Anda di halaman 1dari 10

Analisis Standarisasi Depot Air Minum isi Ulang (DAMIU)

di Kabupaten Pelalawan Tahun 2021 – 2022

PENDAHULUAN

Air merupakan kebutuhan manusia yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Dalam kehidupan
sehari-hari, manusia menggunakan air untuk memenuhi segala kebutuhannya. juga untuk
kebutuhan air minum keluarga. Upaya yang dapat dilakukan dengan menyediakan Depot Air
Minum Isi Ulang (DAMIU) untuk memenuhi kebutuhan air minum yang sehat.
Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) adalah unit komersial yang membersihkan air minum non
kemasan untuk kebutuhan masyarakat. Dilihat dari harganya, air kemasan lebih murah daripada
air minum dalam kemasan. Meski harga air minum dalam kemasan lebih murah, namun tidak
semua depot air minum dalam kemasan memiliki kualitas yang terjamin. Masyarakat masih
merasa tidak aman karena terdapat depot air minum yang tidak berizin dan kualitas air yang
tidak terstandarisasi dengan baik.
Dengan meningkatnya kebutuhan air minum isi ulang secara ekonomis diimbangi dengan
banyaknya bisnis depot air minum isi ulang yg bermunculan. Air minum isi ulang bisa dijadikan
sebagai satu solusi untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat yang meningkat. akan
tetapi, dikarenakan belum adanya standarisasi pada peraturan buat proses pengolahan air, maka
kualitas air minum isi ulang ini masih sering diperdebatkan. Kualitas air minum harus memenuhi
syarat yang meliputi parameter fisik, kimia dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan 1.
Maka dari itu keberadaan depot air minum saat ini belum dapat menjamin bahwa kualitas air
yang diproduksinya sudah sesuai dengan standar kualitas air minum yang ditentukan.
Dalam memilih depot air minum isi ulang menjadi alternatif air minum menjadi resiko yang
dapat membahayakan kesehatan. Jika kualitas depot air minum isi ulang masih diragukan,
terlebih bila konsumen tidak memperhatikan keamanan dan kehigienisannya. salah satu
penyebab kontaminasi bakteri pada air minum bisa disebabkan dari kontaminasi peralatan dan
pemeliharaan peralatan pengolahan. Meninjau dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan
uji kualitas air minum isi ulang menggunakan meninjau perilaku serta pemeliharaan alat-alat.
sang sebab itu, ini dapat menyampaikan kontribusi info kualitas air minum isi ulang yang
dikonsumsi rakyat.

1
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah membuat regulasi khusus terkait standar air
minum yang layak dikonsumsi. Peraturan Menteri Kesehatan tersebut memuat beberapa hal
terakit dengan syarat dan kualitas air minum yang baik.
Perrtumbuhan Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Provinsi Riau saat ini meningkat drastic
tahun ke tahun, di Kabupaten Pelalawan pertumbuhan tahun 2021 mencapai angka 200 depot,
yang melakukan pemeriksaan laik hygiene sanaitasi hanya 97 depot dan yang mendapatkan
sertifikat laik hygiene hanya 38 depot saja. Sedangkan pada tahun 2022 jumlah depot air yang
ada di Kabupaten Pelalawan berjumlah 143 depot, dari jumlah tersebut hanya 64 depot yang
melakukan pemeriksaan laik hygiene sanaitasi dan yang mendapatkan sertifikat atau memenuhi
syarat adalah sebanyak 42 depot.
METODE PENELITIAN

A. Pengumpulan Data
Metode penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan Analisis Data Sekunder (ADS). ADS merupakan suatu metode yang
menggunakan data sekunder sebagai sumber data utama2. Data sekunder yang digunakan
berasal dari laporan bulanan dan hasil pemeriksaan sampel air bersih di Laboratorium
Kesehatan Daerah Provinsi Riau berupa pemeriksaan uji kualitas fisik, kimia, dan
mikrobiologi air bersih.
B. Analisis Kualitas
Analisis kualitas air minum dilakukan untuk mengetahui kualitas air minum sudah memenuhi
baku mutu parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 atau belum. Berdasarkan kualitas air minum
tersebut, dapat diketahui risiko-risiko kegagalan yang mempengaruhi kualitas air produksi
pada DAMIU. Batasan parameter uji dalam penelitian ini adalah kekeruhan, pH, Total
Dissolved Solid (TDS), dan total coliform.
C. Analisis Data
Hasil uji laboratorium yang belum memenuhi baku mutu air minum dilakukan analisis
lanjutan manajemen risiko sebagai kegagalan produksi pada DAMIU. Uji korelasi antara
hasil uji laboratorium belum memenuhi baku dan hasil kuesioner pengelola DAMIU untuk
menentukan faktorfaktor penyebab kegagalan yang berhubungan dengan penurunan kualitas
air produksi. Faktor-faktor penyebab kegagalan dikelompokkan menjadi material (sumber air
baku dan penyimpanan air baku), machine (perawatan terhadap alat produksi), man
(pengetahuan dan higiene penjamah), method (manajemen dan pengendalian mutu), dan
environment (higiene tempat dan sosialisasi dinas terkait). Teknik uji korelasi yang
digunakan adalah Spearman Rank menggunakan aplikasi SPSS 25. Hasil uji korelasi yang
signifikan (nilai sig < 0,05) disusun menggunakan diagram fishbone sebagai akar penyebab
kegagalan yang mempengaruhi kualitas air minum isi ulang di DAMIU Kabupaten

2
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung
Pelalawan. Selanjutnya menentukan rekomendasi perbaikan untuk mengurangi risiko
kegagalan pada kualitas produksi DAMIU di Kabupaten Pelalawan.

HASIL & PEMBAHASAN

HASIL
Berdasarkan hasil pemerikasaan kualitas air di Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) pada
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan diperoleh data bahwa kualitas fisik air
minum tidak seluruhnya memenuhi kondisi baik dan layak konsumsi. Tidak seluruh DAMIU
mengahasilkan air sesuai standar yang dimaksudkan dalam Permenkes Nomor
492/Menkes/Per/IV/2011 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, seperti air tidak berbau, tidak
berasa maupun tak berwarna.
Hal ini pertanda bahwa tingkat kepatuhan dan pengetahuan pengelola depot air minum isi ulang
(DAMIU) di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan masih rendah. Sehigga hasil
produksi dari Damiu tesebut tidak seluruhnya aman untuk dikonsumsi. Idealnya Air hasil
produksi Damiu adalah tidak berwarna untuk mencegah keracunan dari banyak sekali zat kimia
maupun mikroba yang berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

1. Hasil Analisis jumlah DAMIU yang mengurus izin operasional di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan tahun 2021-2022

Grafik. 1
Perbandingan Damiu yang mengurus perizinan dan tidak mengurus perizinan

120 103
97
100
71
80 64
2021
60 2022
40

20

0
Mengurus Izin Tidak Mengurus Izin
2. Hasil Analisis DAMIU yang memenuhi syarat di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Pelalawan tahun 2021-2022

Hasil analisis dari jumlah Damiu yang mengajukan pemeriksaan sampel air atau
pemeriksaan kualitas air berdasarkan parameter yang disyaratkan dalam Permenkes No.
492 tahun 2010, diantanranya; Parameter Mikrobiologi, Kimiawi an-organik, Parameter
Fisik dan Parameter Kimiawi.
Grafik. 2.1
Jumlah Damiu yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat
97
100
90
80 64
70 59
60 2021
38 42
50
2022
40
22
30
20
10
0
Periksa MS TMS
Dari tabel 2.1 diatas menunjukan hasil pemeriksaan Damiu yang telah dilakukan pada 97
sampel (tahun 2021), ternyata ada 59 depot atau 61% depot air minum isi ulang
(DAMIU) yang tidak memenuhi syarat, sedangkan yang memenuhi syarat hanya 38
Damiu atau 39%. Pada tahun 2022 ada 64 sampel yang dilakukan pemeriksaan, dari
pemeriksaan tersebut mendapatkan hasil 42 sampel atau 66% memenuhi syarat dan 22
sampel atau 34% tidak memenuhi syarat.
3. Hasil Analisis DAMIU yang tidak memiliki izin di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Pelalawan tahun 2021-2022

Jumlah Depot
Tahun 2021 Tahun 2022
No Kecamatan
Tidak Tidak
Periksa MS TMS Periksa MS TMS
Periksa Periksa
Pangaalan
1 30 28 2 27 29 21 8 28
Kerinci
Bandar
2 5 1 4 3 4 4 0 1
Seikijang
3 Langgam 6 0 6 9 1 0 1 4
4 Pelalawan 2 2 0 1 1 1 0 2
Pangkalan
5 18 3 15 15 9 9 0 12
Kuras
6 Bunut 10 1 9 5 3 0 3 4
Bandar
7 9 3 6 3 4 4 0 1
Petalangan
Pangkalan
8 3 0 3 9 3 3 0 7
Lesung
9 Kerumutan 7 0 7 12 2 0 2 12
10 Ukui 5 0 5 18 3 0 3 0
11 Teluk Meranti 0 0 0 1 3 0 3 0
12 Kuala Kampar 2 0 2 0 2 0 2 0
Jumlah 97 38 59 103 64 42 22 71

PEMBAHASAN
Teknologi pengolahan pada DAMIU berdasarkan hasil survei adalah air baku ditampung pada
tandon tara pangan kemudian dialirkan menggunakan pompa menuju dua tabung filter besar.
Tabung filter pertama berisi media filter pasir silika yang berfungsi menyaring partikel kasar
untuk menurunkan kekeruhan. Kemudian dialirkan pada tabung filter kedua berisi media filter
karbon aktif yang berfungsi menyerap debu, rasa, warna, sisa klor dan bahan organik lainnya.
Selanjutnya air dialirkan menuju cartridge filter bermaterial sedimen dengan ukuran pori 10
hingga 1 mikron. Cartridge filter berfungsi menyaring partikel halus berukuran maksimal 10
mikron. Setelah melalui tahap penyaringan, air dialirkan menuju alat desinfeksi sinar ultraviolet
untuk membunuh mikroorganisme patogen. Selanjutnya air akan masuk ke dalam proses
pengisian galon konsumen yang sebelumnya galon telah dicuci dengan air bertekanan tinggi oleh
penjamah.
A. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang
Analisis kualitas bertujuan menganalisis risiko-risiko kegagalan proses produksi. Hal ini
dikarenakan dalam proses produksi depot air minum memiliki tujuan akhir menghasilkan air
minum dengan kualitas standar air minum. Sampel kualitas air minum isi ulang diambil pada
dua titik, yaitu inlet tandon air baku dan outlet air hasil olahan dari masing-masing DAMIU.
Analisis kualitas dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Riau. Hasil uji
laboratorium tiap parameter pada seluruh depot adalah sebagai berikut:
1) Kekeruhan
Kekeruhan pada air minum disebabkan adanya zat padat tersuspensi bahan organik maupun
anorganik. Perkembangbiakan bakteri dipengaruhi banyaknya zat padat tersuspensi dalam
air. Kekeruhan diukur menggunakan turbidimeter. Baku mutu kekeruhan pada air minum
adalah 5 NTU. Berdasarkan hasil uji laboratorium tiap depot sudah memenuhi baku mutu air
minum untuk air baku (inlet) dan air hasil olahan (outlet). Nilai kekeruhan tertinggi pada
outlet adalah 1,23 NTU dan terendah 0,18 NTU.
2) pH
pH merupakan derajat keasaman yang menggambarkan konsentrasi ion hidrogen dalam air.
Analisis pH menggunakan pH meter. Baku mutu pH air minum adalah 6,5 – 8,5. Berdasarkan
uji laboratorium tiap depot sudah memenuhi baku mutu untuk air baku (inlet) dan air hasil
olahan (outlet). Nilai pH tertinggi untuk outlet adalah 8,03 dan terendah 6,69.
3) Total Dissolved Solid (TDS)
Total Dissolved Solid (TDS) adalah ukuran jumlah partikel yang terlarut dalam air yang
dapat mempengaruhi kejernihan, warna, dan rasa [6]. Batas maksimum TDS air minum
adalah 500 mg/l. Alat yang digunakan mengukur TDS adalah TDS meter. Analisis TDS
bertujuan untuk mengetahui efektivitas unit pengolahan filtrasi pada DAMIU. Berdasarkan
uji laboratorium menunjukkan tiap depot sudah memenuhi baku mutu untuk air baku (inlet)
dan air hasil olahan (outlet). Hasil analisis laboratorium menunjukkan air olahan dengan TDS
tertinggi adalah 77,2 mg/l dan TDS terendah adalah 42,5 mg/l.
4) Total Coliform
Analisis bakteri total coliform dilakukan sebagai indikator keberadaan mikroorganisme pada
air minum. Efisiensi kinerja desinfeksi pada depot air minum sudah bekerja dengan baik atau
belum dalam inaktivasi bakteri dapat diketahui dari keberadaan mikroorganisme dalam air
produksi. Uji laboratorium total coliform menggunakan metode MPN (Most Probable
Number). Batas maksimum bakteri total coliform air minum adalah 0 per 100 ml sampel.
Berdasarkan uji laboratorium semua depot air minum memiliki air hasil produksi belum
memenuhi baku mutu air minum. Nilai total coliform tertinggi adalah 240 per 100 mL dan
terendah 0 per 100 mL. Sehingga berdasarkan hasil tersebut perlu dilakukan analisis lanjutan
terkait penyebab kegagalan kualitas air produksi.
B. Hubungan Kondisi Lingkungan dan Total Coliform
Berdasarkan hasil uji laboratorium, parameter yang belum memenuhi baku mutu adalah total
coliform. Hal tersebut menunjukkan pada DAMIU Kabupaten Pelalawan mengalami
kegagalan produksi air minum yang mempengaruhi kualitas air produksi. Pada tahap ini
dilakukan uji korelasi antara nilai total coliform outlet air minum isi ulang dengan kondisi
lingkungan (hasil kuesioner). Uji korelasi bertujuan menentukan faktor-faktor penyebab
kegagalan yang mempengaruhi adanya total coliform pada air minum isi ulang. Kuesioner
meliputi aspek material, machine, man, method, dan environment. Secara detail masing-
masing aspek dapat dilihat pada Tabel 1. Metode uji korelasi yang digunakan adalah metode
korelasi Spearman Rank. Metode ini digunakan jika kedua variabel yang akan dikonversikan
berasal dari sumber yang tidak sama, jenis data yang dikorelasikan adalah minimal data
ordinal, serta data dari kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal. Analisis
korelasi ini menggunakan software SPSS 25. Interpretasi output analisis korelasi Spearman
Rank dengan SPSS 25 adalah tingkat kekuatan (keeratan) hubungan dua variabel, arah
hubungan dua variabel, dan ada tidaknya hubungan dua variabel (signifikansi). Hasil uji
korelasi antara total coliform dan kondisi lingkungan disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan
Tabel 2, variabel B1, B2, M2, M3, M5, U2, dan E2 memiliki nilai signifikansi (Sig 2-tailed)
lebih dari 0,05 artinya variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap nilai total coliform.
Semua hasil uji menunjukkan arah korelasi negatif (-) yang berarti semakin tinggi nilai
variabel bebas maka semakin kecil variabel Y (nilai total coliform mendekati baku mutu).
Sedangkan kekuatan hubungan antara dua variabel yang signifikan pada rentang 0,719
hingga 0,845 yang berarti memiliki hubungan kuat dan sangat kuat antara dua variabel.

Tabel 1.
Variabel Uji Korelasi
Variabel Keterangan
Y Nilai total coliform air hasil olahan DAMIU
B1 Sumber air baku dan pengangkutannya
B2 Pembersihan tendon air baku
M1 Backwash filter awal
M2 Penggantian pasir silika
M3 Penggantian karbon aktif
M4 Penggantian cartridge filter
M5 Ukuran media cartridge filter
M6 Waktu kontak lampu UV
M7 Umur lampu UV
P1 Pemahaman pengelola terkait peraturan DAMIU
P2 Perilaku dan kebersihan penjamah saat melayani konsumen
P3 Pemahaman unit pengolahan dan cara perawatan
U1 Menerapkan manajemen mutu
U2 Melakukan uji laboratorium air baku dan air produksi
U3 Izin usaha depot air minum isi ulang
E1 Higiene sanitasi tempat
E2 Sosialisasi dari dinas terkait
Tabel 2.
Hasil Uji Korelasi
Variabel Koefisien Korelasi Sig (2 –tailed) Keterangan
B1 - - Tidak Signifikan
B2 0,194 0,645 Tidak Signifikan
M1 -0,815 0,014 Signifikan
M2 -0,148 0,726 Tidak Signifikan
M3 -0,148 0,726 Tidak Signifikan
M4 -0,805 0,016 Signifikan
M5 -0,041 0,922 Tidak Signifikan
M6 -0,784 0,021 Signifikan
M7 -0,727 0,041 Signifikan
P1 -0,760 0,028 Signifikan
P2 -0,845 0,008 Signifikan
P3 -0,768 0,026 Signifikan
U1 -0,719 0,044 Signifikan
U2 -0,444 0,271 Tidak Signifikan
U3 -0,802 0,017 Signifikan
E1 -0,788 0,020 Signifikan
E2 -0,415 0,307 Tidak Signifikan
Tabel 3.
Deskripsi Skala Besar Risiko dan Lingkungan
Variabel Uji Korelasi
Skala Besar Risiko yang Ditimbulkan
0 1 2 3 4
Sangat Kecil Kecil Sedang Besar Sangat Besar
Tidak Dapat mempengaruhi proses Performa unit selanjutnya Hasil produksi yang Air produksi
Mempengaruhi selanjutnya dan hasil produksi terganggu dan mempengaruhi akan melampaui melampaui
proses selanjutnya hasil produksi standar baku mutu standar baku mutu
dan hasil produksi
Skala Kondisi Lingkungan
Variabel Koefisien Korelasi Sig (2 –tailed) Keterangan
B1 - - Tidak Signifikan
B2 0,194 0,645 Tidak Signifikan
M1 -0,815 0,014 Signifikan
M2 -0,148 0,726 Tidak Signifikan
M3 -0,148 0,726 Tidak Signifikan
M4 -0,805 0,016 Signifikan
M5 -0,041 0,922 Tidak Signifikan
M6 -0,784 0,021 Signifikan
M7 -0,727 0,041 Signifikan
P1 -0,760 0,028 Signifikan
P2 -0,845 0,008 Signifikan
P3 -0,768 0,026 Signifikan
U1 -0,719 0,044 Signifikan
U2 -0,444 0,271 Tidak Signifikan
U3 -0,802 0,017 Signifikan
E1 -0,788 0,020 Signifikan
E2 -0,415 0,307 Tidak Signifikan
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini, yang pertama adalah sumber kegagalan kualitas air minum isi
ulang tidak memenuhi baku mutu parameter total coliform meliputi aspek man, machine,
method, dan environment. Yang kedua, sumber kegagalan tertinggi dari penilaian RPN secara
berturut-turut adalah waktu kontak lampu UV dengan air saat pengolahan, backwash filter awal,
dan pemahaman pengelola mengenai unit pengolahan dan cara perawatannya.

Pada tahun 2021 hasil observasi data pada Dinas Kesehatan kabupaten Pelalawan tedapat 200
depot, yang melakukan pemeriksaan laik hygiene sanaitasi hanya 97 depot dan yang
mendapatkan sertifikat laik hygiene hanya 38 depot saja. Sedangkan pada tahun 2022 jumlah
depot air yang ada berjumlah 135 depot, dari jumlah tersebut hanya 64 depot yang melakukan
pemeriksaan laik hygiene sanaitasi dan yang mendapatkan sertifikat atau memenuhi syarat
adalah sebanyak 42 depot. Dan juga masih terdapat DAMIU yang belum memiliki izin
operasional. Sehingga dapat berakibat fatal pada kesehatan masyarakat yang menggunakan air
dari produksi DAMIU tersebut.

SARAN

1. Dinas Kesehatan bekerjasama dengan SATPOL PP untuk melakukan penertiban DAMIU


yang tidak memiliki izin
2. Menutup atau melarang beroperasinya DAMIU yang tidak memenuhi syarat laik hygieni
3. Tindakan perbaikan untuk mengurangi kegagalan sebagai upaya mitigasi adalah lampu UV
dinyalakan selama jam operasi depot, melakukan bacwash filter awal setiap 1 minggu hingga
1 bulan sekali, dan meningkatkan pemahaman mengenai unit pengolahan DAMIU dengan
mengikuti pelatihan Higiene Sanitasi yang diadakan Dinas Kesehatan Kabupaten Palalawan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Jakarta, Indonesia: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes), 2010.

A. Masduqi and A. F. Assomadi. 2016. Operasi & Proses Pengolahan Air Edisi Kedua.
Surabaya: ITS Press.

Sugiyono 2007. Statistika Untuk Penelitian, 1st ed. Bandung, Jawa Barat: Alfabeta Bandung.

_______. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.

B. L. Riemann and M. R. Lininger, Principles of Statistic: What the Sports Medicine


Professional Needs to Know, Vol. 37, N. Philadelphia, Pennsylvania: Clinics in Sports
Medicine, Elsevier, 2018.

E. A. Y. Utami, A. Moesriati, and N. Karnaningroem, “Risiko kegagalan pada kualitas produksi


air minum isi ulang di kecamatan sukolilo surabaya menggunakan failure mode and
effect analysis (FMEA),” J. Tek. ITS, vol. 5, no. 2, 2017, doi:
10.12962/j23373539.v5i2.19051.

R. S. Pakpahan, I. Picaluly, and I. N. W. Mahayasa, “Cemaran mikroba escherichia coli dan total
bakteri koliform pada air minum isi ulang,” natl. public heal. j., vol. 9, no. 4, p. 8, 2015,
doi: http://dx.doi.org/10.21109/kesmas.v9i4.733.

S. Navratinova, Nurjazuli, and T. Tarwatjo, “Hubungan desinfektan sinar ultraviolet (UV)


dengan kualitas bakteriologis air minum pada depot air minum isi ulang (DAMIU)
(studi di Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak),” J. Kesehat. Masy., vol. 7, no.
1, pp. 412-420 (9), 2019, [Online]. Available:
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Anda mungkin juga menyukai