Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA


Disusun Untuk Memenuhi Salah-Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan
Dosen Pengampu :
Iim Halimatul Mu’minah M.Pd

Disusun Oleh

Nita Ayu Nurlaela 21.24.1.0004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAJALENGKA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim,
Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat,
dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas ini makalah yang
berjudul “Hak dan Kewajiban Warganegaraan” tanpa ada halangan apapun sesuai
dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi salah-satu tugas pada Mata
Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penyusun harapkan.
Penyusun mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat dan
dapat menambah pengetahuan, khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para
pembaca. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih
sayang-Nya kepada kita semua, sehingga dimudahkan dan dilancarkan dalam
segala urusan di dunia dan di akhirat. Aamiin

Majalengka, Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................2

C. Tujuan ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak, Kewajiban, dan Warga Negara .........................................4

B. Asas dalam Kewarganegaraan ....................................................................5

C. Hak dan Kewajiban Warga Negara .............................................................9


D. Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara ....14
E. Cara Penanganan Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga
Negara .......................................................................................................19
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................22
B. Saran .................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................24

ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap bangsa mempunyai sejarah perjuangan dari orang-orang terdahulu
yang memiliki nilai nasionalis patriotris dan sebagainya yang terpatri dalam setiap
jiwa warga negaranya, Nilai- nilai tersebut semakin lama semakin hilang dari diri
seseorang dalam suatu bangsa. Oleh karna itu, kita perlu pembelajaran untuk
mempertahankan nilai-nilai tersebut, agar terus menyatu dalam setiap warga
Negara dan setiap warga Negara tau hak dan kewajiban dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan kewarganegaraan adalah
pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban
suatu warga Negara agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-
cita bangsa dan tidak menyimpang dari apa yang diharapkan karna betapa penting
nya nilai pendidikan ini sudah diterapkan sejak usia dini di setiap jenjang
pendidikan mulai dari yang paling dini hingga diperguruan tinggi agar dapat
menghasilkan penerus-penerus bangsa yang berkompeten dan siap menjalankan
hidup berbangsa dan bernegara.
Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Sehingga dalam praktiknya dikehidupan sehari-hari harus berjalan secara
seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk dimiliki
atau didapatkan oleh seorang individu sebagai anggota warga negara sejak masih
berada didalam kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan bagi
individu dalam melaksanakan peran sebagai sebuah anggota warga negara guna
mendapatkan pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban
tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak berjalan dengan seimbang dalam praktik
kehidupan, maka akan terjadi suatu permasalahan yang akan meimbulkan gejolak
masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
Dewasa ini sering terlihat ketimpangan antara hak dan kewajiban, seperti
tingginya angka tuntutan akan hak tanpa diimbangi dengan pelaksanaan kewajiban
dan di sisi lain kewajiban dilaksanakan akan tetapi hak tidak kunjung

1
2

terpenuhi. Terutama dalam bidang lapangan pekerjaan dan tingkat


kehidupan yang layak bagi setiap warga negara. Lapangan pekerjaan dan tingkat
kehidupan yang layak merupakan hal yang perlu diperhatikan. Pasal 27 ayat 2 UUD
1945 menjelaskan bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Secara garis besar dapat dijelaskan
bahwa pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak merupakan hak untuk setiap
warga negara sebagai salah satu tanda adanya perikemanusiaan Lapangan pekerjaan
merupakan sarana yang dibutuhkan guna menghasilkan pendapatan yang akan
digunakan dalam pemenuhan kehidupan yang layak. Penghidupan yang layak dapat
diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar,
seperti sandang, pangan, dan papan.
Oleh karena itu, dalam menjalankan peran sebagai warga negara perlu untuk
mengetahui hak dan kewajibannya serta pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut
harus berjalan secara seimbang agar tidak terjadi ketimpangan yang akan
menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial yang berkepanjangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut;
1. Jelaskan yang dimaksud dengan Hak, Kewajiban, dan Warga Negara!
2. Jelaskan beberapa asas dalam kewarganegaraan!
3. Jelaskan apa saja hak dan kewajiban warga negara!
4. Jelaskan kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara!
5. Bagaimana cara penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
warga negara?
C. Tujuan
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut;
1. Penulis dapat menjelaskan pengertian dari Hak, Kewajiban, dan Warga
Negara
2. Penulis dapat menjelaskan beberapa asas dalam kewarganegaraan
3

3. Penulis dapat menjelaskan apa saja hak dan kewajiban warga negara
4. Penulis dapat menjelaskan pelanggran dari hak dan pengingkaran dari
kewajiban warga negara
5. Penulis dapat menyebutkan dan menjelaskan cara penanganan dari
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak, Kewajiban dan Warga Negara

Hak dan Kewajiban Warga Negara yang harus seimbang


Hak adalah sebuah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang
mestinya diterima oleh kita semua atau bisa dikatakan sebagai hal yang selalu kita
lakukan dan orang lain tidak boleh merampasnya entah secara paksa atau tidak.
Dalam hal kewarganegaraan, hak ini berarti warga negara berhak mendapatkan
penghidupan yang layak, jaminan keamanan, perlindungan hukum dan lain
sebagainya sejak didalam kandungan.
Kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan demi mendapatkan
hak atau wewenang kita. Bisa jadi kewajiban merupakan hal yang harus kita
lakukan karena sudah mendapatkan hak. Tergantung situasinya. Sebagai warga
negara kita wajib melaksanakan peran sebagai warga negara sesuai kemampuan
masing-masing supaya mendapatkan hak kita sebagai warga negara yang baik.
Dapat diketahui bahwa hak dan kewajiban ini merupakan hal yang tidak bisa
dipisahkan, namun dalam pemenuhannya harus seimbang. Jika tidak berjalan
dengan seimbang bisa terjadi pertentangan dan bisa saja menempuh jalur hukum
yang berlaku.
Warga negara merupakan orang-orang yang menjadi bagian dari suatu
penduduk yang menjadi unsure Negara. A.S. Hikam mendefinisikan bahwa warga

4
5

negara yang merupakan terjemahan dari citizenship adalah anggota dari sebuah
komunitas yang membentuk suatu Negara secara singkat, Koerniatmo S. Juga
mendefinisikan warga Negara sebagai anggota Negara. Sebagai anggota Negara,
warga Negara memiliki kedudukan khusus terhadap Negara. Ia memiliki hubungan
hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya. Dalam konteks
Indonesia, istilah warga Negara (sesuai dengan UUD 1945 pasal 26) yang
dimaksudkan untuk bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-
undang sebagai warga Negara. Selain itu, sesuai dengan pasal 1 UU No. 22/1958
dinyatakan bahwa warga Negara Republik Indonesia adalah orang-orang yang
berdasarkan perundang-undangan, perjanjian-perjanjian atau peraturan-peraturan
yang berlaku sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga Negara
republik Indonesia. Kemudian, adapun Asas kewarganegaraan merupakan anggota
sebuah Negara yang mempunyai tanggung jawab dan hubungan timbal balik
terhadap negaranya. Setiap Negara mempunyai kebebasan dan kewenangan untuk
menentukan asas kewarganegaraan seseorang.
B. Asas Kewarganegaraan

Berbagai macam asas


Dalam pasal 1 konverensi Den Haag (1930), diakui kebebasan negara
untuk membentuk berbagai ketentuan mengenai kewarganegaraannya. Hal ini
menyebabkan adanya penentuan asas kewarganegaraan yang dikenal dengan
6

adanya 2 asas. Yang pertama ada Asas Ius Sanguinis yaitu suatu penentuan status
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan atau Law Of The Blood. Yang
kedua ada Asas Ius Soli yaitu penentuan status kewarganegaraan berdasarkan
tempat dimana seseorang tersebut dilahirkan atau Law Of The Soil.
Menurut asas ius sanguinis seseorang adalah warga negara jika dilahirkan
dari orang tua warga negara. Asas ini merupakan asas yang dapat memudahkan bagi
adanya solidaritas. Namun demikian, seperti dikatakan oleh Harsono, tidak semua
Negara menggunakan asas ini. Hal ini disebabkan meskipun suatu Negara mengatur
kewarganegaraan berdasarkan keturunan namun ikatan antara Negara dengan
warga negaranya dapat menjadi tidak erat bila warga negara tersebut tinggal lama
di Negara lain. Sebaliknya, tinggal bersama di suatu Negara mengeratkan hubungan
yang penuh rasa solidaritas diantara orang-orang yang tinggal bersama di Negara
tersebut. Asas ius sanguinis dengan demikian mendasarkan diri pada faktor
pertalian seseorang dengan status orang tua yang berhubungan darah dengannya.
Apabila orang tua berkewarganegaraan suatu Negara, maka otomatis
kewarganegaraan anak-anaknya dianggap sama dengan kewarganegaraan orang
tuanya itu. Menurut Jimly Asshiddiqie dalam dinamika pergaulan antar bangsa
yang makin terbuka dewasa ini, kita tidak dapat lagi membatasi pergaulan antar
penduduk yang berbeda status kewarganegaraannya. Sering terjadi perkawinan
campuran yang melibatkan status kewarganegaraan yang berbeda-beda antara
pasangan suami dan istri. Terlepas dari perbedaan system kewarganegaraan yang
dianut oleh masing-masing Negara asal pasangan suami isteri itu, hubungan hukum
antara suami-istri yang melangsungkan perkawinan campuran seperti itu selalu
menimbulkan persoalan berkenaan dengan status kewarganegaraan dari putera
puteri mereka.
Asas ius soli menyebabkan seseorang yang dilahirkan dalam wilayah
hukum suatu Negara, secara hukum dianggap memiliki status kewarganegaraan
dari negara tempat kelahirannya. Negara Amerika Serikat dan kebanyakan Negara
di Eropa termasuk menganut prinsip kewarganegaraan berdasarkan kelahiran ini,
sehingga siapa saja yang dilahirkan di Negara-negara tersebut secara otomatis
7

diakui sebagai warganegara. Oleh karena itu, sering terjadi warganegara Indonesia
yang sedang bermukim di negara-negara di luar negeri.
Misalnya karena sedang studi lanjut dan sebagainya, melahirkan anak,
maka status anaknya diaui oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai warganegara
Amerika Serikat. Padahal kedua orang tuanya berkewarganegaraan
Indonesia.Menurut Harsono, asas ius soli terutama digunakan oleh Negara-negara
muda usianya yang masih membutuhkan rakyat yang berasal dari pendatang. Di
samping itu, asas ius soli cenderung digunakan oleh Negara immigrasi di mana
banyak orang asing pindah ke Negara itu. Dengan digunakannya asas ini, maka
keturunan orang asing yang lahir di Negara tersebut menjadi warganegara, sehingga
dapat dicegah membengkaknya jumlah orang asing. Banyaknya orang asing di
suatu Negara dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan. Jika ada masalah yang
menyangkut orang asing tersebut, kedutaan dari Negara yang bersangkutan yang
berada di Negara itu. Sebaliknya, Negara yang merupakan Negara emigrasi, dimana
banyak warganegaranya pindah ke Negara lain, mempunyai kecenderungan untuk
menggunakan asas ius sanguinus dalam penentuan kewarganegaraannya. Hal
tersebut untuk melestarikan hubungan antara Negara leluhur dengan
warganegaranya yang pindah ke Negara lain beserta keturunannya.
Dalam zaman keterbukaan seperti sekarang ini, kita menyaksikan banyak
sekali penduduk suatu Negara yang bepergian ke luar negeri baik karena
direncanakan dengan sengaja ataupun tidak, dapat saja melahirkan anak di rumah
sakit di luar negeri yang dapat lebih menjamin kesehatan dalam proses persalinan.
Dalam hal Negara tempat asal seseorang dengan Negara tempat ia melahirkan atau
dilahirkan menganut asas kewarganegaraan yang sama tentu hal itu tidak akan
menjadi persoalan. Akan tetapi, jika kedua Negara yang bersangkutan memiliki
sistem yang berbeda, maka dapat terjadi keadaan yang menyebabkan seseorang
menyandang status dwikewarganegaraan (bipatride, double citizenship) atau
sebaliknya malah menjadi tidak berkewarganegaraan sama sekali (apatride,
stateless). Kedua kondisi di atas, terjadi antara lain karena hingga belum berhasil
dunia internasional mengadakan persetujuan internasional untuk menyamakan
peraturan perundang-undangan nasional mengenai kewarganegaraan.
8

Ketidakberhasilan usaha tersebut, menurut Harsono, dapat menimbulkan kesulitan-


kesulitan yang disebabkan oleh adanya orang-orang yang tanpa kewarganegaraan
dan orang yang rangkap dua atau lebih kewarganegaraannya. Baik apatride,
bipatride, maupun multipatride, semuanya dipandang sebagai hal yang buruk oleh
dunia internasional.
Dapatlah dibayangkan betapa pedihnya orang-orang yang apatride. Di
mana-mana tidak ada Negara yang mau melindunginya kalau terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan oleh mereka. Di sisi lain, kesulitan-kesulitan dapat timbul terhadap
orang-orang yang bipatride yaitu jika antara Negara-negara di mana mereka
menjadi warganegara sedang bermusuhan. Oleh karena itu, kondisi buruk itu harus
dihindari. Di dalam praktik dikenal adanya 3 (tiga) cara untuk mengatasi persoalan
tersebut yaitu:
1. Penggunaan asas kombinasi dalam sistem hukum nasional;
2. Perjanjian bilateral; dan
3. Perjanjian internasional kewarganegaraan.
Pada cara yang pertama, di dalam system hukum nasional digunakan asas
kombinasi. Asas ini digunakan dengan mengutamakan salah satu asas dengan tidak
mengabaikan asas yang lain, yaitu mengutamakan asas ius sangunis dengan tidak
mengabaikan asas ius soli, atau sebaliknya mengutamakan asas ius soli dengan
tidak mengabaikan asas ius sanguinis. Di samping itu juga sering digunakan asas
kewarganegaraan secara khusus, yaitu pertama, Asas kewarganegaraan tunggal
adalah asas yang menentukan satus kewarganegaraan bagi setiap orang. Kedua,
Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan hukum yang
bersangkutan. Dalam hal lain dilaksanakan cara yang kedua yaitu melalui perjanjian
bilateral.
Sebagai contoh perjanjian bilateral mengenai kewarganegaraan yang
pernah dilaksanakan di Indonesia:
a. Persetujuan Perihal Pembagian Warganegara antara Republik Indonesia
Serikat dengan Kerajaan Belanda pada 27 Desember 1949; serta
9

b. Perjanjian Dwi Kewarganegaraan antara Republik Indonesia dengan


Republik Rakyat Cina yang untuk Indonesia dituangkan dalam Undang-
Undang No. 2 Tahun 1985.
c. Selanjutnya cara yang ketiga adalah dengan perjanjian internasional
mengenai kewarganegaraan. Pada tahun 1930 diadakan perjanjian
internasional di Den Haag mengenai kodifikasi hukum internasional di
bidang kewarganegaaan. Dalam perjanjian itu antara lain ditentukan bahwa
seseorang yang mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan dapat
dipandang sebagai warganegara dari masing-masing Negara yang
bersangkutan. Selain itu ditentukan bahwa pelrindungan diplomatic atas
seseorang yang bipatride tidak dapat dilakukan oleh Negara pertama
terhadap negara lain di mana dia juga memiliki kewarganegaraan. Juga
ditentukan bahwa dalam Negara ketiga seseorang yang bipatride akan
diperlakukan seolah-olah mempunyai satu kewarganegaraan saja.
Menurut Jimly Asshiddiqie, dalam proses perjanjian antarnegara perlu
diharmonisasikan adanya prinsipprinsip yang secara diametral bertentangan yaitu
prinsip ius solid dan prinsip ius sanguinis sebagaimana diuraikan di atas. Kita
memang tidak dapat memaksakan pemberlakuan satu prinsip kepada suatu Negara
yang menganut prinsip yang berbeda. Akan tetapi, terdapat kecenderungan
internasional untuk mengatur agar terjadi harmonisasi dalam pengaturan perbedaan
itu, sehingga di satu pihak dapat dihindari terjadinya dwi kewarganegaraan tetapi
di pihak lain tidak akan ada orang yang berstatus stateless tanpa kehendak sadarnya
sendiri. Karena itu sebagai jalan tengah terhadap kemungkinan perbedaan tersebut
banyak Negara yang berusaha menerapkan sistem campuran dengan tetap
berpatokan utama pada prinsip dasar yang dianut dalam sistem hukum masing-
masing.
C. Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan kewajiban ini merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan, namun
dalam pemenuhannya harus seimbang. Jika tidak berjalan dengan seimbang bisa
terjadi pertentangan dan bisa saja menempuh jalur hukum yang berlaku.
10

Hak adalah sebuah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang
mestinya diterima oleh kita semua atau bisa dikatakan sebagai hal yang selalu kita
lakukan dan orang lain tidak boleh merampasnya entah secara paksa atau tidak.
Dalam hal kewarganegaraan, hak ini berarti warga negara berhak mendapatkan
penghidupan yang layak, jaminan keamanan, perlindungan hukum dan lain
sebagainya sejak didalam kandungan.
Kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan demi mendapatkan
hak atau wewenang kita. Bisa jadi kewajiban merupakan hal yang harus kita
lakukan karena sudah mendapatkan hak. Tergantung situasinya. Sebagai warga
negara kita wajib melaksanakan peran sebagai warga negara sesuai kemampuan
masing-masing supaya mendapatkan hak kita sebagai warga negara yang baik.
1. Hak dan Kewajiban Warga Negara menurut Undang-Undang Dasar
1945
a. Hak Warga Negara menurut Undang-Undang Dasar 1945
1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
“Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan” (Pasal 27 ayat 2)
2) Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan
“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak untuk
mempertahankan hidup dan kehidupannya” (Pasal 28 A)
3) Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah (Pasal 28 B ayat 1)
4) Hak atas kelangsungan hidup
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang
5) Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas
hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (Pasal 28C ayat 1)
11

6) Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya


secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya. (pasal 28C ayat 2).
7) Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan
hukum.(pasal 28D ayat 1).
8) Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak
untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
(pasal 28I ayat 1).
b. Kewajiban Warga Negara menurut UUD 1945 meliputi:
1) Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD
1945 berbunyi : segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3)
UUD 1945 menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara”.
3) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan : Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia
orang lain.
4) Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan: “Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
12

moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam


suatu masyarakat demokratis.”
5) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Pasal 30 ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.”
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara menurut Pancasila
a. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Menurut sila ini, hak dan kewajiban warga negara meliputi:
1) Hak memeluk agama sesuai dengan keyakinan masing-masing.
2) Hak untuk melaksanakan ibadah menurut kepercayaannya
masing-masing.
3) Hak dan kewajiban menghormati dan bekerjasama dengan antar
umat beragama.
4) Wajib memberikan orang lain kebebasan dalam memilih agama
dan kepercayaannya
b. Sila ke dua, Kemanusian yang Adil dan Beradab
Menurut sila ini, hak dan kewajiban warga negara meliputi:
1) Hak perlakuan yang adil dan setara baik dihadapan hukum
maupun dalam kehidupan keseharian
2) Hak dan kewajiban untuk mengembangkan sikap saling
mencintai dengan sesama manusia, sikap tenggang rasa dan tepo
sliro
3) Hak mendapatkan penghidupan yang layak dan kesejahteraan
4) Wajib bersikap adil dan membela kebenaran
5) Wajib menjungjung tinggi nilai kemanusiaan dan tenggang rasa
c. Sila ke tiga, Persatuan Indonesia
Menurut sila ini, hak dan kewajiban warga negara meliputi:
1) Hak ikut serta dalam pembelaan negara.
2) Hak hidup dan bergaul satu sama lainnya dalam semangat
persaudaraan
13

3) Hak dan kewajiban berkerjasama secara harmonis dalam


memperkuat persatuan dan kesatuan
4) Wajib memupuk persatuan berdasarkan Bhineka Tunggal Ika
5) Wajib menghargai dan menghormati segala perbedaan yang ada
di indonesia
d. Sila ke empat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan
Menurut sila ini, hak dan kewajiban warga negara meliputi:
1) Hak mengeluarkan pendapat baik secara tertulis maupun lisan.
2) Kewajiban untuk menghargai, bertanggung jawab serta
melaksanakan semua hasil keputusan bersama
3) Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan,
misalnya menduduki kursi jabatan di pemerintahan.
4) Hak untuk mengikuti pemilihan umum jika sudah memenuhi
syarat
5) Wajib menghargai pendapat dan masukan dari orang lain
6) Wajib menghormati hasil keputusan yang sudah diambil dalam
musyawarah
e. Sila ke lima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Menurut sila ini, hak dan kewajiban warga negara meliputi:
1) Hak mendapatkan jaminan sosial
2) Hak mendapatkan pekerjaan dan perlindungan kesehatan
3) Hak setiap warga negara memiliki hak milik serta kewajiban
menggunakan hak miliknya sesuai dengan kegunaannya tanpa
mengganggu hak milik orang lain
4) Wajib mengikuti kegiatan gotong royong di masyarakat
5) Wajib mengikuti kegiatan negara dalam rangka mewujudkan
keadilan sosial

D. Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara


14

1. Penyebab Terjadinya Pelanggaran Hak dan Pengingkaran


Kewajiban Warga Negara
Pelanggaran hak warga negara terjadi ketika warga negara tidak dapat
menikmati atau memperoleh haknya sebagaimana yang ditetapkan oleh undang-
undang. Pelanggaran hak warga negara merupakan akibat dari adanya pelalaian
atau pengingkaran terhadap kewajiban baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun oleh warga negara sendiri. Misalnya, kemiskinan yang masih menimpa
sebagian masyarakat Indonesia. Hal itu dapat disebabkan oleh program
pembangunan yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara di antaranya
disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
a. Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri.
Sikap ini akan menyebabkan seseorang selalu menuntut haknya, sementara
kewajibannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyai sikap seperti
ini akan menghalalkan segala cara supaya haknya bisa terpenuhi, meskipun
caranya tersebut dapat melanggar hak orang lain.
b. Rendahnya kesadaran berbangsa dan bernegara.
Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran berbuat seenaknya. Pelaku
tidak mau tahu bahwa orang lain pun mempunyai hak yang harus dihormati.
Sikap tidak mau tahu ini berakibat muncul perilaku atau tindakan
penyimpangan terhadap hak dan kewajiban warga negara.
c. Sikap tidak toleran.
Sikap ini akan menyebabkan munculnya saling tidak menghargai dan tidak
menghormati atas kedudukan atau keberadaan orang lain. Sikap ini pada
akhirnya akan mendorong orang untuk melakukan pelanggaran kepada
orang lain.
d. Penyalahgunaan kekuasaan.
Di dalam masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan
di sini tidak hanya menunjuk pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga
bentuk-bentuk kekuasaan lain yang terdapat di dalam masyarakat. Satu
contohnya adalah kekuasaan di dalam perusahaan. Para pengusaha ang tidak
15

memperdulikan hak-hak buruhnya jelas melanggar hak warga negara. Oleh


karena itu, setiap penyalahgunaan kekuasaan mendorong timbulnya
pelanggaran hak dan kewajiban warga negara.
e. Ketidaktegasan aparat penegak hukum.
Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap setiap
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara, tentu saja akan
mendorong timbulnya pelanggaran lainnya. Penyelesaian kasus
pelanggaran yang tidak tuntas akan menjadi pemicu bagi munculnya kasus-
kasus lain. Para pelaku cenderung mengulangi perbuatannya, dikarenakan
mereka tidak menerima sanksi yang tegas atas perbuatannya itu. Selain hal
tersebut, aparat penegak hukum yang bertindak sewenang-wenang juga
merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak warga negara dan menjadi
contoh yang tidak baik, serta dapat mendorong timbulnya pelanggaran yang
dilakukan oleh masyarakat.
f. Penyalahgunaan teknologi.
Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif, tetapi bisa
juga memberikan pengaruh negatif bahkan dapat memicu timbulnya
kejahatan. Kita tentunya pernah mendengar terjadinya kasus penculikan
yang berawal dari pertemanan dalam jejaring sosial. Kasus tersebut menjadi
bukti apabila kemajuan teknologi tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang
sesuai aturan, tentu saja akan menjadi penyebab timbulnya pelangaran hak
warga negara. Selain itu juga, kemajuan teknologi dalam bidang produksi
ternyata dapat menimbulkan dampak negatif, misalnya munculnya
pencemaran lingkungan yang bisa mengakibatkan terganggunya kesehatan
manusia.
1) Kasus Pelanggaran Hak Warga Negara

Banyaknya anak-anak yang putus sekolah


16

Pelanggaran terhadap hak warga negara bisa kita lihat dari kondisi yang saat
ini terjadi misalnya sebagai berikut.
a) Proses penegakan hukum masih belum optimal dilakukan, misalnya
masih terjadi kasus salah tangkap, perbedaan perlakuan oknum aparat
penegak hukum terhadap para pelanggar hukum dengan dasar kekayaan
atau jabatan masih terjadi, dan sebagainya. Hal itu merupakan bukti
bahwa amanat Pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang
menyatakan "Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya" belum sepenuhnya
dilaksanakan.
b) Saat ini, tingkat kemiskinan dan angka pengangguran di negara kita
masih cukup tinggi, padahal Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945
mengamanatkan bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan".
c) Makin merebaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia seperti
pembunuhan, pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, dan
sebagainya. Padahal, Pasal 28A-28J UUD NRI Tahun 1945 menjamin
keberadaan Hak Asasi Manusia.
d) Masih terjadinya tindak kekerasan mengatasnamakan agama, misalnya
penyerangan tempat peribadatan, padahal Pasal 29 ayat (2) UUD NRI
Tahun 1945 menegaskan bahwa "negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu".
e) Angka putus sekolah yang cukup tinggi mengindikasikan belum
terlaksana secara sepenuhnya amanat Pasal 31 ayat (1) UUD NRI Tahun
1945 yang menyatakan bahwa "setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan".
f) Pelanggaran hak cipta, misalnya peredaran VCD/DVD bajakan,
perilaku plagiat dalam membuat sebuah karya dan sebagainya.
17

Contoh-contoh yang diuraikan di atas membuktikan bahwa tidak


terpenuhinya hak warga negara dikarenakan adanya kelalaian atau pengingkaran
dalam pemenuhan kewajiban sebagaimana yang dipersyaratkan dalam UUD NRI
Tahun 1945 dan ketentuan perundang-undangan lainnya. Hal-hal tersebut apabila
tidak segera diatasi, dapat mengganggu kelancaran proses pembangunan yang
sedang dilaksanakan.
2) Kasus Pengingkaran Kewajiban Warga Negara

Melaksanakan kewajiban perpajakan yang merupakan salah-satu


kewajiban warga negara
Kita sebagai warga negara indonesia tentunya sering membaca atau
mendengar dengan slogan "orang bijak taat pajak". Slogan singkat tersebut
mempunyai makna yang sangat dalam, yaitu ajakan kepada setiap warga negara
untuk memenuhi kewajibannya, salah- satunya adalah membayar pajak. Kewajiban
warga negara bukan hanya membayar pajak, tetapi masih banyak lagi bentuk
lainnya seperti taat aturan, menjunjung tinggi pemerintahan, dan bela negara.
Kewajiban-kewajiban tersebut apabila dilaksanakan akan mendukung suksesnya
program pembangunan di negara Indonesia serta mendorong terciptanya keadilan,
ketertiban, perdamaian, dan sebagainya.
Tetapi pada kenyataannya, saat ini, banyak terjadi pengingkaran terhadap
kewajiban-kewajiban warga negara. Dengan kata lain, warga negara banyak yang
tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh undang-
undang. Pengingkaran tersebut biasanya disebabkan oleh tingginya sikap egoisme
18

yang dimiliki oleh setiap warga negara sehingga yang ada di pikirannya hanya
sebatas bagaimana cara mendapat haknya, sementara yang menjadi kewajibannya
dilupakan. Selain itu, rendahnya kesadaran hukum warga negara juga mendorong
terjadinya pengingkaran kewajiban oleh warga negara.

Tawuran yang dilakukan oleh anak sekolah

Pelangaran aturan lalu lintas

Pengingkaran kewajiban warga negara banyak sekali bentuknya, mulai dari


sederhana sampai yang berat, di antaranya adalah sebagai berikut.
a) Membuang sampah sembarangan
b) Melanggar aturan berlalu lintas, misalnya tidak memakai helm, mengemudi
tetapi tidak mempunyai Surat Izin Mengemudi, tidak mematuhi rambu
rambu lalu lintas, berkendara tetapi tidak membawa Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK), dan sebagainya.
19

c) Merusak fasilitas negara, misalnya mencorat-coret bangunan milik umum,


merusak jaringan telepon.
d) Tidak membayar pajak kepada negara, seperti pajak bumi dan bangunan,
pajak kendaraan bermotor, retribusi parkir dan sebagainya. Tidak
berpartisipasi dalam usaha pertahanan dan keamanan negara,misalnya
mangkir dari kegiatan siskamling.
Pengingkaran kewajiban tersebut apabila tidak segera diatasi akan berakibat
pada proses pembangunan yang tidak lancar. Selain itu pengingkaran terhadap
kewajiban akan berakibat secara langsung terhadap pemenuhan hak warga negara.
E. Penanganan Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga
Negara
1. Upaya Pemerintah dalam Penanganan Kasus Pelanggaran Hak dan
Pengingkaran Kewajiban Warga Negara
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Tindakan terbaik dalam
penegakan hak dan kewajiban warga adalah dengan mencegah timbulnya semua
faktor penyebab dari pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga Apabila
faktor penyebabnya tidak muncul, pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
warga negara dapat diminimalisasi atau bahkan dihilangkan.
Berikut ini upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
berbagai kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.
a. Supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan. Pendekatan hukum dan
pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para
pejabat penegak hukum harus memenuhi kewajiban dengan memberikan
pelayanan yang baik dan adil kepada masyarakat, memberikan
perlindungan kepada setiap orang. Dari perbuatan melawan hukum, dan
menghindari tindakan kekerasan yang melawan hukum dalam rangka
menegakkan hukum.
b. Mengoptimalkan peran lembaga- lembaga selain lembaga tinggi negara
yang berwenang dalam: penegakan hak dan kewajiban warga negara seperti
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Lembaga Ombudsman Republik
20

Indonesia, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas mengemban


kewajiban hidupnya, HAM), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),
dan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan).
c. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya
berbagai bentuk pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
negara oleh pemerintah.
d. Mengingkarkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga lembaga politik
terhadap setiap upaya penegakan hak dan kewajiban warga negara
e. Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip kesadaran bernegara kepada
masyarakat melalui lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi)
maupun non-formal (kegiatan-kegiatan keagamaan dan kursus-kursus).
f. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
g. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan
dalam masyarakat agar mampu saling memahami dan menghormati
keyakinan dan pendapat masing-masing.
Selain melakukan upaya pencegahan, pemerintah juga menangani berbagai
kasus yang sudah terjadi. Tindakan penanganan dilakukan oleh lembaga lembaga
negara yang mempunyai fungsi utama untuk menegakkan hukum, seperti berikut.
1) Kepolisian melakukan penanganan terhadap kasus-kasus yang berkaitan
dengan pelanggaran terhadap hak warga negara untuk mendapatkan rasa
aman, seperti penangkapan pelaku tindak pidana umum (pembunuhan,
perampokan, penganiayaan dan sebagainya) dan tindak pidana terorisme.
Selain itu kepolisian juga menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan
pelanggaran peraturan lalu lintas.
2) Tentara Nasional Indonesia melakukan penanganan terhadap kasus-kasus
yang berkaitan dengan gerakan separatisme, ancaman keamanan dari luar
dan sebagainya.
3) Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan penanganan terhadap kasus-
kasus korupsi dan penyalahgunaan keuangan negara.
21

4) Lembaga peradilan melakukan perannya untuk menjatuhkan vonis atas


kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang
telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Dalam hal kewarganegaraan hak berarti
warga negara berhak mendapatkan penghidupan yang layak, jaminan keamanan,
perlindungan hukum. Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan
seseorang demi mendapatkan hak atau wewenang. Sementara warga negara adalah
orang-orang yang menjadi unsur negara atau suatu anggota dari sebuah komunitas
yang membentuk sebuah negara secara singkat.
Dalam pasal 1 konverensi Den Haag (1930), diakui kebebasan negara
untuk membentuk berbagai ketentuan mengenai kewarganegaraannya. Hal ini
menyebabkan adanya penentuan asas kewarganegaraan yang dikenal dengan
adanya 2 asas. Yang pertama ada Asas Ius Sanguinis yaitu suatu penentuan status
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan atau Law Of The Blood. Yang
kedua ada Asas Ius Soli yaitu penentuan status kewarganegaraan berdasarkan
tempat dimana seseorang tersebut dilahirkan atau Law Of The Soil.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat menambah pengetahuan kita
tentang “hak dan Kewajiban Warga Negara” yang didalamnya berisi pengertian
dari hak, kewajiban, dan warga negara, asas dalam kewarganegaraan, hak dan
kewajiban warga negara, kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
warga negara, dan cara penanganan dari pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban warga negara. Dalam hal ini penyusun ingin menyampaikan agar
pembaca makalah selanjutnya lebih berhati-hati dan teliti, supaya dapat
memberikan kepuasan tersendiri, juga hasil ini dapat dijadikan suatu kebanggaan.
Kemudian sebaiknya makalah ini dipelajari dan dipahami maksud isi dan
bahasanya agar kita lebih mengerti tentang hak dan kewajiban warga negara.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan baik dari rujukan atau referensi maupun dalam hal penulisan. Maka

22
23

dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan pada kesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. C. Diamantina. A. Hardjanto. U.S. “PELAKSANAAN ASAS
KEWARGANEGARAAN GANDA DALAM PENGATURAN
KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA”
Filah. N. “HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA”
Lubis. Y Sodeli. M, (2018) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. “Kasus-
Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara”
Ristekdikti (2016) Buku Pendidikan Kewarganegaraan. “BAB V HARMONI
KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA DALAM
DEMOKRASI YANG BERSUMBU PADA KEDAULATAN RAKYAT DAN
MUSYARAWAH UNTUK MUFAKAT”
Yasin. J. “HAK AZASI MANUSIA DAN HAK SERTA KEWAJIBAN WARGA
NEGARA DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA”

24

Anda mungkin juga menyukai