Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN KELOMPOK STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI BANGSAL FRANSISKUS RUMAH SAKIT SUAKA INSAN BANJARMASIN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
1. AGNES DWI SANTI, S.Kep 113063J121059

2. BERNIATI, S.Kep 113063J121060

3. EDWIN , S.Kep 113063J1210 61

4. FITRIYADI, S.Kep 113063J121062

5. HERRY RACHMAN, S.Kep 113063J121063

6. KARTIKA PUTRI BR PURBA, S.Kep 113063J121064

7. MISRAN ARIADI, S.Kep 113063J121065

8. RAIHANI, S.Kep 113063J121066

9. SONIDAWATI, S.Kep 113063J121067

10.SUNTHI WAHYUNINGTYAS,S.Kep 113063J121068

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN
2022/2023

BAB II
HASIL PENGKAJIAN
A. Kajian Situasi Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin

1. Visi dan Misi

Visi Rumah Sakit

Visi Rumah Sakit Suaka Insan adalah “Terselenggaranya Pelayanan

Kesehatan yang Bermutu dan Menyeluruh dengan Semangat Kasih”

Misi Rumah Sakit

Misi Rumah Sakit Suaka Insan adalah “Meneruskan Karya Penyelamatan


dan Kasih Allah dalam Penyembuhan”

2. Motto Rumah Sakit

Motto Rumah Sakit

Motto dari Rumah Sakit Suaka Insan adalah “In Omnimbus Caritas” yang
berarti “Segalanya dalam Kasih”

3. Tata Letak Rumah Sakit

Gambar 2.1

Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin

Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin terletak di Jl. Zafri Zam-zam


No.60 Banjarmasin, Kelurahan Belitung Selatan Kecamatan Banjarmasin
Barat. Luas Lahan 62. 100 m2 dengan luas bangunan 17.523 m2. Adapun
batas-batas Rumah Sakit Suaka Insan Banjannasin adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Jl. Zafri Zam-zam
b. Sebelah Timur : Jl. Batu Benawa
c. Sebelah Selatan : Kompleks DPR
d. Sebelah Barat : J1. Cendrawasih
Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin merupakan salah satu Rumah
Sakit Swasta Tipe C milik Yayasan Katolik SPC. Jauh sebelum didirikan
Rumah Sakit Suaka Insan, kehadiran dan pelayanan sebuah Rumah Sakit
Katolik sudah dicita-citakan oleh umat Katolik di Banjarmasin. Sebelum tahun
l930, sekelompok kecil umat Katolik telah merencanakan untuk membuka
sebuah Rumah Sakit. Meskipun banyak yang bersemangat, tetapi rencana
tidak terlaksana. Sesudah perang dunia ke II Pimpinan Gereja Katolik di
Banjamasin beberapa kali merencanakan pembangunan sebuah Rumah Sakit
Kota, tetapi dihalangi berbagai macam kesulitan, terutama belum ada
kongregasi suster yang bersedia mengelolanya.

Pada waktu itu dirasakan tanpa suster-suster mustahil membuka


Rumah Sakit, pada tahun 1962, saat Uskup Banjarmasin menghadiri sidang
pertama konsili Vatikan II di Roma, Uskup berkesempatan menghubungi
pimpinan umum Kongregasi suster Santo Paulus dari Chartes. Dalam waktu
dua bulan kongregasi suster telah menerima undangan Uskup. Negara Filipina
bersedia untuk mengirim suster-suster pertama. Keuskupan Banjarmasin
membeli talah seluas enam hektar dan pada tahun 1966 Rumah Sakit Suaka
Insan mulai dibangun.

Pada tahun 1967, enam suster SPC dari Filipina tiba di Banjarmasin.
Pembangunan rumah masih belum selasai, selama menunggu selesainya
Rumah Sakit, suster-suster membuka sebuah Poliklinik sambil mempersiapkan
segala sesuatuyang diperlukan untuk sebuah Rumah Sakit yang akan dibuka.
Tanggal 23 Februari 1972 Rumah Sakit baru berkapasitas 70 tempat tidur dan
68 karyawan diberkati oleh Mgr.W. Demarteau MSF selaku Uskup
Banjarmasin dan memberi nama“Rumah Sakit Suaka Insan”.

Hari berikutnya Rumah Sakit sudah mulai menerima pasien, secara resmi
Rumah Sakit Suaka Insan dibuka oleh Gubernur Kalimantan Selatan pada
Tanggal 14 April 1972.
Rumah Sakit Suaka Insan merupakan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan dalam bentuk badan hukum yayasan dengan nama yayasan
adalah Yayasan Suaka Insan Kesehatan. Walaupun manajemen rumah sakit
berbasis manajemen bisnis, namun Rumah Sakit Suaka Insan memiliki tujuan
pelayanan sosial sesuai dengan tujuan yayasan.

Pengembangan jenis pelayanan dan penambahan kapasitas juga


dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
yang bermutu dengan sentuhan manusiawi. Maka pada tanggal 01 April 1972,
dibangun ruang VIP dan ruang isolasi yang diresmikan melalui SK
Pengawas/Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan No. III-
SK540-l4-B.

Pada tahun 2010 Rumah Sakit Suaka Insan lulus Akreditasi Rumah
Sakit 12 pelayanan dan terus melakukan perluasan serta pengembangan,
hingga pada tahun 2014, Kapasitas tempat tidur di RS Suaka Insan adalah 200
tempat tidur, karyawan total berjumlah 414 orang, melayani semua pelayanan
spesialis dasar di klinik spesialis. Pada akhir tahun 2017 Rumah Sakit Suaka
Insan diakreditasi dengan hasil paripurna yang mendapat predikat bintang
lima.

B. Kajian Situasi Bangsal Teresa Rumah Sakit Suaka Insan


Pengkajian sistem manajemen di Bangsal Teresa RS Suaka Insan dilakukan
dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 13-14 Januari 2023 melalui metode:
 Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, beberapa perawat
pelaksana, dan Supervisor ruangan.
 Observasi dilakukan oleh kelompok manajemen pada shift pagi, yaitu
observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan,
penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja, dan komunikasi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan.
 Penyebaran kuesioner, kuesioner disebarkan pada tanggal 15-18 Januari
2023.
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data.
Uraian Tugas Dari Struktural Organisasi Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
1. Struktur Organisasi Bangsal Teresa
Tabel 2.1 Daftar Ketenagaan Berdasarkan jabatan di Bangsal Teresa
tahun 2023

No Nama Jabatan Pendidikan Kualifikasi


1 Maria Magdalena, AMK Ka.Ruanga D III PM I
n
2 Septriani Indah Metsy Sekertaris SLTA -
3 Dian Nursiyanti U, AMK Staf D III PK III
4 Rusmila, AMK Staf D III PK I
5 Diah.N.Asbari, AMK Staf D III PK I
6 Fitriani, AMK Staf D III PK I
7 Atma sari D, AMK Staf D III PK I
8 Yusna meila M, AMK Staf D III PK II
9 Marhamah, AMK Staf D III PK I
10 Septilia utami, AMK Staf D III PK II
11 Maria Avilla.S.Kep.Ns Staf Ners PKI

12 Gedau Pekarya SLTA -


13 Saliana Pekarya SPK -

2. Uraian Tugas Wewenang


1) Kepala Ruangan
Kedudukan
Kepala ruangan adalah seorang perawat profesional secara teknis
fungsional bertanggung jawab kepada kepala bidang keperawatan melalui
perawat pengawas keperawatan secara operasional bertanggung jawab
kepada kepala instalasi.
Tugas pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan diruang
rawat yang berada di wilayah tanggung jawab nya
Uraian Tugas
Melaksanakan fungsi perawatan,meliputi:
- Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta lain sesuai
dengan kebutuhan
- Merencanakan jumlah jenis peralatan yang diperlukan sesuai
kebutuhan.
- Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan atau asuhan
keperawatan yang akan di selenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
- Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan meliputi:
- Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang
rawat
- Memberikan pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standard dan ketentuan.
- Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan diruang
rawat.
- Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan
tenaga lain yang beraada di wilayah tanggung jawabnya.
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang perawatan
antara lain melalui pertemuan ilmiah.
- Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar mencapai pelayanan yang
optimal.
- Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain
sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
- Melaksanakan program oerientasi kepada tenaga perawatan baru atau
tenaga lain yang akan bekerja di ruang rawat
- Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat,obat dan bahan
lain yang di perlukan diruang rawat.
- Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
- Mempertanggung jawabkan pelaksanaan invetarisasi peralatan.
- Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarga meliputi
penjelasan tentang peraturan rumah sakit. Tata tertib ruangan,fasilitas
yang ada,cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari
diruangan.
- Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visite).
- Mengelompokan pasien dan mengatur penempatannya diruang rawat
inap menurut tingkat kegawatannya,infeksi dan non infeksi untuk
memudahkan pemberian asuha keperawatan.
- Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang di rawat untuk
mengetahui keadaannya dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah yang di hadapinya.
- Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
- Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien ataupun keluarga
dalam batas kewenangan.
- Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
- Memeliharan dan mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan
asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan
benar. Untuk tindakan perawatan selanjutnya.
- Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruangan yang
lain,seluruh kepala bidang,kepala bagian,kepala instalasi dan kepala
unit di rumah sakit.
- Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
petugas,pasien dan keluarganya sehingga memberikan keterangan.
- Meneliti pengisian fomulir sensus harian pasien diruangan.
- Memeriksa dan meneliti pengisian ddaftar permintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien. Kemudian memeriksa
dan meneliti ulang saat pengkajian sesuai dengan deritanya.
- Memelihara buku register dan berkas catatan medik.
- Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan
asuhan keperawatan serta kegiatan lain diruang rawat.
- Melaksanakan fungsi pengawasan,pengendalian dan penilaian,meliputi:
mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan.
- Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dibidang keperawatan .
- Mengawasi dan megendalikan pendayagunaan peralatan perawatan
serta obat-obatan secara efektif dan efisien
- Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dna pelaporan kegiatan
asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain diruanga rawat.

2) Kepala Grup Atau Perawat Primer


Kedudukan
Perawat ketua grup atau perawat primer adalah seorang perawat
profesional dalam melaksanakan tugas,bertanggung jawab kepada kepala
ruangan.
Tugas pokok
Melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien atau anggota keluarga
sesuai dengan standard profesi serta menggunakan daftar memeliharan
logistik keperawatan secara efektif dan efisien.
Uraian Tugas
- Melakukan kontrak dengan klien atau keluarga pada awal masuk
ruangan sehingga tercipta hubungan tepeutik,hubungan ini dibina
secara terus menerus pada saat melakukan pengkajian atau tindakan
kepada klien/keluarga panduan orientasi ini sebaiknya dilaminating dan
digantung di kamar klien sehingga setiap saat klien/keluarga dapat
membaca kembali.
- Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian
yang sudah ddilakukan pp pada sore,malam atau hari libur.
- Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standard
renpra sesuai dengan hasil pengkajian.
- Melaksanakan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah
tanggung jawabnya sesuai dengna klien yang dirawat (pre conference).
Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien setiap kali
giliran jaga (shift) pembagian klien didasarkan pad ajumlah
klien,tingkat ketergantungan klien,dan tempat tidur yang berdekatan.
Bila pada satu tugas jaga (shift) PP di dampingi oleh 2 orang PA,maka
semua klien dibagi pada kedua PA sebanyak penanggung jawabnya. PP
akan membimbing dan membantu PA dalam memberikan asuhan
keperawatan,bila PP
- hanya didampingi oleh satu orang PA pada satu tugas jaga maka
jumlah klien yang menjadi tanggung jawab PP adalah sebanyak 20%
dan klien tersebut termasuk klien dengan tingkat ketergantungan
minimal serta klien lainnya menjadi tanggung jawab PA penetapan ini
dimaksudkan agar PP memiliki waktu untuk membimbing dan
membantu PA dibawha tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan
keperawatan.
- Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam melakukan
tindakan keperawatan,apakah sesuai dengan SOP.
- Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA.
- Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan
ddan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA.
- Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium.
- Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung jawabnya
bersama dengan PA.
- Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung jawabnya,bila PP
tidak ada visite di dampingi oleh PA sesuai dengna timnya.
- Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari.
- Melakukan pertemuan dengan klien atau keluarga minimal setiap 2 hari
untuk membahas kondisi keperawatan klien (bergantung pada kondisi
klien). bila PP cuti atau libur, tugas-tugas PP di delegasikan kepada PA
yang telah ditunjuk (wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang rawat.
- Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien atau pun keluarga.
- Membuat perencanaan pulang.

3) Perawat Pelaksana
Uraian Tugas
- Membaca renpra yang telah ditetapkan PP
- Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, sebagai lanjutan
kontrak yang sudah dilakukan PP.
- Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi format
orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat.
- Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan renpra.
- Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format tersedia.
- Mengikuti visite dokter bila PP tidak ditempat.
- Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
- Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai di paraf.
- Mengomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang
perlu diselesaikan.
- Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium,
pengobatan dan tindakan.
- Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada
klien/keluarga yang dilakukan oleh PP
- Melakukan investarisasi fasilitas yang terkait dengan timnya.
- Membantu tim lain yang membutuhkan.
- Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang
menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.

3. Model Layanan
Metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.
Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode
fungsional, metode tim, metode kasus, modifikasi metode tim-primer.
Metode praktik keperawatan yang di lakukan di Bangsal Teresa
merupakan Metode SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan
profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek
Keperawatan Profesional ) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama
profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga
kesehatan lainnya.
Salah satu upaya dalam peningkatan indikator mutu pelayanan
keperawatan adalah melalui SP2KP. SP2KP merupakan kegiatan pengelolaan
asuhan keperawatan di setiap unit ruang rawat di rumah sakit. Komponennya
terdiri dari: perawat, profil pasien, sistem pemberian asuhan keperawatan,
kepemimpinan, nilai-nilai profesional, fasilitas, sarana prasarana (logistik)
serta dokumentasi asuhan keperawatan.
Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan
dilakukan secara berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya
tanggung jawab dan tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan
profesional.
Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang
bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang
diberikan. Pada MPKP , perawat primer adalah perawat lulusan sarjana
keperawatan/Ners.

4. Gambaran Alur Asuhan Keperawatan (Flow of care)

PASIEN UMUM : PASIEN LAMA RUANG PERIKSA


UGD
PASIEN BARU (TINDAKAN)
POLIKLINIK

RUJUKAN:
PUSKESMAS / RS LAIN PPB
JAMINAN PERUSAHAAN (PENERIMA PASIEN BARU
)

RAWAT INAP

TATA USAHA /
KASIR

PULANG

5. Kapasitas Layanan
Bangsal Teresa merupakan Bangsal perawatan anak yang terdiri dari 9 kamar
dengan kapasitas 12 TT. Yang terdiri dari VVIP D,ada 5 kamar
(T1,2,7,8,9),VVIP C, ada 1 kamar (T3),kelas 1B ada 2 kamar (T5,6),kelas III
B,ada 1 kamar dengan 4 TT ( T4a,4b,4c,4d )

C. Unsur Input
1. Analisa Pasien di Ruang Rawat Inap Bangsal Teresa RS Suaka Insan
a. Kajian Teori
1) Pengertian

Istilah pasien berasal dari kata kerja bahasa latin yang artinya
“menderita”, secara tradisional telah digunakan untuk menggambarkan
orang yang menerima perawatan. Konotasi yang melekat pada kata itu
adalah ketergantungan. Karena alasan inilah banyak perawat memilih
kata pasien, yang berasal dari kata kerja bahasa latin yang artinya
“bersandar” dan berkonotasi bekerja sama dan independen.
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan
baik secara langsung maupun tidak langsung di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Kemenkes 2022). Sedangkan kepuasan adalah perasaan
senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan
terhadap aktivitas dan suatu produk dengan harapannya (Nursalam;
2011). Kotler (dalam Nursalam; 2011) menyebutkan bahwa kepuasan
adalah perasan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau
hasil suatu produk dan harapanharapannya.

2) Hak Dan Kewajiban Pasien

Berdasarkan undang-undang No 44 Tahun 2009 pasal 31 tentang


kewajiban pasien yaitu :
a) Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap rumah sakit atas
pelayanan yang di terimanya
b) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan
peraturan menteri
Berdasarkan undang-undang No 44 tahun 2009 pasal 32 tentang hak
pasien yaitu :
a) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
b) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
c) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi;
d) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional;
e) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi;
f) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
g) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
h) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun
di luar Rumah Sakit
i) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya;
j) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
k) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
l) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m)Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
n) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit;
o) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya;
p) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya;
q) Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana; dan
r) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Undang-Undang Perlindungan Pasien


Berdasarkan UU No.8 / 1999 tentang Perlindungan Konsumen
a) Kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
b) Memilih informasi yang benar, jelas, dan jujur
c) Didengar pendapat dan keluhannya
d) Mendapatkan advokasi, pendidikan & perlindungan konsumen
e) Dilayani secara benar, jujur, tidak diskriminatif
f) Memperoleh kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian

4) Klasifikasi Pasien

Instalasi rawat inap merupakan unit pelayanan non struktural yang


menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat
inap. Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan
yang terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa
fungsi pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien
yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya.

Rawat inap merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien


dirawat dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu. Selama
pasien dirawat, rumah sakit harus memberikan pelayanan yang terbaik
kepada pasien (Posma (2001) yang dikutip dari Anggraini (2008)).

a) Memberikan bantuan kepada orang yang mempunyai kebutuhan


b) Memberikan pelayanan atas semua hal berikut ini:
- Apa yang mereka kehendaki - Kapan mereka menghendaki
- Siapa yang ingin mereka temui
- Mengapa mereka menginginkannya
Cara apa yang mereka kehendaki dalam melekukan pekerjaan
tersebut. Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk
rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan
observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik
lainnya (Depkes RI (1997) yang dikutip dari Suryanti (2002)).

5) Kegiatan Pelayanan Rawat Inap


a) Penerimaan Pasien (Admission)
b) Pelayanan Medik
c) Pelayanan Penunjang Medik
d) Pelayanan Perawatan
e) Pelayanan Obat
f) Pelayanan Makanan
g) Pelayanan Administrasi Keuangan
Menurut Revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada
pelayanan rawat inap akan mengalami tingkat proses transformasi,
yaitu:
a) Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan
keyakinan dirawat tinggal di rumah sakit.
b) Tahap Diagnosis,yaitu pasien diperiksa ditegakan diagnosisnya.
c) Tahap Treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukan
dalam program perawatan dan therapi.
d) Tahap Inspection, yaitu secara continue diobservasi dan dibandingkan
pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.
e) Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien
dipulangkan, pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga
kembali ke proses untuk didiagnosa ulang
6) Klasifikasi Perawatan di Rumah Sakit
Klasifikasi perawatan rumah sakit telah ditetapkan
berdasarkan tingkat fasilitas pelayanan yang disediakan oleh
rumah sakit, yaitu seperti berikut :
a) Kelas I
b) Kelas II
c) Kelas III
7) Klasifikasi Pasien
a) Berdasarkan kedatangannya
b) Pasien Baru
c) Pasien Lama
d) Berdasarkan Pengirimnya
e) Dikirim oleh dokter rumah sakit
f) Dikirim oleh dokter luar
g) Rujukan dari puskesmas dan rumah sakit lain
h) Datang atas kemauan sendiri
8) Kualitas Pelayanan Rawat Inap
Menurut Jacobalis (1990) kualitas pelayanan kesehatan di ruang
rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya
adalah :
a) Penampilan keprofesian atau aspek klinis
b) Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku dokter dan
perawat dan tenaga profesi lainya.
c) Efisiensi dan efektifitas.
d) Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah
sakit agar dapat berdaya guna dan berhasil guna.
e) Keselamatan Pasien.
f) Aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien.
g) Kepuasan Pasien.
h) Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental, dan sosial pasien
terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan,
kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan
dan sebagainya.
b. Pasien yang di rawat
Tabel 2.2 Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Kelompok Usia
Periode Bulan Desember 2022

No Kelompok Usia F %
1 ≥ 1 Tahun 15 16
2 1-5 Tahun 65 70
3 6-10 Tahun 10 11
4 11-19 Tahun 3 3
Total 93 100
Sumber Data : Bangsal Teresa, 2022

Tabel 2.3 Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Pembayaran


Periode Bulan Desember 2022

N Jenis Pembayaran F %
o
1 Umum 89 96
2 Asuransi 4 4

Total 93 100
Sumber Data : Bangsal Teresa, 2022
Tabel 2.4 Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Tempat Tinggal
Periode Bulan Desember 2022

N Asal Daerah Pasien F %


o
1 Banjarmasin 93 100

2 Luar Banjarmasin 0 0

Total 93 100

Tabel 2.5 Survei Masalah Keperawatan di Bangsal Teresa periode


Tanggal 13-14 januari 2023

No Aspek Yang Di Nilai F %

1 Hipertermi 7 70

2 Bersihan jalan nafas inefektif 3 30

Total 10 100

Sumber Data : : Bangsal Teresa, 2023

c. Analisa Data

Dari hasil observasi catatan medik pasien di dapatkan data


mengenai 2 masalah keperawatan yang terbanyak selama 2 hari
pengkajian di dapatkan jumlah pasien sebanyak 10 orang. Dengan
distribusi berdasarkan kelompok usia terbanyak yaitu pada rentang
usia 1-5 tahun sebanyak 90 % (9 orang) dan rentang usia 6-10 tahun
sebanyak 10 % (1 orang). Berdasarkan asal tempat tinggal daerah
kalsel sebanyak 100 % (4 orang) dengan distribusi pembayaran umum
100 % (10 orang). Adapun masalah keperawatan yang dapatkan antara
lain yaitu hipertemi sebanyak 70 % (7 orang) dan bersihan nafas tidak
efektif 30%( 3 Orang )

Tantangan perawat yang akan di hadapi dalam meningkatkan


kualitas asuhan keperawatan yang berdampak pada peningkatan
kepuasan pasien terkait dengan hak dan kewajiban pasien yang harus
dipenuhi oleh tenaga perawat adalah tanggung jawab terhadap
Tuhannya (Responbility to God), tanggung jawab terhadap klien dan
masyarakat (Responbility to Client and Society), dan tanggung jawab
terhadap teman sejawat dan atasan (Responbility to Colleague and
Supervisor). Tanggung jawab secara umum, yaitu :
1) Menghargai setiap pasien dan keluarganya
2) Menghargai hak pasien dalam hal pengobatan, prosedur atau obatobatan
tertentu dan melaporkan penolakan tersebut kepada dokter dan orang-
orang yang tepat dalam tempat tersebut
3) Menghargai setiap pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan
informasi
4) Apabila di delegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan-pertanyaan
pasien dan memberi informasi yang biasanya dikerjakan oleh dokter
5) Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal-hal penting
pada orang yang tepat
6) Mempertahankan standar asuhan keperawatan

2. Analisis Unit Layanan Keperawatan


Gambaran hasil analisa situasi ruangan di Bangsal Teresa dideskripsikan
sebagai berikut:
1. Man (M1)
a. Pasien
Bangsal Teresa adalah ruang rawat inap untuk pasien anak yang terdiri
dari ruang VIP, kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 dengan kapasitas 12 tempat
tidur.
1) Rekapitulasi kunjungan rawat inap di Bangsal Teresa
Tabel 2.6 Rekapitulasi Kunjungan Rawat Inap Periode Bulan
Desember Tahun 2022.

No Uraian Jumlah

1 Total dirawat 93
2 Hari rawat 305
3 Lama rawat 280
4 Pasien keluar 87
Hidup 87
Mati 0
Sumber : Data sekunder
b. Ketenagaan
1) Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesipikasi pekerjaan
Tabel 2.7 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan di
Bangsal Teresa tahun 2023

No Spesifikasi Pekerjaan Jumlah Persen


1 Perawat 11 79
2 Pekarya 2 14
3 Administrasi 1 7

Jumlah 14 100
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel 3.2 di atas, sebagian besar (79%) ketenegaan di
Bangsal Teresa adalah tenaga keperawatan.
2) Karakteristik ketenagaan berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 2.8 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Tingkat
PendidikanTahun 2023
No Pendidikan Jumlah Persen
1 Strata 1 1 7
2 Diplom III 10 79
3 SLTA 2 14
Jumlah 14 100
Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.3 di atas, sebagian besar (79%) ketenagaan di


Bangsal Teresa berpendidikan Diploma III.

Tabel 2.9 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat


Pendidikan di Bangsal TeresaTahun 2023

No Tingkat Pendidikan Jumlah %


1 D III Keperawatan 10 91
2 D IV/SI Keperawatan 1 9
Jumlah 11 100
Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.4 di atas, sebagian besar (91%) tenaga


keperawatan di Bangsal Teresa berpendidikan Diploma III (perawat
terampil).
2) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja
Tabel 2.10 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa Kerja di
Bangsal Teresa Tahun 2023

No Masa Kerja Jumlah %


1 > 5 tahun 10 92,30
2 < 5 tahun 1 7,70
Jumlah 13 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.5 di atas, sebagian besar (92,30%) tenaga


keperawatan di Bangsal Teresa memiliki pengalaman kerja > 5 tahun.
3) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan Diklat yang diperoleh
Tabel 2.11 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Diklat yang
Diperoleh di Ruang Nusa Indah Tahun 2013

No Diklat Jumlah %
1 Pernah diklat 1 7,69
2 Tidak pernah diklat 12 92,31
Jumlah 13 100

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, hampir seluruhnya (92,31%) tenaga


keperawatan di Bangsal Teresa memperoleh pendidikan atau pelatihan
tambahan (seperti : diklat PPI, PPGD, BTCLS, dan lain-lain).

4) Analisis kebutuhan tenaga keperawatan di Bangsal Teresa


a) Analisa kebutuhan tenaga perawat di Bangsal Teresa berdasarkan
Rumus Gillies adalah sebagai berikut :
 Rumus Gillies

AxBxC F
Tenaga Perawat (TP) = = =H
(C-D) E G

Keterangan :
A. Rata rata jumlah perawatan/ pasien/ hari
B. Rata rata jumlah pasien/hari
C. Jumlah setahun(365hari)
D. Jumlah hari libur masing masing perawat
E. Jumlah jam kerja masing masing perawat
F. Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan perawat pertahun
G. Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat pertahun
H. Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

1. Jumlah hari tak kerja/ tahun


Minggu(52 hari) + Cuti Tahunan (12hari) + libur Nasional
(14hari)=78 hari
2. Jumlah hari kerja efektif /tahun
Jumlah hari dalam setahun(365hari) – jumalah hari tak kerja
dalam setahun(76hari)=289 hari
3. Jumlah hari kerja efektif/minggu
289:7=41 , jumlah jam kerja perawat/minggu= 41
4. Cuti hamil= 12x6= 72 hari
5. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan dalam satu unit
harus ditambah 20% untuk antisipasi kekurangan atau
cadangan.
6. Jumlah tenaga keperawatanyang dibutuhkan per shift yaitu
dengan ketentuan, proporsi shift pagi 47%, Shist siang 36% dan
Shift malam 17 %
7. Kombinasi jumalah tenaga 55% Ners dan 45% D3 keperawatan.

Prinsip perhitungan Rumus Gillies


Perawatan Langsung
Menurut Minetti Huchinson ( 1994) kebutuhan perawatan langsung pasien
adalah 4 jam perhari sedangkan untuk :
 Self care dibutuhkan ½ x 4 jam = 2 jam
 Parstial care dibutuhkan ¾ x 4 jam = 3 jam
 Total care dibutuhkan 1 – 1,5 x 4 jam = 4 – 6 jam
 Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam = 8 jam
 Perawatan Tidak Langsung
 Perawatan tidak langsung meliputi kegiatan-kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang atau menyiapkan
alat,konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca
cacatan kesehatan.
Menurut Wolf dan Young dalam Gillis ( 1989 ) adalah 60
menit perhari.
 Pendidikan Kesehatan Klien
Pendidikan kesehatan untuk klien 15 menit perhari.
 Dari Hasil observasi dan sensus harian bulan Desember 2022 di
bangsal Teresa RS Suaka Insan yang berkapasitas tenpat tidur 12
tenpat tidur , didapatkan juml;ah rata-rata pasien yang dirawat per
hari 9 pasien. Kriteria pasien yang dirawat semua partial care .

 Waktu perawatan langsung


No Kategori Rata-rata Rata-rata Jam Jumlah Jam
Pasien/hari Perawatan/hari Perawatan/hari
1 Minimal Care - - -
2 Partial Care 9 3 27
3 Total Care - - -
Jumlah 9 27

 Waktu perawatan tak langsung : 60 menit X 9 = 9 jam


 Waktu Penyuluhan : 15 menit X 9 = 2,25 jam
 Jumlah jam perawatan perhari = 27 + 9 + 2,25 = 38,25 jam
Total jam jam secara keseluruhan adalah : 38,25 jam
 Menenetukan jumlah total jam perawatan yang dibutuhkan per
klien perhari adalah 38,25 jam : 9 klien = 4,25 jam.

4,25 jam/klien/hari X 9 orang/ hari X 365 hari =


365 – 76 hari / tahun X 7 jam

13961,25 jam pertahun = 6,9 orang ( 7 orang )


2023 jam/tahun
 Antisipasi kekurangan atau cadangan = 7 + 20 % = 6,9 + 1,4 = 8,3
orang.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :
8,3+3(Karu + 2Katim)= 11 Orang
 Menentukan jumlah kebutuhan tenga keperawatan yang dibutuhkan
perhari yaitu :

Rata-rata klien /hari X rata-rata jam perawatan /hari = 9 org X 4,25 = 5,4 ( 5,6 Org )
Jumlah jam kerja / hari 7 jam

 Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan pershif,


yaitu dengan ketentuan menurut Warstler ( dalam swanburg,1990
hal.71 ).Proporsi dinas pagi 47 %, sore 36 % , malam 17 %, maka
pada kondisi diatas jumlah tenaga keperawatan preshif adalah :
- Shiff pagi 2,82 orang ( 3 orang )
- Shiff sore 2,16 orang ( 2 orang )
- Shiff malam 1,02 orang ( 1 orang ).

b) Perhitungan kebutuhan tenaga perawat di Bangsal Teresa menurut


Douglas adalah :
Tabel 2.12 Jumlah Perawat Dalam Setiap Shift Jaga
Klasifikasi

Jumla Minimal Parsial Total


h
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
Pasien
9 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

Tabel 2.13 Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat


Ketergantungan
KLASIFIKASI DAN KRITERIA
Minimal Care (1-2 jam)
a. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti pakaian dan minum.
b. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
c. Observasi Tanda vital setiap shift.
d. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
e. Persiapan prosedur pengobatan
Intermediet Care (3-4 jam)
a. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
b. Observasi tanda vital tiap 4 jam.
c. Pengobatan lebih dari 1 kali.
d. Pakai foley kateter.
e. Pasang infuse, intake out-put dicatat.
f. Pengobatan perlu prosedur.
KLASIFIKASI DAN KRITERIA
Total Care (5-6 jam)
a. Dibantu segala sesuatunya.
b. Posisi diatur.
c. Observasi tanda vital tiap 2 jam.
d. Pakai NGT.
e. Terapi intravena, pakai suction.
f. Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.

Tabel 2.14 Kebutuhan Tenaga perawat di Bangsal Teresa RS Suaka


Insan Banjarmasin

Tingkat Jumlah Jumlah Kebutuhan Tenaga Tanggal 4


Ketergantungan Pagi Sore Malam
Klien
Minimal - 0x0,17=0 0x0,14= 0 0x0,07=0

Parsial 9 9x0,27=0,27 9x0,15= 0 9x0,10=0,2

Total - 0x0,36= 0 0x0,30=0 0x0,20=0

Jumlah 9 2,43 1,35 0,9

Total Kebutuhan Tenaga Perawat perhari :

Pagi : 2,43 = 3 orang


Sore : 1,35 = 2 orang
Malam : 0,9 = 1 orang
Total : 6 orang

Ditambah faktor koreksi dengan :


Loss day :
52 + 12 + 14 x 8,3 = 2,25
287
Non nursing jobs 25 %

 tenaga perawat + loss day x 25


100

8,3 + 2,25 x 25 = 2,63


100
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi + Non Nursing
Job.
8,3 + 2,25 + 2,63 = 13,18 ( dibutuhkan 13 perawat )

c) Perhitungan kebutuhan tenaga perawat di Bangsal Teresa menurut


Lokakarya PPNI

Dalam lokakarya PPNI penentuan kebutuhan tenaga perawat


dihitung dengan mengubah satuan hari dengan minggu. Jumlah hari kerja
efektif dihitung dalam minggu sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja
perhari selama 40 jam per minggu. PPNI berusaha menyesuaikan lama
kerja dan libur yang berlaku di Indonesia :

Menurut hasil Lokakarya Keperawatan ( Depkes RI tahun 1989 ),


rumusan yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan tebaga
keperawatan adalah :

Jam Perawatan 24 Jam x 7 ( tempat tidur x BOR ) +25%


Hari Kerja Efektif x 40 jam

TP : Tenaga Perawat

A : Jumlah jam perawatan / 24 jam

41 Mg+365-52(hr mg)-12 hr libur-12 hr cuti= 289/7

Produktivitas Perawat=75% TP x 125%


Diketahui jumlah tempat tidur adalah 12 unit, BOR dari periode
Desember 2022 sebanyak 81,9% , jam perawatan 4,25 jam sehingga
jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yaitu :

4,25 x52 mg x 7 hr (12 ( 12 x 0,82) + 25%


41mgg x 40 jam

15222 +25% =
1640

=9,282 +( 9,282 x 25%)


=9,282 + 2,3=11 orang
d) Perhitungan kebutuhan tenaga perawat di Bangsal Teresa menurut
Metode Rasio

Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator


personal yang diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena
sederhana dan mudah.Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara
total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan
personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang
mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk
prencanaan personal terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan
relatif stabil.Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat
keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah
sakit,dengan standar sebagai berikut :
Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT
A&B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 3/4
D 1/15 1/2 1/6 2/5
Khusus Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan

Keterangan :
TM      = Tenaga Medis
TT       = Tempat Tidur
TPP     = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP  = tenaga para medis non perawatan
TNP     = tenaga non medis

Jumlah tenaga yang dibutuhkan menurut Metode Rasio = 12


3) Analisa Data
a) Hasil Kajian Jumlah Tenaga Keperawatan
Tabel 2.15 hasil kajian jumlah tenaga keperawatan
No. Rumus/ Perhitungan Kebutuhan Jumlah Jumlah Tenaga
Jumlah Tenaga Tenaga Perawat di Keperawatan yang
Keperawatan Keperawatan Bangsal Belum
Fransiskus Terpenuhi
1. Gillies 11 11 -

2 Douglas 13 11 2

3 Lokakaya PPNI 11 11 -

4 Metode Rasio 12 11 1

Grapik 2.1 Analisa kebutuhan Tenaga Perawat

ANALISA KEBUTUHAN PERAWAT


13.5
13
12.5
12
11.5
11
10.5
10
Gillies Douglas Lokakarya PPNI Metode Rasio

Perhitungan jumlah tenaga kerja yang telah dilakukan didapatkan


hasil menurut perhitungan Gillies didapatkan rata-rata sebanyak 11 orang
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, berdasarkan hasil perhitungan
Douglas adalah 13 orang, Perhitungan PPNI didapatkan hasil 11 orang dan
perhitungan metode Rasio 12 orang.
Keempat perhitungan tersebut sangat berbeda, perhitungan Gillies
berdasarkan jam perawatan, perhitungan Douglas berdasarkan kebutuhan
menurut beban kerja yang diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar
profesi.untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga diperlukan terlebih
dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien
selama dirumah sakit.misalnya saja untuk klien yang berobat jalan,Ia akan
melalui / mendapatkan pelayanan, antara lain pembelian karcis, apotik dan
sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar
pelayanan itu berjalan dengan baik., sedangkan PPNI Prinsip perhitungan
rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies , tetapi ada penambahan
pada rumus ini yaitu 25 % untuk penyesuaian produktivitas ( sedangkan
angka 7 tersebut adalah jumlah hari dalam seminggu ). Pada metode rasio
perhitungan lebih sederhana berdasarkan tipe RS dan Jumlah Tempat tidur.
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator
personal yang diperlukan. Metoda ini paling sering digunakan karena
sederhana dan mudah.metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara
total tetapi tidak mengetahui produktivitas SDM rumah sakit ,dan kapan
personel tersebut dibutuhkan
Terdapat perbedaan jumlah tenaga keperawatan hal ini dikarenakan
perhitungan menggunakan Gillies Dougles, PPNI dan metode rasio namun
hasil tidak tidak jauh jaraknya.

a) Kajian Teori

Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20


tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan
keperawatan di Indonesia mencakup:

 Pendidikan Vokasional; yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan


jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang
diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.
 Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan
pasca sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu
pengetahuan tertentu
 Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
persyaratan keahlian khusus.
 Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor.
Sesuai dengan amanah UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut
Organisasi Profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan
Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), bersama dukungan dari
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), telah menyusun dan
memperbaharui kelengkapan sebagai suatu profesi. Perkembangan
pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang dengan berbagai
dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun 1983
saat deklarasi dan kongres Nasional pendidikan keperawatan indonesia
yang dikawal oleh PPNI dan diikuti oleh seluruh komponen keperawatan
indonesia, serta dukungan penuh dari pemerintah kemendiknas dan
kemkes saat itu serta difasilitasi oleh Konsorsium Pendidikan Ilmu
kesehatan saat itu, sepakat bahwa pendidikan keperawatan Indonesia
adalah pendidikan profesi dan oleh karena itu harus berada pada
pendidikan jenjang Tinggi.dan sejak itu pulalah mulai dikaji dan
dirangcang suatu bentuk pendidikan keperawatan Indonesia yang pertama
yaitu di Universitas Indonesia yang program pertamannya dibuka tahun
1985.

Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan


Kemendiknas melalui project Health Profession Educational Quality
(HPEQ), menperbaharui dan menyusun kembali Standar Kompetensi
Perawat Indonesia, Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan
Indonesia, Standar Pendidikan Ners, standar borang akreditasi
pendidikan ners Indonesia. dan semua standar tersebut mengacu pada
Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) dan sat ini sudah diselesaikan menjadi
dokumen negara yang berkaitan dengan arah dan kebijakan tentang
pendidikan keperawatan Indonesia.

Standar-standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada


perkembangan keilmuan keperawatan, perkembangan dunia kerja yang
selalu berubah, dibawah ini sekilas saya sampaikan beberapa hal yang
tertulis dalam dokumen Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan,
yang berkaitan dengan

Jenis, jenjang, Gelar akademik dan Level KKNI; Jenis Pendidikan


Keperawatan Indonesia :

 Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada


kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu
sebagai perawat
 Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama
pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang
mengcakup program sarjana, magister, doktor.
 Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai
kompetensi profesi perawat.

Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar:

 Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat


sebutan Ahli Madya Keperawatan (AMD. Kep)
 Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu(Sarjana+Profesi), lulusannya
mendapat sebutan Ners (Nurse), sebutan gelarnya (Ns)

 Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat


gelar (M. Kep)

 Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:

- Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp. KMB)


- Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp. Kep. Mat)
- Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp. Kep. Kom)
- Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp. Kep. Anak)
- Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp. Kep. Jiwa)
- Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr. Kep)

Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI,


adalah sebagai berikut :

 Diploma Tiga Keperawatan – Level KKNI 5


 Ners (Sarjana+Ners) – Level KKNI 7
 Magister keperawatan – Level KKNI 8
 Ners Spesialis Keperawatan – Level KKNI 8
 Doktor keperawatan – Level KKNI 9
b) Kualitas Ketenagaan
Perawat di Bangsal Teresa berjumlah 11 orang, 1 orang kepala ruangan
dengan jenjang pendidikan D3 Keperawatan dengan masa kerja >20 thn, 10
orang staf terdiri dari 9 orang perawat vokasi dan 1 orang perawat ahli
jenjang pendidikan Ners, 2 orang pekarya jenjang pendidkan SPK dan 1
orang Administrasi dengan jenjang pendidikan SMA.

c) Hasil Kuisener M1 (Man)


Tabel 2.16 hasil kuisener M1
No Pertanyaan Jawaban Frequency Percent
1 Bagaimana struktur organisasi 1. Sangat tidak puas
yang telah berjalan di ruangan? 2. Tidak puas
Apakah anda merasa puas dan 3. Puas
sesuai dengan kemampuan 4. Sangat puas
perawat di bidangnya
2 Bagaimana pembagian tugas 1. Sangat tidak sesuai
yang dilakukan di ruangan? 2. kurang sesuai
Apakah sudah sesuai dengan 3. Sesuai
struktur organisasi yang telah 4. Sangat sesuai
ada?
3 Apakah menurut anda kepala 1. Sangat tidak
ruangan sudah optimal dalam optimal
melaksanakan tugas- tugasnya? 2. kurang optimal
3. Optimal
4. Sangat Optimal
4 Bagaimanakah kinerja ketua tim 1.Sangat tidak
/ PP …. menurut anda? Apakah kompten
kompeten dengan tugas- 2.kurang kompten
tugasnya? 3.kompeten
4.sangat kompeten
5 Apakah anda merasa 1.Sangat tidak
membutuhkan kesempatan membutuhkan
untuk meningkatkan 2.kurang
kemampuan kerja melalui membutuhkan
pelatihan / pendidikan 3. membutuhkan
tambahan? Berikan alasannya 4.sangat
membutuhkan
6 Bagaimana kebijaksanaan 1. Sangat tidak puas
Rumah Sakit mengenai 2. Tidak puas
pemberian beasiswa atau 3. Puas
pelatihan pendidikan 4. Sangat puas
keperawatan? Apakah anda
merasa puas?
7 Bagaimana jumlah pendapatan 1. Sangat tidak puas
yang diterima oleh saudara 2. Tidak puas
sesuai dengan latar pendidikan 3. Puas
anda? Apakah anda merasa 4. Sangat puas
puas?
8 Berapa jamkah anda bekerja 1. Sangat tidak sesuai
dalam 1 hari? 2. kurang sesuai
3. Sesuai
4. Sangat sesuai
9 Apakah ada kesempatan untuk 1. Sangat tidak ada
mengambil cuti dalam waktu 1 2. kurang ada
minggu? 3. Ada
4. Sangat Ada
10 Dengan tingkat ketergantungan 1..Sangat berat
pasien yang ada di ruangan, 2.kurang
bagaimana tingkat beban kerja 3. berat
di ruangan menurut anda? 4.sangat tidak berat
11 Bagaimana peran POS / 1..Sangat tidak
pembantu perawat di ruangan membantu
apakah membantu meringankan 2.kurang membantu
pekerjaan anda? 3. membantu
4.sangat membantu
12 Apakah jumlah perawat dan 1. Sangat tidak sesuai
pasien di ruangan sudah sesuai 2. kurang sesuai
menurut anda? 3. Sesuai
4. Sangat sesuai
13 Apakah menurut anda 1. Sangat tidak jelas
pembagian tugas di ruangan dan sangat tidak
sudah jelas dan apakah anda puas
puas? 2. kurang Jelas dan
kurang puas
3. Jelas dan puas
4. Sangat jelas dan
puas

Berdasarkan dari hasil kuesioner yang dibagikan pada 25 orang perawat dengan
kriteria lama kerja <25 tahun diperoleh hasil bahwa (20,0%) menyatakan tidak
puas dengan pelayanan rumah sakit, dan (80,0%) menyatakan puas dengan
pelayanan rumah sakit.
2. MONEY (M2)
A. Kajian Teori
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar menukar yang memiliki nilai guna tinggi. Besar kecilnya
hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh
karena itu uang merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan karena segala
sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan
berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gajih tenaga kerja, alat-alat
yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan di capai dari suatu
organisasi (Nursalam, 2008).
Menurut Nursalam 2016, M2-Money di fokuskan pada hal berikut:
a. Pemasukan
b. RAB, yang meliputi dana untuk kegiatan berikut :
1) Operasional (Kegiatan Pelayanan)
2) Manajemen (Pembayaran pegawai, listrik, air, telepon, dan lainnya)
3) Pengembangan (Sarana prasarana dan sumber daya manusia)

B. Kajian Data
a. Sumber Dana
Tabel 2.17 jenis pembayaran
Jenis Pembayaran

No Bulan

Asuransi Umum

1 Desember 2022 -4 89

b. Pengeluaran Dana Ruangan


Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Kepala Ruang Bangsal
Teresa, anggaran dana untuk pembayaran gaji perawat sudah diatur oleh pihak
rumah sakit sendiri yang langsung dikelola oleh pihak keuangan rumah sakit.
Untuk pemeliharaan ruangan seperti sarana atau prasarana dan alat
kesehatan serta perbaikan, pengadaan dana bagi ruangan (renovasi ruangan).
Bangsal Teresa RS Suaka Insan Banjarmasin sumber dana operasional
ruangan, sumber kesejahteraan ruangan, pendanaan alat kesehatan, pendanaan
fasilitas kesehatan bagi klien, pendanaan bahan kesehatan (Bahan Habis
Pakai), pendanaan fasilitas kesehatan bagi petugas, biasanya diperoleh dari
penghasilan yang dikelola sendiri oleh rumah sakit.
Prosedur pengadaan barang dan jasa belanja langsung yang dananya
didapatkan dengan alur user (kepala ruangan, kepala poliklinik, atau kepala
instalasi) yang membutuhkan barang atau jasa menyampaikan usulan
permintaan dalam bentuk surat telaahan ke Direktur dengan mendapatkan
disposisi dari Bagian Keperawatan, Kepala Seksi Penunjang Medik dan Kepala
Seksi Pelayanan Medik dan selanjutnya disampaikan ke Direktur.
Apabila direktur menyetujui, maka untuk permintaan yang bersifat
perbaikan akan dilanjutkan kebagian umum dan perlengkapan namun apabila
bersifat pembelian baru / pengadaan barang akan diserahkan kebagian sarana
penunjang.
c. Alur Pelayanan Keuangan

Program 5 Program Kerja Pelayanan Medik


Tahun: dan Penunjang
Medik
1.Man
Rencana Strategi
2.Method

3.Money Bidang
Rencana Kerja
4.Material Keperawatan dan
Instalasi
5.Mutu
Anggaran

d. Analisa Data
Menurut data yang di dapat sumber dana pembayaran pasien selama
bulan Desember 2022 yang berada di Bangsal Fransiskus RS Suaka Insan
Banjarmasin adalah menggunakan umum 96 %. Dan asuransi 4%.
Menurut informasi yang didapatkan dari Kepala Ruang Bangsal Teresa
RS Suaka Insan Banjarmasin, anggaran dana untuk pembayaran gaji perawat
sudah diatur oleh pihak oleh pihak rumah sakit sendiri yang langsung dikelola
oleh pihak keuangan rumah sakit. Untuk pemeliharaan ruangan seperti sarana
atau prasarana dan alat kesehatan serta perbaikan, pengadaan dana bagi
ruangan biasanya diperoleh dari penghasilan yang dikelola sendiri oleh rumah
sakit. Prosedur pengadaan barang dan jasa belanja langsung yang dananya
bersumber dari RS Suaka Insan Banjarmasin.

3. MATERIAL (M3)
A. Kajian Teori
Material merupakan peralatan penunjang yang mendukung kelancaran
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Secara kualitatif fasilitas
yang tersedia seharusnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Fasilitas
dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dipenuhi melalui standar resmi
yang telah ditetapkan oleh masing-masing rumah sakit yang disesuaikan
dengan jenis dan kapasitas unit pelayanan.
Menurut Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012 persyaratan Teknis
Bangunan Ruang Rawat Inap : a) Lokasi
Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman dan
nyaman, tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibiltas atau pencapaian dari
sarana penunjang rawat inap.
Bangunan rawat inap terletak jauh dari tempat tempat pembuangan
kotoran, dan bising dari mesin/generator.
1) Denah, Persyaratan umum
 Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang sejenis
hingga tiap kegiatan tidak bercampur dan tidak membingungkan
pemakai bangunan.
 Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu adanya
hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan
sangat berhubungan/membutuhkan
 Akses pencapaian kesetiap blok/ruangan harus dapat dicapai dengan
mudah
 Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan
perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara
linier/lurus (memanjang)
 Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah
pasien yang akan ditampung.
 Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam ruangan.
 Alur petugas dan pengunjung dipisah.

2) Pintu
 Pintu masuk ke Bangsal Fransiskus, terdiri dari pintu kaca ganda,
masing-masing dengan lebar 70 cm dan 70 cm.
 Pintu masuk ke kamar mandi umum, minimal lebarnya 85 cm. Pedoman
Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Rawat Inap 9 Direktorat Bina
Pelayanan
3) Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
 Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap ruangan, minimal
harus ada 1 kamar mandi berukuran lebar 90 cm.
 Pintu kamar mandi pasien, harus membuka keluar kamar mandi.
4) Tenang
Bangsal Teresa tergolong cukup tenang karena tidak ada pembangunan
yang sedang berlangsung dan walaupun ada pengunjung yang berlalu-lalang
namun tidak menimbulkan keributan atau gangguan, kadang ada klien rewel
atau bila sedang ada pembersihan/pemangkasan rumput di pekarangan
sekeliling Bangsal Teresa.
5) Terjaga kebersihannya
Bangsal Fransiskus terlihat bersih baik di luar atau di dalam ruangan, alat
kebersihan dan tempat sampah yang terpisah antara sampah medis dan non
medis yang tersedia sudah mencukupi.
6) Sirkulasi udara dan cahaya baik
Sirkulasi udara cukup baik, sirkulasi udara cukup baik, hawa ruangan
cukup dingin karena terdapat AC di beberapa ruangan. Pencahayaan cukup
baik.
7) Luas ruangan cukup nyaman
Luas ruangan sudah cukup memadai pada kamar tidur klien dan nurse
station.

B. Kajian Data
1) Data Tempat Tidur
Kapasitas tempat tidur di Bangsal Teresa berjumlah 12 tempat tidur
dengan kondisi yang baik dan layak untuk pasien.

2) Peralatan dan Fasilitas untuk Pasien

Tabel 2.18 Daftar Peralatan dan Fasilitas untuk Pasien yang Terdapat
di Bangsal Teresa RS Suaka Insan Banjarmasin

No Nama Barang Jumlah Kondisi Rasio Keterangan


1 Tempat tidur pasien 12 11 Baik 4 / 1 ruangan Cukup
1 dalam proses
1 / 1 ruangan
perbaikan

2 Lemari pasien 8 buah Baik 4 / 1 ruangan Cukup

1 / 1 ruangan

3 AC 9 buah Baik 1/ 1 ruangan Cukup

4 Kipas angin - - - -

5 Kursi roda 2 buah Baik 2 / bangsal Cukup

6 Timbangan BB 2 buah Baik 2 / bangsal Cukup

7 Wastafel 9 buah Baik 1 / ruangan Cukup

8 Lemari linen 1 buah Baik 1 / bangsal Kurang

9 Bak mandi 9 buah Baik 1 / ruangan Cukup

10 Closed
a. Duduk 9 buah Baik 1 / ruangan Cukup

b. Jongkok - - - -
11 Bantal pasien 30 buah Baik 4 / 1 ruangan Cukup
(VIP)
Cukup
4 / 1 ruangan
Cukup
(kelas III)
2 / ruangan
12 Matras 12 buah Baik 4 / 1 ruangan Cukup

1 / 1 ruangan

13 Brankar 1 buah Baik 1/ Bangsal Cukup

14 Standar infus 15 buah Baik 1 / 1 ruangan Cukup

4 / 1 ruangan

3 inventaris
17 Meja makan 12 buah Baik 4 / 1 ruangan Cukup

1 / 1 ruangan

18 Tirai 40 buah Baik 8 / 1 ruangan

4 / 1 ruangan

19 Bak sampah 12 buah Baik 1 / ruangan Cukup

20 Dispenser 12 buah Baik 1 / ruangan Cukup

21 Lampu 25 buah Baik 2 / 1 ruangan Cukup

3 / 1 ruangan
22 Lantai
Bersih - Ya - -

Tidak licin - Ya - -

Sumber Data : Bangsal Teresa, 2023

1) Peralatan dan Fasilitas Untuk Perawat


Tabel 2.19 Daftar Peralatan dan Fasilitas Untuk yang terdapat di Bangsal
Teresa

No Nama Barang Jumlah Kondisi Rasio Keterangan

1 Stetoskop 5 buah Baik 5 / bangsal cukup

2 Dispenser 1 buah Baik 1 / bangsal Cukup

3 Telpon 1 buah Baik 1 / bangsal Cukup


4 Bak injeksi 1 buah Baik 1 / bangsal Kurang

5 Tensi meter 1 buah Baik 1 / bangsal Cukup

6 Handphone 1 buah Baik 1 / bangsal Cukup

9 Lemari obat 1 buah Baik 1 / Bangsal Cukup

11 Termogun 2 buah Baik 2 / Bangsal Cukup

12 Ambubag 1 buah Baik 1 / bangsal Cukup

13 Penlight 2 buah Baik 2 / bangsal Cukup

14 Sp02 1 buah Baik 1 / bangsal Cukup

15 Kipas angin 2 buah Baik 2 / bangsal Cukup

16 Meja 3 buah Baik 3 / bangsal Cukup

17 Kursi 5 buah Baik 5 / bangsal Cukup

20 Lemari instrumen 1 buah Baik 1 / bangsal Cukup

21 Jam dinding 1 buah Baik 1 / bangsal Cukup

22 Nebulizer 1 buah Baik 1 / bangsal Cukup

23 Bak sampah
a. Medis 1 Baik 1 / bangsal Cukup

b. Non Medis 2 Baik Cukup


2 / bangsal
c. Spuit 1 Baik Cukup
1 / bangsal
d. Jarum dan benda tajam 1 Baik Cukup
1 / bangsal

2) Obat-obatan dan Bahan Habis Pakai (Comsumable)


Tabel 2.20 Daftar Obat-obatan dan Bahan Habis Pakai (Comsumable) yang
terdapat di Bangsal Teresa

No Nama Barang Jumlah Kondisi


.
1 Asam Traneksamat 3 amp Baik
500mg
2 Citicolin 250 mg 2 amp Baik

3 Citicolin 500 mg 2 amp Baik


4 Forusemide inj 2 amp Baik

5 Dopamin 2amp Baik

6 Amlodipine 4 tab Baik

7 Dexametason 5 amp Baik

8 Sulfas atropin 5 amp Baik

9 Natrium klorida 0,9% 1 btl Baik


inf
10 Paracetamol inf 3 amp Baik

11 Piracetam 1 gr inj 2 amp Baik

12 Epineprin 4 amp Baik

13 Ringer laktat inj 5 kolf Baik

14 Vit k 10 mg inj 1 amp Baik

15 ISDN 5 mg tablet 10 Baik


tablet
16 Ranitidine inj 2 amp Baik

18 Ceftriaxone 4 amp Baik

3) Administrasi Penunjang
Buku administrasi yang di Bangsal Teresa RS Suaka Insan Banjarmasin
sudah cukup lengkap dan mudah dicari bila diperlukan pengumpulan data atau
pemeriksaan.
Tabel 2.21 Daftar Buku Kelengkapan Administrasi yang terdapat di Bangsal
Teresa

No. Jenis Buku Administrasi Jumlah


1. Buku registrasi pasien 1
2. Buku laporan harian Visite Dokter 3
3. Buku timbang terima 1
4. Buku Standar Asuhan Keperawatan 4
5. Buku Standar Prosedur Operasional 2
6. Buku register pengembalian status 1
7. Buku rincian biaya rawat inap 1
8. Buka agenda 1

4) Lokasi dan Denah Bangsal Teresa

Lokasi penerapan manajemen keperawatan dilakukan di Bangsal Fransiskus


RS Suaka Insan Banjarmasin dijabarkan sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kamar Operasi
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Bangsal Maria
c. Sebelah Timur bebatasan dengan Bangsal Fransiskus
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Bangsal Monika

DENAH BANGSAL TERESA

Teresa FRANSISKUS FRANSISKUS FRANSISKUS RUANG WC

1-5 6 - 11 12 14 - 19 OBAT

PINTU

MASUK

DAN

KELUAR

BANGKU BANGKU BANGKU

C. Analisis Data
Berdasarkan data dari pengkajian di atas, sebagian besar peralatan di
Bangsal Teresa sudah memenuhi standar jumlah yang ditetapkan oleh RS Suaka
Insan Banjarmasin. Alat-alat yang sudah terpenuhi sesuai standar telah
dimanfaatkan oleh ruangan secara optimal sesuai kebutuhan klien. Untuk
peralatan yang tidak ada standar jumlahnya selama ini untuk mengevaluasinya
adalah berdasarkan kriteria kecukupan penggunaan dalam kegiatan sehari-hari.

4. MUTU (M4)
A. Kajian Teori
1) Kualitas Pelayanan Kesehatan
a) Pasien Safety
Berdasarkan Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang
dikeluarkan oleh Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes,
2011) dan JCI Acredition, maka sasaran tersebu meliputi 6 elemen
berikut. (1) Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
(a) Pasien identifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak
boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

(b) Pasien diidentifikasi sebelum pemberianobat, darah atau produk


darah

(c) Spesimen lain untuk pemeriksaan klinis (lihat juga)

(d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan


tindakan/prosedur

(e) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang


konsisten pada semua situasi dan lokasi
Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif

(a) Perintah lisan dan yang melalui telepon atau pun hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau
hasil pemeriksaan tersebut

(b) Perintahlisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara


lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut

(c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu


yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut

(d) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam


melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan
melalui telepon.

Sasaran III : Peningkatan keamananan obat yang perlu diwaspadai


(highalert medications)

(a) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengatur


identifikasi, lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat –obat
yang perlu diwaspadai.

(b) Kebijakan dan prosedur diimplementasikan,

(c) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien


kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk
mencegah pemberian yang tidak sengaja diarea tersebut, bila
diperkenankan kebijakan.

(d) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien


diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi
akses

(restrict access).

Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien, operasi


(a) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk
identifikasil okasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses
penandaan/pemberiantanda.

(b)Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk


melakukan verifikas ipraoperasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan
tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
(c) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan
mencatat/mendokumentasikan prosedu rsign in (sebelum induksi),
“sebelum insisi/time out’’ tepat sebelum dimulainya suatu
prosedur/tindakan pembedahan dan sign out (sebelum
meninggalkan kamar operasi).

(d) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung


keseragaman proses guna memastikan tepat-lokasi, tepat prosedur,
dan tepatpasien, termasukprosedurmedis dan tindakan pengobatan
gigi/dental yang dilaksanakan diluar kamar operasi.

Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

(a) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand


hygiene terbaru yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah
diterima secara umum (antara lain dari WHO patient safety).
(b) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif
(c) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mendukung
pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan.

Sasaran VI : Penguranganresikopasienjatuh

(a) Rumah sakit menerapkan proses assessment awal resiko pasien


jatuh dan melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
(b) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil assessment dianggap beresiko.
(c) Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun yang berkaitan secara
tidak sengaja.
(d) Kebijakan dan atau prosedur mendukung pengurangan
berkelanjutan dari resiko cedera pasien akibat jatuh dirumahsakit.
Berikut adalah penerapan beberapa parameter pengukuran
keselamatan pasien yang bisa digunakan dirumah sakit :
- Angka kejadian jatuh.
- Dari data hasil didapatkan bahwa 100% tidak terjadi pasien
terjatuh selama dilakukan perawatan oleh perawat ruangan.
- Kejadian Flebitis
- Dari data didapatkan hasil bahwa 100% pasien tidak pernah
mengalami kejadian flebitis selama dilakukan perawatan
diruangan.

b) Efesiensi Ruang Rawat (BOR, AVLOS, BTO, TOI)

(a) BOR (Bed Occupancy Rate)


adalah rata-rata pemakaian tempat tidur dalam waktu tertentu dan
disajikan dalam bentuk persentase. BOR dihitung dengan cara
membandingkan jumlah TT yang terpakai (0) dari jumlah TT yang
tersedia (A). Perbandingan ini ditunjukkan dalam bentuk persentase.
Nilai ideal untuk BOR yang disarankan adalah 75% - 85%.
Jadi, rumus untuk rnenghitung BOR yaitu:
𝐵𝑂𝑅 = 𝑂 𝑥 100%
A
Tabel 2.22 BOR Bangsal Teresa Periode Bulan DesemberTahun 2022
Jumlah TT Hari Perawatan BOR
12 305 81,9%

Berdasarkan tabel 2.7 di atas dapat disampaikan bahwa rata-rata


persentase pemakaian tempat tidur (BOR) Bangsal Teresa (81,9%)
sesuai standar nasional (75%-85%).
(b) LOS (Length Of Stay)
Lama dirawat (LD) rata-rata lama dirawat pasien di suatu unit
perawatan rawat inap rumah sakit sejak tercatat sebagai pasien rawat
inap hingga pasien dinyatakan keluar dari rumah sakit. Angka LD
dibutuhkan oleh pihak rumah sakit untuk 43 menghitung tingkat
penggunaan sarana (utilization management) dan untuk kepentingan
finansial (financial reports).
Lama dirawat (LD) dihitung dengan cara sebagai berikut: Jika tanggal
masuk dan keluar berada dalam bulan yang sama, maka LD dihitung
dengan cara mengurangi tanggal pasien keluar perawatan dengan
tanggal pasien masuk perawatan. Standar keseimbangan atau standar
efisiensi nilai LOS yang ideal adalah 3 sampai 12 hari.

Tabel 2.823 ALOS Bangsal Teresa Periode Bulan DesemberTahun 2022

Jlh Lama Pasien keluar ALOS


Rawat
280 87 3 hari

Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan tabel 2.8 di atas dapat disampaikan bahwa rata-rata


lamanya perawatan seorang pasien (ALOS) Bangsal Teresa (3hari) sesuai
standar nasional Standar keseimbangan atau standar efisiensi nilai LOS
yang ideal adalah 3 sampai 12 hari.

(c) TOI (Turn Over Interval)


Angka turn over interval (TOI) menunjukkan jumlah rata-rata tempat
tidur tidak terpakai. Perhitungan hari dari mulai pasien pulang tidak
menempati tempat tidur sampai tempat tidur diisi oleh pasien yang baru.
Semakin besar angka TOI, berarti semakin lama “menganggur”nya TT
yakni semakin lama waktu tempat tidur tidak terpakai secara produktif.
Tinggi nya nilai TOI mengakibatkan pihak rumah sakit tidak
diuntungkan dari segi ekonomi.
Semakin kecil angka TOI, berarti semakin singkat saat TT menunggu
pasien barikutnya. Hal ini berarti TT bisa sangat produktif, apalagi, jika
TOI=0 berarti TT tidak sempat kosong 1 51 haripun dan segera
digunakan lagi oleh pasien berikutnya. Hal ini bisa sangat
menguntungkan secara ekonomi bagi pihak manajemen rumah sakit tapi
bisa merugikan pasien karena TT tidak sempat disiapkan secara baik.
Akibatnya, kejadian infkesi nosocomial mungkin bisa meningkat; beban
kerja tim medis meningkat sehingga kepuasan dan keselamatan pasien
terancam.
Berkaitan dengan pertibangan diatas, nilai TOI idealnya adalah antara 1-
3 hari.

Tabel 2.24 TOI Bangsal Teresa Periode Bulan Oktober, Nopember dan
DesemberTahun 2022

PASIEN JUMLAH TT Jumlah hari TOI


KELUAR rawat
87 12 305 0,7 hari
Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan gambar 3.3 di atas dapat disampaikan bahwa rata-rata


tempat tidur tidak ditempati (TOI) Bangsal Teresa (0,7 hari) ini merupakan
nilai yang lebih kecil standar nasional (1-3 hari).

(d) BTO (Bed Turn Over)


Angka bed turn over (BTO) menunjukkan frekuensi penggunaan setiap
tempat tidur pada periode tertentu.
Misalnya didapatkan BTO bulan maret = 5 pasien, maka berarti dalam
bulan maret tersebut setiap TT yang tersedia rata-rata digunakan oleh 5
pasien secara bergantian. Angka BTO ini sangat membantu kita untuk
menilai tingkat penggunaan TT karena dalam dua periode bisa saja
didapatkan angka BOR yang sama tapi BTOnya berbeda.
Namun, bisa dibayangkan bila dalam 1 bulan 1 TT digunakan oleh 15
pasien, berarti rata-rata setiap pasien menempati TT selama 2 hari dan tidak
ada hari dimana TT sempat kosong atau “menganggur”. Ini berarti beban
kerja tim perawatan sangat tinggi dan TT tidak sempat dibersihkan karena
terus menerus digunakan pasien secara bergantian. Kondisi ini mudah
menimbulkan ketidakpuasan pasien, bisa mengancam keselamatan pasien
(patient safety), bisa menurunkan kinerja kualitas medis. Dan bisa
meningkatan kejadian infeksi nosocomial karena TT tidak sempat
dibersihkan atau disterilkan. 53 Jadi, dibutuhkan angka BTO yang ideal dari
aspek medis, pasien, dan manajemen rumah sakit. Nilai ideal BTO yang
disarankan yaitu minimal 30 pasien dalam periode 1 tahun. Artinya, 1 TT
diharapkan digunakan oleh rata-rata 30 pasien dalam 1 tahun. Berarti 1
pasien rata- rata dirawat selarna 12 hari. Hal ini sejalan dengan nilai ideal
LOS yang disarankan yaitu 3-12 hari.

Tabel 2.25 BTO Bangsal Teresa Periode Bulan DesemberTahun 2022


PASIEN JUMLAH TT BTO
KELUAR
87 12 7KALI
Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan gambar 2.10 di atas dapat disampaikan bahwa rata-rata


frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) Bangsal Teresa adalah 7 kali,
untuk menghitung BTO ideal diperlukan waktu 1(satu) tahun yang mana
nilai idealnya 40-50 kali per tahun.
c) Standar Operasional Prosedur (SPO)

Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan kepala ruangan mengenai


SPO di Bangsal Teresa sudah mengikuti SPO yang dibuat oleh RS Suaka Insan
Banjarmasin.

Tabel 2.26 SPO yang ada di Bangsal Fransiskus RS Suaka Insan


Banjarmasin

No Standar Operasional Prosedur (SPO)

Assesment Awal Minimal Standar

1. SPO Assesment awal keperawatan UGD

2. SPO Assesment awal medis UGD

3. SPO Assesment awal keperawatan UGD Bencana

4. SPO Assesment medis UGD Bencana

5. SPO Pasien dengan DOA (Dealth On Arrival)

6. SPO Assesment awal keperawatan pasien rawat inap


7. SPO Assesment psikologis, sosio dan ekonomi

8. SPO Assesment awal keperawatan pasien rawat jalan

9. SPO Assesment awal medis pasien rawat jalan

10. SPO Resume medis

11. SPO Assesment khusus bedah

Kebutuhan Tambahan Assesment Standar

12. SPO Assesment Resiko Dekubitus (Skala Branden)

13. SPO Assesment Resiko Jatuh Humpthy Dumpthy & Intervensi

14. SPO Assesment Resiko Jatuh Morse & Intervensi

15. SPO Assesment Resiko Jatuh Sindney & Intervensi

16. SPO Assesment Get up and Go

Kebutuhan Fungsional Standar

17. SPO Assesment Fungsional (Skala Barthel Indeks)

Skrinning Untuk Status Gizi Standar

18. SPO Proses Asuhan Gizi Terstandar

19. SPO Skrining Gizi Pasien

20. SPO Assesment Gizi pada pasien beresiko malnutrisi

21. SPO Pengisian Formulir pengkajian Gizi Pasien

22. SPO Perencanaan terapi nutrisi pasien

23. SPO Pemberian Nutrisi

24. SPO Monitoring terapi nutrisi gizi

Skrining Nyeri Standar

25. SPO Assesment awal & ulang nyeri NIPS

26. SPO Assesment awal & ulang nyeri FLACC

27. SPO Assesment awal & ulang nyeri Wong Baker & Numerie

28. SPO Assesment awal & ulang nyeri Comfort Scale

29. SPO Assesment awal & ulang nyeri CPOT

Assement Individual Standar

30. SPO Assesment awal individual dan khusus

31. SPO Assesment pasien dengan kemoterapi

32. SPO Assesment pasien dengan penyakit menular

Assesment Individual u/ Standar


33. SPO Assesment pasien dengan sakit terminal dan intervensi

Assesment Khusus Standar

34. SPO Assesment awal khusus THT

35. SPO Assesment awal khusus Gigi

36. SPO Assesment awal khusus Mata

37. SPO Assesment awal khusus Neurologis

Assesment Awal u/ Identifikasi Awal Discharge Planning Standar

38. SPO Assesment awal perencanaan pulang

Assesment Ulang Standar

39. SPO Assesment ulang pasien

Staf Yang Kompeten Melaksanakan Assesment dan Assesment Ulang Standar

40. SPO Pemberian asuhan pasien

41. SPO Pemberian staf medis

42. SPO Pemberian kewenangan klinis profesi perawat

43. SPO kredensialing staf keperawatan dan kebidanan

Assesment Pasien Dianalisis dan Di Integrasikan Standar

44. SPO Pencatatan rencana asuhan pasien

Tabel 2. 27 Hasil Observasi SPO Perawat di Bangsal Teresa (Instrumen


C)
Jenis Kegiatan
Aspek Yang Dinilai Observasi Keterangan

Pencegahan A.Kriteria Persiapan


Resiko Jatuh B.Kriteria Pelaksanaan
1. Lakukan assesmen awal risiko
jatuh dengan memakai instrument:
Humpty Dumpty Scale untuk
pasien anak.
2. Klasifikasi penilaian
assesmen awal resiko jatuh:
- Skor 7 – 11 : risiko rendah
untuk jatuh
- Skor ≥ 12 : risiko tinggi untuk
jatuh
- Skor minimal : 7
- Skor maksimal : 23
3. Berikan stiker identifikasi/ penanda
resiko jatuh di rekam medis pasien
rawat inap bila pasien termasuk
dalam kategori risiko jatuh
4. Berikan stiker identifikasi/ penanda
resiko jatuh di rekam medis pasien
rawat inap bila pasien termasuk
dalam kategori risiko jatuh:
a. Tinggi untuk pasien anak.
b. Beresiko untuk pasien psikiatri
5. Lakukan assesmen dan
penilaian ulang resiko jatuh
pada pasien dengan:
- Resiko jatuh rendah dilakukan
asesmen ulang setiap 3 hari.
- Resiko sedang dan tinggi atau
beresiko setiap 1x24 jam.
- Terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan
- Pasien dipindahkan ke
ruangan/departeman lain
- Sesaat setelah pasien jatuh
6. Lakukan penanganan dan edukasi
pencegahan resiko pasien jatuh
sesuai dangan kategori asesmen
resiko jatuh
.
Total kegiatan yang dilakukan 70

Presentasi 90 %

Untuk SOP Pelaksanaan Pencegahan Resiko Jatuh di lakukan sesuai dengan SOP
atau di lakukan 90 %

B. Kajian Data

a) Keselamatan Pasien pada tanggal 14 Januari 2023 kami melakukan


pengkajian pada data keselamatan pasien, dan keselamatan pasien ini
mempunyai 6 sasaran keselamatan pasien, yaitu :
(1) Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien Kajian Data :

Saat pengkajian didapatkan bahwa identifikasi pasien


menggunakan gelang, yang mana gelang nanti dicocokkan
dengan data sama dengan identifikasi.

(2) Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif Kajian Data :

Perawat di Bangsal Teresa sudah melakukan komunikasi


dengan SBAR dan TBAK yaitu:
SBAR

S (SITUATION)

Pelapor memperkenalkan nama dan unit kerja. Kemudian nama


dan nomor rekam medis pasien yang dilaporkan serta
menjelaskan situasi penting/maslaah pasien yang perlu
dilaporkan.

B (BACKGROUND)

Menyampaikan latar belakang situasi meliputi diagnose medis


pasien dirawat, tanggal pasien masuk dirawat, dan ringkasan
tindakan sampai hari tersebut, dan pengkajian terbaru.

A (ASSESSMENT)

Pelapor menyampaikan hasil penilaian klinis, analisis dan


perbangan pelapor, dan apakah masalah ini parah atau
mengancam kehidupan.

R (RECOMMENDATION)

Pelapor menyampaikan rekomendasi berdasarkan kondisi


pasien. Seperti pemindahan pasien ke ICU atau PICU,
pemeriksaan penunjang, kapan pelapor dapat mengubungi DPJP
kembali.

TBaK

T (Tulis)
Penerima pasien menulis pesan yang disampaikan diformulir
terintegrasi pada rekam medis pasien yang dilaporkan, meliputi
tanggal dan jam pasien diterima. Gunakan simbol singaktan
sesuai standar. Dosis/nilai harus spesifik untuk menghindari
salah penafsiran; Nama petugas pelapor/memberi pesan, Nama
dan ttd petugas penerima pesan. Bila pasien melalui telepon,
pengirim pesan/dokter menandatangani pada saat visite hari
berikutnya.

Ba (Baca)

Penerima pesan membaca kembali isi pesan yang telah ditulis


untuk memastikan kebenaran pesan yang ditulis. Bila keadaan
tidak memungkinkan, diperbolehkan tidak melakukan
pembacaan kembali missal keadaan Darurat di ICU dan IGD.
Pesan untuk terapi dengan obat-obatan high alert harus
dibacakan 2 kali (Repeat back) dengan mengeja menggunakan
alfabet safety.

K (Konfirmasi)

Penerima pesan membubuhkan stempel TBaK pada formulir


catatan terintegrasi. Pengrim pesan/dokter menandatangani
pada saat visite hari berikutnya

(3)Sasaran III : Peningkatan keamanaan obat yang perlu di waspadai


(High Alert Medication)

Kajian Data

Pada Bangsal Fransiskus penyimpanan obat oral sudah


disediakan ditempat penyimpanan yang memadai. Perawat
sudah berhati-hati dalam memberikan obatobatan yaitu
memvalidasi kembali obat yang diberikan dengan klien, obat-
obatan klien sudah disimpan ditempatnya masing-masing yang
sudah diberi identitas klien. Untuk penyimpanan obat-obatan
High Alert atau obat-obat yang perlu diwaspadai disimpan pada
sebuah troli Emergency.
(3) Sasaran IV : Lokasi dan Prosedur Operasi

Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali


untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam
proses penandaan/pemberian tanda. Rumah sakit menggunakan
suatu checklist atau proses lain untuk melakukan verifikasi
praoperasi tepat-lokasi, tepatprosedur, dan tepat-pasien dan
semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat-
pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat/benar, dan fungsional. Tim operasi yang lengkap
menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan prosedur sign in
(sebelum induksi), “sebelum insisi/time out’’ tepat sebelum
dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan dan sign out
(sebelum meninggalkan kamar operasi). Ini sudah sesuai dengan
idealnya kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur.

(4) Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Kajian Data

Perawat menggunakan APD seperti handscone saat


memberikan tindakan perawatan invansif dan juga saat
menyiapkan obat perawat tidak menggunakan handscone. Di
Bangsal Teresa pengadaan wastafel untuk hand hygiene
disediakan oleh rumah sakit, wastafel berjumlah 3,2 diruang
tindakan perawat dan 1 di kamar perawatan. Rumah Sakit
sudah menggalangkan disemua ruangan untuk membudayakan
cuci tangan 6 langkah yang sudah disosialisasikan oleh tim PPI
(Pengendalian dan Pencegahan Infeksi).

(5) Sasaran VI : Resiko Pasien Jatuh,

Pada saat observasi dan wawancara dengan Kepala Ruangan


Bangsal Fransiskus, Ruangan ini mempunyai 18 kapasitas
tempat tidur, yang terisi hanya 4 bed pada saat observasi
tanggal 22 Juni 2021, dan terdapat 18 bed yang tidak terisi
pada saat pengkajian. Ruangan sudah melaksanakan SOP
resiko jatuh dengan melakukan assesment awal resiko pasien
jatuh dan menggunakan snap alert.

C. Analisa Data

Selama pengkajian tidak ada didapatkan pasien terjatuh, obat-obatan


High Alert Medication sudah disimpan ditempat yang memadai dan pada
troli emergency stiker dan labelnya sudah terpasang, pemberian obat-obatan
sudah sesuai dengan SOP dari segi mempersiapkan obat dan pemberian
obat, perawat sudah menggunakan komunikasi efektif sesuai standar yaitu
SBAR dan juga menggunakan TbaK.

Dari hasil pengkajian dan analisa diatas hasil penjumlahan BOR selama
1 bulan terakhir yaitu bulan Desember 2022 ideal sesuai standar Nasional
yaitu 81,9%. Pada teori dari Depkes 2005 yaitu idealnya BOR suatu rumah
sakit adalah sebesar 60-85%. Kemudian perhitungan AVLOS (Length Of
Stay = Ratarata lamanya Klien dirawat), didapatkan hasil bahwa pada bulan
Desember 2022 rata-rata lamanya pasien di Bangsal Fransiskus ± 3 hari,
Teori yang dikemukakan oleh Depkes, 2005 dimana idealnya AVLOS
adalah 6-9 hari perawatan ini di karenakan kebanyakan dari pasien yang
dirawat di Bangsal Teresa sudah diizinkan oleh dokter penanggung jawab
(DPJP) untuk pulang dan kontrol dipoli yang sudah ditentukan tanggalnya
oleh dokter namun baik saja jika kurang dari hari yang dirawat. Selanjutnya
perhitungan BTO (Bed Turn Over) = Angka perputaran tempat tidur,
didapatkan hasil pada bulan Desember 2022 adalah 7x/perbulan, ini belum
bisa kita nilai apakah ideal atau tidak ideal karena perhitungannya selama 1
tahun ,berdasarkan teori Depkes 2005 bahwa rata-rata 1 tempat tidur bisa
dipakai 40-50x/tahun. TOI (Turn Over Interval) = Tenggang perputaran
atau disebut dengan jumlah rata-rata hari tempat tidur tidak dipakai,
menurut Depkes 2005 idealnya rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati 1-
3 hari namun data yang didapat pada bulan Desember 2022 tidak ideal,
dimana terdapat tempat tidur tidak dipakai ± 7 hari. Ini dikarenakan tidak
semua tempat tidur selalu dipakai dan masa perawatan pasien yang tidak
terlalu lama.
5. METODE (M5)

A. Alur Penerimaan pasien Baru

Pasien masuk IGD sesuai TRiase

Assesment medis & perawat

Dokter menentukan indikasi

Rawat Inap Rawat Jalan

Keluarga mendaftar RM

Pasien diantar ke ruangan

Assesment perawat Ruangan

Dilaporkan ke DPJP

Penerimaan pasien baru (PBB) adalah menerima kedatangan klien baru


pada suatu ruangan. Dalam penerimaan klien baru disampaikan beberapa hal
mengenai orientasi ruangan, perawatan medis dan tata tertib. Adapun tujuan
dari (PPB) adalah menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat
dan terapiutik, menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk ke Rumah
Sakit (Nursalam, 2014).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat-perawat
di Bangsal Teresa menyatakan bahwa kegiatan proses penerimaan klien baru
sudah optimal dengan adanya serah terima klien untuk perawat yang mengantar
dengan perawat yang jaga serta tersedianya format lembar serah terima klien,
adanya lembar tata tertib klien dan keluarga klien dan lembar infromed consent
sterelisasi obat, serta penjelasan mengenai aturan yang berlaku di ruangan.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan perbedaan antar tiap perawat
dalam penerimaan klien baru, ada juga perawat yang mengantarkan klien
langsung ke ruang perawatan. Saat pertama klien masuk, perawat akan
membaca rekam medik klien yang menjelaskan tentang kondisi klien saat di
IGD, kemudian setelah itu perawat akan memanggil perwakilan keluarga klien
untuk menjelaskan tata tertib ruangan dan sentralisasi obat di ruangan Nurse
Station.

B. Model Praktik keperawatan

Dalam sejarahnya metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam


pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang
dunia ke dua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua
jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.

Metode fungsional Pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang


didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang
dilakukan. Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga
ditugaskan pada bagian tersebut secara umum :

(1) Kepala Ruangan, tugasnya :


- Merencanakan pekeriaan,
- Menentukan kebutuhan perawatan pasein,
- Membuat penugasan,
- Melakulan supervisi,
- Menerima instruksi dokter.
(2) Perawat Staff:
- Melakukan askep langsung pada pasien,
- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu
tenaga keperawatan
(3) Perawat Pelaksana :

Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang,


pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit
kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL).

(4) Pembantu Perawat :


Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk
mandi, menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
(5) Tenaga Admionistrasi Ruangan - Menjawab telpon.
- Menyampaikan pesan.
- Memberi informasi.
- Mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan.
- Mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat
rostertena ruangan,
- Membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang
diperlukan atas instruksi kepala ruangan. Dalam perawatan dengan
metode fungsional mempunyai kekurangan dan kelebihan
Kelebihan metode fungsional
(1) Menajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian
tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
(2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
(3) Perawat senior menyibukan diri dengan tugas menejerial,
sedangkan perawatan pasien diserahkan kepada perawat
junior dan atau belum berpengalaman
Kekurangan metode fungsional

(1) Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan


(2) Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
(3) Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
(4) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan.
(5) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 14
Desember 2022 didapatkan bahwa model asuhan keperawatan yang di
gunakan diruang Bangsal Teresa RS Suaka Insan Banjarmasin adalah
Metode fungsional. Metode fungsional diterapakan karena kurangnya
tenaga kesehatan yang ada dan sangat cocok di gunakan pada situasi
seperti saat ini. metode ini memiliki kelemahan dimana perawat tidak
berfokus pada pasien tertentu namun juga semua pasien yang masuk.
Di Bangsal Teresa RS Suaka Insan Banjarmasin dipimpin oleh
kepala ruangan yang kemudian mengkoordinasi ke semua staf yang
terdiri dari dinas pagi 4 orang, dinas sore 2 orang dan dinas malam 2
orang perawat. Metode ini menggunakan metode fungsional terdiri atas
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap pasien.

Berdasarkan model manajemen keperawatan yang digunakan di


Bangsal Teresa RS Suaka Insan Banjarmasin adalah metode fungsional
dengan rincian :

 Pada dinas pagi yaitu kepala ruangan dan 3 orang staf yang
menjalankan tugas manejerial dan asuhan keperawatan namun
salah satu perawat pelaksana ada juga yang harus dipahami
adalah masing-masing posisi sebagai acuan untuk melaksanakan
pendelegasian tugas.
 Pada dinas sore dan malam terdiri dari 2 orang perawat dimana
pemberian asuhan keperawatan dengan karakteristik kontinuitas
dan komprehensif dalam asuhan keperawatan oleh satu orang
perawat yang bertanggung jawab merencanakan, melakukan dan
mengkoordinasikan selama klien dirawat di ruang perawatan
namun ada juga satu orang yang bertugas dalam menyiapkan
obat untuk klien, perawat yang bertanggung jawab selama shift
dinas dengan tugas pokok menerima dan menegakan diagnosis,
membuat rencana dan mengadakan komunikasi dan koordinasi
dengan perawat lain atas rencana yang dibuat, mengevaluasi
hasil tindakan, membuat rencana pulang dan melakukan
rujukan.

Model asuhan keperawatan yang digunakan tidak menyulitkan


ataupun memberatkan beban kerja perawat karena model tersebut telah
diuraikan dan diarahkan secara jelas poin dari tugas masing-masing.
Pada wawancara juga didapatkan bahwa model asuhan keperawatan
yang digunakan saat ini juga tidak memberatkan dalam pembiayaan,
dan selama model asuhan keperawatan ini berjalan tidak pernah
mendapatkan kritikan dari klien dan klien merasa puas akan kinerja dari
perawat.
Kesimpulannya dari observasi dan wawancara didapatkan bahwa di
Bangsal Teresa sudah berjalan dengan baik.

c) Timbang Terima

Timbang terima adalah merupakan teknik atau cara


menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
klien antar shif dinas di Bangsal Teresa RS Suaka Insan Banjarmasin.
Tujuan timbang terima adalah sebagai berikut:
(1) Menyampaikan kondisi dan keadaan klien
(2) Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada klien
(3) Menyampaikan permasalahan keperawatan klien yang masih
belum dilakukan dan yang sudah terselesaikan.
(4) Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindak lanjuti
oleh perawat yang dinas berikutnya, berupa tindakan yang
sudah dilakukan, tindakan yang direncanakan selanjutnya dan
hal yang perlu diobservasi atau di laporkan kepada dokter.
(5) Menyusun rencana untuk timbang terima dengan jadwal dinas
berikutnya.
Timbang terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan atau
tulisan. Timbang terima yang baik bila semua perawat dapat
mengikuti perkembangan klien secara kontinu dan dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi perawat, kerja sama yang
bertanggung jawab antara anggota tim perawat, ketentuan dalam
timbang terima itu adalah sebagai berikut :

(1) Dilaksanakam setiap pergantian shift

(2) Dipimpin oleh ketua tim sebagai penanggung jawab

(3) Diikuti perawat, mahasiswa dinas yang telah maupun yang


akan berdinas

(4) Terdapat unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung


jawab
(5) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis,
menggambarkan keadaan klien saat ini tetap menjaga
kerahasiaan.

Berdasarkan pengkajian timbang terima dilakukan 3 kali dalam


sehari yaitu pada setiap pergantian shift. Untuk timbang terima dari
pergantian shift pagi ke siang, siang ke malam dan malam ke pagi. Pagi
ke siang selalu di ikuti oleh kepala ruangan dan katim beserta anggota
tim dan mahasiswa yang telah berdinas dan akan berdinas sedangkan
untuk shift sore dan malam hanya dilakukan antara anggota tim perawat
primer dan associate dan diikuti mahasiswa yang berdinas. Dari hasil
observasi yang dimulai pada taggal 09 Januari 2023di Bangsal Teresa
timbang terima dilakukan di nurse station kemudian bergeser ke
ruangan pasien.

Tabel 2.29 Daftar Laporan Kegiatan Overan di Bangsal


Teresa

No Kegiatan Observasi Keterangan

1 Tersedia buku overran √

2 Mengisi overan
Serah terima overan
3 ditandatangani oleh jaga yang
memberikan overan saat itu
Semua anggota shift dinas
4 sudah siap -
(shift jaga)
ke ruangan
5 Overan dilakukan di depan klien √
pasien

TOTAL 4
Presentase 80%

d) Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk


mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat
sambil melibatkan klien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan (Nursalam, 2014).

Kriteria klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan


sebagai berikut : mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan : pasien dengan kasus
baru atau langka dan metode yang dipakai adalah diskusi (Nursalam,
2014).

Sedangkan menurut dari SOP RS Suaka Insan Banjarmasin. ronde


keperawatan adalah kegiatan dalam mengatasi masalah keperawatan
klien yang dilaksanakan disamping klien, membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh PP (perawat
primer), kepala ruangan, PA (perawat Associate) serta melibatkan
seluruh anggta tim.

Berdasarkan hasil pengkajian di Bangsal Fransiskus RS Suaka Insan


Banjarmasin untuk ronde keperawatan di Bangsal Fransiskus sangat
jarang dilakukan. Ronde keperawatan dijalankan dan dilakukan saat
tertentu saja dan dilakukan sesuai dengan kriteria. Bangsal Teresa tidak
memiliki jadwal ronde keperawatan secara periodik.

e) Sentralisasi Obat

Sentraliasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang


dilakukan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya
oleh perawat (Nursalam, 2011).
Berdasarkan hasil pengkajian di Bangsal Teresa RS Suaka Insan
Banjarmasin sentralisasi obat yang dilakukan pada Bangsal Teresa sudah
terlaksana dengan baik, dimana sentralisasi obat memiliki tempat khusus,
sehingga obat-obatan yang digunakan sudah tertata dengan rapi didalam
lemari sesuai dengan nama pasien sehingga perawat dengan mudah
memberikan obat ke pasien dengan teratur. Obat-obatan dalam bentuk oral
dan injeksi dipegang oleh perawat dengan pembayaran umum dan keluar
masuknya obat sudah ada dokumentasinya.
Pada saat pemberian obat, perawat mencatat macam dan jumlah
obat yang telah terpakai. Memang seharusnya obat yang telah diresepkan
dan telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar serah terima obat, yang kemudian perawat menulis nama
klien, registrasi, jenis obat, jumlah dan sediaan dalam kartu kontrol yang
diketahui oleh keluarga (ditanda tangani) dalam buku masuk obat. Obat
yang diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat dan
obat yang telah diterima kemudian disalin dalam buku daftar penerimaan
obat, obat yang telah disimpan selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat
dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi di instruksi oleh dokter
dan kartu obat yang ada pada klien.
Jadi dapat disimpulkan untuk sentralisasi obat di Bangsal Teresa
RS Suaka Insan Banjarmasin dikelola dengan baik dan maksimal.

f) Supervisi

Supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaian


tugas-tugas keperawatan. Suvervisi adalah upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar
mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien. Tujuan dilaksanakannnya supervisi dalam
memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga
bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas
atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Dan salah satu manfaatnya
adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja itu sendiri
(Nursalam, 2014).
Berdasarkan hasil observasi di Bangsal Teresa pada tanggal 17
Januari 2023, pelaksanaan supervisi tidak berjalan.

g) Penerapan Standart Asuhan Keperawatan

(1)Pengkajian

Pada data pengkajian perawat sudah mengisi pada komponen


mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian namun
ada beberapa komponen yang kurang lengkap. Adapun komponen
dalam pengkajian yang terkadang tidak terisi pada saat pengkajian
seperti anamnesa, riwayat penyakit, status ekonomi, dan
pemeriksaaan umum pasien yang baru masuk.

(2)Diagnosa Keperawatan

Perencanaan diagnosa untuk Bangsal Teresa menggunakan


acuan dari diagnosa SDKI,SLKI,SIKI.

(3)Perencanaan

Perencanaan asuhan keperawatan yang baik tidak lengkap


adalah pada poin rumusan tujuan mengandung komponen
klien/subjek, perubahan, perilaku, kondisi klien dan kriteria waktu.
Tujuan pada berkas klien tidak mengandung komponen-komponen
tersebut secara utuh. Selain itu pada rencana tindakan sebagian
besar tidak mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci
dengan jelas dan juga rencana tindakan sebagian tidak
menggambarkan keterlibatan klien/keluarga.

(4)Tindakan dan Evaluasi

Dalam tindakan dan evaluasi keperawatan terlihat cukup


baik, dalam tindakan dan evaluasi selalu dilakukan dari tercantum
pada berkas tersebut.

(5)Catatatan Perkembangan Keperawatan

Dalam catatan perkembangan keperawatan terlihat cukup


baik yaitu status klien dalam catatan keperawatan sudah terisi.

h) Discharge Planning

(1) Pengertian

Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya


pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan
kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan
maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai
pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.
Discharge Planning menunjukkan beberapa proses formal
yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk
mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya
(RCP, 2001). Perawat adalah salah satu anggota team Discharge
Planner, dan sebagai discharge planner perawat mengkaji setiap
pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang
berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan
potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan
keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan
mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau
memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan
mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan.

Merupakan usaha keras perawat demi kepentingan pasien


untuk mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan
sebagai anggota tim kesehatan, perawat berkolaborasi dengan tim
lain untuk merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan
memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh
tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

(2) Tujuan Discharge Planning

Discharge planning dalah meningkatkan kontinuitas


perawatan, meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan
manfaat sumber pelayanan kesehatan. Discharge Planning dapat
mengurangi hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan,
meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan
menurunkan beban perawatan pada keluarga dapat dilakukan
melalui Discharge Planning (Naylor, 1990). Dan menurut
Mamon et al (1992), pemberian discharge planning dapat
meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk
mencapai kualitas hidup optimum disebelum dipulangkan,
beberapa penelitian bahkan menyatakan bahwa discharge
planning memberikan efek yang penting dalam menurunkan
komplikasi penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan
angka mortalitas dan morbiditas (Leimnetzer et al,1993: Hester,
1996)

Seorang Discharge Planners bertugas membuat rencana,


mengkoordinasikan dan memonitor dan memberikan tindakan dan
proses kelanjutan perawatan (Powell,1996). Discharge planning
ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses
pengobatan pasien dan dalam team discharge planner rumah
sakit, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses
keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui
proses discharge planning (Naylor,1990). Perawat dianggap
sebagai seseorang yang memiliki kompetensi lebih dan punya
keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola
dan memiliki komunikasi yang baik dan menyadari setiap kondisi
dalam masyarakat.

(Harper, 1998).

(3) Keuntungan Discharge Planning

 Bagi Pasien
- Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses
perawatan sebagai bagian yang aktif dan bukan objek
yang tidak berdaya.
- Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
- Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan
memperoleh support sebelum timbulnya masalah.
- Dapat memilih prosedur perawatannya
- Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui
siapa yang dapat dihubunginya.
 Bagi Perawat :
- Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di
gunakan
- Menerima informasi kunci setiap waktu
- Memahami perannya dalam system
- Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur
baru
- Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang
berbeda dan cara yang berbeda.
- Bekerja dalam suatu system dengan efektif.
(4) Justifikasi Metode Discharge Planning

Di Indonesia semua pelayanan keperawatan di Rumah Sakit ,


telah merancang berbagai bentuk format Discharge Planning,
namun discharge planning kebanyakan dipakai hanya dalam
bentuk pendokumentasian resume pasien pulang, berupa
informasi yang harus di sampaikan pada pasien yang akan pulang
seperti intervensi medis dan non medis yang sudah diberikan,
jadwal kontrol, gizi yang harus dipenuhi setelah dirumah.

Cara ini merupakan pemberian informasi yang sasarannya ke


pasien dan keluarga hanya untuk sekedar tahu dan mengingatkan,
namun tidak ada yang bisa menjamin apakah pasien dan keluarga
mengetahui faktor resiko apa yang dapat membuat penyakitnya
kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi
kegawatdaruratan terhadap kondisi penyakitnya. Untuk itu,
pelaksanaan discharge planning di rumah sakit apalagi dengan
penyakit kronis seperti stroke, diabetes mellitus, penyakit jantung
dan lain-lain yang memiliki resiko tinggi untuk kambuh dan
berulangnya kondisi kegawatan sangat penting dimana akan
memberikan proses deep-learning pada pasien hingga terjadinya
perubahan perilaku pasien dan keluarganya dalam memaknai
kondisi kesehatannya.

i) Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi merupakan catatan otentik dalam penerapan


manajemen asuhan keperawatan profesional. Ners profesional
diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan.
Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat
sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.
Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi,
proses keperawatan, dan standar asuhan keperawatan (Nursalam,
2014).
Efektivitas dan efisiensi sangat bermanfaat dalam
mengumpulkan informasi yang relevan serta akan meningkatkan
kualitas dokumentasi keperawatan. Salah satu bentuk kegiatan
keperawatan adalah dokumentasi keperawatan profesional yang
akan tercapai dengan baik apabila sistem pendokumentasian dapat
dilakukan dengan benar. Kegiatan pendokumentasian meliputi
keterampilan berkomunikasi dan keterampilan
mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).
Konsep solusi terhadap masalah di atas, perlu disusun
standar dokumentasi keperawatan agar dapat digunakan sebagai
pedoman bagi ners dengan harapan asuhan keperawatan yang
dihasilkan mempunyai efektivitas dan efisiensi (Nursalam, 2014).
Tabel 2.29 Hasil Evaluasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK)
Kelengkapan
No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5
1 Pengkajian Ada Ada Ada Ada Ada
2 Diagnosa Ada Ada Ada Ada Ada
3 Perencanaan Ada Ada Ada Ada Ada
4 Tindakan Ada Ada Ada Ada Ada
5 Evaluasi Ada Ada Ada Ada Ada
6 Catatan Ada Ada Ada Ada Ada
Perkembangan

Anda mungkin juga menyukai