Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SISTEM RESPIRASI

ASKEP ASIDOSIS

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 :
 ASMAWARANI/191101028
 PUTRI RIRIYANTI.N /191101043

Dosen Pembimbing :
Ns. Irma, S.Kep, M.Kep
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
ANGKATAN 2019/2020

KATA PENGANTAR

1
Rasa Syukur Alhamdulillah yang sedalam - dalamnya kami panjatkan kehadirat
Allah Yang Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya lah kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Menyadari akan keterbatasan kemampuan kami, maka dalam hal ini
kami  mengharap kritik dan saran membangun.
Besar harapan kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang
bermanfaat bagi kita sekalian, Amin.
Makassar,23 Januari 2021
                         
Kelompok 2

DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................1

2
KATA PENGANTAR..........................................................2

DAFTAR ISI..............................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................4

A. Latar Belakang.......................................................4

B. Tujuan...............................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................5

A. Pengertian Asidosis & Asidosis Respiratorik..........................5

B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Asidosis Respiratorik...............6-10

BAB III PENUTUP........................................................11

A. Kesimpulan..........................................................11

B. Saran...............................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................12

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis waktu
dalam keadaan tertidur, istilah pernapasan yang lazim digunakan mencakup
dua proses yaitu pernapasan yaitu pernapasan luar(eksterna)merupakan
penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secarah keseluruhan serta
pernapasan dalam (interna) merupakan penggunaan O2 dan pembentukan

3
CO2 oleh sel – sel serta pertukaran gas(paru) dan sebuah pompa ventilasi
paru. Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan udara
(inspirasi) dan pengeluaran udara ekspirasi maka mekanisme pernapasan
dibedakan atas dua macam yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Organ
yang berperan dalam sistem pernapasan yaitu hidung, pharynx, laring,
trakhea, bronkus, bronkeolus, alveoli, dan paru-paru.
Pada sistem pernapasan juga terdapat keseimbangan asam dan basa
dalam tubuh sangat penting untuk mempertahankan proses kehidupan. Kadar
kimia asam basa sukar dipisahkan dengan konsentrasi ion H+. Konsentrasi ion
H+ dalam berbagai larutan dapat berubah dan perubahan ini dapat disebabkan
oleh berbagai macam gangguan fungsi sel. Hampir semua reaksi biokimia di
dalam tubuh kita tergantung dari pemeliharaan konsentrasi ion hidrogen yang
fisiologis. Konsentrasi ion hidrogen harus diatur secara ketat karena
perubahan dari konsentrasi ion hidrogen ini menyebabkan disfungsi organ
yang luas. Pengaturan ini (yang dikenal sebagai keseimbangan asam basa)
merupakan hal yang sangat penting bagi anesthesiologist.

B. TUJUAN
Adapun tujuan makalah ini :
a. Untuk mengetahui Pengertian Asidosis serta Asidosis Respiratorik
b. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Pada Pasien Asidosis Respiratorik

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asidosis & Asidosis Respiratorik
Asidosis adalah kondisi yang terjadi ketika kadar asam di dalam
tubuh sangat tinggi. Kondisi ini ditandai dengan beberapa gejala, misalnya
napas pendek, linglung, atau sakit kepala. Asidosis respiratorik atau dapat
juga disebut asidosis karbon dioksida atau hiperkapnia asidosis ialah
penyakit paru-paru yang terjadi akibat kelebihan karbon dioksida dalam
tubuh. Hal ini disebabkan paru-paru dalam tubuh si pengidap tidak mampu
mengeluarkan semua karbon dioksida akibat kondisi medis tertentu. Akibat
kadar karbon dioksida ini melonjak, pH darah dan cairan tubuh lainnya akan
menurun hingga terlalu asam. Seperti yang dikutip Healthline, asidosis

4
respiratorik ini terjadi saat pH darah turun di bawah 7,35, yakni di bawah
batas normal yang seharusnya berada pada rentang 7,35 sampai 7,45.

B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Asidosis Respiratorik


A. PENGAKAJIAN.
1. Teliti Riwayat Klinis Dari Perjalanan Penyakit Yang
Dapat Mengakibatkan Asidosis Respiratorik.
2. Teliti Tanda Dan Gejala Klinis Yang Mengarah Pada Asidosis
Respiratorik Antara Lain :

a. Aktivitas/Istirahat.
Gejala : Kelelahan.

Tanda : Kelemahan umum, ataksia, kehilangan koordinasi (kronis)


b. Sirkulasi.
Tanda :

5
 Hipotensi.
 Nadi kuat, warna kemerah mudaan, kulit hangat berkenaan
dengan hipoventolasi menunjukan vasodilatasi (asidosis berat).
 Takikardia, disritmia.
 Diaforesis, pucat, dan sianosis (tahap lanjut dari hipoksia).
c. Ketidakseimbangan Asam Basa.
 Peningkatan PaCO2.
 PO2 normal atau menurun.
 Peningkatan kalsium serum.
 Penurunan natrium klorida.
d. Makanan/Cairan.
Gejala : Mual/muntah.
e. Neurosensori.
Gejala :
 Perasaan penuh pada kepala (akut, bekenaan dengan
vasodilatasi).
 Sakit kepala dangkal, pusing, gangguan pengelihatan.
Tanda :
 Kacau mental, ketakutan, agitasi, gelisah, sombolen, kome
(akut).
 Tremor, penurunan reflek.

f. Pernafasan.
Gejala :
 Dispnea dengan pengerahan tenaga.
Tanda :
 Peningkatan upaya pernafasan dengan parnafasan cuping
hidung/menguap.
 Penurunan frekuensi pernafasan.
 Krekels, mengi, stridor.
3. Periksa Hasil Pemeriksaan Laboratorium Untuk Elektrolit Dan Data Lainnya
Yang Mengarah Kepada Proses Penyakit Yang Berkaitan Dengan Asidosis
Respiratorik.

6
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Perubahan pada nafas sehubungan dengan tidak efektifnya jalan nafas.
2. Gangguan pemenuhan oksigenasi sehubungan dengan gangguan perfusi
jaringan.
3. Potensial terjadinya peningkatan intracranial sehubungan dengan vasodelatasi
pembuluh darah otak.
4. Jalan nafas tidak efektif sehubungan dengan obstruksi saluran nafas.
5. Perubahan pada eliminasi sehubungan dengan kompensasi ginjal terhadap
paco2.
6. Mekanisme coping tidak efektif sehubungan dengan somnolen.

C. INTERVENSI.
Tindakan Atau Intervensi. Rasional.

7
Mandiri. Mandiri.
a. Pantau frekuensi, kedalaman dan upaya a. Hipoventilasi dan hipoksemia penyerta
pernafasan. Perhatikan hasil nadi menimbulkan distres/gagal pernafasan.
oksimetri. Penggunaan nadi oksimetri dapat
mengidentifikasi kelanjutan hipoksia/
respon terhadap terapi sebelum tanda
lain atau gejala diobservasi.
b. Auskultasi bunyi nafas. b. Mengidentifikasi penurunan ventilasi /
obstruksi jalan nafas dan kebutuhan /
keefektifan terapi.
c. Kaji terhadap penurunan c. Tanda status asidotik berat, yang
tingkat kesadaran. memerlukan perhatian segera.
Sensorium jernih dengan perlahan
karena ini memerlukan waktu lama
untuk ion hydrogen bersih dari CSS.
d. Pantau frekuensi atau irama jantung. d. Takikardia terjadi pada upaya untuk
meningkatkan pemberian O2 ke
jaringan. Disritmia dapat terjadi karena
hipoksia (iskemia miokardial) dan
ketidakseimbangan elektrolit.
e. Perhatikan warna, suhu dan kelembaban e. Diaforesis, pucat, kulit, dingin/lembab
kulit. berkenaan dengan hipoksemia.
f. Dorong atau bantu dengan membalikan, f. Tindakan ini memperbaiki ventilasi
bentuk dan nafas dalam. Tempatkan dan mencegah obstruksi jalan nafas
pada posisi semi fowler. Penghisapan atau penurunan difusi/perfusi alveolar.
perlu. Berikan tambahan jalan nafas
sesuai indikasi.

Kolaborasi. Kolaborasi.
a. Bantu identifikasi / pengobatan a. Rujuk pada daftar factor predisposisi/
penyebab dasar. pemberat.
b. Pantau/grafik seri GDA, kadar elektrolit b. Mengevaluasi
serum. kebutuhan/keefektifan terapi.
c. Berikan O2 sesuai indikasi dengan c. Mencegah memperbaiki hipoksemia
masker, kanula antau ventilasi mekanik. dan gagal pernafasan. Catatan: harus
Tingkatkan frekuensi atau volume tidal digunakan dengan kewaspadaan pada
ventilator. Berikan obat obatan sesuai adanya emfisema / PPOM karena
indikasi. depresi/gagal pernafasan dapat terjadi.
 Nalokson hidrosikda (Narean).  Bermanfaat dalam membangunkan
pasien dan merangsang fungsi
pernafasan pada adanya obat
sedasi.
 Natrium bikarbonat.  Diberikan pada situasi darurat

8
untuk memperbaiki asidosis
bila PH kurang dari 7,25 dan
hiperkalimea penyerta.
Catatan: alkalosis rebound atau
tetani dapat terjadi.
 Larutan IV dari laktat ringer atau  Mungkin bermanfaat dalam
larutan 0,6 M Na Laktat. situasi tidak darurat untuk
membantu mengontrol asidosis,
sampai masalah pernafasan
dasar dapat diperbaiki.
 Kalium klorida.  Asidosis perpindahan kalium
keluar dari sel dan hydrogen
kedalam sel. Perbaikan asidosis
kemudian dapat menyebabkan
hipokalemia serum saat kalium
masuk kembali ke sel.
Keseimbangan pun dapat
merusak fungsi neuromuscular/
pernafasan.
d. Batasi penggunaan sedative hipnotik d. Pada adanya hipoventilasi, depresi
atau tranquilizer. pernafasan dapat terjadi dengan
penggunaan sedative, dan dapat terjadi
narcosis CO2.
e. Perhatikan hidrasi (IV/PO) berikan e. Membantu dalam pengenceran/
pelembaban. mobilisasi sekresi.
f. Berikan fisioterapi dada, termasuk f. Membantu dalam pembersihan sekresi
drainase postural. yang dapat memperbaiki ventilasi,
memungkinkan kelebihan CO2 untuk
dikeluarkan.
g. Bantu dalam alat Bantu ventilator mis: g. Meningkatkan ekspansi paru dan
IPPB dalam hubungannya dengan membuka jalan nafas untuk
bronkodilator. memperbaiki ventilasi yang mencegah
gagal nafas.

D. EVALUASI.
1. Evaluasi gas darah arteri menunjukan PH kurang dari 7,35 dan paco2 lebih besar dari 42
mnhg pada asidosis akut.
2. Kompensasi telah terjadi secara sempurna (retensi bikarbonat pada ginjal), PH arteri
mungkin dalam btasan normal lebih rendah.
3. Bergantung pada etiologi dari asidosis respiratorik, tindakan diagnosis lain dapat
mencakup evaluasi elektrolit serum, ronten dada untuk menentukan segala penyakit
pernafasan, dan skrin obat jika terjadi takar lajak obat.
4. Pemeriksaan EKG untuk mengidentifikasi segala keterlibatan jantung sebagai akibat
PPOK mungkin juga tampak.

9
5. Analisis gas-gas darah arteri membantu dalam mendiagnosis alkalosis respiratorik.
6. Pada keadaan akut PH naik diatas normal sebagai akibat rendahnya paco2 dan kadar
bikarbonat.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asidosis merupakan suatu kondisi di mana cairan tubuh terlalu asam akibat penyimpanan
dan produksi asam terlalu banyak atau tidak memiliki cairan dengan kadar basa yang cukup
untuk menyeimbangkan asam. Asidosis terjadi ketika keseimbangan kimiawi dari asam dan
basa tubuh mengalami ketidakseimbangan. Sebagian besar kasus asidosis tidak berbahaya
namun dalam beberapa kasus dapat membahayakan nyawa seseorang.

Asidosis Respiratori Atau dikenal juga dengan nama asidosis hipercapnic atau asidosis
karbon dioksida, merupakan kondisi asidosis yang terjadi ketika terlalu banyak gas karbon
dioksida (CO2) karena tubuh tidak dapat mengeluarkan gas tersebut melalui proses
pernapasan. Jenis asidosis dipicu oleh beberapa hal, di antaranya:

 Gangguan saluran pernapasan kronis


 Luka atau cedera di area dada
 Obesitas yang memicu kesulitan bernapas
 Penyalahgunaan obat sedatif
 Konsumsi alkohol berlebih

10
 Otot pada area dada yang terlalu lemah
 Gangguan pada sistem saraf
 Cacat pada bagian dada

B. SARAN
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok kami meskipun penulisan
ini jauh dari sempurna minimal kami mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak
kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang tidak sempurna dan
penuh dengan kesalahan dan dosa. dan kami juga butuh saran atau kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik dari pada masa sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Dan Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC.

Capernito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis.
Jakarta . EGC.

Corwin, Elizabeth, J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. EGC.

Dongoes, Marilyn, E, Dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3B. Jakarta. EGC.

Long, Barbarac. 1996. Perawatan Medical Bedah . Bandung. Yayasan IAPK Pajajaran
Bandung.

Muirhead, Norman. 1986. Keseimbangan Cairan Dan Elekttrolit. Jakarta. Binarupa Aksara.

Price, Sylvia, A, Dkk. 1994. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta. EGC.

11
12

Anda mungkin juga menyukai