Anda di halaman 1dari 25

HAK dan KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Dosen Pengampu : Nahrowi, SH., M.H.

Disusun Oleh

Kelompok 3:

Eva Pradita Widiasti (102190113)

Gita Puspita Ningrum (102190121)

FAKULTAS SYARIAH

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
hidayah Allah swt kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya. Makalah ini berisikan tema tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi besar
Muhammad saw, beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman, dengan diiringi upaya
meneladani akhlaknya yang mulia.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan – masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.

Ponorogo, 31 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara....................................................... 3


B. Hak dan Kewajiban Warga Negara dan Negara dalam UUD 1945 ........................ 8
C. Kedudukan dan Peran Warga Negara dalam Negara .............................................. 14
D. Kewarganegaraan dan Pewarganegaraan ................................................................ 15
E. Asas Kewarganegaraan ........................................................................................... 16
F. Problem Status Kewarganegaraan .......................................................................... 20

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN ................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Sehingga dalam praktiknya di kehidupan sehari – hari harus berjalan secara
seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk memiliki
atau didapatkan oleh individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada
dalam kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan bagi individu
dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan
akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban
tidak berjalan secara seimbang dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu
permasalahan yang akan menimbulkan gejolak masyarakat dalam pelaksanaan
kehidupan individu baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun
bernegara.1
Dewasa ini sering terlihat ketimpangan antara hak dan kewajiban, seperti
tingginya angka tuntutan akan hak tanpa diimbangi dengan pelaksanaan kewajibandan
di sisi lain kewajiban dilaksanakan akan tetapi hak tidak kunjung terpenuhi. Terutama
dalam bidang lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak bagi setiap warga
negara. Lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak merupakan hal yang
perlu diperhatikan. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menjelaskan bahwa “Tiap – tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Secara
garis besar dapat dijelaskan bahwa pekerjaan dan tingkat kehidupan yang layak
merupakan hak untuk setiap warga negara sebagai salah satu tanda adanya
perikemanusiaan. Lapangan pekerjaan merupakan sarana yang dibutuhkan guna
menghasilkan pendapatan yang akan digunakan dalam pemenuhan kehidupan yang
layak. Penghidupan yang layak dapat diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan
pemenuhan kebutuhan dasar, seperti sandang, pangan, dan papan.
Oleh karena itu, dalam menjalankan peran sebagai warga negara perlu untuk
mengetahui hak dan kewajibannya serta pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut

1
https://www.academia.edu/29028479/JURNAL_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WARGA_NEGARA.docx

1
harus berjalan secara seimbang agar tidak terjadi ketimpangan yang akan
menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial yang berkepanjangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari hak dan kewajiban warga negara?
2. Apasajakah hak dan kewajiban warag negara dan negara menurut UUD
1945?
3. Apasajakah kedudukan dan peran warga negara dalam negara?
4. Apakah pengertian dari kewarganegaraan dan pewarganegaraan?
5. Apasajakah asas kewarganegaraan?
6. Apasajakah problem status kewarganegaraan?
7. Apasajakah motivasi dan pembelaan negara?

C. Tujuan
Sebagai seorang mahasiswa kita juga harus mengetahui tentang hak dan
kewajiban warga negara, sepatutnya kita mengetahui sebagian ilmu tentang hak dan
kewajiban kita sebagai warga negara Indonesia. Di samping itu, karya tulis ini disusun
sebagai salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan semester 1.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara


Hak warga negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh warga negara
guna melakukan sesuatu sesuai peraturan perundang – undangan. Dengan kata lain
hak warga negara merupakan suatu keistimewaan yang menghendaki agar warga
negara diperlakukan sesuai keistimewaan tersebut. Sedangkan kewajiban warga
negara adalah suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh warga negara
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kewajiban warga negara
dapat pula diartikan sebagai suatu sikap atau tindakan yang harus diperbuat oleh
seorang warga negara sesuai keistimewaan yang ada pada warga lainnya.2
Secara garis besar dapat diartikan tanggungjawab warga negara merupakan
suatu kondisi yang mewajibkan seorang warga negara untuk melakukan tugas
tertentu, sebuah tanggung jawab itu timbul karena telah menerima wewenang.
Sementara yang dimaksud dengan peran warga negara adalah aspek dinamis dari
kedudukan warga negara. Istilah peranan itu lebih banyak menunjuk pada fungsi,
penyesuaian diri dan suatu proses. Istilah peranan mencakup 3 hal yaitu :
a. Peranan meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi seseorang dalam
masyarakat. Dalam konteks ini peranan merupakan rangkaian peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan dapat juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Dari pengertian di atas tersirat suatu makna bahwa hak dan kewajiban warga
negara itu timbul atau bersumber darinegara. Maksudnya negaralah yang meberikan
ataupun membebankan hak dan kewajiban itu kepada warganya. Pemberian atau
pembebabanan yang dimaksud itu dituangkan peraturan perundang – undangan
sehingga warga negara maupun penyelenggara negara memiliki peranan yang jelas
dalam pengaplikasian dan penegakan hak serta kewajiban tersebut.

2
https://www.academia.edu/29028479/JURNAL_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WARGA_NEGARA.docx

3
1. Konsep Warga Negara dan Penduduk
Warga Negara merupakan terjemahan kata citizens yang mempunya arti :
warga Negara, petunjuk dari sebuah kota, sesama warga Negara, sesama
penduduk, orang setanah air; bawahan, atau kaula. Sementara kata warga
sendiri mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi atau
perkumpulan. Dapat disimpulkan bahwa warga Negara adalah rakyat yang
menetap disuatu wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan
Negara. Dalam UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI
dinyatakan dalam Pasal 1 ayat 1, bahwa warga Negara adalah warga suatu
Negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang – undangan.
Pasal 26 ayat 1 UUD 1945 mengatur siapa saja yang termasuk warga
Negara Republik Indonesia. Pasal ini dengan tegas menyatakan, bahwa yang
menjadi warga Negara adalah orang-orang bangsa Indonesia dan orang-orang
bangsa lain, misalnya peranakan Belanda, Tionghoa, Arab yang bertempat
tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai tanah airnya, bersikap setia
kepada Negara kesatuan republik Indonesia dan disahkan oleh undang-undang
sebagi warga Negara. Selanjutnya, pasal 26 ayat 3 UUD 1945 menyebutkan
syarat-syarat untuk menjadi Warga Negara Indonesia ditetapkan oleh undang-
undang.3
Dalam Pasal 26 ayat 2 UUD 1945 dinyatakan, bahwa penduduk ialah
“warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia”. Warga Negara memerlukan penetapan/pengesahan dari peraturan
perundang-undangan agar disahkan sebagai warga Negara, sementara
penduduk tidak perlu penetapan berdasarkan peraturan perundang – undangan,
hanya saja jika sudah bertempat tinggal di Indonesia, seseorang itu sudah
dianggap sebagai penduduk Indonesia. Artinya, warga Negara sudah pasti
penduduk, sebaliknya penduduk belum tentu warga Negara.
Dalam hubungannya dengan Negara, warga Negara dan penduduk
memiliki hak dan kewajiban yang sedikit berbeda. Misalnya, dalam UUD
1945 Pasal 29 ayat 2 dinyatakan,bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap –
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing – masing dan beribadah
menurut agama dan kepercayaannya itu. Di sini dinyatakan penduduk, bukan

3
Juliardi, B. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Padang: PT Raja Grafindo Persada.
Halaman 126-130.

4
hanya warga Negara. Artinya, semua orang yang telah berdomisili di
Indonesia dalam jangka waktu yang lama dijamin kemerdekaannya oleh
Negara untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya. Di sisi lain, UUD
1945 menyebutkan hak – hak khusus unruk warga Negara, bukan hak
penduduk, misalnya dalam Pasal 27 ayat 2 yang menyatakan, bahwa “tiap –
tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”, dan dalam Pasal 31 dinyatakan, bahwa “tiap – tiap warga
Negara berhak mendapat pengajaran”. Menurut pemikiran penulis, walaupun
orang tersebut adalah penduduk Indonesia, maka dia belum bisa menerima hak
untuk mendapatkan pekerjaan dan pengajaran seperti yang dinyatakan dalam
Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 31 UUD 1945. Jadi, hak yang diperolehnya masih
terbatas hak sebgai penduduk, belum sebagai warga Negara.
Pada tanggal 8 Juli 1996, Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan
Presiden (Keppres) Nomor 56 tahun 1996 tentang bukti Kewarganegaraan
Republik Indonesia. Di pasal 4 butir 2 berbunyi, “bagi warga Negara
Republik Indonesia yang telah memiliki Kartu Tanda penduduk (KTP), atau
Kartu Keluarga (KK), atau Akte Kelahiran, pemenuhan kebutuhan
persyaratan untuk kepentingan tertentu tersebut cukup menggunakan Kartu
Tanda Penduduk, atau Kartu keluarga (KK), atau Akte Kelahiran tersebut.”
Artinya, untuk menjadi warga Negara Indonesia harus memiliki dokumen –
dokumen seperti yang tercantum dalam Pasal 4 butir 2 Keppres Nomor 56
Tahun 1996 tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat juga menarik suatu asumsi, bahwa
di Indonesia masih ada rakyat yang belum memiliki dokumen – dokumen
seperti yang dimaksud di atas, sehingga status mereka hanya sebagai penduduk
belum menjadi warga Negara. Contohnya adalah masyarakat pedalaman di
Indonesia yang masih belum tersentuh oleh pembangunan, seperti Suku Anak
Dalam di Provinsi Sumatera Selatan, suku Talang Mamak di Riau, suku Dayak
di Kalimantan, hingga suku Asmat di Papua. Masyarakat pedalaman ini masih
memilih hidup secara tradisional, termasuk saat proses melahirkan anak hanya
dibantu oleh dukun kampung tanpa adanya surat akta kelahiran, menikah
melalui proses acara adat tanpa adanya surat nikah, dan lain sebagainya.
Artinya, mereka tidak memiliki dokumen – dokumen yang dapat
membuktikan, bahwa mereka dalah warga Negara sehingga, hak sebagai
5
warga Negara belum bisa mereka peroleh, kecuali hanya hak sebagai
penduduk Indonesia.
Selain istilah warga Negara dan penduduk, terdapat juga istilah rakyat,
bukan penduduk, dan bukan warga Negara/orang asing. Rakyat lebih
merupakan konsep politis. Rakyat menunjuk pada orang – orang yang berada
dibawah satu pemerintahan serta tunduk pada pemerintahan itu. Istilah rakyat
umunya dilawankan dengan penguasa. Bukan penduduk adalah orang – orang
yang bertempat tinggal di suatu wilayah Negara dan tidak untuk menetap atau
tinggal di suatu wilayah Negara hanya untuk sementara waktu (contoh: orang
luar negeri yang sedang studi di Indonesia, pekerja kontrak dari luar negeri
yang bekerja di Indonesia, dan lain sebaginya). Sementara bukan warga
Negara atau orang asing adalah mereka yang secara hokum tidak diakui atau
tidak menjadi warga Negara tersebut (contoh: turis mancanegara).
Rakyat memiliki cakupan yang luas dan meliputi semua orang yang ada
dalam sebuah Negara. Penduduk dan bukan penduduk merupakan bagian dari
rakyat. Penduduk dan bukan penduduk merupakan bagian dari rakyat.
Sementara warga Negara dan bukan warga Negara (orang asing) merupakan
bagian dari penduduk, dan otomatis merupakan bagian dari rakyat. Dapat
dijelaskan bahwa penduduk, bukan penduduk, warga Negara dan bukan warga
negara adalah rakyat Indonesia karena mereka berdiam di wilayah indoneisa
dan bersedia serta wajib tunduk pada hukum, aturan dan pemerintahan yang
berlaku di Indonesia. Sementara untuk menjadi penduduk, maka rakyat
tersebut harus telah berdomisili di Indonesia untuk jangka waktu
sementara/tertentu, maka dia tetap dikatakan sebagai rakyat Indonesia, akan
tetapi dia bukan penduduk Indonesia. Merekalah yang disebut dengan orang
asing yang bekerja dengan sistem kontrak di Indonesia atau orang asing yang
sedang studi di Indonesia. Setelah selesai kontrak/studinya, orang yang
bersangkutan akan kembali ke Negara asalnya.
Selanjutnya, bila rakyat atau penduduk (bahkan bisa juga bukan
penduduk) ingin menjadi warga negara Indonesia, maka yang bersangkutan
harus meminta kepada pemerintah Indonesia agar ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang – undangan Indonesia untuk menjadi warga Negara
Indonesia. Jika seseorang itu berada di Indonesia akan tetapi tidak diakui
sebagai warga Negara Indoneisa, maka orang tersebut bukan warga Negara
6
Indonesia, walaupun dia diakui sebagai rakyat dan sebagai penduduk
Indonesia. Artinya, yang bersangkutan ada di Indonesia tapi bukan warga
Negara Indonesia. Contohnya adalah para wisatawan atau turis macanegara
yang berlibur ke Indonesia untuk sementara waktu serta tidak berniat menetap
lama dan tidak berniat untuk menjadi warga Negara Indonesia, karena setelah
berlibur orang yang bersangkutan akan segera kembali ke Negara asalnya.

2. Konsep Hak dan Kewajiban Warga Negara dan Negara


Thomas Hobbes, tokoh yang mencetuskan istilah terkenal homo homini
lupus (manusia adalah serigala bagi manusia lainnya/manusia pemangsa
sesamanya), mengatakan bahwa fungsi Negara adalah menertibkan kekacauan
atau chaos dalam masyarakat. Walaupun Negara dalah bentukan masyarakat,
namun kedudukan Negara adalah penyelenggara ketertiban dalam masyarakat
agar tidak terjadi konflik, pencurian, dan lain – lain. Dari sini saja kita sudah
menyatakan, bahwa Negara memiliki hubungan dengan warga Negara.4
Persoalan yang paling mendasar berkaitan dengan hubungan antara
Negara dan warga Negara adalah masalah hak dan kewajiban. Negara dan
warga Negara sama – sama memiliki hak dan kewajiban masing – masing.
Sesungguhnya dua hal ini saling terkait, karena jika berbicara mengenai hak
Negara itu berarti berbicara tentang kewajban warga Negara, demikian pula
sebaliknya, jika berbicara menganai kewajiban Negara adalah berbicara
tentang hak warga Negara.
Hak merupak sesuatu yang harus/mutlak dimiliki atau diperoleh oleh
setiap individu. Sementara kewajiban merupakan sesuatu yang harus/mutlak
dilakukan. Hak seseorang dibatasi oleh hak orang lain dan dibatasi pula oleh
kewajiban yang harus dilakukan oleh orang yang bersangkutan. Oleh karena
itu, walaupun hak merupakan suatu keharusan yang mutlak kita miliki, akan
tetapi hak tersebut ada batsnya.
Jika dikaitkan dengan hak dan kewajiban warga Negara, maka konsep hak
warga Negara adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh seorang warga Negara
akibat hubungannya dengan Negara. Semetara itu, konsep kewajiban warga

4
Juliardi, B. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Padang: PT Raja Grafindo Persada.
Halaman 130-131.

7
Negara merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh seorang warga Negara
sebagai akibat dari hubungannya dengan Negara. Artinya, kewajiban ini
mutlak dipenuhi oleh warga Negara.
Dari penjabaran ini dapat disimpulkan, bahwa hak dan kewajiban warga
Negara memiliki hubungan yang timbal balik dengan hak dan kewajiban
Negara. Hak yang dimiliki oleh warga Negara berakibat pada kewajiban yang
harus dipenuhi oleh Negara. Sebaliknya, hak Negara berakibat pada kewajiban
yang mutlak dipenuhi oleh warga Negara. Contohnya jika setiap warga Negara
memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan, maka Negara berkewajiban
untuk menyediakan sarana pendidikan. Sebaliknya, jika Negara memiliki hak
untuk dibela oleh setiap warga Negara, maka warga Negara berkewajiban
untuk melakukan bela Negara.

B. Hak dan Kewajiban Warga Negara dan Negara dalam UUD 1945
Dalam UUD 1945, hak dan kewajiban warga Negara Indonesia serta hak dan
kewajiban negara Indonesia tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang
mencakup bidang politik dan pemerintahan, sosial, keagamaan, pendidikan dan
pertahanan. Berikut penjabarannya5:
1. Hak Warga Negara Indonesia
a. Pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27, ayat 2).
b. Berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan (Pasal 28).
c. Membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah (Pasal 28B, ayat 1).
d. Hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28B,
ayat 2).
e. Mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
mendapat pendidikan dan meperoleh manfaat dari IPTEK, seni dan
budaya (Pasal 28C, ayat 1).

5
Kaelan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma. Halaman 141-
142.

8
f. Memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa dan Negaranya (Pasal 28C, ayat
2).
g. Pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum (Pasal 28D, ayat 1).
h. Bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yan adil dan laya dalam
hubungan kerja (Pasal 28D, ayat 2).
i. Memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintaha (Pasal 28D,
ayat 3).
j. Status kewarganegaraan (Pasal 28D, ayat 3).
k. Memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraaan, memilih tepat tinggal di wilayah Negara dan
meinggalkannya, serta berhak kembali (Pasal 28E, ayat 1).
l. Kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap
sesuai dengan hati nuraninya (Pasal 28E, ayat 2).6
m. Kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (Pasal
28E, ayat 3).
n. Berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (Pasal 28F).
o. Perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi (Pasal 28G, ayat 1).
p. Bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari Negara
lain (Pasal 28G, ayat 2).
q. Hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan (Pasal 28H, ayat 1).

6
https://www.zonareferensi.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara/.

9
r. Mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan (Pasal 28H, ayat 2).
s. Jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat (Pasal 28H, ayat 3).
t. Mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang – wenang oleh siapapun (Pasal 28H, ayat
4).
u. Hidup, tidak disiksa, kemerdekaan pikiran dan hati nurani, beragama,
tidak diperbudak, diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (Pasal 28I, ayat 1).
v. Bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu (Pasal 28I, ayat 2).
w. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban (Pasal 28I, ayat 3).
x. Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara (Pasal 30,
ayat 1).
y. Mendapat pendidikan (Pasal 31, ayat 1).

2. Kewajiban Warga Negara Indonesia


a. Menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
(Pasal 27, ayat 1).
b. Menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 28J, ayat 1).
c. Tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang – undang
dengan maksud semata – mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai – nilai
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis (Pasal 28J, ayat 2).
d. Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara (Pasal 30,
ayat 1).

10
e. Untuk pertahanan dan keamanan Negara melaksanakan sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Pasal 30, ayat 2).
f. Mengikuti pendidikan dasar (Pasal 31, ayat 2).

3. Hak Negara Indonesia


a. Hak untuk dijunjung tinggi atas kedaulatan hukum dan pemerintahan
(Pasal 27, ayat 1)7
b. Hak untuk dibela oleh setiap warga Negara (Pasal 27, ayat 3).
c. Hak untuk dipertahankan oleh warga Negara (Pasal 30, ayat 1).
d. Hukum untuk menguasai cabang – cabang produksi yang penting bagi
Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak (Pasal 30, ayat 1).
e. Hak untuk menguasai bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya (Pasal 33, ayat 3).

4. Kewajiban Negara Indonesia


a. Melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia (Pembukaan UUD 1945, alinea IV).
b. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab Negara, terutama pemerintah (Pasal
28I, ayat 4).
c. Menjamin kemerdekaan tiap – tiap pendduk untuk memeluk agamanya
masing – masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu (Pasal 29, ayat 2).
d. Untuk pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung (Pasal 30,
ayat 2).
e. Tentara Nasiona Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara sebagai alat Negara bertugas mempertahankan,

7
Juliardi, B. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Padang: PT Raja Grafindo Persada.
Halaman 131-136.

11
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara (Pasal
30, ayat 3).
f. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum (Pasal 30,
ayat 4).
g. Membiayai pemdidikan dasar (Pasal 31, ayat 2).
h. Mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sitem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Pasal 31, ayat
3).
i. Memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang – kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja Negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional (Pasal 31, ayat 4).
j. Memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai – nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia (Pasal 31, ayat 5).
k. Memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai – nilai budayanya (Pasal 32, ayat 1).
l. Menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional (Pasal 32, ayat 2).
m. Mempergunakan bumi dan air dan kekayaan alam untuk sebesar –
besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 33, ayat 3).
n. Memelihara fakir miskin dan anak – anak yang terlantar (Pasal 34, ayat
1).
o. Mengembangkan sitem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan (Pasal 34, ayat 2).
p. Bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak (Pasal 34, ayat 3).

12
Penjabaran lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban warga Negara dan
Negara dituangkan dalam berbagai peraturan perundang – undangan.8 Contoh: hak
dan kewajiban WNI dalam bidang pendidikan yang tercantum pada Pasal 31 UUD
1945 dijabarkan ke dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan
Nasional. Di samping adanya hak dan kewajiban warga Negara terhadap Negara,
dalam UUD 1945 hasil amandemen telah dicantumkan adanya hak asasi manusia dan
kewajiban dasar manusia, yaitu pada Pasal 28 –J UUD 1945. Selain itu ditentukan
pula hak dan kewajiban yang dimiliki Negara terhadap warga Negara.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa hak dan kewajiban Negara
terhadap warga Negara pada dasrnya merupakan kewajiban dan hak warga Negara
terhadap Negara. Contoh:

a. Hak yang menimbulkan kewajiban


1) Hak warga Negara untuk mendapatkan pengajaran menimbulkan
kewajiban bagi Negara dalam menyediakan sarana untuk proses
pembelajaran.
2) Hak Negara untuk di bela menimbulkan kewajiban bagi warga
Negara untuk melakukan pembelaan Negara.

b. Kewajiban yang menimbulkan hak


1) Kewajiban warga Negara untuk menjunjung hukum dan
pemerintahan dengan tidak ada kecualinya menimbulkan hak bagi
Negara agar hukum dan pemerintahannya dijunjung tinggi oleh
warga Negara.
2) Kewajiban Negara untuk menyediakan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak menimbulkan
hak bagi warga Negara untuk memperoleh fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

8
Juliardi, B. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Padang: PT Raja Grafindo Persada.

13
C. Kedudukan dan Peran Warga Negara dalam Negara
Kedudukan warga Negara di dalam suatu Negara sangat penting statusnya
terkait dengan hak dan kewajiban yang dimiliki sebagai warga Negara. Perbedaan
status/kedudukan sebagai warga Negara sangat berpengaruh terhadap hak dan
kewajiban yang dimiliki baik yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial-budaya
maupun hankam.9 Berikut dijabarkan mengenai kedudukan warga Negara dalam
Negara:
1. Dengan memiliki status sebagai warga Negara, maka orang akan memiliki
hubungan hukum dengan Negara. Hubungan itu berwujud status sebagai warga
Negara, peran sebagai warga Negara, serta hak dan kewajiban sebagai warga
Negara.
2. Sebagai warga Negara, maka ia memiliki hubungan timbal balik yang sederajat
dengan negaranya.
3. Secara teori, status warga Negara meliputi status pasif, aktif, negatif dan positif.
4. Peran (role) warga Negara juga meliputi peran yang pasif, aktif, negatif dan
positif (Cholisin, 2000).

Berkaitan dengan peran (role) warga Negara, dapat dijelaskan bahwa peran
warga Negara dalam Negara adalah sebagai berikut:

1. Peran pasif adalah kepatuhan warga Negara terhadap peraturan perundang –


undangan yang berlaku.
2. Peran aktif merupakan aktivitas warga Negara untuk terlibat (berpartisipasi) serta
ambil bagian dalam kehidupan bernegara, terutama dalam memengaruhi
keputusan publik.
3. Peran positif merupakan aktivitas warga Negara untuk meminta pelayanan dari
Negara untuk memenuhi kebutuhan hidup.
4. Peran negatif merupakan aktivitas warga Negara untuk menolak campur tangan
Negara dalam persoalan pribadi.

9
Juliardi, B. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Padang: PT Raja Grafindo Persada.
Halaman 136-137.

14
D. Kewarganegaraan dan Pewarganegaraan
Kewarganegaraan (citizenship) artinya keanggotaan yang menunjukkan
hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara. Kewarganegaraan,
diartikan dengan segala jenis hubungan dengan suatu Negara yang mengakibatkan
adanya kewajiban Negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Menurut
UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, Pasal 1 ayat 2
menyatakan, bahwa “kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan
dengan Negara”. Artinya, segala sesuatu yang berkaitan dengan kewarganegaraan
akan selalu berhubungan dengan Negara.10 Istilah kewarganegaraan ini dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis.
Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara
orang – orang dengan Negara yang mengakibatkan ketundukan warga Negara
terhadap Negara, ditandai dengan adanya akta kelahiran, surat pernyataan, dan
lain sebagainya. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai oleh
adanya ikatan hukum, tapi ikatan emosional, perasaan, ikatan keturunan, ikatan
tanah air, dan lain – lain.
2. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materiil.
Kewarganegaraan dalam arti formil dimana kewarganegaraan seseorang
mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian hukum serta tunduk pada hukum
Negara yang bersangkutan. Kewarganegaraan dalam arti materil, di mana orang
yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau
kewenangan Negara lain. Negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah –
kaidah hukum pada orang yang bukan warga negaranya.

Sementara itu, sekaitan dengan pewarganegaraan, Pasal 1 ayat 3 UU No. 12


Tahun 2006 menyatakan, bahwa “Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing
untuk memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan”.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pewarganegaraan adalah cara memperoleh
kewarganegaraan yang selanjutnya disebut dengan naturalisasi. Syarat dan prosedur
pewarganegaraan ini di berbagai Negara dapat berbeda, menurut kebutuhan yang
dipenuhi oleh kondisi dan situasi Negara masing – masing.

10
Juliardi, B. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Padang: PT Raja Grafindo
Persada. Halaman 137-138.

15
E. Asas Kewarganegaraan
Setiap Negara berdaulat dan berwenang menentukan siapa – siapa yang menjadi
warga negaranya. Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal adanya
asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan
perkawinan.11
a. Penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua asas yaitu
asas Ius Soli dan Ius Sanguinis
1) Ius Soli (Ius = hukum, dalil, pedoman, dan Soli/solum = negeri), dimana
kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan tempat kelahiran atau
daerah tempat seseorang dilahirkan yang menentukan
kewarganegaraannya. Artinya, kalau anak dilahirkan di daerah hukum B,
maka dengan sendirinya sang anak menjadi warga Negara B, walaupun
kemungkinan bahwa orang tuanya bukan warga Negara B. Pengecualian
diberikan kepada anggota korps diplomatik dan anggota tentara asing yang
masih dalam ikatan dinas di sebuah Negara yang menganut ius soli.
2) Ius Sanguinis (Ius = hukum, dalil, pedoman, dan Sanguinis = darah,
keturunan), dimana kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan
keturunan atau pertalian darah atau kewarganegaraan dari orang tua yang
menentukan kewarganegaraan anaknya. Artinya kalau anak dilahirkan dari
orang tua yang berwarganegara A, maka dengan sendirinya si anak
memiliki kewarganegaraan A.
b. Penentuan kewarganegaraan didasarkan pada aspek perkawinan mencakup asas
kesatuan hukum dan asa persamaan derajat.
1) Asas Kesatuan Hukum, didasarkan pada paradigma suami istri ataupun
ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan suasana
sejahtera, sehat, dan tidak terpecah. Dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakatnya ikatan keluarga yang baik perlu mencerminkan adanya
suatu kesatuan yang bulat.
2) Asas Persamaan Derajat, dimana suatu perkawinan tidak menyebabkan
perubahan status kewarganegaraan masing – masing pihak. Baik suami
ataupun istri tetap memiliki kewarganegaraan asalnya.

11
Juliardi, B. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Padang: PT Raja Grafindo
Persada. Halaman 138-142.

16
Negara tidak terikat oleh Negara lain dalam menentukan kewarganegaraan.
Negara lain juga tidak boleh menentukan siapa saja yang menjadi warga Negara dari
suatu Negara. Artinya, penentuan mengenai kewarganegaraan ini mutlak otoritas dari
Negara yang bersangkutan terhadap warga negaranya, tidak boleh dicampuri oleh
Negara lain yang tidak berkepentingan.

Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa asas yang digunakan untuk


menentukan kewarganegaraan masing – masing warga negaranya berdasarkan
Undang – Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
yaitu:

a. Asas Ius Sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang


berdasarkan keturunan bukan Negara tempat kelahiran. Artinya, jika anak yang
lahir di manapun, jika orang tuanya adalah warga Negara Indonesia, maka anak
adalah warga Negara Indonesia.12
b. Asas Ius Soli secara terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
berdasarkan Negara tempat kelahiran, yang diperuntukkan terbatas bagi anak –
anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang – undang. Anak dari
warga Negara asing yang lahir di Indonesia dapat menjadi warga Negara
Indonesia kecuali jika orang tuanya tidak menginginkannya.
c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang Indonesia. Warga negara Indonesia tidak boleh
memiliki lebih dari satu kewarganegaraan.
d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak – anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam undang – undang ini. Seorang anak boleh memiliki kewarganegaraan ganda
jika masih berumur di bawah 17/18 tahun/belum menikah/masih di bawah
pengampuan (asuhan) orang tua. Jika sudah berusia lebih dari 17/18 tahun atau
sudah menikah/sudah tidak berada di bawah pengampuan (asuhan) orang tua, si
anak wajib memilih salah satu kewarganegaraan dan meninggalkan
kewarganegaraan lainnya.

12
Kaelan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma. Halaman
140-141.

17
Selain asas kewarganegaraan di atas, masih ada satu lagi cara untuk
menentukan kewarganegaraan seseorang, yaitu unsur pewarganegaraan (naturalisasi),
dimana kewarganegaraan seseorang dapat diminta/dimohonkan kepada Negara yang
diinginkan. Artinya, jika ada orang asing yang ingin menjadi warga Negara di suatu
Negara, maka ia harus melakukan permohonan kepada Negara yang bersangkutan
untuk dijadikan sebagai warga Negara dan melepas kewarganegaraan asalnya. Syarat
dan ketentuan untuk menjadi warga Negara naturalisasi ini pada masing – masing
Negara berbeda sesuai dengan kondisi dan peraturan perundang – undangan yang
diberlakukan.

Di Indonesia, bagi orang asing yang ingin menjadi WNI melalui proses
naturalisasi di atur dalam pasal 9 UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
RI. Dalam Pasal 9 tersebut dinyatakan bahwa: Permohonan pewarganegaraan dapat
diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;


b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut – turut atau paling
singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut – turut;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
f. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
g. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

Di samping itu, seseorang warga Negara Indonesia dapat kehilangan


kewarganegaraan jika terdapat hal – hal berikut:

a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri.


b. Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu.
c. Dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh Presiden atas permohonannnya sendiri.

18
d. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden.
e. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada Negara
asing atau bagian dari Negara asing tersebut.
f. Turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu
Negara asing.
g. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari Negara asing atau surat
yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari
Negara lain atas namanya.
h. Bertempat tinggal diluar wilayah Negara Republik Indonesia selama 5 (lima)
berturut–turut bukan dalam rangka dinas Negara, tanpa alasan yang sah dan
dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga
Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir dan setiap 5
(lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin
tetap menjadi warga Negara Indonesia kepada perwakilan RI yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal perwakilan RI
tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan,
i. Perempuan warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga asing
kehilangan kewarganegaraan RI jika menurut hukum Negara asal suaminya,
kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat
perkawinan tersebut.
j. Laki – laki warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga asing
kehilangan kewarganegaraan RI jika menurut hukum Negara asal istrinya,
kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat
perkawinan tersebut. Atau jika ingin tetap menjadi warga Negara RI dapat
mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya kepada pejabat atau
perwakilan RI yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki –
laki tersebut, kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda.
Surat pernyataan dapat diajukan oleh perempuan setelah 3 (tiga) tahun sejak
tanggal perkawinannya berlangsung.
k. Setiap orang yang memperoleh kewarganegaraan RI berdasarkan keterangan yang
kemudian hari dinyatakan palsu atau dipalsukan tidak benar, atau terjadi
kekeliruan mengenai orangnya oleh instansi yang berwenang, dinyatakan batal
kewarganegaraannya.
19
F. Problem Status Kewarganegaraan
Akibat adanya asas kewarganegaraan, khususnya asas kewarganegaraan yang
dilihat dari sisi kelahiran berupa asas ius soli dan ius sanguinis, menyebabkan
munculnya problem status kewarganegaraan yang disebut dengan apatride dan
bipatride. Problem status kewarganegaraan ini terjadi dikarenakan perbedaan asas
kewarganegaraan yang digunakan oleh negara – negara di dunia.13 Berikut penjelasan
mengenai apatride dan bipatride:
1. Apatride: istilah untuk seseorang yang tidak mempunyai status kewarganegaraan.
2. Bipatride: istilah untuk seseorang yang mempunyai status kewarganegaraan ganda
(dua kewarganegaraan).

Pada hakikatnya, seseorang tidak bisa berada dalam kondisi apatride (tidak
memiliki kewarganegaraan) dan juga tidak boleh berada dalam kondisi bipatride
(memiliki kewarganegaraan ganda). Jika hal ini terjadi, maka akan berimbas pada hak
dan kewajiban yang bersangkutan dalam hubungannya dengan Negara. Orang yang
berada dalam kondisi apatride tidak akan diakui sebagai warga negara di negara
manapun sehingga dia tidak bisa melakukan hubungan dengan Negara, dalam artian
tidak bisa menuntut hak terhadap Negara dan tidak ada jaminan oleh Negara terhadap
apapun yang menimpanya. Sementara bagi orang yang berada dalam kondisi
bipatride, ia akan memiliki peran ganda serta memiliki hak dan kewajiban ganda pula
dari dua Negara yang mengakuinya sebagai warga Negara. Hal ini akan menimbulkan
kesulitan bagi orang yang bersangkutan dalam melaksanakan kewajibannya, seperti
kewajiban bela negara (negara mana yang akan dibela) hingga kewajiban untuk
membayar pajak (karena ia akan membayar pajak pada dua negara sekaligus).

Untuk mengatasi problem status kewarganegaraan ini, jika anak berada dalam
kondisi apatride, maka orang tua sang anak harus segera memohon, mengurus, dan
meminta kewarganegaraan dari negara yang diinginkannya untuk sang anak. Jika
anak berada dalam kondisi bipatride, maka yang bersangkutan boleh memiliki
kewarganegaraan ganda sampai berusia 17 tahun atau belum menikah, setelah itu
yang bersangkutan mutlak harus memiliki dua hak, yaitu hak opsi dan hak repudiasi.
Hak opsi adalah hak untuk memilih salah satu kewarganegaraan dan hak repudiasi
adalah hak untuk menolak satu kewarganegaraan lainnya.

13
Juliardi, B. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Padang: PT Raja Grafindo
Persada. Halaman 142-144.

20
BAB III
KESIMPULAN

Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sehingga dalam praktiknya di kehidupan sehari – hari harus berjalan secara seimbang. Hak
merupakan segala sesuatu yang pantas dan mutlak untuk memiliki atau didapatkan oleh
individu sebagai anggota warga negara sejak masih berada dalam kandungan, sedangkan
kewajiban merupakan suatu keharusan bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai
anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan
kewajiban tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/29028479/JURNAL_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WARGA_NEGAR
A.docx diakses pada tanggal 01 September 2019, pukul 08:49.
https://www.zonareferensi.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara/ diakses pada tanggal 01
September 2019, pukul 17:24.
Juliardi, B. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Padang: PT Raja Grafindo
Persada.
Kaelan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

22

Anda mungkin juga menyukai