LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.
B. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1.Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2.Virus: virus influenza, adenovirus
3.Micoplasma pneumonia
4.Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung
C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma
yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel
dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga
memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus
dan organisme-organisme infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat
menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital,
defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak
tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan
pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan pneumonia virus.2
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini
dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau
bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara.
Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus
Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber
terlokalisir atau bakteremia/ viremia generalisata.2
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi
makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks.
Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear
pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.2
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan
cepat (39,5 ºC sampai 40,5 ºC).
2. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
3. Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan cuping hidung,
4. Nadi cepat dan bersambung
5. Bibir dan kuku sianosis
6. Sesak nafas
E. KOMPLIKASI
1. Efusi pleura
2. Hipoksemia
3. Pneumonia kronik
4. Bronkaltasis
5. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang tidak
mengandung udara dan kolaps).
6. Komplikasi sistemik (meningitis)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
1. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
2. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
3. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
4. Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
5. Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
6. Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
H. PENGKAJIAN
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah.
J. RENCANA KEPERAWATAN
- Batuk
efektif
- Nafas normal
(12-20x/menit)
- Bunyi nafas
bersih
- Sianosis
- Sianosis
- Nafas normal
(12-20x/menit)
- Sesak
- Hipoksia
- Gelisah
K. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan pedoman atau prosedur teknik yang telah ditentukan.
L. EVALUASI
Kriteria keberhasilan:
- Berhasil
Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan
- Tidak berhasil
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Standard
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah 1 ( KMB 1 ) ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu memberikan
semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah Keperawatan Medical Bedah 1
(KMB 1) ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ns. Febbryanti, S.Kep yang
telah membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini.
Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk
menyempurnakan makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi diri
sendiri maupun yang membaca makalah ini.
BAB I
LATAR BELAKANG
1. I. LATAR BELAKANG
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% dari
seluruh penduduk Amerika. Meskipun sudah ada kemajuan dalam bidang antibiotic, pneumonia
tetap merupakan penyebab keatian keenam di Amerika Serikat.
Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan pneumonia
berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga disertai penarikan kuat
pada dinding dada sebelah bawah kedalam.
Pada usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali/menit dan
pada usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali/menit.
Pneumonia berat ditandai dengan adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu
memuntahkan semuanya, kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara nafas bunyi
krekels (suara nafas tambahan pada paru) saat inspirasi.
Kasus terbanyak terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang berusia
kurang dari 2 bulan. Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat di puskesmas atau
balai pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk setelah diberi dosis pertama antibiotik yang
sesuai.
Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mererka masih belum
berkembang dengan baik. Pneumonia pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik
tertentu.
Pasien peminum alcohol, pasca bedah dan penderita penyakit pernapasan kronik atau infeksi virus
juga mudah terserang penyakit ini. Hamper 60% dari pasien-pasien yang kritis di ICU dapat
menderita pneumonia, dan setengah dari pasien-pasien tersebut
1. II. TUJUAN
2. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan keperawatan
secara komprehensif terhadap klien pneumonia
1. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. I. DEFENISI
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli dengan
cairan. Penyebabnya karena agen infeksi, irirtan kimia dan terapi radiasi. bakterinya bernama
pneumococcal pneumonia.( Doenges, Marilynn E., 1999)
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat
eksudat yang masuk dalam area alveoli.(Axton & Fugate, 1993).
Peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi, disebut pneumonia.
(Sylvia)
Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam
alveoli. Hal ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang
mengganggu tahanan saluran. Trakhabrakialis adalah beberapa keadaan yang mengganggu
mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua,
trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yangmenjadi
patogen ketika memasuki saluran pernapasan.( Ngasriyal,Perawatan Anak Sakit, 1997)
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan
sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat
penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).
Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru
oleh mikroorganisme (Elizabeth J. Corwin)
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang
bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi “inflame” dan terisi oleh cairan.
(wikipedia.com)
1. II. ETIOLOGI
Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan
v menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan.
v Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus,chicken-pox (cacar air).
Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat
memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
v Organism mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan
pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum
ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis
usia.
III. MANIFESTASI KLINIS
Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum kehijauan atau kuning,
demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang pendek, nyeri dada seperti pada
pleuritis ,nyeri tajam atau seperti ditusuk. Salah satu nyeri atau kesulitan selama bernafas dalam
atau batuk.
Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit kepala atau
mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan,
kelelahan,kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot. Tidak jarang bentuk penyebab
pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain.
Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri perut dan diare,
pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya menyebabkan penurunan berat badan
dan berkeringat pada malam hari. Pada orang tua manifestasi dari pneumonia mungkin tidak khas.
Bayi dengan pneumonia lebih banyak gejala, tetapi pada banyak kasus, mereka hanya tidur atau
kehilangan nafsu makan
1. IV. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem organ yang terkait dengan penyakit ini adalah sistem pernafasan. Sistem pernafasan terdiri
dari :
1. Hidung Rongga hidung dilapisi oleh epitelium gergaris. Terdapat sejumlahkelenjar sebaseus
yang ditutupi oleh bulu kasar. Partikel-partikel debuyang kasar dapat disaring oleh rambut-
rambut yang terdapat dalamlubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat
dalam lapisanmukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa.
Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan kesuperior di
dalam sistem pernafasan di bagian bawah menuju ke faring.Dari sini lapisan mukus akan tertekan
atau dibatukkan keluar. Air untuk kelembaban diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang
disuplaike udara inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Jadi
udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupasehingga bila udara mencapai faring hampir bekas
debu, bersuhumendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100%.
1. Faring Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung danrongga mulut, dan
di depan ruas tulang leher
Merupakan pipa yang menghubungkan rongga mulut denganesofagus. Faring terbagi atas 3 bagian :
nasofaring di belakang hidung,orofaring di belakang mulut, dan faring laringeal di belakang
laring.Rongga ini dilapisi oleh selaput lendir yang bersilia. Di bawa selaputlendir terdapat jaringan
kulit dan beberapa folikel getah bening.Kumpulan folikel getah bening ini disebut adenoid. Adenoid
akanmembesar bila terjadi infeksi pada faring
1. Laring Terletak di depan bagian terendah faring. Laring merupakanrangkaian cincin tulang
rawan yang dihubungkan oleh otot dan di sanaterdapat pita suara. Di antara pita suara
terdapat ruang berbentuk segitigayang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glotis.
Pada waktumenelan, gerakan laring ke atas, penutupan glotis, dan fungsi seperti pintu pada
aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun, berperananuntuk mengarahkan makanan
dan cairan masuk ke dalam esofagus. Namun jika benda asing masih mampu untuk
melampaui glotis, makalaring yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau
bendadan sekret keluar dari saluran pernafasan.
2. Trakea dan cabang-cabangnya Panjangnya kurang lebih 9 centimeter. Trakea berawal dari
laringsampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima, trakea bercabangmenjadi dua
bronkus. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluhlingkaran tak lengkap berupa
cincin tulang rawan yang diikat bersamaoleh jaringan fibrosa. Letaknya tepat di depan
esofagus. Trakea dilapisioleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia.
Tempat percabangan bronkus disebut karina. Karina memiliki banyak saraf dandapat
menyebabkan spasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Struktur bronkus sama dengan
trakea. Bronkus-bronkus tersebut tidak simetris.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakankelanjutan dari trakea yang arahnya
hampir vertikal, sebaliknya bronkuskiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan
dari trakeadengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi
menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronkus yang ukurannya semakin kecil sampaiakhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran
udara terkecil yangtidak mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis memiliki garis tengahkurang
lebih 1 mm. Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos bukan tulangrawan sehingga bentuknya dapat
berubah. Setelah bronkiolus terminalisterdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru,
yaitu tempat pertukaran gas.
1) bronkiolus respiratorius
2) duktusalveolaris
3) sakus alveolaris terminalis, merupakan struktur akhir paru- paru. terdapat sekitar 23 kali
percabangan mulai dari trakea sampai sakusalveolaris terminalis. Alveoli terdiri dari satu lapis
tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara.Dalam
setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah
lapangan tenis.
1. V. PATOFISIOLOGI
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme
dan respon sistem imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari seratus jenis mikroorganisme yang
dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang bertanggung jawab pada sebagian
besar kasus. Penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang
menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit.
1) Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk kedalam paru-paru
bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung. setelah masuk virus menyerang
jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung
mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.
Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru.Sel darah
putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke
dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke
dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak organ lain
dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat membuat tubuh rentan
terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi
dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus syccytial
respiratory(RSV),adenovirus dan metapneumovirus.Virus herpes simpleks jarang menyebabkan
pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga berresiko
terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV).
2) Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara dihirup,tetapi
mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari
tubuh.
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung,mulut,dan sinus
dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli.Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin
menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung.Invasi ini memacu
sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju
paru.Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan
cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.
Hal ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan
bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan
mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran
darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan
darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.
Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura)
menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang
disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri
atipikal.Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu
atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah
“atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih
sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari
bakteri yang lain.
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak
orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab
paling umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif penting lain
penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram negatif penyebab
pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa dari bakteri gram negatif yang
menyebabkan pneumoni termasuk bkan demam, menggigil, dan mual umumnya pada pneumoni
yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri, dan cairan dari sekeliling pembuluh darah
mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang
terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik
syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan
jantung.Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura)
menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang
disebabkan bakteri adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri atipikal.
Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu atau
merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah “atipikal”
digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat,menyebabkan
pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain. Tipe
dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang
sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling
umum dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif penting lain penyebab
dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus.
Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa dari
bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus influenzae,Klebsiella
pneumoniae,Escherichia coli,Pseudomonas aeruginosa,dan Moraxella catarrhalis.Bakteri ini sering
hidup pada perut atau intestinal dan mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup.Bakteri
atipikal yang
3) Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi pada individu dengan
masalah sistem imun yang disebabkan AIDS,obat-obatan imunosupresif atau masalah kesehatan
lain.patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang
disebabkan bakteri,Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma
capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis.
Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi,dan Coccidiomycosis paling
sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.
4) Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru.Parasit ini secara khas memasuki
tubuh melalui kulit atau dengan ditelan.Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan menuju paru-
paru,biasanya melalui darah.
Terdapat seperti pada pneumonia tipe lain ,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang
menyebabkan ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel darah putih,eosinofil berespon
dengan dahsyat terhadap infeksi parasit.Eosinofil pada paru-paru dapat menyebabkan pneumonia
eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang mendasari pneumonia yang disebabkan
parasit.Parasit paling umum yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma
gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis. a adalah Toxoplasma gondii,Strongioides stercoralis
dan Ascariasis.
1. VI. WOC
Masuk ke dalam saluran pernapasan
Paru paru
Mengganggu kerja mikrofak
hipotalamus
peradangan inflamasi keringat berlebih
dispnae difusi gangguan
o2&co2 terganggu
anoreks
i
saraf pusat
1. VII. KLASIFIKASI
1. Aspirasi pneumonia
Terjadi apabila tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru- paru.pada bayi baru lahir,
biasanya tersedak karena air ketuban atau asi.
Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri sepertistreptococcus pneumonia dan
haemophylus influenzae. Gejala akanmuncul 1-2 hari setelah terinfeksi. Gejala yang muncul mulai
dari demam,batuk lalu sesak nafas.
1. Pneumonia akibat faktor lingkungan
Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi.bila tidak segera dilakukan
pengobatan maka akan mengakibatkan bronchitis dan selanjutnya menjadi pneumonia.
1. VIII. KOMPLIKASI
1. IX. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. X. PENATALAKSANAAN
BAB III
1. I. PENGKAJIAN
2. Biodata
i. Nama/Nama panggilan
iv. Agama
v. Pendidikan
vi. Alamat
x. Rencana terapi
A. Ayah
B. Ibu
1. Keluhan utama
sesak naps
1. Riwayat kesehatan
Frekuensi ISPA
Riwauat Alergi
Kebiasaan merokok
Pengguaan obat-obatan
Imunisasi
1. Riwayat Lingkungan
1. Pengkajian Fisik
A. Ispeksi:
Amati tipe pernapasan : Pursed lip breathing, pernapasan diapragma, penggunaan otot
Bantu pernapasan
Gerakan dada
1. Palpasi
Gerakan pernapasan
1. Auskultasi
1. Perkusi
1. Faktor Psikososial/Perkembangan
C. Koping
D. Koping keluarga
E. Tingkat kecemasan
1. Pemeriksaan Fisik
A. Aktivitas/istirahat
1. Sirkulasi
1. Makanan/cairan
1. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
1. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgi
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
1. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : sputum: merah muda, berkarat
1. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
1. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kroni
1. II. DIAGNOSA
2. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
7. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
8. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, penurunan masukan oral.
III. INTERVENSI
A. Dx 1 : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum, ditandai dengan:
Dispnea, sianosis
Kriteria hasil :
Batuk teratasi
Nafas normal
Intervensi:
Rasional : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan
nafas paten.
Rasional: Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang tidak
mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
Dispnea, sianosis
Takikardia
Gelisah/perubahan mental
Hipoksia
Kriteria hasil :
Nafas normal
Intervensi
Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku) atau
sianosis sentral.
Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia atau
penurunan oksigen serebral.
Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran secret untuk
memperbaiki ventilasi tak efektif.
Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang
memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernapasan.
Kriteria hasil :
Intervensi:
Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan masukan nutrisi
adekuat.
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah
Kolaborasi untuk pemberian antibiotic.
Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal penicillin,
eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.
Dispnea
Takikardia
Sianosis
Kriteria hasil :
Nafas normal
Intervensi
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
E. Dx 5 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai dengan:
Nyeri dada
Sakit kepala
Gelisah
Kriteria hasil :
1) Nyeri dada teratasi
Intervensi:
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila alas an lain tanda
perubahan tanda vital telah terlihat.
Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan
upaya batuk.
1. F. Dx 6 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
inflamasi
Kriteria hasil :
Intervensi :
Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk
kembali.
Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat
misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.
Intervensi :
Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan
kehilangan cairan untuk evaporasi.
Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan.
Ukur berat badan sesuai indikasi.
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan penggantian.
D. EVALUASI
1. Bersihan jalan nafas efektif ditandai dengan :
A. Batuk teratasi
B. Nafas normal
a. Nafas normal
c. Tampak tenang
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.
Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Penyakit. Salemba
Medika. Jakarta.
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit salauran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatn yang tinggi diseluruh dunia.
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang
terjadi di masyarakat atau didalam rumah sakit/pusat perawatan. Pneumonia yang merupakan
bentuk infeksi saluran nafas bawah akut diparenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15%-20%.
Kejadian PN di ICU lebih sering daripada PN diruangan umun, yaitu dijumpai pada hamper 25% dari
semua infeksi pada 9-27% dari pasien yang diintubasi. Pneumonia dapat terjadi pada orang normal
tanpa kelainan iminitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita
pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu:
C. Tujuan Pembelajaran
1. Agar Mahasiswa/I mampu mengerti konsep dasar medic dari gangguan system
pernafasan : pneumonia
2. Agar mahasiswa/I mampu memahami dan melakukan proses keperawatan pada pasien
dengan gangguan system pernafasan : pneumonia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri,
jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Pneumonia adalah infeksi pada
parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat
adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran
trakheabronkialis. (Ngastiyah, 1997)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Selain gambaran
umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan
pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium). (Wilson, 2006)
B. Etiologi
Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:Virus sinsisial pernafasan, Hantavirus, Virus influenza,Virus
parainfluenza,Adenovirus, Rhinovirus, Virus herpes simpleks, Micoplasma (pada anak yang relatif
besar). Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
2. adenovirus
3. virus parainfluenza
4. virus influenza.
C. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel
dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga
memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus
dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia
misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan
neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau
epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling
sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran
napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal
dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat
merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri
yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-
kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr,
virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir
atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi
makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks.
Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear
pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi
dan terdiri dari:
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sek¬ ret fiat yang
dikeluarkan oleh set epitel tersebut.
4. Refleks batuk
7. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari imu¬ noglobulin A (IgA).
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mem¬pengaruhi timbulnya pneumonia
ialah daya tahan badan yang menurun, misal¬nya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit
menahun, faktor iatrogen seperti trauma pada paru, anestesia, aspirasi, pengobatan dengan
antibiotika yang tidak sempurna.
Batuk nonproduktif, Ingus (nasal discharge), Suara napas lemah, Retraksi intercosta, Penggunaan
otot bantu nafas, Demam, Ronchii, Cyanosis, Leukositosis, Thorax photo menunjukkan infiltrasi
melebar, Batuk, Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas, Menggigil, Berkeringat, Lelah.
3. kekakuan sendi.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri.
2. Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan hipoksemia
(karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat
tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas.
3. Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu pada
kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal.
4. Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru.
Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat klinis penyakitnya,
kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada keadaan
klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :
F. Penatalaksanaan Terapi
2. IVFD ; cairan DG 10 % atau caiara 24 Kcl, Glukosa 10 % tetesan dibagi rata dalam 24 jam.
3. Pengobatan: Penicilin Prokain 50.000 unit / kg BB / hari dan Kloramfenikol 75 mg /kg BB/ hari
dibagi dalam 4 dosis.
a. Data demografi
b. Riwayat Masuk, Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-
batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan
disertai riwayat kejang demam (seizure).
c. Riwayat Penyakit Dahulu, Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza
sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.
Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis penderita
d. Pengkajian
1) Sistem Integumen : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak
keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
3) nSistem Cardiovaskuler : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah
menurun
5) Sistem Musculoskeletal : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
KH:
a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal
dan tak ada gejala distres pernapasan.
R : Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.
2) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk efektif.
3) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas senggang.
R : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan membutuhkan
intervensi medik segera.
KH:
Intervensi:
R : Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (\hipotensi/syok) dapat terjadi.
R : Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau menghindarinya,
penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman.
b. Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru.
Intervensi :
R : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius,
mis., krekels, megi.
R : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial
(normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi terdengar
pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan
spasme jalan napas/obstruksi.
3) Bantu pasien napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, mis.,
menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
R : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah
mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas
paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya
napas lebih dalam dan lebih kuat.
R : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu
melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Biodata
1) Identitas klien
Nama : “An.R”
Umur : 7 bulan
Agama : Islam
Ayah
Nama : “Tn.N”
Umur : 28 Thn
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Ibu
Nama : “Ny.M”
Umur : 24 Thn
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
2) Alasan kunjungan : klien masuk rumah sakit dengan sesak nafas yang dialami sejak 3 hari yang
lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam tinggi.
III. Riwayat kesehatan
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir,
beringus dan disertai dengan demam yang tinggi.
a. Prenatal care
b. Natal
3. 3.Penolong persalinan:bidan
4. 4.Cara memudahkan persalinan:tidak ada
c. Post natal
- PBL: 50 cm
Ibu mengatakan anggota keluarga ada yang batuk-batuk yang disertai darah, yaitu nenek yang
tinggal serumah dengan klien. Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti
diabetes melitus.
IV. Riwayat Imunisasi
5 HEPATITIS(I,II,III) 2bln,3bln,4bln -
1. Pertumbuhan fisik
b. Panjang badan: 50 cm
a. Berguling :4bulan
b. duduk :6bulan
c. merangkak :7bulan
VI. Riwayat nutrisi
1. Pemberian asi
VII. Riwayat psikososial
1. Anak tunggal
VIII. Riwayat spiritual
Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa agar klien cepat sembuh dan diberikan
umur yang panjang oleh Allah SWT.
IX. Reaksi hospitalisasi
a) Mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit: karena panik melihat anaknya
Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah sakit, klien hanya mampu menangis
bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada didekatnya.
X. Aktivitas sehari-hari
Pola Makan:
Pola minum:
Pola Eliminasi
BAK
BAB
2 kali 1 minggu.
3 kali 1 minggu
Keramas
Pola aktivitas
XI. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda Vital
b) Nadi :98 x/Mnt
c) Suhu :39 ºC
d) Pernapasan :32 x/Mnt
2. Antropometri
a) Panjang badan : 75 cm
b) Berat badan : 8 kg
c) LILA : 10 cm
d) Lingkar kepala : 30 cm
e) Lingkar dada : 35 cm
f) Lingkar perut : 40 cm
3. Sistem pernapasan
a. Hidung : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan cuping hidung, tidak
ada polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal dan cepat (takipneu).
c. Dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran antara posterior
dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak simetris.
4. Sistem cardiovaskuler
5. Sistem pencernaan
c. Peristaltik : 30 x/Mnt
6. Sistem indra
a. Mata
3) Alis : Menyebar
4) Mata : Reaksi terhadap rangsangan cahaya ada
b. Hidung
1) Stuktur hidung simetris kiri & kanan , penciuman baik, tidak ada trauma di hidung, mimisan
tidak ada
c. Telinga
1) Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang bersih, serumen tidak ada.
2) Fungsi pendengaran normal ( jika klien di panggil maka ia akan menoleh ke arah suara tersebut.
7. Sistem Saraf
a. Fungsi Serebral
2) Kesadaran
a) Eyes : 4
b) Motorik : 6
c) Verbal : 5
b. Fungsi Cranial
c. Fungsi motorik
1) Massa otot : lemah
3) kekuatan otot : 25%(dapat menggerakan anggota gerak Tetapi tidak kuat menahan berat dan
Tekanan pemeriksa.
d. Fungsi sensorik
e. Fungsi Cerebellum
f. Refleks
g. Iritasi Meningen
8. Sistem Muskuloskeletal
a. Kepala
1) Bentuk : Normal
b. Vertebrae
c. Pelvis
d. Lutut
1) Tidak bengkok dan tidak kaku,gerakan baik(aktif)
e. Kaki
tidak bergerak.
f. Tangan
9. Sistem Integument
b) kulit : kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu kulit menyebar, tidak ada tahi
lalat.
c) Kuku : warna merah muda,permukan datar,tidak mudah patah,kuku pendek dan agak bersih.
10. Sistem Endokrin
11. Sistem Perkemihan
Edema palpebra tidak ada,edema anasarka tidak ada, kencing batu tidak ada.
12. Sistem Reproduksi
Tidak dikaji
13. Sistem Immune
c) Bicara
XII. Pemeriksaan penunjang
XIII. Penatalaksanaan
a. Terapi oksigen
B. Analisa Data
Umur : 7 bulan
No.Registrasi : 7544
DO:
T : 100/80
N : 98 X/ menit
Penumpukan
S : 39 C
secret/mucus
P : 32 X/ menit
DO :
- KU : Lemah
- Suu : 39 C
DS :
3
DO :
TB : 120 cm
Termoregulator
DS :
No.Regristasi : 7544
30 oktober 2012
31 oktober 2012
D. Intervensi keperawatan
E. Evaluasi
No.Regristasi : 7544
No Tanggal Evaluasi
bunyi ronchi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri,
jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Insiden pneumonia berbeda untuk
daerah yang satu dengan daerah yang lain. Dan dipengaruhi oleh musim, insiden meningkat pada
usia lebih 4tahun. Dan menurun dengan meningkatnya umur. Faktor resiko yang meningkatkan
insiden yaitu umur 2bulan, gisi kurang, BBLR, tidak mendapat hasil yang memadai, polusi udara,
kepadatan tempat tinggal, imunisasi kurang lengkap, membentuk anak dan defisiensi vitamin A,
dosis pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortabilitas dapat diturunkan kurang dari 1%
bila pasien disertai dengan mall nutrisi, energi, protein,(MEP) dan terlambat berobat, kasus yang
tidak diobati maka angka mortalitasnya masih tinggi. Maka kita sebagai perawat yang profesional
dalam melakukan proses keperawatan harus memperhatikan hal-hal tersebut. Agar implementasi
yang kita berikan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan tepat pada sasaran.
B. Saran
Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan asuhan keperawatan yang
terbaik untuk pasiennya.
DAFTAR PUSTAKA
Biddulph, Jonn, dkk. 1999. Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
asuhan keperawatan pneumonia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan,
kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang. Agar terwujud kesehatan masyarakat yang
optimal, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dengan perilaku sehat dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil, merata serta
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk mendukung hal tersebut maka tujuan utama
dibidang kesehatan dalam rangka menuju Indonesia sehat 2010 adalah menurunkan angka kematian
balita (Depkes RI, 2002).
World Health Organisation (WHO) tahun 2002, menyatakan setiap tahunnya lebih dari 10 juta anak
yang berusia dibawah 5 tahun mengalami kematian, yang disebabkan oleh 6 penyebab utama yang
mana sebagian besarnya dapat dicegah. Dari sekitar 10,6 juta balita yang meninggal 73% nya
disebabkan oleh 6 penyebab utama yaitu : Pneumonia (radang paru) 19%, diare 18%, infeksi pada
darah atau pneumonia pada BBL 10%, prematur 10%, dan asfiksia (sumbatan jalan nafas) 8%,
malaria 8%. Ada 1 juta balita meninggal setiap tahun akibat penyakit yang
disebut Invasive Pneumoccoccal Dissease(IPD). Penyakit ini cukup berbahaya dan tidak jarang
menyebabkan kematian pada anak balita. Orang tua hendaknya tetap waspada terhadap bahaya
serangan penyakit IPD karena dapat mengancam nyawa, terutama pada anak dibawah usia 2 tahun
(Putra. S.T. 2006).
Hasil penelitian dinegara berkembang yang dilakukan oleh United Nations For Children Fund
(UNICEF) tahun 2001 menunjukan bahwa (20-35%) kematian bayi dan anak balita disebabkan oleh
penyakit radang paru. Diperkirakan bahwa 2-4 juta bayi dan anak balita diberbagai negara setiap
tahun meninggal karena penyakit radang paru, dua per tiga dari kematian itu terjadi pada kelompok
usia bayi, terutama bayi yang berusia 2 bulan pertama sejak lahir. Dilaporkan, di kawasan Asia –
Pasifik diperkirakan sebanyak 860.000 balita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 98 anak setiap
jam. Secara nasional angka kejadian Pneumonia belum diketahui secara pasti, data yang ada baru
berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen P2M-PL Depkes RI tahun 2007. Dalam laporan tersebut
disebutkan, dari 31 provinsi ditemukan 477.429 anak Balita dengan pneumonia atau 21,52 persen
dari jumlah seluruh Balita di Indonesia. Proporsinya 35,02 persen pada usia di bawah satu tahun dan
64,97 persen pada usia satu hingga empat tahun. Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang
masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, dan menjadi penyebab kematian nomor tiga di
Indonesia setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis (Djelantik, 2009).
Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian akibat pneumonia pada balita yaitu :
umur, jenis kelamin, gizi kurang, BBLR, status ASI, status imunisasi, kepadatan hunian, ventilasi,
pencemaran udara dalam rumah. Tingginya kejadian pneumonia terutama menyerang kelompok
usia bayi dan balita. Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang pneumonia
dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi
sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan
gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang pneumonia bahkan serangannya lebih
lama. (Prabu, 2009).Menurut Tupasi (1985) dalam Nurijal (2009) salah satu faktor resiko yang
berperan dalam kejadian pneumonia pada anak adalah status gizi, dimana interaksi antara infeksi
dan Kekurangan Energi Protein (KEP) telah lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling
mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lainnya. Pada KEP, ketahanan tubuh
menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu
dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan
keseimbangan tersebut adalah status gizi anak.
Hasil penghitungan mortalitas oleh subdirektorat ISPA departemen Kesehatan Republik Indonesia
2005 di sepuluh provinsi pneumonia masih merupakan penyebab kematian tertinggi pada balita
(23,6%). Dari sepuluh penyakit terbanyak di provinsi Bengkulu ISPA (pneumonia) merupakan
penyakit tertinggi pada balita. Pada tahun 2007 tercatat 347 penderita pneumonia balita, sedangkan
pada tahun 2008 penderita pneumonia tercatat 211 penderita (Dinas Kesehatan Kota Bengkulu,
2008).
B. TUJUAN
Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2009.
a) Untuk mengetahui gambaran status gizi pada anak balita di wilayah Puskesmas Sukamerindu
Kota Bengkulu tahun 2009.
b) Untuk mengetahui gambaran kejadian pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu
Kota Bengkulu tahun 2009.
c) Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu tahun 2009.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. A. DEFENISI
Pneumonia adalah implamansi parenkim paru, biasanya berhubngan dengan pengisian alvbioli
dengan cairan. Penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi, iritan kimia, dan terapi radfiasi.
Rencana keperawatan sesuai dengan pneumonia bacterial dan virus. Mis: pneumococcal
pneumonia, pneumocystis carrinni, heamofilus influenza, mioplasma, Gram-negatif. ( rencana
asuhan keperawatan, Marilynn E. Doenges )
Pnemonia adalah suatu radang pada paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing. (http://fendy-nurse.blogspot.com/2012/06/asuhan-
keperawatan-anak-dengan.html )
1. B. ETIOLOGI
- Virus Influensa
- Adenovirus
- Rhinovirus
- Rubeola
- Varisella
- Pneumococcus
- Streptococcus
- Staphilococcus
Pneumokistis karinti.
1. C. MANIFESTASI KLINIS
- Demam
- Ronchii
- Cyanosis
- Leukositosis
1. D. ANATOMI FISIOLOGI
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan epiglotis, yang berfungsi
menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang dihirup.
1) Hidung
Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar
sebaseus dengan ditutupi bulu kasar yang bermuara ke rongga hidung. Bagian hidung lain adalah
rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses
oksigenasi diawali dari sini. Pada saat udara masuk melalui hidung, udara akan disaring oleh bulu-
bulu yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta
dilembabkan.
2) Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak sampai dengan esofagus
yang terletak di belakang nasofaring (di belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di
belakang laring (laringo faring).
3) Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian tulang rawan yang
diikat bersama ligamen dan membran, yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis
tengah.
4) Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu menutup laring ketika orang sedang
menelan.
Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trakhea, tandan bronkhus, segmen bronkhus, dan
bronkhiolus, yang berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan.
1) Trakhea
Trakhea atau disebut sebagai batang tenggorok yang memiliki panjang kurang lebih 9 cm dimulai
dari laring sampai kira-kira setinggi vertebra thorakalis kelima. Trakhea tersebut tersusun atas enam
belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap yang berupa cincin. Trakhea ini dilapisi oleh selaput
lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
2) Bronkhus
Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas dua percabangan yaitu kanan dan
kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas,
tengah, dan bawah; sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dalam
lobus atas dan bawah. Kemudian saluran setelah bronkhus adalah bagian percabangan yang disebut
sebagai bronkhiolus.
3) Paru-paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Letak paru itu sendiri di dalam rongga thoraks
setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi
oleh pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis, kemudian juga dilindungi oleh cairan pleura
yang berisi cairan surfaktan. Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian (paru kanan
dan paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta pembuluh
darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang
bersifat elastis, berpori, dan memiliki fungsi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
2. Fisiologi pernafasan
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernapasan) didalam tubuh terdapat tiga tahapan
yakni ventilasi, difusi, dan transportasi.
a. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang mempengaruhi, di
antaranya adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru. Semakin tinggi tempat maka
tekanan udara semakin rendah. Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara
semakin tinggi. Hal lain yang mempengaruhi proses ventilasi kemampuan thoraks dan paru pada
alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempisnya, adanya jalan napas yang dimulai
dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi
oleh sistem saraf otonom, terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga
dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan konstriksi
sehingga dapat menyebabkan vasokonstriksi atau proses penyempitan, dan adanya refleks batuk
dan muntah juga dapat mempengaruhi adanya proses ventilasi, adanya peran mukus ciliaris yang
sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron dapat mengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah komplians (complience) dan recoil yaitu kemampuan paru untuk
berkembang yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya surfaktan yang terdapat
pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan masih ada sisa
udara sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan thoraks atau keadaan paru itu sendiri. Surfaktan
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, surfaktan disekresi saat klien menarik napas,
sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi atau menyempitnya
paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat keluar secara
maksimal.
Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons pun dapat mempengaruhi proses ventilasi,
karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60
mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila pCO2 kurang dari sama dengan 80
mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
1. b. Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli.
Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, di
antaranya, pertama, luasnya permukaan paru. Kedua, tebal membran respirasi/permeabilitas yang
terdiri atas epitel alveoli dan interstisial keduanya. Ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan. Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, hal ini dapat terjadi
seperti O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan pCO2
dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. Keempat, afinitas gas yaitu
kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
1. c. Transportasi Gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada
proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut
dalam plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (5%), kemudian sebagian menjadi HCO berada
pada darah (65%).
1. Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya curah
jantung (cardiac output) yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut
jantung. Isi sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot jantung untuk berkontraksi dan
volume cairan. Frekuensi denyut jantung dapat ditentukan oleh keadaan seperti over
load atau beban yang dimiliki pada akhir diastol. Pre load atau jumlah cairan pada akhir
diastol, natrium yang paling berperan dalam menentukan besarnya potensi aksi, kalsium
berperan dalam kekuatan kontraksi dan relaksasi. Faktor lain dalam menentukan proses
transportasi adalah kondisi pembuluh darah latihan/olahraga (exercise), hematokrit
(perbandingan antara sel darah dengan darah secara keseluruhan atau HCT/PCV), eritrosit,
dan Hb. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006)
1. F. KLASIFIKASI
1. Bakteri
Steptokokus, sering merupakan komplikasi dari penyakit virus lain, seperti morbili dan
varisela atau komplikasi penyakit kuman lainnya seperti pertusis, pneumonia oleh
pnemokokus.
Streptokokus, lebih banyak pada anak-anak dan bersifat progresif, resisten terhadap
pengobatan dan sering menimbulkan komplikasi seperti; abses paru, empiema, tension
pneumotoraks.
1. Virus
1. Aspirasi
2. Pneumonia hipostatik
1. Jamur
2. Sindroma Loeffler.
1. PATOFISIOLOGI
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang
dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu
gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga
bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak
mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan
oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah
vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri
jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri
jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan
hipoksemia arterial.
Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus,
klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’. Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam
sindrom pneumonia atipikal.
Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum.
Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel.
Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma
paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan dewasa muda.
Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak dari
individu ke individu. Pasien dapat diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.
Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini menyebar ke seluruh
saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini mempunyai ciri-ciri
bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia
atipikal dapat menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti
yang diuraikan dalam pneumonia bakterial.
1. H. WOC ( TERLAMPIR )
1. I. PENATALAKSANAAN
2. Berikan oksigen
3. Terapi antibiotik dengan cara memberikan kloramfenikol secara intramuskular setiap 6 jam.
Apabila pada anak terjadi perbaikan (biasanya setelah 3-5 hari), pemberiannya diubah menjadi
kloramfenikol oral. Berikan kloramfenikol paling selama 10 hari. Jika kloramfenikol tidak tersedia,
berikan benzilpensilin ditambah dengan golongan aminoglikosida (contohnya, gentamisin).
Kloramfenikol juga efektif untuk meningitis bakterialis, yang dapat terjadi pada anak dengan
pneumonia. Diduga pneumonia stafilokokus jika terdapat tanda perburukan klinis walaupun
diberikan pengobatan dengan kloramfenikol, atau hasil foto rontgen dada memperlihatkan
gambaran pneumatokel atau empiema. Pneumonia stafilokokus sebaiknya diobati dengan kloksasilin
(atau fluklosasilin, oksasilin, nafsilin, atau methisilin) ditambah gentamisin , paling sedikit diberikan
selama 3 minggu
Beri parasetamol jika suhu aksila lebih dari 39ºc, kecuali pada bayi muda : 10 sampai 15 mg per kg
berat badan per oral, setiap 6 jam. Menyeka dengan air suam-suam kuku atau air dingin sebaiknya
tidak dilakukan karena hal tersebut akan meningkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan
produksi karbon dioksida yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan pada anak yang
menderita pneumonia
1. kemudian nilai responnya setelah 15 menit jika diperlukan, pemberiannya dapat diulang.
Makanan, dimana anak dengan pneumonia berat dapat mengalami kesulitan makan karena
adanya pernafasan cepat atau sulit bernafas. Anjurkan anak untuk sering makan-makanan ringan
dan tetap terus minum ASI. Membiarkan ibu tetap tinggal bersama anaknya dirumah sakit
merupakan hal yang penting dan jangan memaksa anak untuk makan.
Cairan, peningkatan kehilangan cairan terjadi selama infeksi pernafasan akut, khususnya jika
terdapat pernafasan cepat atau demam. Kehilangan cairan dari paru terutama terdiri dari air. Oleh
karena itu, untuk mengganti cairan pada anak tanpa disetai diare. Berikan ASI, air bersih, minum
susu, dan cairan lain yang berkadar garam rendah.
Sekresi, karena banyak bayi yang tidak dapat bernafas dengan normal melalui mulut, sumbatan
pada hidung yang padat menyebabkan gawat pernafasan dan kesulitan pemberian ASI. Gunakan
spuit plastik (tanpa jarum) untuk menghisap dengan hati-hati adanya secret hidung jika diperlukan
untuk menghasilkan jalan nafas. Gunakan tetes hidung isotonis jika hidung tersumbat oleh mukus
yang kering.
Suhu lingkungan, tidak membuat suhu terlalu panas atau dingin pada anak yang menderita
pneumonia merupakan hal yang penting. Tekanan panas dan dingin dapat meningkatkan produksi
karbon dioksida dan mencetuskan terjadinya kegagalan pernafasan. Suhu lingkungan yang netral
memperkecil konsumsi oksigen.
1. Hati-hati dengan pemberian terapi cairan
Anak yang menderita pneumonia berat dapat mensekresi hormon anti diuretik (ADH) dalam jumlah
besar secara tidak sesuai dan berisiko terjadi kelebihan cairan serta edema paru. Oleh karena itu jika
anak dalam keadaan shock, sebaiknya hindari pemberian cairan intravena dan sebagai gantinya
dapat diberikan secara oral atau dengan selang nasogastrik.
1. Nilai ulang setiap 2 jam oleh perawat dan setiap 2 kali sehari oleh dokter.
Apabila anak memiliki respon buruk terhadap pengobatan : maka periksa adanya komplikasi seperti
empiema dimana terdapat demam persisten, perkusi yang pekak, adanya cairan pleura pada
pemeriksaan sinar X. Gagal jantung, jika adanya pembesaran hati, denyut jantung > 160 x/menit,
pembeseran jantung, bunyi murmur jantung, tekanan vena yang tinggi, pengaliran darah yang buruk
ke ekstermitas, bronkospasme. Antibiotika diganti dengan kloksasilin ditambah dengan gentamicin
jika diduga adanya pneumonia stafilokokus. Bila pneumonia menetap lebih dari 10 hari walaupun
telah diberi therapi antibiotik, pertimbangkan penyebab pneumonia persisten.
b. Pneumonia Berat
2. Apabila perawatan untuk semua anak dengan penarikan dinding dada tidak memungkinkan
dapat dipertimbangkan untuk memberikan terapi antibiotika di rumah dengan pengawasan
yang ketat pada anak yang tidak mengalami penarikan dinding dada yang hebat, sianosis,
atau tanda penyakit yang sangat berat.
3. Berikan oksigen jika frekuensi pernafasan > 70 x/menit, terdapat penarikan dinding dada
yang hebat atau gelisah.
1. J. KOMPLIKASI
v Komplikasi sistemik.
v Hipoksemia.
v Pneumonia kronik.
v Bronkietasis
BAB III
ASKEP TEORITIS
1. A. PENGKAJIAN
Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang
digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien. Merencanakan secara sistematis dan
melaksanakannya serta mengevaluasi hasil tidakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Nasrul
Efendi, 1995 : 2 – 3).
a. Pengumpulan data.
Pneumonia dapat menyerang semua usia tergantung kuman penyebabnya diantaranya adalah
pneumonia bakterialis dapat terjadi pada semua usia, pneumonia atipikal sering pada anak dan
dewasa muda, dan pneumonia virus sering pada bayi dan anak.
Keluhan didahului dengan infeksi saluran pernafasan, kemudian mendadak panas tinggi disertai
batuk yang hebat, nyeri dada dan nafas ngos.
Pada klien pneumonia yang sering dijumpai pada waktu anamnese adalah klien mengeluh
mendadak panas tinggi (38°C – 41°C) disertai menggigil, kadang-kadang muntah, nyeri pleura dan
batuk pernafasan terganggu (takipnea), batuk yang kering akan menghasilkan sputum seperti karat
dan purulen.
Pneumonia sering diikuti oleh suatu infeksi saluran pernafasan atas, pada penyakit PPOM,
tuberkulosis, DM, pasca influenza dapat mendasari timbulnya pneumonia.
5) Riwayat penyakit keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau asma bronkiale,
tuberkulosis, DM, atau penyakit ISPA lainnya.
v Keadaan umum:
Klien tampak lelah, lemah, gelisah, perubahan mood terjadi, klien merasa tidak betah di RS karena
harus berbaring di tempat tidur. Vital sign meliputi:
- Suhu : 39 ºC
v Kulit:
Kulit sudah keriput, kering dengan turgor buruk tapi tidak ditemukan lesi, sianosis pada mulut dan
hidung, edema tidak ada.
v Kepala:
Simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh, tidak ada luka, kulit kepala bersih, rambut beruban
dan lurus.
v Mata:
Ikterus (–), pupil isokhor kiri dan kanan, refleks cahaya (+), tanda-tanda anemis tidak dijumpai.
v Telinga:
Bentuk simetris kiri dan kanan, pendengaran tidak terganggu dan tidak ada nyeri, serumen sedikit,
tidak mengganggu pendengaran dan tidak ditemukan cairan.
v Hidung:
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, polip (–), tidak ditemukan darah/cairan keluar dari hidung.
Mulut sianosis, bibir kering, lidah hiperemesis, dapat dijulurkan maksimal keluar dan bergerak
bebas, refleks menelan kurang baik dan tonsil tidak infeksi.
v Leher:
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, dan leher dapat digerakkan dengan bebas.
v Dada:
Bentuk dada simetris, pernafasan dibantu oleh penggunaan otot aksesori, klavikula menonjol dan
sternum terlihat rata. Nyeri dada timbul saat batuk.
v Sistem pernafasan:
Pernafasan cepat (takipneu) dan dangkal disertai cuping hidung dispneu. Terdapat tanda-tanda
konsolidasi paru yakni pekak pada perkusi, suara nafas bronchial, ronki basah.
v Sistem kardiovaskuler:
v Sistem muskuloskeletal:
Klien mempunyai postur tubuh yang tinggi dengan massa otot yang sudah menurun (kurus).
v Sistem neurologi:
Kesadaran menurun/letargi, komunikasi kurang lancar, orientasi terhadap orang, waktu dan tempat
kurang baik, gelisah.
v Sistem endokrin:
Riwayat DM tidak ada, belum pernah dideteksi adanya penyakit akibat gangguan metabolisme
lainnya.
1. B. DIAGNOSA
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi trakeabronkial, pembentukan edema,
peningkatan produksi sputum, nyeri pleuritik, oenurunan energi, kelemahan
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan
umum
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk menetap
1. C. INTERVENSI
TUJUAN &
No. DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
à ilihan
intervensi
tergantung pada
penyebab masalah
à Identivikasi faktor yang
menyebabkan mual,
muntah. Misalnya: à Menghilangkan
sputum banyak, tanda bahaya, rasa,
pengobatan aerosol, bau dari lingkungan
dipsnea berat, nyeri. pasien dan dapat
menurunkan mual.
à Berikan wadah tertutup
untuk sputum dan buang
Tujuan: Kebutuhan sesering mungkin.
nutrisi teratasi Berikan/ bantu
kebersihan mulut setelah
Kriteria muntah, setelah tindakan
hasil:adanya aerosol dan drainase
peningkatan nafsu postural, dan sebelum
Nutrisi kurang dari makan, tidak mual makan. à Menurunkan efek
mual yang
kebutuhan tubuh dan muntah, BB
b.d anoreksia bertambah à Jadwalkan pengobatan berhubungan
pernafasan sedikitnya dengan
2. satu jam sebelum makan pengobatan ini
3. Resiko tinggi Tujuan: Mencapai –> Kaji perubahan TTV à Membantu dalam
kekurangan volume keseimbangan pengkajian
cairan b.d demam cairan yang keseimbangan
dan dipsnea adekuat cairan
àMemberikan
informasi tentang
keadekuatan
volume cairan dan
kelembaban membrane kebutuhan
mukosa pengganti
à:Tirah baring
dipertahankan
selama fase akut
untuk menurunkan
kebutuhan
metabolik,
menghemat energi
untuk
penyembuhan.
Pembatasan
aktivitas
ditentukan dengan
respon klien
terhadap aktivitas
dan perbaikan
kegagalan
pernafasan
à:Alat untuk
mengontrol
ààAnjurkan dan bantu
klien dalam teknik ketidaknyamanan
dada sementara
menekan dada selama
episode batuk meningkatkan
keefektifan upaya
batuk
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pneumonia merupakan inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli
dengan cairan.
bakteri:
Virus:
Jamur:
Protozoa
Agen penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi ataupun aliran darah. Diawali dari
saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernafasan bawah. Kemudian timbul reaksi
peradangan pada dinding bronkhus. Sel menjadi radang berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak.
Kondisi tersebut berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan atelektasis.
Apabila menemukan klien dengan pneumonia, maka gejala-gejala yang dapat ditemui pada klien
secara umum adalah klien demam, berkeringat, batuk dengan sputum yang produktif. Klien
mengeluh sesak nafas, sakit kepala, lelah dan nyeri pada dada. Pada pemeriksaan auskultasi ditemui
adanya ronchi dan dullness pada perkusi dada.
1. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://wulanladys.blogspot.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pneumonia.html
http://cietciet.blogspot.com/2012/04/askep-pneumonia.html
Alsagaff Hood. (1995), Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya.