Grafik Barber Johnson
Grafik Barber Johnson
Dalam statistik rumah sakit dikenal 4 indikator utama yang umum dikenal seperti :
Keempat indikator tersebut dapat disajikan dalam satu grafik yang dikenal dengan
nama Grafik Barber-Johnson.
Grafik Barber-Johnson secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi
pengelolaan RS dan perkembangannya dari waktu ke waktu, sementara efisiensi dapat
dilihat dari sudut mutu pelayanan medis dan dari sudut ekonomi (pendayagunaan
sarana)
Grafik Barber-Johnson terdiri dari garis datarnya garis TOI, garis tegaknya LOS, Garis
BOR yang ditarik dari titik (0,0), garis BTO yang sejajar dan daerah yang efisien dibatasi
TOI = 1 dan TOI = 3 serta garis BOR 75%.
Pada gambar diatas terlihat ada garis BOR 50%, 70%, 80% dan 90% serta garis BTO
30, 20, 15 dan 12,5. Garis tersebut digunakan sebagai garis awal dan bisa ditambah
atau dirubah nilainya sesuaikan dengan kondisi masing-masing RS.
BOR adalah persentase pemakaian TT (Tempat Tidur) Rumah Sakit (%), dimana Hari
Perawatan adalah jumlah TT yang terpakai setiap harinya dalam 1 Tahun, sedangkan
365 adalah jumlah hari dalam 1 Tahun dan jumlah TT adalah jumlah Tempat Tidur yang
tersedia untuk Rawat Inap di Rumah Sakit.
LOS adalah rata-rata lama dirawat seorang pasien (hari), dimana Pasien Keluar adalah
jumlah seluruh pasien pulang dari RS.
Catatan : dalam sistem statistik yang lain ada yang menggunakan Lama Rawatan
bukan Hari Perawatan dalam menghitung LOS, tapi disini saya tegaskan Grafik Barber-
Johnson tidak ada menggunakan Lama Dirawat.
BTO adalah jumlah pemakaian TT dalam 1 Tahun (kali).
Gambar garis datar untuk TOI dan garis tegak untuk LOS
BOR 50%
100
Pada Garis 50% didapat persamaan garisnya LOS = TOI
Jika LOS = 5, maka TOI = 5, selanjutnya tarik garis lurus dari sumbu (0,0) yang
memotong titik LOS dan TOI tersebut.
BOR 70%
100
Jika LOS = 5, maka TOI = 5, selanjutnya tarik garis lurus dari sumbu (0,0) yang memotong
titik LOS dan TOI tersebut.
BOR 70%
Jika LOS = 7, maka TOI = 3, selanjutnya tarik garis lurus dari sumbu (0,0) yang memotong
titik LOS dan TOI tersebut.
BOR 80%
Jika LOS = 8, maka TOI = 2, selanjutnya tarik garis lurus dari sumbu (0,0) yang memotong
titik LOS dan TOI tersebut.
BOR 90%
Jika LOS = 9, maka TOI = 1, selanjutnya tarik garis lurus dari sumbu (0,0) yang memotong
titik LOS dan TOI tersebut.
Langkah 3
BTO = 30, dapat kita terjemahkan dengan Pasien Keluar = 30 dan Jumlah TT =
Pada garis BTO = 30, didapat persamaan garis TOI + LOS = 12 1/6 Jika TOI =
12 1/6 maka LOS = 0 dan jika LOS = 12 1/6 maka TOI = 0 Kemudian tariklah
garis yang menghubungkan kedua titik tersebut BTO = 20, dapat kita
Pada garis BTO = 20, didapat persamaan garis TOI + LOS = 18 ¼ Jika TOI = 18
¼ maka LOS = 0 dan jika LOS = 18 ¼ maka TOI = 0 Kemudian tariklah garis
yang menghubungkan kedua titik tersebut BTO = 15, dapat kita terjemahkan
Pada garis BTO = 15, didapat persamaan garis TOI + LOS = 24 1/3 Jika TOI = 24
1/3 maka LOS = 0 dan jika LOS = 24 1/3 maka TOI = 0 Kemudian tariklah garis
yang menghubungkan kedua titik tersebut BTO = 12,5 dapat kita terjemahkan
dengan Pasien Keluar = 12,5 dan Jumlah TT = 1
Pada garis BTO = 12,5 ; didapat persamaan garis TOI + LOS = 29 1/5
Jika TOI = 29 1/5 maka LOS = 0 dan jika LOS = 29 1/5 maka TOI = 0
Langkah 4
Daerah yang efisien dibatasi garis TOI = 1 dan TOI = 3 serta garis BOR 75%
Selesailah sudah gambar dasar dari Grafik Barber Johnson. Selanjutnya kita tinggal
meletakkan posisi RS cukup dengan nilai TOI dan LOS.
Pada gambar dibawah adalah posisi LOS = 12 dan TOI = 3 dengan BOR = 80%. Titik
tersebut berada dalam daerah yang efisien.
Tapi keadaan tersebut walaupun efisien menurut Grafik Barber Johnson, masih menyisakan
tanda tanya dimana Lenght Of Stay masih terlalu tinggi yaitu 12 hari.
Kasus 1.
Pada Gambar jelas terlihat bahwa posisi sudah pada daerah yang efisien, dimana BOR
80%, TOI 3 hari dan LOS 12 hari. Makna dari LOS 12 adalah rata-rata lama dirawat
pasien adalah 12 hari ????.
Kasus 2.
Suatu Rumah Sakit mengalami peningkatan tingkat huniannya, ini ditandai dengan
pergerakan posisi RS yang mendekati daerah yang efisien, misal dari 60% menjadi
70%. Secara umum orang akan bilang baik, tapi kalau ditelusuri lebih lanjut belum
tentu.
Kenaikan BOR bisa dilakukan dengan mengurangi jumlah tempat tidur, jika kondisinya
seperti ini apakah baik.
Atau jika jumlah tempat tidur tetap dan hari perawatan meningkat berarti BOR naik, tapi
belum tentu dalam pendapatan RS. Karena bisa saja sebelumnya tingkat hunian yang
tinggi itu dikelas atas (kelas I dan diatasnya) pada saat BOR 60%, tetapi pada saat BOR
70% yang tinggi adalah kelas 3 ???
Kasus 3.
Grafik ini juga tidak bisa berlaku untuk rumah sakit secara keseluruhan. Bagaimana kita
menggambarkannya untuk rumah sakit jiwa yang lama rawatnya panjang dan lama ???
Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu hamil dan
melahirkan, maka proses antenatal care, persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam
sistem terpadu di tingkat nasional dan regional. Pelayanan obstetri dan neonatal regional
merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan Pelayanan
Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas. Rumah Sakit PONEK 24 Jam merupakan
bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang
sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
● melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna.
● mengembangkan kebijakan dan SPO pelayanan sesuai dengan standar meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk kepedulian terhadap ibu dan bayi.
● meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik dan neonatus
termasuk pelayanan kegawat daruratan (PONEK 24 jam)
● meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina teknis dalam pelaksanaan IMD dan
pemberian ASI Eksklusif
● meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan bayi bagi
sarana pelayanan kesehatan lainnya.
● meningkatkan fungsi rumah sakit dalam Perawatan Metode Kangguru (PMK) pada BBLR. ●
melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program RSSIB 10 langkah menyusui
dan peningkatan kesehatan ibu
● ada regulasi rumah sakit yang menjamin pelaksanaan PONEK 24 jam, meliputi pula pelaksanaan
rumah sakit sayang ibu dan bayi, pelayanan ASI eksklusif (termasuk IMD), pelayanan metode
kangguru, dan SPO Pelayanan Kedokteran untuk pelayanan PONEK (lihat juga PAP 3.1)
● dalam rencana strategis (Renstra), rencana kerja anggaran (RKA) rumah sakit, termasuk upaya
peningkatan pelayanan PONEK 24 jam tersedia ruang pelayanan yang memenuhi persyaratan
untuk PONEK antara lain rawat gabung dan pembentukan tim PONEK
● tim PONEK mempunyai program kerja dan bukti pelaksanaannya
● terselenggara pelatihan untuk meningkatan kemampuan pelayanan PONEK 24 jam, termasuk
stabilisasi sebelum dipindahkan
● pelaksanaan rujukan sesuai peraturan perundangan
● pelaporan dan analisis meliputi :
● angka keterlambatan operasi operasi section caesaria (SC) ( > 30 menit)
● angka keterlambatan penyediaan darah ( > 60 menit)
● angka kematian ibu dan bayi
● kejadian tidak dilakukannya inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi baru lahir
Standar 1
Rumah sakit melaksanakan program PONEK 24 jam di rumah sakit beserta monitoring dan
evaluasinya.
Elemen Penilaian
● Ada regulasi rumah sakit tentang pelaksanaan PONEK 24 jam di rumah sakit dan ada rencana
kegiatan PONEK dalam perencanaan rumah sakit. (R)
● Ada bukti keterlibatan pimpinan rumah sakit di dalam menyusun kegiatan PONEK. (D,W)
● Ada bukti upaya peningkatan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan
obstetrik dan neonatus termasuk pelayanan kegawat daruratan (PONEK 24 Jam). (D,W)
● Ada bukti pelaksanaan rujukan dalam rangka PONEK (lihat juga ARK.5). (D,W)
● Ada bukti pelaksanaan sistem monitoring dan evaluasi program rumah sakit sayang ibu dan bayi
(RSSIB). (D,W)
● Ada bukti pelaporan dan analisis yang meliputi 1 sampai dengan 4 di maksud dan tujuan. (D,W)
Standar 1.1
Elemen Penilaian
Standar 1.2
Rumah sakit melaksanakan pelayanan rawat gabung, mendorong pemberian ASI ekslusif,
melaksanakan edukasi dan perawatan metode kangguru pada bayi berat badan lahir rendah
(BBLR).
17125
Setiap pasien memiliki berkas rekam medis, baik dalam bentuk kertas maupun
elektronik yang merupakan sumber informasi utama mengenai proses asuhan dan
perkembangan pasien sehingga menjadi media komunikasi yang penting. Oleh karena
itu, berkas rekam medis dievaluasi dan diperbaharui sesuai dengan kebutuhan dan
secara periodik. Agar informasi ini berguna dan mendukung asuhan pasien secara
berkelanjutan maka rekam medis harus tersedia selama asuhan pasien rawat inap,
rawat jalan, dan setiap saat dibutuhkan, serta dijaga untuk selalu mencatat
perkembangan pasien terkini.
Catatan medis, keperawatan, dan catatan profesional pemberi asuhan lainnya tersedia
untuk semua tenaga kesehatan yang memberikan asuhan kepada pasien terkait. Rumah
sakit mempunyai regulasi yang menetapkan tenaga kesehatan yang mempunyai akses
ke berkas rekam medis pasien untuk menjamin kerahasiaan informasi pasien. Sebagai
contoh, pasien rawat jalan yang memerlukan riwayat sebelumnya di rawat inap atau
sebaliknya.
● Terdapat regulasi yang menetapkan tenaga kesehatan yang mempunyai hak akses pada
berkas rekam medis. (R)
● Berkas rekam medis tersedia bagi semua profesional pemberi asuhan (PPA) sesuai
dengan regulasi rumah sakit. (D,O) (lihat juga AP 1)
● Terdapat bukti bahwa form rekam medis dievaluasi dan diperbaharui (terkini) sesuai
dengan kebutuhan dan secara periodik. (D,O,W)
● Rekam medis pasien terisi dengan lengkap dan dengan tulisan yang dapat dibaca. (D,O)
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM
MEDIK (MIRM 9)
20 Maret 2018 m taufik harahap Manajemen Informasi dan Rekam Medik (MIRM)
Setiap pasien memiliki berkas rekam medis, baik dalam bentuk kertas maupun
elektronik yang merupakan sumber informasi utama mengenai proses asuhan dan
perkembangan pasien sehingga menjadi media komunikasi yang penting. Oleh karena
itu, berkas rekam medis dievaluasi dan diperbaharui sesuai dengan kebutuhan dan
secara periodik. Agar informasi ini berguna dan mendukung asuhan pasien secara
berkelanjutan maka rekam medis harus tersedia selama asuhan pasien rawat inap,
rawat jalan, dan setiap saat dibutuhkan, serta dijaga untuk selalu mencatat
perkembangan pasien terkini.
Catatan medis, keperawatan, dan catatan profesional pemberi asuhan lainnya tersedia
untuk semua tenaga kesehatan yang memberikan asuhan kepada pasien terkait. Rumah
sakit mempunyai regulasi yang menetapkan tenaga kesehatan yang mempunyai akses
ke berkas rekam medis pasien untuk menjamin kerahasiaan informasi pasien. Sebagai
contoh, pasien rawat jalan yang memerlukan riwayat sebelumnya di rawat inap atau
sebaliknya.
● Terdapat regulasi yang menetapkan tenaga kesehatan yang mempunyai hak akses pada
berkas rekam medis. (R)
● Berkas rekam medis tersedia bagi semua profesional pemberi asuhan (PPA) sesuai
dengan regulasi rumah sakit. (D,O) (lihat juga AP 1)
● Terdapat bukti bahwa form rekam medis dievaluasi dan diperbaharui (terkini) sesuai
dengan kebutuhan dan secara periodik. (D,O,W)
● Rekam medis pasien terisi dengan lengkap dan dengan tulisan yang dapat dibaca. (D,O)
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM
MEDIK (MIRM 8)
19 Maret 2018 m taufik harahap Manajemen Informasi dan Rekam Medik (MIRM)
Penyelenggaraan rekam medis merupakan proses kegiatan yang dimulai sejak saat
pasien diterima rumah sakit, dilakukan pencatatan data medis, selama pasien mendapat
asuhan medis, keperawatan, dan profesional pemberi asuhan lainnya. Kegiatan
dilanjutkan dengan penanganan rekam medis yang meliputi penyimpanan dan
penggunaan untuk kepentingan isendiri atau kepentingan lainnya. Rumah sakit
menetapkan organisasi yang mengelola sistem rekam medis yang tepat, benar, bernilai,
dan dapat dipertanggungjawabkan. Informasi kesehatan baik kertas maupun elektronik
harus dijaga keamanan dan kerahasiaannya sehingga harus disimpan sesuai dengan
peraturan dan perundangan. Untuk informasi kesehatan elektronik harus dijamin
keamanan dan kerahasiaan dalam 3 (tiga) tempat, yaitu server di dalam rumah sakit,
salinan (backup) data rutin, dan data virtual (cloud).
● Terdapat unit kerja yang mengelola rekam medis yang memiliki regulasi dan program
untuk mengelola rekam medis sesuai dengan peraturan perundangan-undangan. (R)
● Organisasi pengelola rekam medis dipimpin tenaga rekam medis yang memiliki
kompetensi dan kewenangan mengelola rekam medis sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan. (D, W)
● Tersedia tempat penyimpanan rekam medis yang menjamin keamanan dan kerahasiaan
rekam medis. (D,O,W
Date
2011-04-12
Author
Hasibuan, Salmia
Metadata
Show full item record
Grafik Barber Johnson merupakan salah satu indikator penilaian rumah sakit yang dilakukan
dengan perhitungan Bed Occupancy Rate (BOR), Length of Stay (LOS), Turn Over Interval (TOI)
dan Bed turn Over (BTO). Pada Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan dilakukan pembuatan
program grafik Barber Johnson dengan menggunakan Microsoft Excel. Perhitungan BOR,
LOS, TOI dan BTO dengan menginput data jumlah tempat tidur tersedia, jumlah tempat tidur
terpakai dan jumlah pasien pulang. Tujuan pembuatan Program Grafik Barber Johnson adalah
untuk memudahkan petugas dalam membuat laporan rumah sakit . Pelaksanaan
perancangan dan realisasi program Grafik Barber Johnson dilakukan dengan menggunakan
model spiral. Model tersebut memiliki enam wilayah tugas yaitu komunikasi pelanggan,
perencanaan, Analisis Resiko, konstruksi, peluncuran, dan evaluasi. Hasil dari pembuatan
program ini adalah grafik Barber Johnson bulanan, triwulan, semester dan tahunan Rumah
Sakit Umum Mitra Sejati. Dengan adanya program grafik Barber Johnson ini diharapkan dapat
mempermudah pembuatan laporan rumah sakit terutama dalam pembuatan Grafik Barber
Johnson.
Barber–Johnson diagram
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to navigationJump to search
A Barber–Johnson diagram[example needed]is a method of presenting hospital statistics combining four
different variables in a unique graph, introduced in 1973.[1] The method constructs a scattergram
where length of stay, turnover interval, discharges, and deaths per available bed are combined.
These four variables have a common relationship between them and their combination in the
diagram permitted a new improved way for analyzing efficiency and performance of the hospital
sector. The most complete reference about how to construct the diagram could be found in Yates.
[2]
In this book, the appendix explains in detail the way for elaborating this kind of diagram.
References[edit]
1. ^ Barber B. and Johnson D., "The Presentation of Acute Hospital
In-patient Statistics", Hospital and Health Services Review, 1973
2. ^ Yates, John (1982), Hospital Beds: A problem for diagnostic and
management, Heinemann Medical Books. ISBN 0-433-37030-0
Efficiency ratio
From Wikipedia, the free encyclopedia
(Redirected from Business efficiency)
Contents
● 1Formula
o 1.1An example
● 2See also
● 3References
● 4External links
o 4.1Example
Formula[edit]
Efficiency = input / output[citation needed]
If expenses are $60 and revenue is $80 (perhaps net of interest revenue/expense) the efficiency
ratio is 0.75 or 75% (60/80) – meaning that $0.75 are spent for every dollar earned in revenue.
An example[edit]
Citigroup, Inc. (2003):