatan Puskesmas. Adapun perinciannya adalah
sebagai berikut.
1. Laporan Bulanan 1 (LB1)
Laporan Bulanan 1 (LB1) merupakan laporan yang berisikan laporan bulanan data
kesakitan. Data rekam medis yang di manfaatkan untuk LB1 adalah diagnosis pasien,
jenis kelamin, jenis kasus, jenis asuransi, tanggal lahir pasien, nama identitas lain dari
sarana kesehatan, serta waktu dan tanggal pendaftaran. LB1 dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kota Cirebon maksimal tanggal 5 pada bulan berikutnya.

2. Laporan Bulanan 3 (LB3)


Laporan Bulanan 3 (LB3) merupakan laporan yang berisikan laporan bulanan KIA
atau KIB. Data rekam medis yang dimanfaatkan untuk LB3 adalah jenis kelamin,
anamnesis, diagnosis, jenis asuransi, nama identitas lain dari sarana kesehatan, serta
waktu dan tanggal pendaftaran. LB3 dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Cirebon
maksimal tanggal 5 pada bulan berikutnya.

3. Laporan Bulanan 4 (LB4)


Laporan Bulanan 4 (LB4) merupakan laporan yang berisikan laporan bulanan
kegiatan Puskesmas meliputi data sasaran untuk ibu hamil, bayi, dan anak-anak,
jumlah pengunjung puskesmas, jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, dan UKGS,
upaya kesehatan gigi, mata, lingkungan dan sekolah, serta kegiatan penyuluhan,
laboratorium dan tranfusi darah. Data rekam medis yang di manfaatkan untuk LB4
adalah jenis kelamin, jenis asuransi, jenis kunjungan, tanggal lahir, anamnesis, nama
identitas lain dari sarana kesehatan, serta waktu dan tanggal pendaftaran. LB4
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Cirebon maksimal tanggal 5 pada bulan
berikutnya.
Dari jurnal tersebut juga terlihat pemanfaatan data rekam medis untuk pelaporan
belum maksimal. Hal tersebut ditandai dengan terdapatnya data demografi dalam catatan
rekam medis yang tidak difungsikan, padalah data tersebut dapat digunakan untuk
dilakukannya analisis pemetaan penyakit.

3. Analisis Jurnal 3 (Literature Review Tinjauan Pelaksanaan Laporan Bulanan Data


Kesakitan (LB1) di Puskesmas)
Laporan Bulanan (LB1) menurut Kemenkes RI, 2019 adalah laporan bulanan data
penyakit yang berisi distribusi kasus penyakit menurut kelompok umur serta kasus baru
ataupun kasus lama. Laporan tersebut dilaporkan oleh Puskesmas setiap bulan kepada
Dinas Kesehatan. Laporan bulanan kesakitan berisikan informasi kesehatan berdasarkan
gejala, 20 penyebab penyakit dan laporan jumlah kejadian kesakitan yang diperoleh dari
pelayanan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Bidan Desa
(Ayu & Brata, 2020). Laporan dari puskesmas dikirim ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota dengan format standar : LB-1 (laporan bulanan data kesakitan) 2) LB-2
(laporan bulanan data obat-obatan) 3) LB-3 (laporan bulanan gizi, KIA, KB, Imunisasi,
P2m) 4) LB-4 (laporan kegiatan puskesmas). Laporan tersebut dikirim setiap bulan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya (Meldasari,
2017).
Mekanisme pelaporan yaitu : Laporan dari Puskesmas Pembantu dan bidan di
desa disampaikan ke Koordinator SP2TP di Puskesmas, Koordinator SP2TP di
Puskesmas merekapitulasi data ke lembar transformasi dan dipindahkan ke format
laporan SP2TP, Rekapitulasi bentuk laporan dikirim coordinator SP2TP Puskesmas
dimasukkan ke formulir laporan sebanyak 2 lembar dan rangkap 2, untuk dikirim kepada
coordinator SP2TP di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Hasil rekapitulasi Koordinator
SP2TP Puskesmas kemudian diolah oleh koordinator SPTP Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan kemudian data dikirim ke Koordinator SP2TP Dinas Kesehatan
Provinsi (Meldasari, 2017).
Faktor keterlambatan laporan bulanan data kesakitan (LB 1) di puskesmas yaitu
Masih kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) Puskesmas, Masih menggunakan
Standar Prosedur Operasional (SPO) Tahun Lama, Kurangnya Sarana dan Prasarana,
Pengorganisasian Sistem Pelaporan yang tidak ada, dan Belum adanya buku pedoman
terkait SP2TP. Dengan menggunakan sistem manual dan faktor-faktor penghambatnya
dapat mengakibatkan proses pencatatan membutuhkan waktu lama sehingga berpengaruh
terhadap ketepatan waktu data kesakitan. Namun sistem manual ada yang mengirim
laporan bulanan data kesakitan secara tepat waktu dan tidak semua sistem elektronik
(komputerisasi) mengirim laporan bulanannya secara tepat waktu.

4. Analisis Jurnal 4 (Tinjauan Tahap-Tahap Pelaksanaan Laporan Bulanan Data


Kesakitan (LB1) Literature Review)
SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas) merupakan
kegiatan pencatatan dan pelaporan yang lengkap atau secara menyeluruh untuk
pengelolaan puskesmas dengan konsep wilayah kerja puskesmas. SP2TP harus dibuat
secara rutin oleh puskesmas dan disampaikan secara berkala ke Kepala Dinkes Kab/Kota.
Laporan tersebut harus disusun berdasarkan pencatatan kegiatan serta hasil yang ada di
puskesmas dan jaringannya. Salah satu yang termasuk dalam SP2TP adalah Laporan
Bulanan Data Kesakitan (LB1)
Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB1)
Laporan bulanan yang terkait dengan pendistribusi kasus penyakit menurut
kelompok umur berupa kasus baru maupun lama yang terjadi di puskesmas
1. Fungsi:
- Untuk mengetahhui seluruh penyakit yang ada dari kunjungan pasien ke puskesmas
untuk mendapat 10 besar penyakit yang akan ditanggulangi dan diatasi dengan
melakukan sosialisasi, vaksinasi, imunisasi, dsb.
- Sebagai bahan untuk melakukan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan program untuk mengupayakan suatu pemecahan maupun
tindakan lebih lanjut
- Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan upaya penanganan masalah
kesehatan yang terjadi di masyarakat

2. Proses Pengumpulan Data LB1


- Sumber data dalam pengumpulan LB 1:
a. Register kunjungan pasien
b. Buku register pelayanan dalam gedung dan luar gedung
c. Pelayanan puskesmas berupa berkas rekam medis sedangkan pustu berupa
lembar nota pembayaran
- Data diperoleh melalui pencatatan (recording) terhadap berbagai hal di institusi
pelayanan kesehatan ataupun dari survei/riset/penelitian.
- Macam – macam data di puskesmas:
a. Data rutin: data yang dikumpulkan secara rutin
b. Data ad hoc: data yang dikumpulkan sewaktu-waktu
- Pengumpulan data dilakukan setiap hari, minggu, bulan, dll.
- Sumber data yang digunakan dalam pengelolaan LB 1 adalah register kunjungan
pasien – PERMENKES No. 31
- Proses pengumpulan:
a. Petugas melakukan pengentryan diagnosis penyakit yang bersumber dari
register kunjungan pasien setelah selesai pelayanan di puskesmas, puskesmas
pembantu, puskesmas kelilung, bidan desa, dan pemegang program
b. Data di serahkan ke petugas SP2TP untuk diolah dan dirangkum
c. Data dikirim secara rutin ke dinkes (paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya)
- Terdapat keterlambatan dalam menyelesaikan entry data sehingga pengolahan data
jadi terhambat

3. Proses Pengolahan Data LB1


- Pengolahan LB1:
a. Komputerisasi
1) Petugas SP2TP merekap diagnosis penyakit yang diketik ek dalam microsoft
excel
2) Data dipindahkan dan diolah ke format microsoft excel dari dinkes
3) Data yang sudah diolah di print dan di tanda tangani oleh penanggung jawab
klinis dan kepala puskesmas kemudian diberi cap
b. Manual
Merekap diagnosis penyakit dengan cara menulis kedalam buku yang telah
dibuat tabel mengakibatkan keterlambatan dalam pembuatan laporan

4. Proses Penyajian Data LB1


- Penyajian LB1:
a. Tabel excel
b. Tabel manual
c. Tabel dan grafik excel 
Lebih mudah dan dapat mempercepat perhitungan dalam penyajian LB1
- Penyajian LB1 berisikan distribusi kasus penyakit menurut golongan umur dan
jenis kelamin

5. Proses Pengiriman Data LB1


- PERMENKES No. 92 Tahun 2013 – penyelenggaraan komunikasi data dalam
sistem informasi kesehatan terintegrasi
Pengisian dan pengajuan data kesehatan prioritas dilakukan paling lambat tanggal
10 pada bulan berikutnya untuk pelaporan data bulanan
- Pengiriman LB1 dalam bentuk:
a. Soft copy
Dikirim melalui email dinkes/kesda
b. Hard copy
Diserahkan ke dinkes tapi masih ada yang terkendala / terlambat dalam
pengiriman laporan ke Dinkes. Penyebab: manajemen waktu yang kurang baik,
kurangnya SDM, dll

Adapun beberapa saran atau pendapat yang diberikan penulis jurnal terkait tahap
pelaksanaan LB1 adalah sebagai berikut:
1. Proses pengumpulan LB1 bersumber dari register kunjungan pasien puskesmas induk
dan puskesmas pembantu, kemudian langsung dilakukan rekapitulasi terlebih dahulu
dan setelahnya baru dikirim ke dinkes
2. Pengolahan LB1 sebaiknya dibuat secara komputerisasi dengan cara merekap
diagnosis penyakit ke dalam format yang telah diberikan oleh dinkes, sehingga
pengolahan laporan bisa cepat dan efisien
3. Penyajian LB1 sebaiknya secara tabel excel dan grafik excel, karena data tersebut akan
lebih mudah untuk dipahami serta dapat mempercepat perhitungan dalam penyajian
LB1
4. LB1 dikirim dalam bentuk softcopy dan hard copyyang ke dinas kesehatan antara
tanggal 1 s/d 10 setiap bulan berikutnya
Apabila terjadi keterlambatan dalam pengiriman LB1 ke dinkes, maka dapat
mengakibatkan kasus kesakitan yang ada di wilayah kerja puskesmas meningkat karena
tidak segera ditangani dan diatasi (sosialisasim, imunisasi, vaksin, dsb)

5. Analisis Jurnal 5 (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) di


Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu Provinsi NTB)
Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) merupakan
kegiatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di
masyarakat (SK Menkes No 63/Menkes/SK/11/1981). Sistem pencatatan dan pelaporan
terpadu puskesmas (SP2TP) adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap
untuk pengelolaan puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana, dan kegiatan pokok
yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh puskesmas.
Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) dikirim ke dinas
kesehatan kabupaten atau kota setiap awal bulan. Dinas kesehatan kabupaten atau kota
mengolah kembali laporan puskesmas dan mengirimkan umpan baliknya ke dinas
kesehatan provinsi dan departemen kesehatan pusat. Feed back terhadap laporan
puskesmas harus dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas untuk dapat dijadikan
evaluasi keberhasilan program. Jenis dan periode laporan yaitu (1) Bulanan, data
kesakitan, data kematian, data operasional (gizi, imunisasi, KIA, KB, dsb.), data
manajemen obat, (2) Triwulan, data kegiatan puskesmas, (3) Tahunan, umum dan
fasilitas, sarana, dan tenaga.
1. Pencatatan
Pencatatan SP2TP ditiap puskesmas di Kabupaten Dompu diambil dari
masing-masing program yaitu laporan bulanan data kesakitan (LB1), laporan bulanan
pemakaian dan lembar permintaan obat (LB2), laporan gizi, KIA, imunisasi dan
pemberantasan penyakit menular (LB3), serta laporan bulanan kegiatan puskesmas
(LB4) dan dilengkapi oleh puskesmas baru dikirim ke dinas kesehatan setiap
bulannya tiap tanggal 10 dan semua laporan dikerjakan secara manual. Pencatatan
seperti itu sangat kurang efisien karena ada kesulitan menunggu kecepatan
pengumpulan laporan dari teman-teman program KIA, gizi, imunisasi, semua
program puskesmas dan mempersulit petugas dan kelemahannya data tentang
kesehatan tidak menyeluruh, koordinasi antar tim kesehatan tidak ada, dan layanan
kesehatan yang tuntas sulit dilakukan. Setiap petugas kesehatan dituntut membuat
pencatatan yang baik, sistematis, jelas, ringkas, dan mengacu pada intervensi yang
diberikan tentang data Kesehatan.

2. Pelaporan
Pelaporan SP2TP yang dilakukan dan dikirim sudah lengkap, tapi ada beberapa
yang tidak lengkap, permasalahannya adalah keterlambatan pengiriman laporan dari
puskesmas pembantu karena tidak ada koordinasi tentang waktu dalam pengumpulan
laporan, tidak ada buku petunjuk, masalah transportasi, mati lampu, tidak ada honor
khusus. Data dan informasi yang lengkap sangat dibutuhkan oleh tiap pengguna
informasi dengan adanya keterlambatan mempengaruhi tepat tidaknya keputusan yang
dibuat oleh para pengambil keputusan karena sangat bergantung dari informasi yang
didapat dan informasi yang dihasilkan tidak lengkap dan salah maka pengambilan
keptusan akan menjadi tidak tepat dan salah sasaran. Data dan informasi yang lengkap
akan membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat dan bermanfaat baik jangka
pendek maupun jangka Panjang.
- Laporan bulanan data kesakitan (LB1), laporan bulanan pemakaian dan lembar
permintaan obat (LB2), laporan gizi, KIA, imunisasi dan pemberantasan penyakit
menular (LB3), serta laporan bulanan kegiatan puskesmas (LB4).
- Laporan tahunan data dasar (LT1), laporan tahunan data kepegawaian (LT2), dan
laporan tahunan data peralatan (LT3).

3. Pelaksanaan
SP2TP harus dikirim paling telat tanggal 10 ditiap bulannya ke Dinas
Kesehatan, yang dilakukan dan dikirim oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan
pengiriman laporan sebelum tanggal 10 ditiap bulannya. Pelaksanaan SP2TP di
Puskesmas Kabupaten Dompu cukup membantu untuk mengumpulkan data karena
dilaksanakan dengan baik oleh tenaga SP2TP di tiap puskesmas dan tepat waktu
dalam pengiriman ke Dinas Kesehatan karena dikirim sebelum tanggal 10 ditiap
bulannya dan masing-masing puskesmas selalu berusaha menghimbau secara lisan
maupun dihimbau dalam setiap kegiatan seperti rapat minilokakarya yang diadakan
setiap bulannya.

4. Pengawasan
Pengawasan yang dilakukan pada SP2TP sudah berjalan di tiap puskesmas di
kabupaten dompu karena setiap laporan yang masuk ke dinas kesehatan selalu
dilakukan analisis oleh pengurus SP2TP di Dinas Kesehatan terutama tentang adanya
peningkatan 10 kasus penyakit, walaupun sudah adanya analisis dari Dinas Kesehatan
dan pengawasan oleh Kepala Puskesmas, laporan SP2TP yang dikirim ke Dinas
Kesehatan tetap memiliki permasalahan terutama tentang kelengkapan laporan yang
dikirim oleh puskesmas. Pengawasan dengan menggunakan pengukuran hasil kinerja
aktual pegawai yaitu:
- Pengamatan (observasi) secara pribadi yang dilakukan pimpinan yang memantau
aktivitas pegawai di wilayah kerja puskesmas.
- Laporan lisan dapat berupa wawancara, pertemuan kelompok. mengandung
kelebihan tertentu karna informasi ditransisi secara lisan dan di dalamnya terdapat
kontak pribadi.
- Laporan tertulis digunakan untuk memperoleh keterangan atau hasil pekerjaan
yang mencakup data yang komprehensif dan bermanfaat untuk penyusunan
statistik.
Inspeksi dengan menggunakan pembanding kualitas pelayanan kesehatan
dengan standar layanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyati, Sri dan Nimas Dewi Lestari. 2022. Pemanfaatan Data Rekam Medis dalam
Pelaporan Bulanan di Puskesmas Kejaksan Cirebon.
(https://ijhim.stikesmhk.ac.id/index.php/ojsdata/article/download/40/29/224), diakses
pada 8 Mei 2023
Tiara, Linda dan Subinarto. 2019. Analisis Penyebab Tidak Digunakannya Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas (Simpus) dalam Penerimaan Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Kalimas Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang, Jurnal Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan Volume 2 No 2.
(https://www.researchgate.net/publication/336920441_Analisis_Penyebab_Tidak_Dig
unakannya_Sistem_Informasi_Manajemen_Puskesmas_Simpus_dalam_Penerimaan_
Pasien_Rawat_Jalan_di_Puskesmas_Kalimas_Kecamatan_Randudongkal_Kabupaten
_Pemalang), diakses pada 6 Mei 2023
Christanti Dwi, dan Rita Dian Pratiwi. 2016. Analisis Penyebab Kegagalan Penggunaan
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) dalam Penerimaan Pasien Rawat
Jalan di Puskesmas Adimulyo Kabupaten Kebumen, Jurnal Kesehatan Nasional
JKesVO. (https://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo/article/view/27460), diakses pada 6 Mei
2023
Mohi, I., Tarigan, SFN., dan Abudi, R. 2022. Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen
(Sim) di Puskesmas Sipatana Menggunakan Metode Human Organization
Technology Fit (Hot-Fit). Public Health and Surveilance Review. 34-39.
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jje. Diakses pada tanggal 10 Mei 2023
Muslamet, A., Suryoputro, A., dan Mawarni, A. 2019. PELAKSANAAN SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN KESEHATAN IBU DAN ANAK (SIM KIA) DENGAN
PENDEKATAN TASK TECHNOLOGY FIT (TTF) DI PUSKESMAS ROWOSARI
KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal), 7(1), 11-
19. http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm. Diakses pada tanggal 10 Mei 2023
Yahya, EDR. 2021. TINJAUAN PELAKSANAAN LAPORAN BULANAN DATA KESAKITAN
(LB 1) DI PUSKESMAS. KARYA TULIS ILMIAH LITERATURE VIEW.
https://stikespanakkukang.ac.id/assets/uploads/alumni/0e9dbd10fbb7051247b457a4
164aebf0.pdf. Diakses pada tanggal 10 Mei 2023
Poshimbi, M., Herlina, A. dan Lasahari, S. U. 2021. Efektifitas SIMPUS Terhadap
Pelayanan Kesehatan Primary Care BPJS di UPTD Puskesmas Unaaha Kabupaten
Konawe Tahun 2020. Jurnal Kesehatan Masyarakat Celebes, 2(03), 39 – 41.
(https://jkmc.or.id/ojs/index.php/jkmc/article/view/71/37), diakses pada 9 Mei 2023
Rewah, Daniel R., Sambiran, S. dan Pangemanan, F. 2020. EFEKTIVITAS PENERAPAN
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI KOTA MANADO
(Studi Puskesmas Bahu). JURNAL EKSEKUTIF, 2(5).
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/30201), diakses
pada 9 Mei 2023
Muniroh, S. K., Fannya, P. dan Widjaja, L. 2021. TINJAUAN TAHAP-TAHAP
PELAKSANAAN LAPORAN BULANAN DATA KESAKITAN (LB1) LITERATURE
REVIEW. Jurnal Manajemen Informasi dan Administrasi Kesehatan (JMIAK), 4(2).
(https://journal.univetbantara.ac.id/index.php/jmiak-rekammedis/article/view/1786),
diakses pada 9 Mei 2023
Cahyani, Anggita Pramesti Putri. Hakim, Fahmi. Fiqi Nurbaya. 2020. EVALUASI
PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS)
DENGAN METODE HOT-FIT DI PUSKESMAS GATAK. Prodi Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Veteran Bangun
Nusantara. Diakses pada tanggal 10 Mei 2023.
Noor, Ahmad Yani. Ainy, Nurrul. EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) TERINTEGRASI DI KULONPROGO
YOGYAKARTA Poltekkes Permata Indonesia Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.
Diakses pada tanggal 06 Mei 2023.
Asmanto, Budi. Mustika, Tria, Agustina. IMPLEMENTASI METODE SDLC PADA
APLIKASI PENGOLAHAN DATA LAPORAN BULANAN KEGIATAN PUSKESMAS
Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas
Muhammadiyah Metro, Program Studi Ilmu Komputer, Fakultas Ilmu Komputer,
Universitas Muhammadiyah Metro. Diakses pada tanggal 08 Mei 2023.
Ritonga, Zulham Andi. Mansuri, Insan. 2017. EVALUASI PELAKSANAAN
PROGRAMSISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS
(SP2TP) DI PUSKESMAS RANTANG. Jurnal Ilmiah Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan Imelda.2(2). 292-306. Diakses pada tanggal 10 Mei 2023
Fikri, Rahmatia Laelatul. 2019. EVALUASI PENERAPAN SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) MELAKUI METODE PIECES LAYANAN
KUNJUNGAN RAWAT JALAN PUSKESMAS BOGOR UTARA TAHUN 2018.
PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(4). 294-300.
http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR. Diakses pada tanggal 10
Mei 2023
Suryani, Nurul Dwi. Solikhah. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU
PUSKESMAS (SP3TP) DI WILAYAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN DOMPU
PROVINSI NTB. KESMAS. 7(1). 1-54. Diakses pada tanggal 10 Mei 2023

Anda mungkin juga menyukai