Anda di halaman 1dari 75

ASKEP PNEUMONIA

LAPORAN PENDAHULUAN

A.    DEFINISI
         Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.

B.     ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
       1.Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
       2.Virus: virus influenza, adenovirus
       3.Micoplasma pneumonia
       4.Jamur: candida albicans
       5. Aspirasi: lambung

C.     PATOFISIOLOGI

          Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma
yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel
dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga
memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus
dan organisme-organisme infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat
menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital,
defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak
tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan
pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan pneumonia virus.2
           Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini
dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau
bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara.
Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus
Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber
terlokalisir atau bakteremia/ viremia generalisata.2
          Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi
makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks.
Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear
pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.2

D.    MANIFESTASI KLINIK

 1. Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan
cepat                                                                                  (39,5 ºC sampai 40,5 ºC).
2.  Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
3. Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan  cuping hidung,
4. Nadi cepat dan bersambung
5. Bibir dan kuku sianosis
6. Sesak nafas

E.     KOMPLIKASI

1. Efusi pleura
2. Hipoksemia
3. Pneumonia kronik
4. Bronkaltasis
5. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang tidak
mengandung udara dan kolaps).
6. Komplikasi sistemik (meningitis)

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga


     menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
    organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas berat penyakit
dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

G.    PENATALAKSANAAN

 Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
  1. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
  2. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
  3. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
  4. Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
  5. Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
  6. Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup. 
H.    PENGKAJIAN

Data dasar pengkajian pasien:


1. Aktivitas/istirahat
         Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
         Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas. 
2. Sirkulasi
        Gejala : riwayat adanya
        Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat 
3. Makanan/cairan
        Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
        Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
                     (malnutrisi)
4. Neurosensori
         Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
         Tanda : perusakan mental (bingung) 
5. Nyeri/kenyamanan
             Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
              Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan) 
6. Pernafasan
             Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
              Tanda : – sputum: merah muda, berkarat
                           – perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
                           – premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
                           – Bunyi nafas menurun
                           – Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
7. Keamanan
              Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
              Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar 
8. Penyuluhan/pembelajaran
              Gejala            : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
              Tanda            : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
              Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah 

I.       DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
    pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen
    darah.
J.       RENCANA KEPERAWATAN

No Tujuan dan Intervensi Rasional


Dx Kriteria Hasil

1 Setelah Kaji Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada


diberikan frekuensi/kedalaman tak simetris sering terjadi
asuhan pernafasan dan karena ketidaknyamanan.
keperawatan gerakan dada.
2x24 jam
diharapkan 
bersihan jalan
napas efektif
dengan kriteria
hasil :

-       Batuk
efektif
- Nafas normal
(12-20x/menit)
- Bunyi nafas
bersih
- Sianosis

Auskultasi area paru, Penurunan aliran darah terjadi pada area


catat area penurunan konsolidasi dengan cairan.
1 kali ada aliran udara
dan bunyi nafas

Biarkan teknik batuk Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas


efektif alami untuk mempertahankan
jalan nafas paten.

Kolaborasi dengan Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan


dokter untuk mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk
pemberian obat memperbaiki batuk dengan menurunkan
sesuai indikasi: ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara
mukolitik, eks. hati-hati, karena dapat menurunkan upaya
batuk/menekan pernafasan.

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Dx

2. Setelah diberikan asuhan Kaji frekuensi/kedalaman Manifestasi distress


keperawatan selama 3x24 dan kemudahan bernafas pernafasan tergantung pada
jam diharapkan  gangguan indikasi derajat keterlibatan
pertukaran gas dapat paru dan status kesehatan
teratasi dengan kriteria umum.
hasil :

-       Sianosis
- Nafas normal
(12-20x/menit)
- Sesak
- Hipoksia
- Gelisah

Observasi warna kulit, Sianosis kuku menunjukkan


membran mukosa dan vasokontriksi respon tubuh
kuku. Catat adanya terhadap demam/menggigil
sianosis perifer (kuku) namun sianosis pada daun
atau sianosis sentral. telinga, membran mukosa dan
kulit sekitar mulut
menunjukkan hipoksemia
sistemik.

Kaji status mental. Gelisah mudah terangsang,


bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksia
atau penurunan oksigen
serebral.

Tinggikan kepala dan Tindakan ini meningkat


dorong sering mengubah inspirasi maksimal, meningkat
posisi, nafas dalam dan pengeluaran sekret
batuk efektif. untuk memperbaiki ventilasi
tak efektif.
Kolaborasi dengan tim Mempertahankan PaO2 di atas
dokter dalam memberikan 60 mmHg. O2 diberikan
terapi oksigen dengan dengan metode yang
benar misal dengan nasal memberikan pengiriman tepat
plong master, master dalam toleransi pe.
venturi.

K.   IMPLEMENTASI

          Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan pedoman atau prosedur teknik yang telah ditentukan.

L.     EVALUASI
Kriteria keberhasilan:
- Berhasil
Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan
- Tidak berhasil
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC, Jakarta.


2. Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
3. Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta.
4. Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN PNEUMONIA

Posted on December 9, 2012 by rikayuhelmi116

Standard

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah 1 ( KMB 1 ) ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu memberikan
semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah Keperawatan Medical Bedah 1
(KMB 1)  ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ns. Febbryanti, S.Kep yang
telah  membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini.
Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk
menyempurnakan makalah ini.

Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi diri
sendiri maupun yang membaca makalah ini.

                                                                                                            Padang, 25 November 2012

                                                                                                                        Penulis

                                                                             

BAB I
LATAR BELAKANG
 

1. I.       LATAR BELAKANG

Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% dari
seluruh penduduk Amerika. Meskipun sudah ada kemajuan dalam bidang antibiotic, pneumonia
tetap merupakan penyebab keatian keenam di Amerika Serikat.

Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan pneumonia
berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga disertai penarikan kuat
pada dinding dada sebelah bawah kedalam.

Pada usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali/menit dan
pada usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali/menit.

Pneumonia berat ditandai dengan adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu
memuntahkan semuanya, kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara nafas bunyi
krekels (suara nafas tambahan pada paru) saat inspirasi.

Kasus terbanyak terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang berusia
kurang dari 2 bulan. Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat di puskesmas atau
balai pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk setelah diberi dosis pertama antibiotik yang
sesuai.

 Munculnya orhanisme nosokomial, yang resisten terhadap antibiotic, ditemukannya organism-


organisme baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya
dan adanya penyakit seperti AIDS semakin memperluas spectrum dan derajat kemungkinan
penyebab-penyebab pneumonia, dan ini juga menjelaskan mengapa pneumonia masih merupakan
masalah kesehatan yang mencolok.

Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mererka masih belum
berkembang dengan baik. Pneumonia pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik
tertentu.

Pasien peminum alcohol, pasca bedah dan penderita penyakit pernapasan kronik atau infeksi virus
juga mudah terserang penyakit ini. Hamper 60% dari pasien-pasien yang kritis di ICU dapat
menderita pneumonia, dan setengah dari pasien-pasien tersebut

1. II.    TUJUAN

2. Tujuan Umum

Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan keperawatan
secara komprehensif terhadap klien pneumonia

1. Tujuan Khusus

Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan dengan pneumonia. maka


mahasiswa/i diharapkan mampu :

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan pneumonia

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan pneumonia

3. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan pneumonia

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan pneumonia

5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan pneumonia

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. I.       DEFENISI

Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli dengan
cairan. Penyebabnya karena agen infeksi, irirtan kimia dan terapi radiasi. bakterinya bernama
pneumococcal pneumonia.( Doenges, Marilynn E., 1999)

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat
eksudat yang masuk dalam area alveoli.(Axton & Fugate, 1993).

Peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi, disebut pneumonia.
(Sylvia)

Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam
alveoli. Hal ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang
mengganggu tahanan saluran. Trakhabrakialis adalah beberapa keadaan yang mengganggu
mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua,
trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yangmenjadi
patogen ketika memasuki saluran pernapasan.( Ngasriyal,Perawatan Anak Sakit, 1997)

Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan
sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat
penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).

Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru
oleh mikroorganisme (Elizabeth J. Corwin)

Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang
bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi “inflame” dan terisi oleh cairan.
(wikipedia.com)

1. II.    ETIOLOGI

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:


v  Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus, streptococus,
aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter.

Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan

v  menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan.

v  Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus,chicken-pox (cacar air).
Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat
memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.

v  Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan
pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum
ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis
usia.

v  Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans

III. MANIFESTASI KLINIS

Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum kehijauan atau kuning,
demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang pendek, nyeri  dada seperti pada
pleuritis ,nyeri tajam atau seperti ditusuk. Salah satu nyeri atau kesulitan selama bernafas dalam
atau batuk.

Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit kepala atau
mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan,
kelelahan,kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi  atau otot. Tidak jarang bentuk penyebab
pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain.

Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri perut dan diare,
pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya menyebabkan penurunan berat badan
dan berkeringat pada malam hari. Pada orang tua manifestasi dari pneumonia mungkin tidak khas.
Bayi dengan pneumonia lebih banyak gejala, tetapi pada banyak kasus,   mereka hanya tidur atau
kehilangan nafsu makan

1. IV.  ANATOMI FISIOLOGI

Sistem organ yang terkait dengan penyakit ini adalah sistem pernafasan. Sistem pernafasan terdiri
dari :

1. Hidung Rongga hidung dilapisi oleh epitelium gergaris. Terdapat sejumlahkelenjar sebaseus
yang ditutupi oleh bulu kasar. Partikel-partikel debuyang kasar dapat disaring oleh rambut-
rambut yang terdapat dalamlubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat
dalam lapisanmukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa.
Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan kesuperior di
dalam sistem pernafasan di bagian bawah menuju ke faring.Dari sini lapisan mukus akan tertekan
atau dibatukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang
disuplaike udara inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi
udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupasehingga bila udara mencapai faring hampir bekas
debu, bersuhumendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100%. 

1. Faring Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung danrongga mulut, dan
di depan ruas tulang leher

Merupakan pipa yang menghubungkan rongga mulut denganesofagus. Faring terbagi atas 3 bagian :
nasofaring di belakang hidung,orofaring di belakang mulut, dan faring laringeal di belakang
laring.Rongga ini dilapisi oleh selaput lendir yang bersilia. Di bawa selaputlendir terdapat jaringan
kulit dan beberapa folikel getah bening.Kumpulan folikel getah bening ini disebut adenoid. Adenoid
akanmembesar bila terjadi infeksi pada faring

1. Laring Terletak di depan bagian terendah faring. Laring merupakanrangkaian cincin tulang
rawan yang dihubungkan oleh otot dan di sanaterdapat pita suara. Di antara pita suara
terdapat ruang berbentuk segitigayang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glotis.
Pada waktumenelan, gerakan laring ke atas, penutupan glotis, dan fungsi seperti pintu pada
aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun, berperananuntuk mengarahkan makanan
dan cairan masuk ke dalam esofagus. Namun jika benda asing masih mampu untuk
melampaui glotis, makalaring yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau
bendadan sekret keluar dari saluran pernafasan.

2. Trakea dan cabang-cabangnya  Panjangnya kurang lebih 9 centimeter. Trakea berawal dari
laringsampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima, trakea bercabangmenjadi dua
bronkus. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluhlingkaran tak lengkap berupa
cincin tulang rawan yang diikat bersamaoleh jaringan fibrosa. Letaknya tepat di depan
esofagus. Trakea dilapisioleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia.
Tempat percabangan bronkus disebut karina. Karina memiliki banyak saraf dandapat
menyebabkan spasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Struktur  bronkus sama dengan
trakea. Bronkus-bronkus tersebut tidak simetris.

Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakankelanjutan dari trakea yang arahnya
hampir vertikal, sebaliknya bronkuskiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan
dari trakeadengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi
menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronkus yang ukurannya semakin kecil sampaiakhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran
udara terkecil yangtidak mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengahkurang
lebih 1 mm. Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos bukan tulangrawan sehingga bentuknya dapat
berubah. Setelah bronkiolus terminalisterdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru,
yaitu tempat pertukaran gas.

Asinus terdiri dari :

1) bronkiolus respiratorius
2) duktusalveolaris

3) sakus alveolaris terminalis, merupakan struktur akhir paru- paru. terdapat sekitar 23 kali
percabangan mulai dari trakea sampai sakusalveolaris terminalis. Alveoli terdiri dari satu lapis
tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara.Dalam
setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah
lapangan tenis.

5.               Paru-paruMerupakan alat pernafasan utama. Paru-paru merupakan organ


yangelastis,berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam rongga dada. Karena paru-paru saling terpisah
oleh mediastinum sentral yang di dalamnyaterdapat jantung dan beberapa pembuluh darah besar.
Setiap paru-parumemiliki apeks (puncak paru-paru) dan basis. Paru-paru ada dua. Paru- paru kanan
lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagimenjadi tiga lobus oleh fisura
interlobaris, paru-paru kiri dibagi menjadidua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula.Paru-paru
dilapisi suatu lapisan tipis membran serosa rangkap duayang mengandung kolagen dan jaringan
elastis yang disebut pleura

1. V.    PATOFISIOLOGI

Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme

dan respon sistem imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari seratus jenis  mikroorganisme yang
dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang bertanggung jawab pada sebagian
besar kasus. Penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang
menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit.

1)      Virus

Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk kedalam paru-paru
bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung. setelah  masuk virus menyerang
jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung
mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.

Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru.Sel darah
putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke
dalam alveoli.

Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke
dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak organ lain
dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat membuat tubuh rentan
terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi
dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.

Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus syccytial
respiratory(RSV),adenovirus dan metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang menyebabkan
pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga berresiko
terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV).

2)      Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara dihirup,tetapi
mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari
tubuh.

Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung,mulut,dan sinus
dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli.Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin
menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung.Invasi ini memacu
sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju
paru.Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan
cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.

Hal ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan
bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan
mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran
darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan
darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.

Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura)
menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang
disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri
atipikal.Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu
atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah
“atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih
sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari
bakteri yang lain.

Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak
orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab
paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif penting lain
penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram negatif penyebab
pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa dari bakteri gram negatif yang
menyebabkan pneumoni termasuk bkan demam, menggigil, dan mual umumnya pada pneumoni
yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri, dan cairan dari sekeliling pembuluh darah
mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang
terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik
syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan
jantung.Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura)
menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang
disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri atipikal.

Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu atau
merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah “atipikal”
digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat,menyebabkan
pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain. Tipe
dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang
sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling
umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif penting lain penyebab
dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus.

Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa dari
bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus influenzae,Klebsiella
pneumoniae,Escherichia coli,Pseudomonas aeruginosa,dan Moraxella catarrhalis.Bakteri ini sering
hidup pada perut atau intestinal dan mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup.Bakteri
atipikal yang

menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae,Mycoplasma pneumoniae,dan


Legionella pneumophila.

3)      Jamur

Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi pada  individu dengan
masalah sistem imun yang disebabkan AIDS,obat-obatan imunosupresif atau masalah kesehatan
lain.patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang
disebabkan bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma
capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis.

Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi,dan Coccidiomycosis paling
sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.

4)      Parasit

Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit ini secara khas  memasuki
tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan menuju paru-
paru,biasanya melalui darah.

Terdapat seperti pada pneumonia tipe  lain ,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang
menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel darah putih,eosinofil berespon
dengan dahsyat terhadap infeksi parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia
eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang mendasari pneumonia yang disebabkan
parasit.Parasit paling umum yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma
gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis. a adalah Toxoplasma  gondii,Strongioides stercoralis
dan Ascariasis.

1. VI.    WOC

VIRUS                           BAKTERI                               NIKROPLASMA                 JAMUR

   

 
   
                                       

                       
Masuk ke dalam saluran pernapasan

Paru paru

Bronkus alveoli                                                                                reseptor peradangan

             
 
   
Mengganggu kerja mikrofak                              
hipotalamus
 
   
           
 
   
 
 
   
 
 

infeksi                                                                                                      hipertermi

   

 
   
 
 
 
                                          peradangan inflamasi                         keringat berlebih

                                                       

                                                        edema                                               resiko kekurangan cairan dan


elektrolit

   

 
   
                                                     dispnae   difusi gangguan
o2&co2           terganggu

                                                                                        produksi secret


         
 
   
      

   

   

kelelahan                                                                   batuk              transportasi 02 menurun

      

       nadi lemah                                                                   jalan napas/             gangguan pertukaran


                                                                                                 tidak efektif               gas

                                                                                                                                      (penekanan diafragma)

                                 gangguan pola napas

                                                                                                                                      tekanan abdomen

   

 anoreks
    i
 
 
 
                                                                                                                 saraf pusat

                          nutrisi berkurang            peningkatan metabolism              resiko thdp ggn nutrisi

1. VII.    KLASIFIKASI

Secara Garis Besar Pneumonia Dapat Dibedakan Menjadi 3 Yaitu:

1. Aspirasi pneumonia

Terjadi apabila tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru- paru.pada bayi baru lahir,
biasanya tersedak karena air ketuban atau asi.

1. Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur

Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri sepertistreptococcus pneumonia dan
haemophylus influenzae. Gejala akanmuncul 1-2 hari setelah terinfeksi. Gejala yang muncul mulai
dari demam,batuk lalu sesak nafas.
1. Pneumonia akibat faktor lingkungan

Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi.bila tidak segera dilakukan
pengobatan maka akan mengakibatkan bronchitis dan selanjutnya menjadi pneumonia.

1. VIII.       KOMPLIKASI

A. Gangguan pertukaran gas

B. Obstruksi jalan napas

C. Gagal pernapasan pleura effusion (bactery pneumonia)

1. IX.             PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

A. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga


menyatakan abses).

B. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua


organisme yang ada.

C. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

D. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat


penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

E. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

F. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.

G. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

1. X.    PENATALAKSANAAN

A. Pengobatan yang intensive bila terdapat virus pneumonia

B. Bila kondisi berat harus di rawat

C. Berikan oksigen, fisioterapi dada dan cairan intravena

D. Antibiotic sesuai dengan program

E. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS


 

1. I.       PENGKAJIAN

2. Biodata

A. Identitas Klien, meliputi :

i. Nama/Nama panggilan

ii. Tempat tgl lahir/usia

iii. Jenis kelamin

iv. Agama

v. Pendidikan

vi. Alamat

vii. Tgl/jam masuk

viii. Tgl pengkajian

ix. Diagnosa medic

x. Rencana terapi

1. Identitas Orang tua

A. Ayah

B. Ibu

1. Keluhan utama

 sesak naps

1. Riwayat kesehatan

A. Riwayat  Penyakit sekarang, tanyakan :

 Apakah masih ada batuk, berapa lama

 Apakah masih ada panas badan

 Apakah nyeri dada kalau batuk

 Apakah ada riak kalau batuk

1. Riwayat kesehatan yang lalu, tanyakan :

 Frekuensi ISPA
 Riwauat Alergi

 Kebiasaan merokok

 Pengguaan obat-obatan

 Imunisasi

 Riwayat penyakit keturunan

1. Riwayat Keluarga, tannyakan:

 Apakah ada keluarga yang menderita batuk

 Apakah ada keluarga yang  menderita alergi

 Apakah ada keluarga yang menderita TBC, Cancer paru

1. Riwayat Lingkungan

 Apakah rumah dekat dengan pabrik

 Apakah banyak asap atau debu

 Apakah ada keluarga yang merokok

1. Riwayat pekerjaan, tanyakan :

 Apakah bekerja pada tempat yang banyak debu,asap

 Apakah bekerja di pabrik

 Apakah saat bekerja menggunakan alat pelindung.

1. Pengkajian Fisik

A. Ispeksi: 

 Amati bentuk thorax

 Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya

 Amati tipe pernapasan  : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma, penggunaan otot
Bantu pernapasan

 Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi suprastenal

 Gerakan dada

  Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung, tachipnea

 Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun

1. Palpasi
 Gerakan pernapasan

 Raba apakah dinding dada panas

 Kaji vocal premitus

 Penurunan ekspansi dada

1. Auskultasi

 Adakah terdenganr stridor

 Adakah terdengar wheezing

 Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan suara tambahan

1. Perkusi

 Suara Sonor/Resonans merupakan karakteristik jaringan paru normal

 Hipersonor , adanya tahanan udara

 Pekak/flatness, adanya cairan dalan rongga pleura

 Redup/Dullnes, adanya jaringan padat

 Tympani, terisi udara.

1. Faktor Psikososial/Perkembangan

A. Usia, tingkat perkembangan.

B. Toleransi/kemampuan memahami tindakan.

C. Koping

D. Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.

E. Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya

1. Pengetahuan Keluarga, Psikososial

A. Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia.

B. Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan.

C. Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.

D. Koping keluarga

E. Tingkat kecemasan

1. Pemeriksaan Fisik
A. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

1. Sirkulasi

Gejala : riwayat adanya

Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

1. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus


Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)

1. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perusakan mental (bingung)

1. Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgi
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)

1. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :  sputum: merah muda, berkarat

perpusi: pekak datar area yang konsolidasi

premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi

Bunyi nafas menurun : Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku

1. Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar

1. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kroni

Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari

Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah

1. II.    DIAGNOSA
2. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen


darah.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan


pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen.

6. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.

7. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

8. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, penurunan masukan oral.

III. INTERVENSI

A. Dx 1 : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum, ditandai dengan:

 Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.

 Bunyi nafas tak normal.

 Dispnea, sianosis

 Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.

Tujuan  : Jalan nafas efektif

Kriteria hasil :

 Batuk teratasi

 Nafas normal

 Bunyi nafas bersih

 Tidak terjadi Sianosis

Intervensi:

 Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada


Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan.
 Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas.
Rasional:  Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

 Ajarkan teknik batuk efektif

Rasional : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan
nafas paten.

 Penghisapan sesuai indikasi.

Rasional:  Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang tidak
mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

 Berikan cairan sesuai kebetuhan.

Rasional:  Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret

 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik.


Rasional:  Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik
diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan

B. Dx 2 :  Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah,


gangguan pengiriman oksigen, ditandai dengan:

 Dispnea, sianosis

 Takikardia

 Gelisah/perubahan mental

 Hipoksia

Tujuan   : gangguan gas teratasi

Kriteria hasil :

 Tidak nampak sianosis

 Nafas normal

 Tidak terjadi sesak

 Tidak terjadi hipoksia

 Klien tampak tenang

Intervensi

 Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas


Rasional: Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan
status kesehatan umum.

 Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku) atau
sianosis sentral.

Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil


namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.

 Kaji status mental.

Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia atau
penurunan oksigen serebral.

 Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran secret untuk
memperbaiki ventilasi tak efektif.

 Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang
memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernapasan.

C. Dx 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan


pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

Tujuan: Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

 Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat

 Penularan penyakit ke orang lain tidak ada

Intervensi:

 Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi


Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.

 Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik


Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.

 Batasi pengunjung sesuai indikasi.


Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain

 Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan nutrisi
adekuat.
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah
 Kolaborasi untuk pemberian antibiotic.
Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal penicillin,
eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.

D. Dx 4 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen ditandai dengan:

 Dispnea

 Takikardia

 Sianosis

Tujuan :  Intoleransi aktivitas teratasi

Kriteria hasil :

 Nafas normal

 Sianosis tidak terjadi

 Irama jantung normal

Intervensi

 Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas

Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.

 Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

 Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.


Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.

 Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan


Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.

E. Dx 5 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai dengan:

 Nyeri dada

 Sakit kepala

 Gelisah

Tujuan : Nyeri dapat teratasi

Kriteria hasil :
1)        Nyeri dada teratasi

2)        Sakit kepala terkontrol

3)        Tampak tenang

Intervensi:

 Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.


Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat
timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.

 Pantau tanda vital

Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alas an lain tanda
perubahan tanda vital telah terlihat.

 Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/berbincangan.


Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.

 Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan
upaya batuk.

 Kolaborasi : Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi


Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan
mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.

1. F.     Dx 6 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
inflamasi

 Tujuan: Nutrisi  tubuh dapat teratasi

 Kriteria hasil :

 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan

 Pasien mempertahankan meningkat BB

 Intervensi :

 Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.


Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

 Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini

 Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk
kembali.

 Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.

1. G.    Dx 7 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan
masukan oral.

Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi

Kriteria hasil :

Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat
misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

Intervensi :

 Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan
kehilangan cairan untuk evaporasi.

 Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)


Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut
mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.

 Catat laporan mual/muntah

Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral

 Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan.
Ukur berat badan sesuai indikasi.

Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan penggantian.

Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual


Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.

 Kolaborasi : Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.

Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan

 Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan

Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan


penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan

D.  EVALUASI
1. Bersihan jalan nafas efektif ditandai dengan :

A. Batuk teratasi

B. Nafas normal

C. Bunyi nafas bersih

D. Tidak terjadi sianosis

E. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas ditandai dengan :

i. Tidak nampak sianosis

ii. Nafas normal

iii. Tidak terjadi sesak

iv. Tidak terjadi hipoksia

v. Klien tampak tenang

vi. Tidak ada resiko terhadap infeksi ditandai dengan :

a. Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat

b. Penularan penyakit ke orang lain tidak ada

vii. Toleran terhadap  aktivitas sehari-hari ditandai dengan :

a. Nafas normal

b. Sianosis tidak terjadi

c. Irama jantung normal

viii. Nyeri (akut) teratasi ditandai dengan :

a. Nyeri dada teratasi

b. Sakit kepala terkontrol

c. Tampak tenang

ix. Nutrisi adekuat ditandai dengan :

a. Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan.

b. Pasien mempertahankan meningkat BB.

x. Tidak ada tanda kurang volume cairan ditandai dengan : pasien


menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual
yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital
stabil.
 

 
 

DAFTAR PUSTAKA

Gabs, G. 2010. Askep Anak Pneumonia. (http://gardengab.com/, diakses tanggal 24 November


2012).

KTW. 2010. Suplementasi Zinc Menurunkan Kejadian Pneumonia Pada Anak-anak.

Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.

Prasetya, Danzka. Askep Pneumonia. (http://wildanprasetya.blog.com/

Carpenito, Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan edisi 8 , EGC , Jakarta

Perawatan Medikal Bedah, Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran, Bandung

Luckmann’s Sorensen (1996),

Baughman C Diane.2000,Keperawatan medical bedah, EGC, Jakrta

Doenges E Mailyn.1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaandan


pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. EGC, Jakarta

Nanda. (2007). Diagnose Nanda: Nic dan Noc.

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Penyakit. Salemba

Medika. Jakarta.

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).

Salemba Medika. Jakarta.


asuhan keperawatan pneumonia pada anak

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Penyakit salauran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatn yang tinggi diseluruh dunia.
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang
terjadi di masyarakat atau didalam rumah sakit/pusat perawatan. Pneumonia yang merupakan
bentuk infeksi saluran nafas bawah akut diparenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15%-20%.

Kejadian PN di ICU lebih sering daripada PN diruangan umun, yaitu dijumpai pada hamper 25% dari
semua infeksi pada 9-27% dari pasien yang diintubasi. Pneumonia dapat terjadi pada orang normal
tanpa kelainan iminitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita
pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu:

1.                  bagaimanakah konsep medis tentang Pneumonia?

2.                  Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan dan penerapan askep  pada pasien


pneumonia?

C.      Tujuan Pembelajaran

1.                     Agar Mahasiswa/I mampu mengerti konsep dasar medic dari gangguan system
pernafasan :  pneumonia

2.                     Agar mahasiswa/I mampu memahami dan melakukan proses keperawatan pada pasien
dengan gangguan system pernafasan : pneumonia
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi

Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri,
jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Pneumonia adalah infeksi pada
parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat
adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran
trakheabronkialis. (Ngastiyah, 1997)

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Selain gambaran
umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan
pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium). (Wilson, 2006)

B.     Etiologi

Beberapa penyebab dari pneumonia yaitu:

1.      Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus.

2.      Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus.

3.      Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, ryptococosis,


pneumocytis carini.

4.      Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.

5.      Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.

Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:Virus sinsisial pernafasan, Hantavirus, Virus influenza,Virus
parainfluenza,Adenovirus, Rhinovirus, Virus herpes simpleks, Micoplasma (pada anak yang relatif
besar). Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:

1.      virus sinsisial pernafasan

2.      adenovirus

3.      virus parainfluenza

4.      virus influenza.

C.    Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel
dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga
memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus
dan organisme-organisme infeksius lainnya.

Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia
misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan
neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau
epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling
sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran
napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal
dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat
merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri
yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-
kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr,
virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir
atau bakteremia/viremia generalisata.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi
makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks.
Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear
pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi
dan terdiri dari:

1.      Susunan anatomis rongga hidung

2.      Jaringan limfoid di naso-oro-faring

3.      Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sek¬ ret fiat yang
dikeluarkan oleh set epitel tersebut.

4.      Refleks batuk

5.      Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.

6.      Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.

7.      Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari imu¬ noglobulin A (IgA).

Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mem¬pengaruhi timbulnya pneumonia
ialah daya tahan badan yang menurun, misal¬nya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit
menahun, faktor iatrogen seperti trauma pada paru, anestesia, aspirasi, pengobatan dengan
antibiotika yang tidak sempurna.

D.    Tanda Dan Gejala

Batuk nonproduktif, Ingus (nasal discharge), Suara napas lemah, Retraksi intercosta, Penggunaan
otot bantu nafas, Demam, Ronchii, Cyanosis, Leukositosis, Thorax photo menunjukkan infiltrasi
melebar, Batuk, Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas, Menggigil, Berkeringat, Lelah.

Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah:

1.      kulit yang lembab

2.      mual dan muntah

3.      kekakuan sendi.

E.     Pemeriksaan Penunjang

1.      Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri.

2.      Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan hipoksemia
(karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat
tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas.

3.      Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu pada
kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal.

4.      Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru.
Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat klinis penyakitnya,
kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada keadaan
klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :

a.       Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobari

b.      Penebalan pleura pada pleuritis

c.       Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum, pneumotoraks,


abses, pneumatokel

F.     Penatalaksanaan Terapi

1.      Bila dispnea berat berikan Oksigen

2.      IVFD ; cairan DG 10 % atau caiara 24 Kcl, Glukosa 10 % tetesan dibagi rata dalam 24 jam.

3.      Pengobatan: Penicilin Prokain 50.000 unit / kg BB / hari dan Kloramfenikol 75 mg /kg BB/ hari
dibagi dalam 4 dosis.

G.    Konsep Asuhan Keperawatan


1.      PENGKAJIAN

a.       Data demografi

b.      Riwayat Masuk, Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-
batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan
disertai riwayat kejang demam (seizure).

c.       Riwayat Penyakit Dahulu, Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza
sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.
Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis penderita

d.      Pengkajian

1)      Sistem Integumen : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak
keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan

2)      Sistem Pulmonal : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif),


sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat,
Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,

3)      nSistem Cardiovaskuler : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah
menurun

4)      Sistem Neurosensori : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi

5)      Sistem Musculoskeletal : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan

6)      Sistem genitourinaria : produksi urine menurun/normal,

7)      Sistem digestif : konsistensi feses normal/diare

2.      Diagnosa Keperawatan

a.       Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan Gangguan pengiriman oksigen.

b.      Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan pertahanan


utama.

c.       Ketdakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.

3.      Intervensi

Dx 1: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen.

KH:

a.       Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal
dan tak ada gejala distres pernapasan.

b.      Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi.


     Intervensi:

1)      Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas.

R : Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.

2)      Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk efektif.

R : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk


memperbaiki ventilasi.

3)      Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas senggang.

R : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan


perbaikan infeksi.

4)      Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi banyaknya jumlah sputum merah


muda/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah.

R : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan membutuhkan
intervensi medik segera.

Dx 2: Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan pertahanan


utama.

KH:

a.       Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi.

b.      Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.

Intervensi:

1)      Pantau tanda vital dengan ketat, khusunya selama awal terapi.

R : Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (\hipotensi/syok) dapat terjadi.

2)      Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret (mis., meningkatkan pengeluaran


daripada menelannya) dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret.

R : Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau menghindarinya,
penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman.

3)      Tunjukkan/dorong tehnik mencuci tangan yang baik.

R : Efektif berarti menurunkan penyebaran /tambahan infeksi.

4)      Batasi pengunjung sesuai indikasi.

R : Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.

Dx 3: Ketdakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.


KH:

a.       Tidak mengalami aspirasi

b.      Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru.

Intervensi :

1)      Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

R : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.

2)      Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius,
mis., krekels, megi.

R : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial
(normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi terdengar
pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan
spasme jalan napas/obstruksi.

3)      Bantu pasien napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, mis.,
menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.

R : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah
mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas
paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya
napas lebih dalam dan lebih kuat.

4)      Penghisapan sesuai indikasi.

R : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu
melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A.    Pengkajian

I.                   Biodata

1)      Identitas klien

Nama                           : “An.R”

Umur                           : 7 bulan

Jenis kelamin               : Laki – laki

Agama                         : Islam

Alamat                          : Jl R.A. Kartini

Tanggal MRS              : 28 Oktober 2012

Jam MRS                    : 09.00 WIB

Tgl pengkajian : 28 Oktoer 2012

Jam pengkajian            : 10.00 WIB

Diagnosa medis           : Pneumonia

No. Registrasi             : 7544

2)      Identitas orang tua

Ayah

Nama               : “Tn.N”

Umur               : 28 Thn

Pendidikan      : SD

Pekerjaan         : Supir mobil

Agama             : Islam

Alamat            : Jl R.A. Kartini

Ibu

Nama               : “Ny.M”
Umur               : 24 Thn

Pendidikan      : SMP

Pekerjaa           : Ibu Rumah Tangga

Agama             : Islam

Alamat            : Jl R.A. Kartini

3)      Identitas sadara kandung

Klien adalah anak tunggal(tidak mempunyai saudara kandung)

II.                Keluhan utama/ alasan kunjungan

1)      Keluhan utama : Sesak nafas

2)      Alasan kunjungan : klien masuk rumah sakit dengan sesak nafas yang dialami sejak 3 hari yang
lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam tinggi.

III.             Riwayat kesehatan

1)      Riwayat kesehatan sekarang

Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir,
beringus dan disertai dengan demam yang tinggi.

2)      Riwayat kesehatan masa lalu

a.       Prenatal care

1.      Pemeriksaan kehamilan: 5kali

2.      Keluhan selama hamil: tidak ada keluhan

3.      Riwayat terkena sinar dan terapi obat: tidak ada

4.      kenaikan berat badan selama hamil: lupa

5.      Imunisasi TT: 2kali

6.      Golongan darah ayah: tidak tahu

7.      Golongan darah ibu: B

b.      Natal

1.      1.Tempat melahirkan:di rumah

2.      2.Lama dan jenis persalinan:spontan

3.      3.Penolong persalinan:bidan
4.      4.Cara memudahkan persalinan:tidak ada

5.      5.Obat perangsang:tidak ada

6.      Komplikasi waktu lahir:tidak ada

c.       Post natal

1.      Kondisi bayi – BBL: 2,8 kg

- PBL: 50 cm

2.      Bayi kemerahan setelah lahir,tidak ada cianosis

“untuk semua usia”

d.      Penyakit yang pernah dialami:demam

e.       Kecelakaan yamg pernah dialami:tidak ada

f.       Tidak pernah dioperasi dan dirawat dirumah sakit sebelumnya

g.      Alergi makanan obat-obatan tidak ada

h.      Komsumsi obat-obatan bebas jika sakit:tidak pernah

i.        Perkembangan anak disebandingkan dengan anak yang lainnya sama

3)      Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan anggota keluarga ada yang batuk-batuk yang disertai darah, yaitu nenek yang
tinggal serumah dengan klien. Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti
diabetes melitus.

IV.             Riwayat Imunisasi

No.                            Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah


Pemberian

1 BCG 1bulan Demam

2 DPT(I,II.III) 2bln,3bln.4bln Tidak ada


3 POLIO(I.II.III.IV) 2bln.3bln.4bln,6bln Tidak ada

4 CAMPAK 9bulan (belum dilakukan) Tiak ada

5 HEPATITIS(I,II,III) 2bln,3bln,4bln -

V.                Riwayat tumbuh kembang

1.      Pertumbuhan fisik

a.       Berat badan baru lahir :2,8 kg

b.      Panjang badan: 50 cm

2.      Perkembangan tiap tahap

Usia anak saat

a.       Berguling :4bulan

b.      duduk :6bulan

c.       merangkak :7bulan

d.      senyum kepada orang lain pertama kali:2bulan

e.       bicara pertama kali:1bulan

f.       berpakaian tanpa bantuan orang lain:belum bisa

VI.             Riwayat nutrisi

1.      Pemberian asi

a.       a.Pertama kali disusui:1minggu setelah bayi lahir

b.      b.cara pemberian:setiap kali bayi menangis

2.      Pola perubahan nutrisi tiap tahapan sampai nutrisi saat ini

usia  0 – 6 bulan: ASI

usia 7 bulan :  ASI + bubur beras merah

VII.          Riwayat psikososial

1.      Anak tunggal

2.      lingkungan berada di kota


3.      rumah dekat dengan masjid

4.      tidak ada tempat bermain

5.      tidak punya kamar sendiri

6.      ada tangga yang berbahaya

7.      anak tidak punya ruang bermain

8.      hubungan antara anggota keluarga harmonis

9.      pengasuh anak adalah ibunya sendiri

VIII.       Riwayat spiritual

Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa agar klien cepat sembuh dan diberikan
umur yang panjang oleh Allah SWT.

IX.             Reaksi hospitalisasi

1.      Pemahaman tengtang keluarga dan rawat inap

a)      Mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit: karena panik melihat anaknya

b)      Apakah dokter menceritakan keadaan anaknya: iya

c)      Perasaan orang tua pada saat ini: takut,cemas dan kwatir

2.      Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah sakit, klien hanya mampu menangis
bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada didekatnya.

X.                Aktivitas sehari-hari

Pola makan dan Minum

Pola Makan:

No Pols makan Kondisi sebelum sakit Kondisi selama sakit

1. Selera Nafsu makan baik Nafsu makan menurun


makan                 Menu
2. ASI+ bubur beras merah sesuai diet
makanan         Frekuensi
3. makan            3x sehari 2x sehari

4. Makanan tidak ada makanan berminyak


pantangan       Pembatasa
5. n pola makan Cara tidak ada tidak ada
makan                   
6. disuapin disuapin

Pola minum:

Pola minum Sebelum sakit Selama sakit

Minuman minum ASI + air putih, minum ASI + air putih, 3-


5 kali sehari,
Frekuensi  5-6 kali sehari,
 ± 800-1000 ml/hari.
Jumlah masukan ± 1000-1500 ml/hari.

Pola Eliminasi

BAK

Pola BAK Sebelum sakit Selama sakit

Frekuensi BAK 4 – 5 kali sehari, 3 – 4 kali sehari,

Jumlah keluaran ± 1200cc, ± 800 cc,

Bau  khas, khas,

Warna jernih. jernih.

BAB

Pola BAB Sebelum sakit Selama sakit

Frekuensi BAB 2 – 3 kali sehari, 1 kali sehari,

Konsistensi lunak,  keras,

Bau khas,  khas,

Warna kuning. kuning.


Pola istirahat / tidur

Pola istirahat tidur Sebelum sakit Selama sakit

Banyaknya waktu tiudr ±10 jam per hari, ± 6 jam perhari,

Gangguan waktu tidur tidak  ada. tida bisa tidur karena sesak


nafas.

Pola personal higine

Pola personal higyene Sebelum sakit Selama sakit

Mandi 3 kali sehari ( di mandikan 2 kali sehari ( di mandikan


ibu ), ibu pakai waslap ),

2 kali 1 minggu.

3 kali 1 minggu
Keramas

Pola aktivitas

Sebelum sakit        Selama sakit        

bisa bermain hanya bisa menangis

XI.             Pemeriksaan fisik

Keadaan umum     : Lemah

1.      Tanda-tanda Vital

a)      Tekanan darah :100/80 mmHg

b)      Nadi               :98 x/Mnt

c)      Suhu                :39 ºC

d)     Pernapasan      :32 x/Mnt

2.      Antropometri
a)      Panjang badan   : 75 cm

b)      Berat badan       : 8 kg

c)      LILA                 : 10 cm

d)     Lingkar kepala : 30 cm

e)      Lingkar dada     : 35 cm

f)       Lingkar perut     : 40 cm

3.      Sistem pernapasan

a.       Hidung               : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan cuping hidung, tidak
ada polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal dan cepat (takipneu).

b.      Leher                  : tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor.

c.       Dada                  : bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran antara posterior
dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak simetris.

d.      Suara napas        : Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang paru.

e.       clubbing finger   : tidak ada.

4.      Sistem cardiovaskuler

a.       Kongjungtiva tidak anemia,bibir cyianosis,arteri karotis kuat,tekanan vena jugularis tidak


meninggi.

b.      b. Suara jantung    : S1’ Lup’ ,S2’ Dup’.

c.       Tidak ada bising aorta & Mur-mur.

d.      Ukuran jantung normal,Capillary Refilling time 3 detik.

5.      Sistem pencernaan

a.       Gaster tidak kembung, tidak ada nyeri.

b.      Abdomen           : Hati tidak teraba, Lien & ginjal tidak teraba.

c.       Peristaltik          : 30 x/Mnt

6.      Sistem indra

a.       Mata

1)      Kelopak mata   : Tidak edema

2)       Bulu mata        : Menyebar

3)      Alis                  : Menyebar
4)      Mata                 : Reaksi terhadap rangsangan cahaya ada

b.      Hidung

1)      Stuktur hidung simetris kiri & kanan , penciuman baik, tidak ada trauma di hidung, mimisan
tidak ada

2)      Ada secret dan ingus yang menghalangi penciuman

c.       Telinga

1)       Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang bersih, serumen tidak ada.

2)      Fungsi pendengaran normal ( jika klien di panggil maka ia akan menoleh ke arah suara tersebut.

7.      Sistem Saraf

a.       Fungsi Serebral

1)      Orientasi,daya ingat,perhatian dan perhitungan tidak Di identifikasi,

2)      Kesadaran

a)                 Eyes : 4

b)                Motorik : 6

c)                 Verbal : 5

d)                GCS : 15 (normal 13-15)

b.      Fungsi Cranial

1)      Nervus I (olfaktorius): Penciuman tidak diidentifikasi

2)      Nervus II (optikus): Visus dan lapang pandang tidak diidentifikasi

3)      Nervus III,IV,VI (okulomotorius,troklearis,abducens): Gerakan otot mata tidak diidentifikasi

4)      Nervus V (trigeminus):Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi.

5)      Nervus VII (facialis) ; Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi

6)      Nervus VIII (akustikus): Pendengaran normal. Keseimbangan tidak dapat diidentifikasi.

7)      Nervus IX (glosofaringeus): Fungsi pengecapan tidak dapat diidentifikasi.

8)      Nervus X (Vagus): Gerakan ovula tidakdapat diidentifikasi

9)      Nervus XI (aksesoris) : Sternocledomastoideus dan trapesius tidak dapat diidentifikasi

10)  Nervus XII (hipoglosus) : Gerakan lidah tidak dapat diidentifikasi

c.       Fungsi motorik
1)      Massa otot : lemah

2)      Tonus otot : menurun

3)      kekuatan otot : 25%(dapat menggerakan anggota gerak Tetapi tidak kuat menahan berat dan
Tekanan pemeriksa.

d.      Fungsi sensorik

Suhu,gerakan,posisi dan diskriminasi tidak dapat Diiidentifikasi.

e.       Fungsi Cerebellum

Koordinasi dan keseimbangan tidak dapat dikaji.

f.       Refleks

Refleks bisep(+),Refleks trisep(+),dan Refleks babinski(+)

g.      Iritasi Meningen

Tidak ditemukan adanya kaku kuduk.

h.      Pemeriksaan tingkat perkembangan

Dengan menggunakan DDST :

1)      Motorik kasar     :  duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan

2)      Motorik halus     :  mencari benang, menggaruk manik- manik, memindahkan kubus, mengambil


1 kubus

3)      Bahasa                :  meniru bunyi kata- kata, dapat berkata papa atau mama

4)      Personal sosial   : tepuk tangan

8.      Sistem Muskuloskeletal

a.       Kepala

1)      Bentuk               : Normal

2)      Gerakan              : tidak diidentifikasi

b.      Vertebrae

Tidak ada kelainan bentuk seperti lordosis,scleosis,kifosis

c.       Pelvis

Klien belum jalan,ortholan barlaw’s tidak dilakukan

d.      Lutut
1)      Tidak bengkok dan tidak kaku,gerakan baik(aktif)

e.       Kaki

tidak bergerak.

f.       Tangan

tidak bengkak,tanga kanan terpasang infuse

9.      Sistem Integument

a)      Rambut   : hitam,tidak mudah dicabut

b)      kulit        : kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu kulit menyebar, tidak ada tahi
lalat.

c)      Kuku      : warna merah muda,permukan datar,tidak mudah patah,kuku pendek dan agak bersih.

10.  Sistem Endokrin

a)      kelenjar thyroid                                      : tidak ada pembesaran

b)      Ekskresi urine berlebihan                       : tidak ada

c)      Polidipsi dan Poliphagi                          : tidak ada

d)     Keringat berlebihan                               : tidak ada

e)      e) Riwayat air seni dikerumuni semut        : tidak ada.

11.  Sistem Perkemihan

Edema palpebra tidak ada,edema anasarka tidak ada, kencing batu tidak ada.

12.  Sistem Reproduksi

Tidak dikaji

13.  Sistem Immune

a)      Alergi cuaca tidak ada,alergi debu tidak ada.

b)      Penyakit yang berhubungan dgn cuaca seperti batuk dan flu

c)      Bicara

1)      Ekspresive :Klien menangis jika merasakan sakit

2)      Reseptive : tidak diidentifikasi

XII.  Pemeriksaan penunjang

1)      Pemeriksaan darah lengkap (trombosit dan LED): Trombosit        = 450  103/µL


2)      LED                = 7 mm/jm

3)      kultur sputum : terdapat virus sinnsial pernafasan

XIII. Penatalaksanaan

a.       Terapi oksigen

b.      Cairan glukosa 10%

c.       Kloramfenikol 250 mg 3X sehari

B.     Analisa Data

Nama Pasien   : An.R

Umur               : 7 bulan

No.Registrasi  : 7544

No Data penunjang Kemungkinan penyebab

1 DO: Peningkatan O2 dan Co2


yang berdifusi
- Klien nampak sesak
 
- pernapasan cuping hidung,
pernapasan dangkal

- Klien nampak pucat dan


cianosis
Kecepatan difusi gas
menurun
DS:

- Ibu klien mengatakan


anaknya sesak.
Difusi O2 dan Co2
terganggu

DO:

- Klien nampak batuk


berlendir dan beringus.
Pembentukan sel
2
- terdengar bunyi ronchi, eksudat
stridor pada lapang paru.

- Pergerakan dada tidak


simetris.
Alveoli dibronciolus
berisi eksudat eritrosit,
- TTV: fibrin dan bakteri

T : 100/80

N : 98 X/ menit
Penumpukan
S : 39 C
secret/mucus
P : 32 X/ menit

Obtruksi jalan nafas


DS :

- Ibu klien mengatakan


bahwa anaknya

Batuk berlendir dan beringus.

- Klien mengatakan dadanya


terasa sakit saat batuk.

DO :

- KU : Lemah

- Suu : 39 C

DS :

- Klien mengeluh badannya


panas.

3
DO :

- Porsi makan tidak


dihabiskan
Stimulus
- Selera makan menurun chemoreseptor
hipotalamus.
- BB : 15 kg

TB : 120 cm

Termoregulator
DS :

- Ibu klien mengatakan


anaknya malas makan.
Peningkatan
- Ibu klien mengatakan porsi
metabolisme
makan anaknya tidak
dihabiskan.      Edema antara
kapiler dan alveoli
Kompensasi cadangan
lemak yang
dipergunakan oleh tubuh

C.    Daftar Diagnosa Keperawatan

Nama Pasien   : An.R

No.Regristasi  : 7544

No Tgl muncul Diagnose keperawatan Tgl teratasi

28 oktober 2012 Kerusakan pertukaran gas


berhubungan dengan gangguan
pengiriman oksigen

jalan nafas tidak efektif berhubungan


29 oktober 2012 dengan penumpukan mucus dijalan
nafas

Hipertermi berhubungan dengan


inflamasi pada jaringan  parenkim paru

30 oktober 2012

Nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan anoreksia

31 oktober 2012

D.    Intervensi keperawatan

Nama Pasien   : An.R


No.Regristasi  : 7544

E.     Evaluasi

Nama Pasien   : An.R

No.Regristasi  : 7544

No Tanggal Evaluasi

1. 28 – 10 – 2012 S : Klien mengeluh Sesak

O : Klien masih sesak

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 2,3,4.

2. 29 – 10 – 2012 S : Klien mengeluh masih batuk dan beringus

O : Klien masih batuk

       Pergerakan dada tidak simetris,terdengar

       bunyi ronchi.

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 2,3,4.

3. 30-10-2012 S : ibu Klien mengatakan anaknya badannya masih


panas.

O : Badan klien masih teraba panas


Suhu 38 c

A: Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 2, 3,4.

4. 31-10-2012 S : Ibu klien mengatakan anaknya malas makan

O : Klien malas makan

Klien hanya makan ½ porsi

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 2,3, 4, 5

                       
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri,
jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Insiden pneumonia berbeda untuk
daerah yang satu dengan daerah yang lain. Dan dipengaruhi oleh musim, insiden meningkat pada
usia lebih 4tahun. Dan menurun dengan meningkatnya umur. Faktor resiko yang meningkatkan
insiden yaitu umur 2bulan, gisi kurang, BBLR, tidak mendapat hasil yang memadai, polusi udara,
kepadatan tempat tinggal, imunisasi kurang lengkap, membentuk anak dan defisiensi vitamin A,
dosis pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortabilitas dapat diturunkan kurang dari 1%
bila pasien disertai dengan mall nutrisi, energi, protein,(MEP) dan terlambat berobat, kasus yang
tidak diobati maka angka mortalitasnya masih tinggi. Maka kita sebagai perawat yang profesional
dalam melakukan proses keperawatan harus memperhatikan hal-hal tersebut. Agar implementasi
yang kita berikan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan tepat pada sasaran.

B.     Saran

Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan asuhan keperawatan yang
terbaik untuk pasiennya.
DAFTAR PUSTAKA

Biddulph, Jonn, dkk. 1999. Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

asuhan keperawatan pneumonia

Posted on December 3, 2012

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan,
kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang. Agar terwujud kesehatan masyarakat yang
optimal, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dengan perilaku sehat dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil, merata serta
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk mendukung hal tersebut maka tujuan utama
dibidang kesehatan dalam rangka menuju Indonesia sehat 2010 adalah menurunkan angka kematian
balita (Depkes RI, 2002).

World Health Organisation (WHO) tahun 2002, menyatakan setiap tahunnya lebih dari 10 juta anak
yang berusia dibawah 5 tahun mengalami kematian, yang disebabkan oleh 6 penyebab utama yang
mana sebagian besarnya dapat dicegah. Dari sekitar 10,6 juta balita yang meninggal 73% nya
disebabkan oleh 6 penyebab utama yaitu : Pneumonia (radang paru) 19%, diare 18%, infeksi pada
darah atau pneumonia pada BBL 10%, prematur 10%, dan asfiksia (sumbatan jalan nafas) 8%,
malaria 8%. Ada 1 juta balita meninggal setiap tahun akibat penyakit yang
disebut Invasive Pneumoccoccal Dissease(IPD). Penyakit ini cukup berbahaya dan tidak jarang
menyebabkan kematian pada anak balita. Orang tua hendaknya tetap waspada terhadap bahaya
serangan penyakit IPD karena dapat mengancam nyawa, terutama pada anak dibawah usia 2 tahun
(Putra. S.T. 2006).

Hasil penelitian dinegara berkembang yang dilakukan oleh United Nations For Children Fund
(UNICEF) tahun 2001 menunjukan bahwa (20-35%) kematian bayi dan anak balita disebabkan oleh
penyakit radang paru. Diperkirakan bahwa 2-4 juta bayi dan anak balita diberbagai negara setiap
tahun meninggal karena penyakit radang paru, dua per tiga dari kematian itu terjadi pada kelompok
usia bayi, terutama bayi yang berusia 2 bulan pertama sejak lahir. Dilaporkan, di kawasan Asia –
Pasifik diperkirakan sebanyak 860.000 balita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 98 anak setiap
jam. Secara nasional angka kejadian Pneumonia belum diketahui secara pasti, data yang ada baru
berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen P2M-PL Depkes RI tahun 2007. Dalam laporan tersebut
disebutkan, dari 31 provinsi ditemukan 477.429 anak Balita dengan pneumonia atau 21,52 persen
dari jumlah seluruh Balita di Indonesia. Proporsinya 35,02 persen pada usia di bawah satu tahun dan
64,97 persen pada usia satu hingga empat tahun.  Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang
masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, dan menjadi penyebab kematian nomor tiga di
Indonesia setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis (Djelantik, 2009).

Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian akibat pneumonia pada balita yaitu :
umur, jenis kelamin, gizi kurang, BBLR, status ASI, status imunisasi, kepadatan hunian, ventilasi,
pencemaran udara dalam rumah. Tingginya kejadian pneumonia terutama menyerang kelompok
usia bayi dan balita. Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang pneumonia
dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi
sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan
gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang pneumonia bahkan serangannya lebih
lama. (Prabu, 2009).Menurut Tupasi (1985) dalam Nurijal (2009) salah satu faktor resiko yang
berperan dalam kejadian pneumonia pada anak adalah status gizi, dimana interaksi antara infeksi
dan Kekurangan Energi Protein (KEP) telah lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling
mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lainnya. Pada KEP, ketahanan tubuh
menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu
dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan
keseimbangan tersebut adalah status gizi anak.

Hasil penghitungan mortalitas oleh subdirektorat ISPA departemen Kesehatan Republik Indonesia
2005 di sepuluh provinsi pneumonia masih merupakan penyebab kematian tertinggi pada balita
(23,6%). Dari sepuluh penyakit terbanyak di provinsi Bengkulu ISPA (pneumonia) merupakan
penyakit tertinggi pada balita. Pada tahun 2007 tercatat 347 penderita pneumonia balita, sedangkan
pada tahun 2008 penderita pneumonia tercatat 211 penderita (Dinas Kesehatan Kota Bengkulu,
2008).

B. TUJUAN

-          Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara status gizi  dengan kejadian pneumonia pada balita di
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2009.

-          Tujuan Khusus

a)      Untuk mengetahui gambaran status gizi pada anak balita di wilayah Puskesmas Sukamerindu
Kota Bengkulu tahun 2009.
b)      Untuk mengetahui gambaran kejadian pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu
Kota Bengkulu tahun 2009.

c)      Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia  pada balita di
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu tahun 2009.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. A.   DEFENISI

Pneumonia adalah implamansi parenkim paru, biasanya berhubngan dengan pengisian  alvbioli
dengan cairan. Penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi, iritan kimia, dan terapi radfiasi.
Rencana keperawatan sesuai dengan pneumonia bacterial dan virus.  Mis: pneumococcal
pneumonia, pneumocystis carrinni, heamofilus influenza, mioplasma, Gram-negatif. ( rencana
asuhan keperawatan, Marilynn E. Doenges )

Pnemonia adalah suatu radang pada paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing. (http://fendy-nurse.blogspot.com/2012/06/asuhan-
keperawatan-anak-dengan.html )

1. B.     ETIOLOGI
-          Virus Influensa

-          Virus Synsitical respiratorik

-          Adenovirus

-          Rhinovirus

-          Rubeola

-          Varisella

-          Micoplasma (pada anak yang relatif besar)

-          Pneumococcus

-          Streptococcus

-          Staphilococcus

-          Penyebab dari pneumonia adalah :

-          -    Bakteri.

 Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H. influenza, klebsiela mycoplasma pneumonia.

-          -    Virus.

 Virus adena, virus para influenza, virus influenza.

-          -    Jamur/fungi.

 Kandida abicang, histoplasma, capsulatum, koksidiodes.

-          -    Protozoa.

 Pneumokistis karinti.

-          -    Bahan kimia.

 Aspirasi makan / susu / isi lambung.

 Keracunan hidrokargon (minyak tanah, bensin, dll).

                                                                        

1. C.     MANIFESTASI KLINIS

-          Sesak Nafas


-          Batuk nonproduktif

-          Ingus (nasal discharge)

-          Suara napas lemah

-          Retraksi intercosta

-          Penggunaan otot bantu nafas

-          Demam

-          Ronchii

-          Cyanosis

-          Leukositosis

-          Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar

1. D.     ANATOMI FISIOLOGI

Saluran pernafasan dibagi atas dua bagian :

1. a.        Saluran Pernapasan Bagian Atas

Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan epiglotis, yang berfungsi
menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang dihirup.

1)        Hidung

Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar
sebaseus dengan ditutupi bulu kasar yang bermuara ke rongga hidung. Bagian hidung lain adalah
rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses
oksigenasi diawali dari sini. Pada saat udara masuk melalui hidung, udara akan disaring oleh bulu-
bulu yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta
dilembabkan.

2)        Faring

Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak sampai dengan esofagus
yang terletak di belakang nasofaring (di belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di
belakang laring (laringo faring).

3)        Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian tulang rawan yang
diikat bersama ligamen dan membran, yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis
tengah.

4)        Epiglotis

Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu menutup laring ketika orang sedang
menelan.

1. b.        Saluran Pernapasan Bagian Bawah

Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trakhea, tandan bronkhus, segmen bronkhus, dan
bronkhiolus, yang berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.

1)        Trakhea

Trakhea atau disebut sebagai batang tenggorok yang memiliki panjang kurang lebih 9 cm dimulai
dari laring sampai kira-kira setinggi vertebra thorakalis kelima. Trakhea tersebut tersusun atas enam
belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap yang berupa cincin. Trakhea ini dilapisi oleh selaput
lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

2)        Bronkhus

Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas dua percabangan yaitu kanan dan
kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas,
tengah, dan bawah; sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dalam
lobus atas dan bawah. Kemudian saluran setelah bronkhus adalah bagian percabangan yang disebut
sebagai bronkhiolus.

3)        Paru-paru

Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Letak paru itu sendiri di dalam rongga thoraks
setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi
oleh pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis, kemudian juga dilindungi oleh cairan pleura
yang berisi cairan surfaktan. Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian (paru kanan
dan paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta pembuluh
darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang
bersifat elastis, berpori, dan memiliki fungsi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.

2.         Fisiologi pernafasan

Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernapasan) didalam tubuh terdapat tiga tahapan
yakni ventilasi, difusi, dan transportasi.

a.    Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang mempengaruhi, di
antaranya adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru. Semakin tinggi tempat maka
tekanan udara semakin rendah. Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara
semakin tinggi. Hal lain yang mempengaruhi proses ventilasi kemampuan thoraks dan paru pada
alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempisnya, adanya jalan napas yang dimulai
dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi
oleh sistem saraf otonom, terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga
dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan konstriksi
sehingga dapat menyebabkan vasokonstriksi atau proses penyempitan, dan adanya refleks batuk
dan muntah juga dapat mempengaruhi adanya proses ventilasi, adanya peran mukus ciliaris yang
sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron dapat mengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah komplians (complience) dan recoil yaitu kemampuan paru untuk
berkembang yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya surfaktan yang terdapat
pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan masih ada sisa
udara sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan thoraks atau keadaan paru itu sendiri. Surfaktan
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, surfaktan disekresi saat klien menarik napas,
sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi atau menyempitnya
paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat keluar secara
maksimal.

Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons pun dapat mempengaruhi proses ventilasi,
karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60
mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila pCO2 kurang dari sama dengan 80
mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.

1. b.        Difusi Gas

Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli.
Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, di
antaranya, pertama, luasnya permukaan paru. Kedua, tebal membran respirasi/permeabilitas yang
terdiri atas epitel alveoli dan interstisial keduanya. Ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan. Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, hal ini dapat terjadi
seperti O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan pCO2
dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. Keempat, afinitas gas yaitu
kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.

1. c.         Transportasi Gas

Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada
proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut
dalam plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (5%), kemudian sebagian menjadi HCO berada
pada darah (65%).
1. Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya curah
jantung (cardiac output) yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut
jantung. Isi sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot jantung untuk berkontraksi dan
volume cairan. Frekuensi denyut jantung dapat ditentukan oleh keadaan seperti over
load atau beban yang dimiliki pada akhir diastol. Pre load atau jumlah cairan pada akhir
diastol, natrium yang paling berperan dalam menentukan besarnya potensi aksi, kalsium
berperan dalam kekuatan kontraksi dan relaksasi. Faktor lain dalam menentukan proses
transportasi adalah kondisi pembuluh darah latihan/olahraga (exercise), hematokrit
(perbandingan antara sel darah dengan darah secara keseluruhan atau HCT/PCV), eritrosit,
dan Hb. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006)

1. F.      KLASIFIKASI

Berdasarkan anatomiknya, pneumonia dibagi atas pneumonia lobaris, pneumonia lobularis


(bronchopneumonia) dan pneumonia interstitial (bronchitis).

Berdasarkan etiologinya, dibagi atas;

1. Bakteri

 Pneumokokus, merupakan penyebab utama pneumonia. Pada orang dewasa umumnya


disebabkan oleh pneumokok serotipe 1 samapi dengan 8. Sedangkan pada anak-anak
serotipe 14, 1, 6, dan 9. Inseiden meningkat pada usia lebih kecil 4 tahun dan menurun
dengan meningkatnya umur.

 Steptokokus, sering merupakan komplikasi dari penyakit virus lain, seperti morbili dan
varisela atau komplikasi penyakit kuman lainnya seperti pertusis, pneumonia oleh
pnemokokus.

 Basil gram negatif seperti Hemiphilus influensa, Pneumokokus aureginosa, Tubberculosa.

 Streptokokus, lebih banyak pada anak-anak dan bersifat progresif, resisten terhadap
pengobatan dan sering menimbulkan komplikasi seperti; abses paru, empiema, tension
pneumotoraks.

1. Virus

 Virus respiratory syncytial, virus influensa, virus adeno, virus sistomegalik.

1. Aspirasi

2. Pneumonia hipostatik

 Penyakit ini disebabkan tidur terlentang terlalu lama.

1. Jamur

2. Sindroma Loeffler. 
 

1. PATOFISIOLOGI

            Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang
dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu
gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga
bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak
mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan
oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah
vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri
jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri
jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan
hipoksemia arterial.

            Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus,
klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’. Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam
sindrom pneumonia atipikal.

Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum.
Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel.
Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma
paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan dewasa muda.

Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak dari
individu ke individu. Pasien dapat diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.

Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini menyebar ke seluruh
saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini mempunyai ciri-ciri
bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia
atipikal dapat menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti
yang diuraikan dalam pneumonia bakterial.

1. H.    WOC ( TERLAMPIR )

1. I.       PENATALAKSANAAN

Menurut WHO (2003) penatalakasanaan pnumonia terdiri dari :

      a. Pneumonia sangat berat

Penatalaksanaannya melalui cara :


1. Rawat dirumah sakit

2. Berikan oksigen

3. Terapi antibiotik dengan cara memberikan kloramfenikol secara intramuskular setiap 6 jam.

Apabila pada anak terjadi perbaikan (biasanya setelah 3-5 hari), pemberiannya diubah menjadi
kloramfenikol oral. Berikan kloramfenikol paling selama 10 hari. Jika kloramfenikol tidak tersedia,
berikan benzilpensilin ditambah dengan golongan aminoglikosida (contohnya, gentamisin).
Kloramfenikol juga efektif untuk meningitis bakterialis, yang dapat terjadi pada anak dengan
pneumonia. Diduga pneumonia stafilokokus jika terdapat tanda perburukan klinis walaupun
diberikan pengobatan dengan kloramfenikol, atau hasil foto rontgen dada memperlihatkan
gambaran pneumatokel atau empiema. Pneumonia stafilokokus sebaiknya diobati dengan kloksasilin
(atau fluklosasilin, oksasilin, nafsilin, atau methisilin) ditambah gentamisin , paling sedikit diberikan
selama 3 minggu

1. Obati demam dengan cara efektif dengan memberikan parasetamol.

Beri parasetamol jika suhu aksila lebih dari 39ºc,  kecuali pada bayi muda : 10 sampai 15 mg per kg
berat badan per oral, setiap 6 jam. Menyeka dengan air suam-suam kuku atau air dingin sebaiknya
tidak dilakukan karena hal tersebut akan meningkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan
produksi karbon dioksida yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan pada anak yang
menderita pneumonia

1. kemudian nilai responnya setelah 15 menit jika diperlukan, pemberiannya dapat diulang.

2. Perawatan suportif melalui :

      Makanan, dimana anak dengan pneumonia berat dapat mengalami kesulitan makan karena
adanya pernafasan cepat atau sulit bernafas. Anjurkan anak untuk sering makan-makanan ringan
dan tetap terus minum ASI. Membiarkan ibu tetap tinggal bersama anaknya dirumah sakit
merupakan hal yang penting dan jangan memaksa anak untuk makan.

      Cairan, peningkatan kehilangan cairan terjadi selama infeksi pernafasan akut, khususnya jika
terdapat pernafasan cepat atau demam. Kehilangan cairan dari paru terutama terdiri dari air. Oleh
karena itu, untuk mengganti cairan pada anak tanpa disetai diare. Berikan ASI, air bersih, minum
susu, dan cairan lain yang berkadar garam rendah.

      Sekresi, karena banyak bayi yang tidak dapat bernafas dengan normal melalui mulut, sumbatan
pada hidung yang padat menyebabkan gawat pernafasan dan kesulitan pemberian ASI. Gunakan
spuit plastik (tanpa jarum) untuk menghisap dengan hati-hati adanya secret hidung jika diperlukan
untuk menghasilkan jalan nafas. Gunakan tetes hidung isotonis jika hidung tersumbat oleh mukus
yang kering.

      Suhu lingkungan, tidak membuat suhu terlalu panas atau dingin pada anak yang menderita
pneumonia merupakan hal yang penting. Tekanan panas dan dingin dapat meningkatkan produksi
karbon dioksida dan mencetuskan terjadinya kegagalan pernafasan. Suhu lingkungan yang netral
memperkecil konsumsi oksigen.
1. Hati-hati dengan pemberian terapi cairan

Anak yang menderita pneumonia berat dapat mensekresi hormon anti diuretik (ADH) dalam jumlah
besar secara tidak sesuai dan berisiko terjadi kelebihan cairan serta edema paru. Oleh karena itu jika
anak dalam keadaan shock, sebaiknya hindari pemberian cairan intravena dan sebagai gantinya
dapat diberikan secara oral atau dengan selang nasogastrik.

1. Nilai ulang setiap 2 jam oleh perawat dan setiap 2 kali sehari oleh dokter.

Apabila anak memiliki respon buruk terhadap pengobatan : maka periksa adanya komplikasi seperti
empiema dimana terdapat demam persisten, perkusi yang pekak, adanya cairan pleura pada
pemeriksaan sinar X. Gagal jantung, jika adanya pembesaran hati, denyut jantung > 160 x/menit,
pembeseran jantung, bunyi murmur jantung, tekanan vena yang tinggi, pengaliran darah yang buruk
ke ekstermitas, bronkospasme. Antibiotika diganti dengan kloksasilin ditambah dengan gentamicin
jika diduga adanya pneumonia stafilokokus. Bila pneumonia menetap lebih dari 10 hari walaupun
telah diberi therapi antibiotik, pertimbangkan penyebab pneumonia persisten.

b. Pneumonia Berat

Penatalaksanaannnya dengan cara :

1. Rawat di rumah sakit

2. Apabila perawatan untuk semua anak dengan penarikan dinding dada tidak memungkinkan
dapat dipertimbangkan untuk memberikan terapi antibiotika di rumah dengan pengawasan
yang ketat pada anak yang tidak mengalami penarikan dinding dada yang hebat, sianosis,
atau tanda penyakit yang sangat berat.

3. Berikan oksigen jika frekuensi pernafasan > 70 x/menit, terdapat penarikan dinding dada
yang hebat atau gelisah.

4. Terapi antibiotika dengan memberikan benzilpenisillin/ampisilin  secara intra muskuler


setiap 6 jam paling sedikit selama 3 hari. Setelah anak membaik ganti dengan ampisilin atau
amoksilin oral

1. J.      KOMPLIKASI

v  Efusi pleura dan emfiema.

v  Komplikasi sistemik.

v  Hipoksemia.

v  Pneumonia kronik.

v  Bronkietasis

 
 

BAB III

ASKEP TEORITIS

1. A.    PENGKAJIAN

Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang
digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien. Merencanakan secara sistematis dan
melaksanakannya serta mengevaluasi hasil tidakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Nasrul
Efendi, 1995 : 2 – 3).

a. Pengumpulan data.

1)      Identitas klien.

Pneumonia dapat menyerang semua usia tergantung kuman penyebabnya diantaranya adalah
pneumonia bakterialis dapat terjadi pada semua usia, pneumonia atipikal sering pada anak dan
dewasa muda, dan pneumonia virus sering pada bayi dan anak.

2)      Keluhan utama.

Keluhan didahului dengan infeksi saluran pernafasan, kemudian mendadak panas tinggi disertai
batuk yang hebat, nyeri dada dan nafas ngos.

3)      Riwayat kesehatan sekarang.

Pada klien pneumonia yang sering dijumpai pada waktu anamnese adalah klien mengeluh
mendadak panas tinggi (38°C – 41°C) disertai menggigil, kadang-kadang muntah, nyeri pleura dan
batuk pernafasan terganggu (takipnea), batuk yang kering akan menghasilkan sputum seperti karat
dan purulen.

4)      Riwayat penyakit dahulu.

Pneumonia sering diikuti oleh suatu infeksi saluran pernafasan atas, pada penyakit PPOM,
tuberkulosis, DM, pasca influenza dapat mendasari timbulnya pneumonia.
5)      Riwayat penyakit keluarga.

Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau asma bronkiale,
tuberkulosis, DM, atau penyakit ISPA lainnya.

v  Keadaan umum:

Klien tampak lelah, lemah, gelisah, perubahan mood terjadi, klien merasa tidak betah di RS karena
harus berbaring di tempat tidur. Vital sign meliputi:

-          Tekanan darah       : 155/90 mmHg

-          Nadi                      : 110 x/menit (takikardi)

-          Pernafasan             : 28 x/menit

-          Suhu                      : 39 ºC

v  Kulit:

Kulit sudah keriput, kering dengan turgor buruk tapi tidak ditemukan lesi, sianosis pada mulut dan
hidung, edema tidak ada.

v  Kepala:

Simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh, tidak ada luka, kulit kepala bersih, rambut beruban
dan lurus.

v  Mata:

Ikterus (–), pupil isokhor kiri dan kanan, refleks cahaya (+), tanda-tanda anemis tidak dijumpai.

v  Telinga:

Bentuk simetris kiri dan kanan, pendengaran tidak terganggu dan tidak ada nyeri, serumen sedikit,
tidak mengganggu pendengaran dan tidak ditemukan cairan.

v  Hidung:

Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, polip (–), tidak ditemukan darah/cairan keluar dari hidung.

v  Mulut dan tenggorokan:

Mulut sianosis, bibir kering, lidah hiperemesis, dapat dijulurkan maksimal keluar dan bergerak
bebas, refleks menelan kurang baik dan tonsil tidak infeksi.

v  Leher:

Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, dan leher dapat digerakkan dengan bebas.

v  Dada:
Bentuk dada simetris, pernafasan dibantu oleh penggunaan otot aksesori, klavikula menonjol dan
sternum terlihat rata. Nyeri dada timbul saat batuk.

v  Sistem pernafasan:

Pernafasan cepat (takipneu) dan dangkal disertai cuping hidung dispneu. Terdapat tanda-tanda
konsolidasi paru yakni pekak pada perkusi, suara nafas bronchial, ronki basah.

v  Sistem kardiovaskuler:

Klien mengalami takikardia dan terjadi peningkatan tekanan darah.

v  Sistem muskuloskeletal:

Klien mempunyai postur tubuh yang tinggi dengan massa otot yang sudah menurun (kurus).

v  Sistem neurologi:

Kesadaran menurun/letargi, komunikasi kurang lancar, orientasi terhadap orang, waktu dan tempat
kurang baik, gelisah.

v  Sistem endokrin:

Riwayat DM tidak ada, belum pernah dideteksi adanya penyakit akibat gangguan metabolisme
lainnya.

1. B.     DIAGNOSA

Kemungkinana diagnosa yang muncul ppada klien pneumonia adalah :

 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi trakeabronkial, pembentukan edema,
peningkatan produksi sputum, nyeri pleuritik, oenurunan energi, kelemahan

 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

 Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d demam dan dipsnea

 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan
umum

 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk menetap

 Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi

1. C.    INTERVENSI
TUJUAN &
No. DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1. Bersihan jalan nafas Tujuan : Bersihan Mandiri :  


tidak efektif b.d jalan nafas efektif
inflamasi àKaji frekuensi/ àR:takipnea,
  kedalaman pernafasan pernafasan
trakeabronkial,
pembentukan dengan gerakan dada. dangkal, dan
Krtiteria hasil :TTV gerakan dada tidak
edema, peningkatan normal, sekret (-),  
produksi sputum, simetris sering
bunyi nafas terjadi karena
nyeri pleuritik, vasikuler, refleks  
penurunan energi, ketidaknyamanan
batuk (+)   gerakan dinding
kelemahan
dada dan atau
 
cairan paru
 
 
 
àKrekels dan mengi
  terdengar pada
inspirasi dan atau
  ekspirasi pada
respon terhadap
àAuskultasi area paru,
pengumpulan
catat area penurunan/
cairan, sekret
tidak ada aliran udara
kental, dan spasme
dan bunyi nafas
jalan
adventinus, mis: krekels,
nafas/obstruksi
mengi
 
 
àNafas dalam
 
memudahkan
  ekspansi paru- paru
atau jalan nafas
  lebih kecil.Batuk
membantu silia
 
untuk
àBantu klien latihan mempertahankan
nafas dalam. Tunjukan / jalan nafas paten
bantu klien mempelajari
àMerangsang
atau melakukan batuk
batuk atau
efektif.
membersihkan
  jalan nafas secara
mekanik pada
 
pasien yang tak
  mampu melakukan
àPenghisapan sesuai karena batuk tidak
efektif atau
indikasi
penurunan tingkat
  kesadaran

à   ilihan
intervensi
tergantung pada
penyebab masalah

 
à Identivikasi faktor yang
 
menyebabkan mual,
muntah. Misalnya: à Menghilangkan
sputum banyak, tanda bahaya, rasa,
pengobatan aerosol, bau dari lingkungan
dipsnea berat, nyeri. pasien dan dapat
menurunkan mual.
à Berikan wadah tertutup
untuk sputum dan buang  
Tujuan: Kebutuhan sesering mungkin.  
nutrisi teratasi Berikan/ bantu
kebersihan mulut setelah  
Kriteria muntah, setelah tindakan
hasil:adanya aerosol dan drainase  
peningkatan nafsu postural, dan sebelum
Nutrisi kurang dari makan, tidak mual makan. à Menurunkan efek
mual yang
kebutuhan tubuh dan muntah, BB
b.d anoreksia bertambah à Jadwalkan pengobatan berhubungan
pernafasan sedikitnya dengan
2.     satu jam sebelum makan pengobatan ini

3. Resiko tinggi Tujuan: Mencapai –> Kaji perubahan TTV à Membantu dalam
kekurangan volume keseimbangan pengkajian
 
cairan b.d demam cairan yang keseimbangan
dan dipsnea adekuat   cairan

KH: membrane ààKaji turgor kulit, àIndikator langsung


keadekuatan
volume cairan

àMemberikan
informasi tentang
keadekuatan
volume cairan dan
kelembaban membrane kebutuhan
mukosa pengganti

àà Pantau masukan dan  


haluaran, catat warna,
karakter urine,. Hitung  
keseimbangan cairan.  
Waspadai kehilangan
yang tampak. Ukur BB àPemenuhan
mukosa lembab, sesuai indikasi. kebutuhan dasar
turgor kulit baik, cairan,
pengisian kapiler ààTekankan cairan menurunkan resiko
sedikitnya 2.500 ml/hari
cepat, TTV stabil dehidrasi
atau sesuai kondisi
    individual  

4. Intoleransi aktivitas Tujuan: Intoleransi à –> Evaluasi respon klien à Menetapkan


b.d aktivitas teratasi terhadap aktivitas. Catat kemampuan atau
ketidakseimbangan laporan dipsnea, kebutuhan klien
KH: KH :Klien dapat peningkatan kelemahan,
antara suplai dan dan memudahkan
kebutuhan oksigen, beraktivitas sesuai dan perubahan tanda pilihan intervensi
kemampuan,
kelemahan umum vital selama dan setelah
kelelahan tidak aktivitas  
  terjadi, tidak ada
 
pucat ààBerikan lingkungan
tenang dan batasi  
  pengunjung selama fase
akut sesuai indikasi.  
Dorong penggunaan
à R:Menurunkan
menejemen stress dan
stress dan
pengalihan yang tepat
rangsangan
ààJelaskan pentingnya berlebihan,
istirahat dalam rencana meningkatkan
pengobatan dan perlunya istirahat
keseimbangan aktivitas
 
dan istirahat
 

à:Tirah baring
dipertahankan
selama fase akut
untuk menurunkan
kebutuhan
metabolik,
menghemat energi
untuk
penyembuhan.
Pembatasan
aktivitas
ditentukan dengan
respon klien
terhadap aktivitas
dan perbaikan
kegagalan
pernafasan

5. Gangguan rasa Tujuan: Nyeri à àTentukan karakteristik àNyeri dada


nyaman nyeri b.d hilang atau nyeri, missal: tajam, biasanya ada dalam
inflamasi parenkim terkontrol konstan, ditusuk. Selidiki beberapa derajat
paru, batuk perubahan pada pneumonia,
KH:klien rileks,
menetap karakter/lokasi/intensitas juga dapat timbul
klien istirahat nyeri komplikasi
tidur, peningkatan pneumonia seperti
aktivitas dengan   perikarditis dan
tepat
  endokarditis
  àTindakan non
ààPerikan tindakan
analgesik diberikan
dengan sentuhan
lembut dapat
menghilangkan
ketidaknyamanan
nyaman, misal: pijatan
punggung, perubahan dan memperbesar
posisi, musik tenang atau efek terapi
perbincangan, relaksasi analgesik
atau latihan nafas dalam  

  à:Alat untuk
mengontrol
ààAnjurkan dan bantu
klien dalam teknik ketidaknyamanan
dada sementara
menekan dada selama
episode batuk meningkatkan
keefektifan upaya
  batuk

   

BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Pneumonia merupakan inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli
dengan cairan.

Penyebab pneumonia adalah:

 bakteri:

 Virus:

  Jamur:

 Protozoa

Agen penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi ataupun aliran darah. Diawali dari
saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernafasan bawah. Kemudian timbul reaksi
peradangan pada dinding bronkhus. Sel menjadi radang berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak.
Kondisi tersebut berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan atelektasis.

Apabila menemukan klien dengan pneumonia, maka gejala-gejala yang dapat ditemui pada klien
secara umum adalah klien demam, berkeringat, batuk dengan sputum yang produktif. Klien
mengeluh sesak nafas, sakit kepala, lelah dan nyeri pada dada. Pada pemeriksaan auskultasi ditemui
adanya ronchi dan dullness pada perkusi dada.

Komplikasi: Empiema, Empisema, atelektasis, Otitis Media Akut (OMA), Meningitis

1. SARAN

 
 

DAFTAR PUSTAKA

 Ø Doengus, marilynn E.,dkk. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 . 2002. Jakarta:EGC

 http://wulanladys.blogspot.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pneumonia.html

 http://cietciet.blogspot.com/2012/04/askep-pneumonia.html

 Alsagaff Hood. (1995), Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya.

 Engran Barbara (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai