Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN PANCASILA SEBAGAI


SISTEM FILSAFAT
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen pengampu : Ibu Iim Halimatul M, M.Pd

Oleh :
Mutiara rahmah (21.24.1.0001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAJALENGKA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum WR.WB.

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan karunia
serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang berjudul “SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN
PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT” ini tepat pada waktunya.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan oleh dosen pengampu Ibu Iim Halimatul M, M.Pd. Selain
itu,tujuan dari pembuatan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang SEJARAH
PERUMUSAN PANCASILA DAN PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT.

Terimakasih saya ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan yaitu Ibu Iim Halimatl M, M.Pd. yang telah memberikan tugas menyusun
makalah ini sehingga saya dapat belajar, menambah pengetahuan dan wawasan tentang mata
kuliah ini.

Saya menyadari makalah yang saya buat ini masih banyak kekurangan-nya. Oleh
karena itu, saya harapkan kritik dan saran yang memotivasi untuk pembuatan makalah
kedepan-nya agar bisa lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum WR.WB.

Majalengka, Maret 2022

Mutiara rahmah.

i
DAFATAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Pembentukan Pancasila ........................................................................ 3
B. Alasan diperlukannya Pancasila oleh Bangsa Indonesia .................................. 8
C. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis Pancasila ........................................... 10
D. Pengertian Sistem Filsafat................................................................................. 11
E. Alasan Pancasula merupakan suatu Sistem Filsafat ......................................... 12
F. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat ..... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia bukanlah hadiah dari Belanda
ataupun Jepang. Kemerdekaan diraih melalui perjuangan panjang penuh liku-liku dengan
pengorbanan harta benda, jiwa, dan raga. Salah satu syarat untuk diakui oleh dunia
internasional, bahwa negara merdeka itu wajib memiliki Dasar Negara yaitu Pancasila dan
UUD Negara.
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila
merupakan karunia yang tiada tara dari Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia.
Pancasila menjadi sumber cahaya bagi seluruh bangsa Indonesia dalam membangun
peradaban bangsanya di masa-masa selanjutnya. Dalam membangun bangsa, Pancsila
merupakan sumber energi sebagai kekuatan dan sekaligus sebagai pedoman dalam
memperjuangkan kemerdekaan, menjadi alat pemersatu membangun kerukunan berbangsa,
dan sebagai pandangan hidup sehari-hari bagi bangsa Indonesia.
Perumusan Pancasila sebagai calon Dasar Negara dimulai melalui sidang BPUPKI.
Usulan calon Dasar Negara telah disampaikan oleh tokoh-tokoh dihadapan sidang pertama
BPUPKI. Pada sidang kedua disampaikan hasil rumusan Pancasila oleh Panitia sembilan
yang lazim dikenal sebagai Piagam Jakarta. Susunan Pancasila, terutama sila pertama
dalam Piagam Jakarta diusulkan untuk diganti, sehingga menjadi “Ketuhanan Yang Maha
Esa”. UUD 1945 dan Pancasila disahkan oleh PPKI menjadi Dasar Negara, pemersatu, dan
rumah bersama bangsa Indonesia.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia. Sejarah
bangsa Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus gagasan tentang calon
dasar negara (Pancasila) itu adalah Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, maka terbentuklah suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah pembetukan Pancasila dari mulai Pengusulan, Perumusan dan
Pengesahan ?
2. Mengapa Pancasila diperlukan oleh Bangsa Indonesia ?
3. Bagaimana sumber Historis, Sosiologis, dan Politis Pancasila ?
4. Apa yang dimaksud dengan Sistem Filsafat ?

1
2

5. Mengapa Pancasila merupakan suatu Sistem Filsafat ?


6. Bagaimana sumber Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai Sistem
Filsafat?

C. TUJUAN
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, terdapat beberapa tujuan dalam penulisan
makalah ini. Adapaun tujuan tersebut yakni untuk mengingat kembali sejarah perumusan
pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara Indonesia dan mengambil banyak pelajaran
dari sejarah tersebut, serta mempelajari Pancasila sebagai suatu Sistem Filsafat. Selain itu,
penulisan makalah yang berjudul Sejarah Perumusan Pancasila dan Pancasila sebagai suatu
Sistem Filsafat ini juga untuk menambah wawasan tentang mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PEMBENTUKAN PANCASILA

Indonesia merupakan negara yang berlandaskan Pancasila yang mengatur


pemerintahan negara. Pancasila sebagai dasar negara digunakan untuk mengatur seluruh
tatanan kehidupan bangsa dan juga negara Indonesia. Serta segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
wajib berdasarkan Pancasila (Kaelan, 2013:70).
Pancasila merupakan dasar negara yang dibentuk setelah bangsa Indonesia meraih
kemerdekaan. Proses perumusan Pancasila melalui beberapa tahap sidang yang melibatkan
banyak tokoh penting seperti Soekarno, M. Yamin, dan Soepomo. Pancasila tidaklah terbentuk

3
4

secara mendadak serta tidak hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang terjadi
pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup
panjang dalam sejarah bangsa Indonesia (Kaelan, 2013:70). Tokoh penggagas lahirnya
Pancasila adalah Prof. Mohammad Yamin S.H, Prof. Mr. Dr. Supomo, dan Ir. Soekarno. Pada
sidang BPUPKI pertama aspirasi mereka menjadi cikal bakal lahirnya Pancasila. Proses
pembentukan seputar ideologi negara terjadi perdebatan sengit antar golongan. Yakni
Nasionalis, Islam, dan Komunis.
Pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengemukakan akan membentuk “Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia”(BPUPKI). Badan ini baru
terbentuk tanggal 29 April 1945 dan dilantik tanggal 28 Mei 1945 kemudian mulai bekerja
tanggal 29 Mei 1945. Badan ini beranggotakan 60 0rang dengan ketua Dr. Radjiman
Widiodiningrat.
Dengan dibentuknya BPUPKI, bangsa Indonesia dapat secara legal mempersiapkan diri
menjadi negara merdeka, merumuskan persyaratan yang harus dipenuhi bagi sebuah negara
merdeka. Hal yang pertama kali dibahas dalam sidang BPUPKI adalah permasalahan “Dasar
Negara”. Sidang BPUPKI dibagi menjadi dua bagian, yaitu:sidang pertama berlangsung
tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945, hasil sidang pertama ini akan dibahas dalam sidang kedua
yang akan dilaksanakan pada tanggal 14 sampai 16 Juli 1945.
1. Periode Pengusulan Pancasila
Sidang BPUPKI pertama berlangsung selama empat hari, secara berturut-turut tiga
tokoh yang tampil berpidato menyampaikan gagasan/usulan sebagai calon dasar negara.
Pada hari pertama tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muh. Yamin yang diberi kesempatan untuk
menyampaikan pidatonya, tanggal 31 Mei 1945 pidato disampaikan oleh Mr. Soepomo,
sementara pada hari terakhir tepatnya tanggal 1 Juni 1945 kesempatan diserahkan kepada
Ir. Soekarno untuk menyampaikan pidato tentang rencana calon dasar negara.
Dalam pidatonya, Mr. Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan Dasar Negara
Indonesia sebagai berikut: 1) Pri Kebangsaan; 2) Pri Kemanusiaan; 3) Pri Ketuhanan; 4)
Pri Kerakyatan (permusyawatan dan perwakilan) dan; 5) Kesejahteraan Rakyat (Keadilan
sosial). Isi pidato yang disampaikan Mr. Muh. Yamin terdiri dari lima usulan, namun dari
kelima usulan tersebut Mr. Muh. Yamin tidak memberi nama atau istilah terhadap kelima
usulan tersebut.
Selanjutnya dalam pidato tentang usulan rencana dasar negara, Mr. Soepomo
menyampaikan lima usulan calon Dasar Negara yang terdiri dari: 1)
Nasionalisme/internasionalisme; 2) Takluk kepada Tuhan; 3) Kerakyatan; 4) Kekeluargaan
5

dan ; 5) Keadilan rakyat. Pada kesempatan ini, Mr. Soepomo walaupun dalam
usulannya ada lima rancangan usulan, namun kelima usulan tersebut belum diberikan
nama.
Usulan calon dasar negara dalam sidang BPUPKI pertama berikutnya disampaikan
oleh Ir. Soekarno. Pidato Ir. Soekarno tentang usulan calon dasar negara disampaikan
secara lisan tanpa teks. Ir. Soekarno mengusulkan Dasar Negara yang terdiri dari lima
prinsip yang rumusannya sebagai berikut: 1) Nasionalisme (kebangsaan Indonesia); 2)
Internasionalisme (peri kemanusiaan); 3) Mufakat (demokrasi); 4) Kesejahteraan sosial;
dan 5) Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan yang berkebudayaan).
Lima prinsip sebagai calon dasar negara yang telah disampaikan dalam pidato tersebut,
oleh Ir. Soekarno diusulkan agar diberi nama “Pancasila”. Menurut Ir. Soekarno, kelima
sila itu masih bisa diperas menjadi “Tri Sila”, meliputi: 1) Sosio Nasionalisme yang
merupakan sintesa dari “kebangsaan (nasionalisme) dengan peri kemanusiaan
(internasionalisme); 2) Sosio Demokratis yang merupakan sintesa dari “mufakat”
(demokrasi) dengan kesejahteraan sosial dan; 3) Ketuhanan. Selanjutnya Ir. Soekarno juga
mengusulkan bahwa “Tri Sila” dapat diperas lagi menjadi “Eka Sila”, yang intinya adalah
gotong royong.
Setelah pidato Soekarno, sidang menerima usulan nama Pancasila bagi dasar filsafat
negara (philosofische grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno. Kemudian, sidang
pertama BPUPKI (29 Mei – 1 Juni 1945) ini berhenti untuk sementara.
2. Periode Perumusan Pancasila
Sidang BPUPKI ke dua dilanjutkan dengan agenda membahas pidato berkenaan dengan
usulan calon asas dasar negara yang telah disampaikan oleh tiga tokoh sejak tanggal 29
Mei sampai tanggal 1 Juni 1945. Pembahasan terhadap ketiga usulan calon asas dasar
negara itu tidak lagi dibahas oleh seluruh anggota BPUPKI, namun telah ditetapkan
sembilan tokoh yang dipercaya mampu mengemban tugas mulia itu. Kesembilan tokoh ini
kemudian lebih dikenal dengan istilah “Panitia Sembilan”, terdiri dari : 1) Ir. Soekarno; 2)
Drs. Moh. Hatta; 3) Mr. A.A. Maramis; 4) Abikoesno Tjokro soejoso; 5) Abdoel Kahar
Muzakir; 6) Haji Agus Salim; 7) Mr. Ahmad Soebardjo; 8) K.H. WachidHasym dan ; 9)
Mr. Muh. Yamin.
6

Pada 10 – 16 juli 1945 akhirnya Panitia Sembilan telah mencapai suatu hasil yang
sangat baik yaitu suatu perumusan Pancasila, yang lazim dikenal dengan istilah “Piagam
Jakarta”. yang susunannya sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara belum final, karena BPUPKI belum merupakan
perwakilan yang representatif. Oleh karena BPUPKI adalah sebuah badan hasil bentukan
Jepang, sehingga dipandang belum mencerminkan perwakilan orang Indonesia. Oleh
karena itu, dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dimana Ir.
Soekarno sebagai ketua dan Moh. Hatta sebagai wakil. Keanggotaan dari PPKI ini
beranggotakan 21 orang dan seluruhnya terdiri dari orang-orang Indonesia untuk
memeriksa hasil-hasil kerja BPUPKI sebagai bahan persiapan kemerdekaan Indonesia
nanti. Setelah kemerdekaan keanggotaan PPKI disempurnakan, sehingga menjadi Badan
Nasional. Semula PPKI bertugas untuk memeriksa hasil-hasil BPUPKI, kemudian
mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting yaitu :
a. Mewakili seluruh bangsa Indonesia.
b. Sebagai pembentuk negara (yang menyusun negara Republik Indonesia setelah
Proklamasi Kemerdekaan 1718-1945).
7

c. Menurut teori hukum badan seperti ini mempunyai wewenang untuk meletakkan dasar
negara (pokok kaidah negara yang fundamental (Darmodihardjo, 1989:31).
3. Periode Pengesahan Pancasila

Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada sekutu tanpa syarat. Pada 15
Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Rajiman kembali ke Indonesia. Kedatangan mereka
disambut oleh para pemuda yang mendesak agar kemerdekaan bangsa Indonesia di
proklamasikan secepatnya karena mereka tanggap terhadap perubahan situasi politik dunia
pada masa itu. Para pemuda sudah mengetahui bahwa Jepang menyerah kepada sekutu
sehingga Jepang tidak memiiki kekuasaan secara politis di wilayah pendudukan, termasuk
Indonesia. Perubahan situasi yang cepat itu menimbulkan kesalahpahaman antara
kelompok pemuda dengan Soekarno dan kawan-kawan sehingga terjadilah peristiwa
penculikan atas diri Soekarno dan M. Hatta ke Rengas Dengklok (dalam istilah pemuda
pada waktu itu “mengamankan”), tindakan pemuda itu berdasarkan keputusan rapat yang
diadakan pada pukul 24.00 WIB menjelang 16 Agustus 1945 di Cikini no. 71 Jakarta
(Kartidirdjo, dkk,, 1975:26).
Pada tanggal 17 Agustus 1945 dicetuskanlah Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Teks
kemerdekaan atau disebut dengan teks Proklamasi itu di dikte kan oleh Moh. Hatta dan
ditulis oleh Soekarno pada dini hari. Dengan demikian, naskah bersejarah teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia ini di gagas dan ditulis oleh dua tokoh Proklamator tersebut
sehingga wajar jika mereka dinamakan Dwi tunggal. Selanjutnya, naskah tersebut di ketik
ulang oleh Sayuti Melik. Rancangan pernyataan kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh
BPUPKI yang diberi nama Piagam Jakarta, akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945
8

karena situasi politik yang berubah (William Frederick dan Soeri Soeroto, 2002 :
hal.308-311).

PROKLAMASI
Kami Bangsa Indonesia dengna ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal
yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain. Diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 2605
Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta

B. ALASAN DIPERLUKANNYA PANCASILA OLEH BANGSA INDONESIA


1. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Sebagaimana diketahui bahwa setiap bangsa manapun di dunia ini pasti memiliki
identitas yang sesuai dengan atar belakang budaya masing-masing. Budaya merupakan
proses cipta, rasa, dan arsa yang perlu dikelola dan dikembangkan secara terus-
menerus. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia merupakan konsekuensi dari
proses inkulturasi dan akulturasi.
Pemaparan tentang pancasila sebagai identitas bangsa atau juga disebut sebagai jati
diri bangsa Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai literatur, baik dalam bentuk
bahasan sejarah bangs Indonesia maupun dalam bentuk bahasan tentang pemerintahan
di Indonesia. As’ ad Ali dalam buku negara pancasila jalan kemaslahatan berbangsa,
mengatakan bahwa pancasila sebagai identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan
9

agama yang berlaku dalam masyarakat Indonesia. Tradisi dan kultur bangsa
Indonesia dapat ditelusuri melalui peran agama-agama besar, seperti : peradaban
Hindu, Budha, Islam, dan Kristen. Agama-agama tersebut meyumbang dan
menyempurnakan konstruksi nilai, norma, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang
berkembanag dalam masyarakat. Misalnya, konstruksi tradisi dan kultur masyarakat
Melayu, Minangkabau, dan Aceh tidak bisa dilepaskan dari peran peradaban Islam.
Sementara konstruksi budaya Toraja dan Papua tidak terlepas dari peradaban Kristen.
Demikian pula halnya dengan konstruksi budaya masyarakat Bali yang sepenuhnya
dibentuk oleh peradaban Hindu (Ali, 2010:75).
2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai
Keuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan diwujudkan dalam
sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Sikap mental, tingkh laku dan
perbuatan bangsa Indonesia mempunyai ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan
bangsa lain. Kepribadian itu mengacu pada sesuatu yang unik dan khas karena tidak
ada kepribadian yang benar-benar sama. Setiap kepribadian mencerminkan keadaan
atau halnya sendiri, demikian halnya dengan ideologi bangsa (Bakry, 1994 : 157).
Kepribadian bangsa indonesia sendiri sudah terbentuk sejak lama. Nilai-nilai
spiritual, sistem perekonomian, politik, dan budaya merupakan contoh keunggulan
yang berakar dari kepribadian masyarakat Indonesia sendiri.
3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pancasila dikatakan sebaagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini kebenarannya,
kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa Indonesia yang dijadikan
sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan menimbulkan tekad
yang kuat untuk mengamalkannya dalam kehidupan nyata (Bakry, 1994 : 158).
Pancasila sebagain pandangan hidup berarti nilai-nilai pancasila melekat dalam
kehidupan masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak. Ketika
pancasila berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, maka seluruh nilai
pancasila dimanifestasi ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa
Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia.
Pancasila telah ada sejak dahulu kala bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia
(Bakry, 1994 : 157).
10

5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur


Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai pancasila sebagai jiwa bangsa dan kepribadian
bangsa disepakati oleh para pendiri negara (political consensus) sebagai dasar negara
Indonesia (Bakry, 1994 : 161).
Kesepakatan para pendiri negara tentang pancasila sebagai dasar negara merupakan
bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu itu merupakan sesuatu yang tepat.

C. SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, DAN POLITIS PANCASILA


1. Sumber Historis Pancasila
Nilai-nilai pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama yang
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan dahulu.
Misalnya, sila ketuhanan sudah ada sejak zaman dahulu, meskipun dalam praktik
pemujaan yang beranekaragam, tetapi pengakuan tentang adanya Tuhan sudah di akui.
Dalam Encyclopedia of philosophy disebutkan bebrapa unsur yang ada dalam dalam
agama, seperti kepercayaan kepada kekuatan supranatural, perbesdaan antara yang
sakral dan yang profan, tindakan ritual pada objek sakral, sembahyang atau Doa sebagai
bentuk komunikasi kepada tuhan, takjub sebagai perasaan khas keagamaan, tuntunan
moral diyakini dari tuhan, konsep hidup di dunia di hubungkan dengan tuhan, kelompok
sosial seagama dan seiman.
2. Sumber Sosiologis Pancasila
Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan)
secara sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang.
Salah satu nilai yang dapat ditemukan dalam masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu
hingga sekarang adalah nilai gotong royog. Misalnya dapat dilihat, bahwa kebiasaan
bergotong royong baik berupa saling membantu antar tetangga maupun bekerjasama
untuk keperluan umum di desa-desa.
Kegiatan gotong royong itu dilakukan dengan semanat kekeluargaan sebagai
cerminan dari sila keadilan sosial. Gotong royong juga tercermin pada sistem
perpajakan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat secara bersama-sama
mengupulkan iuran melalui pembayaran pajak yang dimaksudkan untuk pelaksanaan
pembangunan.
3. Sumber Politis Pancasila
Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
bersumber dan digali dari dari local wisdom, budaya, dan pengalaman bangsa
11

Indonesia, termasuk pengalaman dalam berhubungan dengan bangsa-bangsa lain.


Nilai-nilai Pancasila, misalnya nilai kerakyatan dapat ditemukan dalam suasana
kehidupan pedesaan yang pola kehidupan bersama yang bersatu dan demokratis yang
dijiwai oleh semangat kekeluargaan sebagaimana tercermin dalam sila ke empat
kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Semangat seperti ini diperlukan dalam mengambil
keputusan yang mencerminkan musyawarah.

D. PENGERTIAN SISTEM FILSAFAT


Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta dan “Sophia” yang
berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti cinta akan kebijaksanaan,
atau mencintai kebenaran / pengatahuan. Cinta dalam hal ini mempunyai arti yang seluas-
luasnya, yang dapat dikemukakan sebagai keinginan yang menggebu dan sungguh-sungguh
terhadap sesuatu, sedangkan kebijaksanaan dapat diartikan sebagai kebenaran yang sejati.
Dengan demikian, filsafat secara sederhana dapat diartikan sebagai keinginan yang
sungguhsungguh untuk mencari kebenaran yang sejati. Filsafat merupakan induk dari ilmu
pengetahuan menurut Gredt dalam bukunya “elementa philosophiae”, filsafat sebagai
“ilmu pengetahuan yang timbul dari prinsip-prinsip mencari sebab musababnya yang
terdalam”.
Sistem. filsafat adalah kumpulanajaran yang terkoordinasi, dengart ciri-ciritertentu
yang berbeda dengan sistem.tain,misa1nya sistem ilmiah. Suafu sistem fiIsafat hams
komprehensif, daIam arti tidak ada sesuatu hal yang diluar jangkauannya. Kalau tidak
demikian maka hanya memandang realitas dari satu samping atau tidak memadai..Suatu
sistem filsafat dikatakan memadai kalau mencakup suatu penjelasan terhadap semua gejala
(Kattsoff, 1964)
Pengertian filsafat berdasrkan watak dan fungsinya sebagaimana yang
dikemukakan Titus, Smith dan Nolan, yaitu sebagai berikut :
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. (arti informal)
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat dujunjung tinggi. (arti formal)
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. (arti komprehensif)
4. Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
(arti analisis linguistik)
12

5. Filsafat adalah sekumpulan problrmatik yang langsung mendapat perhatian manusia


dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (arti aktual-fundamental).

E. ALASAN PANCASILA MERUPAKAN SUATU SISTEM FILSAFAT


Terdapat beberapa alasan yang dapat ditunjukkan mengapa pancasila dikatakan
sebagai suatu sistem filsafat.
Pertama, dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya
dengan nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Noor Bakry
menjelaskan bahwa Pancasila merupakan suatu Sistem Filsafat karena hasil perenungan
yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan itu semula di
maksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Selain itu, hasil
perenungan tersebut merupakan suatu sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri
berfikir kefilsafatan. Beberapa ciri-ciri berfikir kefilsafatan meliputi :
1) Sistem filsafat harus bersifat koheren
2) Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh
3) Sistem filsafat harus bersifat mendasar
4) Sistem filsafat bersifat spekulatif.
Sastrapratedja menegaskan bahwa fungsi utama Pancasila menjadi dasar negara dan
dapat disebut dasar filsafat adalah dasar filsafat hidup kenegaraan atau Ideologi negara. (
Sastrapratedja, 2001 : 1 ). Istilah philosophische grondslag merupakan istilah yang sarat
dengan nilai-nilai filosofis. Pancasila sebagai dasar filsafat negara, mengandung nilai-nilai
filosofis di setiap sila-sila pancasila yang mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku
di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
harus mendasari seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kedua, pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai pancasila itu
merupakan sesuatu yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang
kemudian disepakati sebagai dasar filsafat negara ( philosophische grondslag).
Weltanschauung merupakan sebuah pandangan dunia (world-view). Ajaran tentang nilai,
makna, dan tujuan hidup manusia yang terpatri dalam Weltanschauung itu menyebar dalam
berbagai pemikiran dan kebudayaan bangsa Indonesia.

F. SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, DAN POLITIS PANCASILA SEBAGAI SISTEM


FILSAFAT
1. Sumber Historis Pancasila sebagai sistem filsafat
13

- Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sejak zaman purbakala hingga pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia, masyarakat nusantara telah melewati ribuan tahun
pengaruh agama-agama lokal, yaitu sekitar 14 abad pengaruh Hindu dan Budha, 7
abad pengaruh Islam, dan 4 abad pengaruh Kristen. Tuhan telah menyejarah dalam
ruang publik nusantara. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih brlangsungnya
sistem penyembahan dari berbagai kepercayaan dalam agama-agama yang hidup di
Indonesia. Pada semua sistem religi-politik tradisional di muka bumi, termasuk di
Indonesia, agama memiliki peranan sentral dalam pedefinisian institusi-institusi
sosial (Yudi-Latif, 2011 : 57-59).
- Sila Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Nilai-nilai kemanusiaan dalam
masyarakat Indonesia dilahirkan dari perpaduan pengalaman bangsa Indonesia
dalam menyejarah. Bangsa Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai bangsa maritim
telah menjelajah ke berbagai penjuru nusantara, bahkan dunia. Hasil pengembaraan
itu membentuk karakter bangsa Indonesia yang kemudian oleh Soekarno disebut
dengan istilah Internasionalisme atau Perikemanusiaan. Berdasarkan rekam jejak
perjalanan bangsa Indonesia, tampak jelas bahwa sila Kemanusiaan Yang Adil Dan
Beradab memiliki akar yang kuat dalam Historitas kebangsaan Indonesia.
- Sila Persatuan Indonesia, Kebangsaan Indonesia merefleksikan suatu Kesatuan
dalam keragaman serta kebaruan dan kesilaman. Indonesia adalah bangsa majemuk
paripurna yang menakjubkan karena kemajemukan sosial, kultural, dan teritorial
dapat menyatu dalam suatu komunitas politik kebangsaan Indonesia. Indonesia
adalah sebuah bangsa besar yang mewadahi warisan peradaban nusantara dan
erajaan-kerajaan bahari terbesar di muka bumi. Jika di tanah dan air yang kuranag
lebih sama, nenek moyang Indonesia pernah menorehkan tinta keemasannya, maka
tidak ada alasan bagi manusia baru Indonesia untuk tidak dapat mengukir
kegemilangan (Yudi-Latif, 2011 : 377).
- Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat memang merupakan fenomena baru di
Indonesia, yang muncul sebagai ikatan formasi negara republik Indonesia merdeka.
Tan Malaka mengatakan bahwa paham kedaulatan rakyat sebenarnya telah tumbuh
di alam kebudayaan Minangkabau, kekuasaan raja dibatasi oleh ketundukannya
pada keadilan dan kepatutan. Kemudian, Hatta menambahkan ada dua anasir tradisi
demokrasi di nusantara, yaitu ; hak untuk mengadakan protes terhadap peraturan
14

raja yang tidak adil dan hak untuk menyingkir dari kekuasaan raja yang tidak
disenangi (Yudi-Latif, 2011 : 387-388).
- Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Masyarakat dan makmur
adalah impian kebahagiaan yang telah berkobar ratusan tahun lamanya dalam dada
keyakinan bangsa Indonesia. Impian kebahagiaan itu terpahat dalam ungkapan
“Gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja”. Demi impian masyarakat
yang adil dan makmur itu, para pejuang bangsa telah mengorbankan dirinya untuk
mewujudkan cita-cita tersebut. Sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia
dahulunya adalah bangsa yang hidup dalam keadilan dan kemakmuran, keadilan ini
kemudian dirampas oleh kolonialisme ( Yudi-Latif, 2011 : 493-494).
2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam
2 kelompok. Kelompok pertama, masyarakat awam yang memahami Pancasila sebagai
sistem filsafat yang sudah dikenal masyarakat Indonesia dalam bentuk pandangan
hidup, Way of life yang terdapat dalam agama, adat istiadat, dan budaya antar berbaga
suku bangsa di Indonesia. Kelompok kedua, masyarakat ilmiah-akademis yang
memahami Pancasila sebagai sistem filsafat dengan teori-teori yang bersifat akademis.
Kelompok pertama memahami sumber sosiologis pancasila sebagai sistem filsafat
dalam pandangan hidup atau kearifan lokal yang memperlihatkan unsur-unsur filosofis
Pancasila itu masih berbentuk pedoman hidup yang bersifat praktis dalam berbagai
aspek kehidupan. Dalam konteks agama, masyarakat Indonesia di kenal sebagai
masyarakat yang religius karena perkembangan kepercayaan yang ada di masyarakat
sejak animisme, dinamisme, politeistis, hingga monoteis.
Pancasila sebagai sistem filsafat, menurut Notanegoro merupakan satu kesatuan
utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya, sila-sila Pancasila merupakan suatu
kesatuan utuh yang saling terkait dan saling berhubungan secara koheren. Notonegoro
menggambarkan kesatuan dan hubungan sila-sila Pancasila itu dalam bentuk kesatuan
dan hubungan hierarkis piramidal dan kesatuan hubungan yang saling mengisi atau
saling mengkualifikasi.
Kesatuan dan hubungan sila-sila Pancasila yang hierarkis piramidal digambarkan
Notonegoro (1980 : 110) dengan bentuk piramida yang bertingkat lima, sila Keuhanan
Yang Maha Esa berada dipuncak piramida dan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia sebagai alas piramida.
3. Sumber Politis Pancasila sebagai sistem filsafat
15

Pada awalnya, Pancasila merupakan konsesus politik yang kemudian berkembang


menjadi sistem filsafat. Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat
diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok.
Kelompok pertama, meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem
filsafat pada sidang BPUIPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara tahun
1958 dan 1959, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Pada era
pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
“philosofische grondslag”.
Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke arah
yang lebih praktis (dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah Weltanschauung).
Artinya, filsafat pancasila tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan,
tetatpi juga digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto
mengembangkan sistem filsafat pancasila menjadi penataran P-4.
Kelompok kedua, mencakup berbagai argumen politis tentang pancsila sebagai
sistem filsafat yang disuarakan kembali di era reformasi dalam pidato politik Habibie
1 Juni 2011. Karena pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang
terdengar resonansinya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pancasila merupakan dasar negara yang dibentuk setelah bangsa Indonesia meraih
kemerdekaan. Proses perumusan Pancasila melalui beberapa tahap sidang yang melibatkan
banyak tokoh penting seperti Soekarno, M. Yamin, dan Soepomo. Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa dan dasar Filsafat Kenegaraan. Nilai-nilai Pancasila bersumber
dan di gali dari nilai agama, kebudayaan, dan adat istiadat.
Pentingnya Pancasila sebagai sistem filsafat ialah agar dapat diberikan
pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai
prinsip-prinsip politik, penyelenggaraaan negara, perspektif baru dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, dan kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut
paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyakat.
B. SARAN
Menyadari makalah yang saya buat ini masih banyak kekurangan dan ketidak
lengkapan, untuk itu saya menyarankan kepada pembaca untuk mencari dari sumber-
sumber yang lain juga agar lebih memperjelas dan memperdalam materi PKn mengenai
Perumusan Pancasila dan Pancasila sebagai suatu Sistem Filsafat.
Dalam hal ini saya sebagai penulis mengharapkan juga kritik dan saran dari pembaca
yang memotivasi agar pembuatan makalah kedepannya saya bisa intropeksi dan
memperbaiki.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nurwardani Pristiyanti, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.


Jakarta: Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
Brata Ida Bagus & Ida Bagus Nyoman Wartha. 2017. Lahirnya Pancasila Sebagai
Pemersatu Bangsa Indonesia. Jurnal Santiaji Pendidikan vol 7: 120-132.
Hasanah Uawatun & Aan Budianto. 2020. Pemikiran Soekarno dalam Perumusan
Pancasila. Jurnal Candi vol 20: 31-54.
Purwanta Hieronymus. Tanpa tahun. Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan
Bangsa Indonesia. Jurnal Candi vol 18: 124-137.
Mudhofir Ali. 1996. Pancasila Sebagai Sistem Kefilsafatan. Jurnal filsafat: 9-13.
Windari sri & M. Ilham Aziz. 2021. Filsafat Dalam Sistem Nilai Pancasila. Jurnal
pendidikan dan ilmu sosisal vol 2: 9-15.

17

Anda mungkin juga menyukai