Anda di halaman 1dari 1

Pengertian Komunikasi

Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) mendefinisikan komunikasi sebagai the process by which people
attempt to share meaning via the transmission of symbolic messages. Komunikasi adalah proses di mana
seseorang berusaha untuk memberikan pengertian/pesan kepada orang lain melalui pesan simbolis.

Komunikasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi langsung adalah
komunikasi yang disampaikan tanpa penggunaan mediator/perantara, sedangkan komunikasi tidak
langsung adalah komunikasi yang disampaikan melalui perantara.

Elemen penting pada komunikasi, yaitu:

1) Komunikasi melibatkan orang-orang/bagaimana orang-orang saling berinteraksi satu sama lain


secara lebih efektif.
2) Terjadinya berbagi informasi atau pemberian informasi.
3) Komunikasi melibatkan simbol-simbol, yang berarti komunikasi dapat berupa bahasa tubuh,
suara, huruf, angka, dan lain-lain sebagai bentuk simbolis dari komunikasi yang dilakukan.

Proses Terjadinya Komunikasi

Komunikasi dapat terjadi ketika pesan/informasi yang akan dikirim/disampaikan dari pengirim kepada
penerima. Pesan/informasi yang akan dikirim/disampaikan kepada penerima akan mengalami proses
encoding (encoding) di mana pesan/informasi tersebut mengalami transformasi ke dalam bentuk
symbol/sesuatu yang menjadi representasi pengirim pesan dalam menyampaikan pesannya. Namun,
juga dimungkinkan melalui mediator, ketika pengirim dan penerima tidak berhadapan langsung.
Mediator dapat berupa orang lain sebagai perantara pengirim pesan, alat komunikasi seperti telepn,
internet, atau berupa surat, dan lain sebagainya. Karena penerima juga merupakan manusia yang
memiliki persepsinya sendiri berdasarkan pikiran dan perasaannya, maka ketika simbol komunikasi
berupa kata-kata dan anggukan kepala tadi diterima oleh penerima, penerima melakukan transformasi
makna atau proses dekoding (decoding).

Pada saat komunikasi terjadi, sangat memungkinkan komunikasi itu akan mendapat gangguan sehingga
pesan yang dikirimkan dipersepsikan secara keliru. Gangguan ini dapat berupa kesalahan persepsi dari si
penerima ketika menerjemahkan kata-kata dari pengirim (saat masa dekoding) atau saat pengirim
melakukan transformasi pesan/informasi (terjadi pada encoding/mediator).

Itu sebabnya, penelotian yang dikutip Robert Heller dan Tim Hindle (1998) menunjukkan bahwa jarak
antara pengirim dan penerima pesan akan menetukan frekuensi komunikasi, karena jarak yang cukup
jauh cenderung membatasi kesempatan untuk berkomunikasi secara efektif. Sekalipun alat komunikasi
dapat digunakan, tetapi tingkat keefektifan komunikasi relatif lebih rendah jika dibandingkan komunikasi
secara langsung tanpa adanya jarak yang memisahkan antara pengirim dan penerima.

Anda mungkin juga menyukai