Anda di halaman 1dari 2

Dalam komunikasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut.

1. Pengirim (Sender): Pengirim adalah orang yang menyampaikan pikiran atau gagasannya
kepada penerima. Pengirim mewakili sumber komunikasi.
2. Pesan (Message): Ini adalah isi ide, perasaan, informasi atau sejenisnya yang
dikomunikasikan.
3. Encoding: Ini adalah proses mengubah pesan menjadi simbol komunikasi seperti kata-
kata, gambar, gerakan dan lain-lain.
4. Media: Ini adalah jalur di mana pesan yang disandikan ditransmisikan ke penerima.
Saluran bisa dalam bentuk tertulis, tatap muka atau melalui teknologi,
5. Decoding: Ini adalah proses mengubah simbol yang dikodekan dari pengirim.
6. Penerima (Receiver): Orang yang menerima komunikasi dari pengirim.
7. Umpan Balik (Feedback): Ini mencakup semua tindakan atau respon penerima yang
menunjukkan bahwa dia telah menerima dan memahami pesan pengirim.
8. Kebisingan (Noise): adalah halangan dalam komunikasi. Hambatan ini dapat disebabkan
oleh pengirim, pesan atau penerima.

Sumber: Wilks (2016)

Jadi, komunikasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Komunikasi adalah proses dua arah.


b. Ada dua pihak, satu dikenal sebagai pengirim dan yang lainnya dikenal sebagai penerima
c. Ada pesan yang dikirim oleh pengirim ke penerima
d. Penerima menerima pesan dan memahaminya.
e. Komunikasi tidak lengkap sampai orang lain mempersepsikannya dengan cara yang sama
seperti yang dimaksudkan oleh penerima.

Terdapat empat tingkatan tujuan orang berkomunikasi, yaitu (Morissan, 2013, dalam Rachman,
2015):

1. Pada tingkat sosial pertama, orang berkomunikasi untuk kesenangan belaka,


2. Pada tingkat sosial kedua, orang berkomunikasi untuk menunjukkan keterkaitannya
dengan orang lain,
3. Pada tingkat sosial ketiga, orang berkomunikasi untuk membangun dan memelihara
hubungan,
4. Pada tingkat sosial keempat, mereka berkomunikasi untuk menegaskan hubungan-
hubungan mereka.

Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang
efektif, yaitu:

1. Kejelasan, hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa
dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh
komunikan.
2. Ketepatan, ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan
kebenaran informasi yang disampaikan.
3. Konteks, konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa
dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana
komunikasi itu terjadi.
4. Alur, Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau
sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
5. Budaya, Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan
dengan tata krama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan
budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun
nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.

Sementara itu Prijosaksono & Sembel (2002, dalam Nofrion, 2018) menyebutkan 5 hukum
komunikasi efektif (The 5 Inevitable Laws of Effective Communication) yang dirangkum dalam
satu kata yang mencerminkan esensi komunikasi efektif yaitu “REACH” (Respect, Empathy,
Audible, Clarity, Humble).

1. Respect

Dalam berkomunikasi, komunikator harus memiliki rasa hormat kepada pendengarnya. Semua
komunikator harus menyadari bahwa pada prinsipnya semua manusia ingin dihargai dan
dihormati. Penghargaan komunikator kepada komunikan sebenarnya adalah cara yang tepat
dalam menghargai diri sendiri. Jika komunikator dalam berkomunikasi membangun komunikasi
yang menghormati dan menghargai, maka akan tercipta kerja sama yang baik, suasana batin
yang nyaman yang pada akhirnya akan menghasilkan sinergi dan efektivitas.

 Empathy

Empathy adalah sikap atau kemampuan seorang komunikator menempatkan diri terhadap kondisi
para komunikan. Kemampuan menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang
lain akan mempermudah sampainya pesan. Salah satu syarat utama dalam memiliki sikap empati
ini adalah kemampuan komunikator untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum
didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengarkan orang lain
terlebih dahulu, akan mempermudah terciptanya keterbukaan dan kepercayaan yang diperlukan
oleh seorang komunikator dalam suatu konteks komunikasi. Empati di sini juga bisa diartikan
sebagai kemampuan memahami pendengar, kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif
atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif.

 Audible

Hukum ketiga ini berarti bahwa pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator harus
dapat didengar oleh komunikan dengan baik. Di samping mengacu kepada kemampuan
komunikator dalam menyampaikan pesan/informasi, hukum ini juga berhubungan dengan
penggunaan berbagai macam media atau saluran komunikasi (delivery channel).

 Clarity

Clarity adalah kejelasan pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan. Kejelasan ini menyangkut kesamaan makna antara maksud pengirim dengan
penerima pesan. Pesan A harus diterima A. Untuk itu, kejelasan pesan ini didukung oleh kualitas
suara komunikator. Selain itu, clarity juga bisa berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam
berkomunikasi diperlukan sikap terbuka (tidak ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan),
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) kepada komunikator bukan sebaliknya.

 Humble.

Hukum terakhir adalah humble yang berarti rendah hati. Maksud dari sikap rendah hati ini
adalah seorang komunikator tidak bersikap sombong atau menganggap komunikator lebih
rendah. Hukum ini berkaitan dengan hukum pertama yaitu respec

Anda mungkin juga menyukai