Pengertian Komunikasi
Istilah manajemen komunikasi adalah relatif baru. Komunikasi itu sendiri bukan
merupakan bagian penting dari perbendaharaan ka_ ta manajemen sampai akhir tahun
1940-an dan permulaan 1950-an. Tetapi, sejalan dengan organisasi menjadi
semakin."sadar manusia" dalam pendekatan hubungan manusiawi (lihat bab 3) dan
sejalan dengan para ahli perilaku mulai menerapkan penelitian-penelitian mereka pada
organisasi, komunikasi menjadi bagian penting yang diperhatikan manajemen.
Bagaimanapun juga, komunikasi tetap merupakan peralatan (tool) manajemen yang
dirancang untuk mencapai tujuan dan tidak dinilai atas dasar hasil akhir dalam
komunikasi itu sendiri.
Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) mendefinisikan komunikasi sebagai the process by
which people attempt to share meaning via the transmission of symbolic messages.
Komunikasi adalah proses di mana seseorang berusaha untuk memberikan pengertian
atau pesan kepada orang lain melalui pesan simbolis. Sementara itu menurut Loren J.
Anderson, komunikasi adalah rangkaian langkah serah terima maksud yang terjadi
dengan dinamis serta konstan berubah sesuai dengan kondisi yang berlaku.
Sedangkan Lexicographer, definisf komunikasi adalah upaya yang bertujuan untuk
memberi dan meraih kebersamaan. Tujuan yang ingin diinginkan kedua beluah pihak akan
tercapai bila mereka berkomunikasi dan memiliki pemahaman yang selaras tentang
informasi yang saling ditransfer.
Dalam proses komunikasi, terdapat beberapa unsur yang selalu ada. Berikut
merupakan 6 unsur-unsur komunikasi dan penjelasannya.
1. Komunikator, yakni pihak pengirim pesan atau sender.
2. Pesan/informasi, yakni keseluruhan apa yang disampaikan oleh
komunikator.
3. Sarana, yakni media perantara penyalur pesan.
4. Komunikan, yakni pihak penerima pesan atau receiver.
5. Umpan balik, yakni reaksi atau jawaban penerima pesan terhadap pesan
yang ia terima (feed back).
6. Dampak, yakni efek yang ditimbulkan berupa perbedaan yang dialami
komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan.
Model ini menunjukkan 3 (tiga) unsur esensi komunikasi. Bila salah satu unsur hilang,
komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh, seseorang dapat mengirimkan
berita, tetapi bila tidak ada yang menerima atau mendengar, komunikasi tidak
terjadi.
Pengubahan berita ke dalam sandi/kode (encoding). Langkah kedua ini - encoding the
message - megubah berita ke dalam berbagai bentuk simbol-simbol verbal atau
nonverbal yang mampu memindahkan pengertian, seperti kata-kata pencakapan atau
tulisan, angka, gerakan, ataupun kegiatan.
Dari beberapa simbol yang tersedia, pengirim berita menyeleksi salah satu yang akan
dapat memenuhi kebutuhan khusus. Pengirim berita seharusnya tidak hanya
memikirkan apa yang akan dikatakan tetapi juga bagaimana hal itu akan disajikan
agar pengaruh yang diinginkan dari penerima terpenuhi. Jadi, berita harus disesuai-
kan dengan tingkat pemahaman, kepentingan dan kebutuhan penerima untuk
mencapai konsekuensi-konsekuensi yang diinginkan. Simbol-simbol harus diseleksi
atas dasar pemahaman yang akan diperoleh dari pendengar atau pembaca.
Kesamaan pengertian ini penting, karena ketidaksamaan pengertian akan
menimbulkan salah komunikasi.
Penerimaan berita. Langkah keempat adalah penerimaan berita oleh pihak penerima.
Pada dasanya, orang-orang menerima berita melalui ke lima pancaindera mereka
penglihatan, pendengaran, pengecap, perabaan dan penciuman. Pengiriman berita
belum lengkap atau tidak terjadi bila suatu pihak-belum menerima berita. Banyak
Komunikasi penting gagal karena seseorang tidak pernah menerima berita.
Komunikasi Organisasi
Semua faktor yang dibahas dalam model proses komunikasi di atas, dapat juga
diterapkan pada komunikasi dalam organisasi. Kommunikasi efektif di mana saja,
menyangkut penyampaian berita dari seseorang kepada orang lain secara akurat.
Hanya bedanya efektifitas komunikasi dalam organisasi pdipengaruhi oleh beberapa
faktor khusus. Raymond V. Lesikar, menguraikan 4 (empat) faktor yang
mempengaruhi efektifitas komunikasi organisasi, yaitu :
1. Saluran komunikasi formal.
2. Struktur wewenang organisasi.
3. Spesialisasi jabatan.
4. Pemilikan informasi.
Ada 4 (empat) macam jaringan komunikasi, seperti terlihat dalam gambar diatas.
Dalam jaringan "lingkaran" ; sebagai contoh, B hanya dapat berkomunikasi dengan A
dan C. Untuk berkomunikasi dengan E, B harus melalui A atau melalui C dan D. Pola
"rantai" menunjukkan dua bawahan (A dan E) yang melapor kepada atasan mereka
(B dan D), yang selanjutnya oleh B dan D dilaporkan ke C. Pada jaringan "bintang"; C
dapat berkomunikasi langsung dengan A, B, D dan E, walaupun mereka ini tidak dapat
berkomunikasi langsung satu sama lain. Sebagai contoh, empat tenaga penjual (A, B,
D, E) melapor ke manajer cabang (C). Sedangkan jaringan "huruf Y" ; bisa terdapat
dalam bagian sekretariat di mana surat-surat diterima oleh E, disortir oleh D dan
distribusikan oleh C.
Jaringan "huruf Y" dan "bintang" adalah komunikasi yang terpusat, dengan C pada
posisi pusat. Komunikasi yang disentralisasi ini lebih efektif untuk menyelesaikan
masalah-masalah rutin dan tidak kompleks, karena lebih cepat dan lebih akurat.
Tetapi bila masalahnya kompleks, jaringan "lingkaran" dan "rantai" yang
didesentralisasi, akan lebih cepat dan akurat penyelesaiannya. Kepuasan anggota
kelompok juga cenderung lebih tinggi dalam jaringan jaringan yang didesentralisasi.
Pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi organisasi dapat diperoleh dengan
mempelajari arah-arah dasar gerakannya yang tampak dengan terbentuknya saluran-
saluran komunikasi. Saluransaluran komunikasi formal ditentukan oleh struktur
organisasi atau ditunjukkan oleh berbagai sarana formal lainnya, tipe saluran-saluran
dasar komunikasi adalah vertikal, lateral dan diagonal.
Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai
perintah. Komunikasi ke bawah (downward communication) dimulai dari manajemen
puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai
ke karyawan lini dan personalia paling bawah. Maksud utama komunikasi ke bawah
adalah untuk memberi pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/saran dan penilaian
kepada bawahan serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi tentang
tujuan dan kebijaksanaan organisasi.
Komunikasi Diagonal
Tipe komunikasi informal yang paling terkenal adalah 'grapevme " (mendengar sesuatu
bukan dari sumber resmi, tetapi dari desasdesus, kabar angin atau "slentingan"). Sistem
komunikasi "grapevme" cenderung dianggap merusak atau merugikan, karena tidak
jarang terjadi penyebaran informasinya tidak tepat, tidak lengkap dan menyimpang.
Selain itu, desas-desus cenderung bersifat membakar, tidak sesuai dengan kenyataan,
lebih bersifat emosional daripada logika, dan kadang-kadang dirahasiakan dari anggota
yang mempunyai wewenang manajerial lebih tinggi.
Di lain pihak, komunikasi "grapevme" mempunyai peranan fungsional sebagai alat
komunikasi tambahan bagi organisasi. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa
komunikasi "grapevme" lebih cepat, lebih akurat dan lebih efektif dalam menyalurkan
informasi. Manajer dapat mempergunakan komunikasi ini dengan informasi yang
sengaja "dibocorkan".
Manajer harus menyadari bahwa komunikasi informal dan terutama "grapevme" tidak
dapat dihilangkan. Bahkan, sebaiknya manajer perlu memahami dan
menggunakan "grapevme" sebagai pelengkap komunikasi formal. Peran salah
komunikasi ini dapat diminimalkan dengan merancang saluran komunikasi formal yang
baik, dan menyebarkan informasi dengan cepat dan tepat.
EFEKTIVITAS KOMUNIIKASI
Karena berbagai hambatan organisasional dan antar pribadi, komunikasi efektif tidak
dapat dilaiarkan terjadi begitu saja. Manajer' harus memainkan peranan penting dalam
proses komunikasi, di mana hanya dengan cara itu kemudian dapat diambil langkah-
langkah untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.
Pentingnya komunikasi menyebabkan banyak perusahaan besar menggunakan para
"ahli komunikasi". Para spesialis komunikasi ini membantu perbaikan komunikasi
dengan bantuannya kepada para penyelia memecahkan masalah-masalah komunikasi
internal; penentuan strategi komunikasi perusahaan sehubungan dengan "layoffs",
penutupan pabrik atau relokasi, dan terminasi; serta pengukuran kualitas kegiatan-
kegiatan komunikasi, melalui interview (wawancara) atau survey.
Salah satu peralatan yang digunakan secara efektif oleh para psikolog, pembimbing,
dan orang-orang yang profesinya memerlukan pemahaman yang mendalam tentang
klien mereka, yaitu active listening, dapat dipergunakan untuk mengembangkan
dimensi baru ketrampilan manajemen para manajer. Prinsip dasar peralatan ini ada-
lah penggunaan reflective statements (pernyataan balik) oleh pendengar.
Bagaimanapun juga, posisi kunci para manajer dalam proses komunikasi, membuat
kebutuhan mendesak bagi pengembangan diri untuk menjadi komunikator yang lebih
efektif.