Anda di halaman 1dari 5

PEMERIKSAAN PERNAFASAN

No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit :
Halaman :
Kepala UPT
UPT Puskesmas Dawan II
PUSKESMAS
DAWAN II dr. I Ketut Apriantara
NIP. 198104132008031001
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari
1. Pengertian
luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta
menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh.
Peristiwa menghirupkan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskannya disebut ekspirasi (Syaifudin, 2006).
Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas antara darah
dan atmosfer sedangkan respirasi internal adalah proses
pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan
(Molenaar, 2014).

Sebagai acuan untuk pemeriksaan pernafasan


2. Tujuan
Keputusan Kepala UPT Puskesmas Dawan II Nomor 8 Tahun
3. Kebijakan
2018 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis di UPT Puskesmas
Dawan II
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4. Referensi
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
Alat dan Bahan: -
5. Prosedur
Langkah- langkah kegiatan:
1. Pasien paling baik dalam posisi berdiri dengan pemeriksa
berada berhadapan dengan pasien. Bila tidak bisa, pasien
dapat duduk di meja periksa atau dalam posisi berbaring.
Posisi pemeriksa paling baik berada di ujung kaki pasien.
2. Nilai:
a. Tipe pernapasan
b. Frekuensi napas
c. Dalamnya pernapasan
d. Regularitas
e. Rasio antara inspirasi dan ekspirasi

1/5
f. Adanya batuk atau bunyi napas tambahan
g. Adanya dipsnoe
3. Nilai juga adanya postur tubuh tertentu dan penggunaan
otot bantu napas.
4. Nilai adanya sianosis sentral dan/atau perifer.

6. Diagram/
Bagan Alir Paien dalam posisi berdiri

a. Tipe pernapasan
b. Frekuensi napas
c. Dalamnya pernapasan
d. Regularitas
e. Rasio antara inspirasi dan ekspirasi
f. Adanya batuk atau bunyi napas
tambahan

Nilai juga adanya postur tubuh tertentu dan


penggunaan otot bantu napas.

Nilai adanya sianosis sentral


dan/atau perifer

7. Hal- hal yang Analisis Hasil Pemeriksaan


perlu
diperhatikan 1. Penilaian pernapasan:
a. Tipe pernapasan: Pada keadaan normal, tipe
pernapasan pada wanita biasanya adalah
pernapasan dada, sedangkan pada laki-laki
biasanya tipe pernapasan abdominal.
b. Frekuensi napas: Frekuensi pernapasan normal
dewasa saat istirahat antara 14-20 kali/menit dan
sampai dengan 44 x/menit pada bayi. Bila terdapat

2/5
kesulitan bernapas, maka frekuensi napas juga
akan meningkat (takipnea). Frekuensi napas juga
dapat berkurang (bradipnea), misalnya akibat
stimulasi saraf.
c. Dalam pernapasan: Saat keadaan istirahat,
pernapasan biasanya cukup dangkal, namun
kedalamannya akan meningkat saat latihan.
Pernapasan yang sangat cepat dan adanya nyeri
dada, misalnya pada fraktur iga, pernapasan
biasanya dangkal.
d. Regularitas: Pada keadaan normal, pernapasan
biasanya teratur, bila terdapat gangguan pada
pusat napas, misalnya, pernapasan dapat memiliki
jeda yang cukup lama (apnoe).
e. Hubungan inspirasi dan ekspirasi: Normalnya
masa inspirasi lebih pendek dari ekspirasi dengan
rasio 5:6. Pada serangan asma, fase ekspirasi
memanjang (biasanya disertai wheezing). Pada
obstruksi jalan napas atas, misalnya saat tersedak,
fase inspirasi dapat memanjang (disertai stridor)
f. Batuk atau suara napas tambahan Apabila pasien
batuk, tentukan apakah merupakan batuk kering
atau batuk produktif. Normalnya, saat bernapas
tidak terdengar adanya suara, namun pada
keadaan patologis dapat terdengar suara wheezing,
ronkhi atau rattling.
g. Dispnoe Bila ditemukan adanya dispnoe, tentukan
derajat kesulitan bernapas. Napas yang pendek
saat olahraga disebut exertional dyspnoea.
Kesualitan bernapas saat beristirahat disebut
dyspnoea at rest.
h. Postur tertentu dan penggunaan otot bantu napas.
Pasien dengan pernapasan yang memendek
biasanya sedikit lean (misalnya di meja). Biasanya
mereka menggunakan otot bantu napas tambahan
seperti pektoralis mayor, skalenus,
sternokleidomastoideus dan otot nasalis.

3/5
i. Bibir atau lidah yang kebiruan atau ungu. Gejala
ini merupakan tanda sianosis sentral. Keadaan ini
dapat terjadi bila darah kekurangan oksigen
2. Kelainan laju dan irama pernapasan.
a. Takipnea Pernapasan dangkal dan cepat, dapat
disebabkan oleh penyakit paru restriktif, pleuritis dan
elevated diaphragm.
b. Hiperventilasi Pernapasan yang cepat, dapat
disebabkan oleh latihan, kecemasan dan asidosis
metabolik. Pada pasien koma, pertimbangkan infark,
hipoksia atau hipoglikemia yang mempengaruhi otak
tengah atau pons. Kussmaul adalah pernapasan
cepat dan dalam karena asidosis metabolik.
c. Bradipnea Pernapasan lambat, mungkin secara tidak
langsung terjadi pada koma diabeteikum, drug
induced, depresi pernapasan, dan peningkatan
tekanan intrakranial.
d. Cheyne–Stokes Breathing Pernapasan yang dalam
kemudian berubah menjadi periode apnea (tidak
bernapas). Anak-anak dan orang tua mungkin
menunjukkan pola ini saat tidur. Penyebab lainnya
meliputi gagal jantung, uremia, drug-induced, depresi
pernapasan, dan kerusakan otak (biasanya pada
kedua hemisfer atau diencephalon).
e. Ataxic Breathing (Biot’s Breathing) Pernapasan ini
ditandai dengan ketidakteraturan napas yang tidak
terduga. Napas mungkin dangkal atau dalam dan
berhenti untuk periode yang singkat. Penyebabnya
antara lain depresi pernapasan dan kerusakan otak,
biasanya pada tingkat medula.
f. Sighing Respiration Pernapasan diselingi dengan
periode mendesah, pemeriksa harus waspada dengan
kemungkinan sindroma hiperventilasi – penyebab
umum dispnea dan pusing. Desahan yang jarang,
normal terjadi.
g. Obstructive Breathing Pada penyakit paru obstruktif,
ekspirasi memanjang disebabkan oleh menyempitnya

4/5
saluran napas meningkatkan hambatan aliran udara.
Penyebabnya antara lain asma, bronkhitis kronis dan
COPD
1. Ruang pemeriksaan Umum
8. Unit Terkait
2. Ruang pemeriksaan Lansia
3. Ruang Pemeriksaan Anak
4. Ruang Pemeriksaan KIA / KB
5. UGD

9. Dokumen
terkait
10. Rekam
Historis No Yang Diubah Isi Tanggal
Perubahan Perubahan Mulai
Diberlakukan

5/5

Anda mungkin juga menyukai