7 Proses Keperawatan
A. Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasadan pada anak-anak. Untuk
orang dewasa, kasus yang paling sering ditemukan adalah pada lansia karena
sering didapati dengan kebiasaan merokok dan terpapar polusi. Hal ini
didasarkan pada epidemiologi penyakit-penyakit yang menjadi penyebab kor
pulmonal, karena hipertensi pulmonal merupakan dampak dari beberapa
penyakit yang menyerang paru-paru. Untuk kasus anak-anak, umumnya
terjadi kor pulmonal akibat obstruksi saluran napas atas seperti hipertrofi
tonsil dan adenoid.
2) Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah
para pekerja yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan merokok yang
tinggi.
3) Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya kor
pulmonal adalah lingkungan yang dekat dengan daerah perindustrian dan
kondisi rumah yang kurang memenuhi persyaratan rumah yang sehat.
Contohnya ventilasi rumah yang kurang baik, hal ini akan semakin memicu
terjadinya penyakit-penyakit paru dan berakibat terjadinya kor pulmonal
b. Keluhan Utama
Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada
c. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pada pasien kor pilmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri
dada, batuk yang tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan sampai berat.
1) Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan, biasanya disertai sesak nafas.
2) Apakah kelemahan fisik bersifat local atau keseluruhan sistem otot rangka dan apakah
disertai ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari
3) Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari
4) Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, apakah setiap waku, saat istirahat
ataupun saat beraktifitas.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memiliki riwayat penyakit seperti penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah klien dengan riwayat
hipertensi pulmonal
g. Pemeriksaaan Fisik
1) B1 (BREATH)
a. Pola nafas: irama tidak teratur
b. Jenis: Dispnoe
c. Suara nafas: wheezing
d. Sesak nafas (+)
2) B2 (BLOOD)
a. Irama jantung: Ireguler s1 / s2 tunggal (+)
b. Nyeri dada (+)
c. Bunyi jantung: murmur
d. CRT: < 2 detik
e. Akral: dingin basah
3) B3 (BRAIN)
a. Penglihatan: tidak ada masalah pada penglihatan
b. Gangguan pendengaran/telinga: tidak ada masalah pada pendengaran
c. Penciuman(hidung): tidak ada masalah pada penciuman
d. Pusing
e. Gangguan kesadaran
4) B4 (BLADDER)
a. Urin:
Jumlah: kurang dari 1-2 cc/kg BB/jam
Warna: kuning pekat
Bau: khas
b. Oliguria
5) B5 (BOWEL)
a. Nafsu makan: menurun
b. Mulut dan tenggorokan: tidak ada masalah pada mulut dan tenggorokan
c. Abdomen: asites
d. Peristaltik: normal
6) B6 (BONE)
a. Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
b. Kekuatan otot: lemah
c. Turgor: jelek
d. Oedema
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan hipoksemia secara
reversibel/menetap, refraktori dan kebokoran interstisial pulmonal/alveolar pada
status cedera kapiler paru
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sempitnya lapang respirasi dan
penekanan toraks
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan (energy lebih banyak digunakan untuk usaha bernafas,
sehingga metabolism berlangsung lebih cepat)
4. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik dan keletihan
5. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan oliguria.
C. Intervensi Keperawatan
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Awasi/ gambarkan seri 1. PaCO₂ biasanya
GDA dan nadi meningkat
oksimetri (bronchitis,
enfisema) dan PaO₂
secara umum
menurun, sehingga
hipoksia terjadi
dengan derajat lebih
kecil atau lebih
besar. Catatan:
PaCO₂ “normal”
atau meningkat
menandakan
kegagalan
pernapasan yang
akan datang selama
asmatik
2. Berikan oksigen 2. Dalam
tambahan yang sesuai memperbaiki/mence
dengan indikasi hasil gah memburuknya
GDA dan toleransi hipoksia. Catatan:
pasien emfisema kronis,
mengatur pernafasan
pasien ditentukan
oleh kadar CO₂ dan
mungkin
dikeluarkan dengan
penigkatan PaO₂
berlebihan.
3. Berikan penekanan 3. Digunakan untuk
SPP (missal: ansietas, mengontrol
sedative, atau ansietas/gelisah
narkotik) dengan hati- yang meningkat
hati. yang meningkatkan
konsumsi
oksigen/kebutuhan,
eksaserbrasi
dyspnea. Dipantau
ketat karena dapat
terjadi gagal nafas.
4. Bantu intubasi, 4. Terjadinya
berikan/pertahankan kegagalan nafas
ventilasi mekanik, dan yang akan datang
pindahkan UPI sesuai memerlukan
instruksi pasien penyelamatan hidup
D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini
perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada
klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada suatu yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008)
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak (Hidayat, 2004). Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi
formatif yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah
evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi
tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan
menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah
untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang
telah ditentukan sebelumnya (Nursalam, 2008)
https://id.scribd.com/document/115488807/BAB-I-IV-KOR_PULMONAL