CITEUREUP
Dosen Pembimbing: Ns. Yesi Rahmawati S.Kep
1. Proses keperawatan
a. Kondisi klien
DS : Pasien mengatakan pusing
DO : Pasien nampak lemas
Selamat siang pak saya Herdika yang bertugas siang hari ini dari pukul 14:00-21:00 malam
nanti
- Evaluasi validasi
Bagaimana pak,apa ada keluhan lain?
- Kontrak waktu
Baik pa saya akan melakukan tindakan mengukur tanda-tanda vital bapak,waktunya kurang lebih
7 menit
3. Kerja
- Alat
Spigmomananometer
Stetoskop
Thermometer
Alroji
4. Prosedur tindakan
Menjelaskan tindakan
Mencuci tangan dan mendekatkan alat
Mengatur posisi pasien
Menggulung lengan baju pasien
Memasang spigmomananometer 3 jari diatas nadi brochialis letekan stetoskop diatas
nadi
Buka perlahan kuncinya dan perhatikan bunyi pertama (sistol)dan dup bunyi terakhir
(diastole).
Lepaskan alat,lalu taruh thermometer di leher pasien,lalu palpasi nadi pasien selama 1
menit menggunkan alroji
Rapihkan alat lalu memncuci tangan kembali
Dokumentasi hasil
5. Terminasi
a) Evaluasi subjektif
Bagaimana pak,apakah ada keluhan lain?
b) Evaluasi objektif
TD :150/100 Mmhg RR :22X/menit
N :94x/menit S :36,4
c) Rencana tindak lanjut
Baik,pak saya sudah selesai melakukan tindakan
1 Proses keperawatn
. Kondisi klien
a
.
DS : klien mengatakan sesak tadi siang
b Diagnose keperawatan
. Tujuan khusus : untuk mengurangi sesak pada pasien
c
.
d Tindakan keperawatan : melakukan pemasangan oksigen
.
2 Proses pelaksaanaan tindakan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat siang saya herdika perawat yang bertugas siang hari ini darp pukul 14:00 sampai
21:00
- Evaluasi validasi
Bagaimana ibu apakah masih terasa sesak?
- Kontrak waktu
Baik ibu saya akan melakukan tindakan pemasangan oksigen dengan waktu 5 menit
b. Kerja
- Alat
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter,humidifier
2. Nasal /kateter/masker oksigen
- Prosedur tindakan
1. Menjelaskan tujuan tindakan
2. Mencuci tangan
3. Mendekatkan alat yang sudah disiapkan
4. Putar oksigen sesusai terapi ,pastikan alat oksigen berfungsi
5. Mengecek apakah oksigen dapat mengalir lewat selang
6. Perhatikan apakah ada gelembung pada humidifier saat oksigen mengalir
7. Rasakan oksigen keluar dari kanul
8. Atur oksigen dengan flowmeter sesuai terapi
9. Letakan kanul pada wajah klien,dengan lubang kanul masuk ke hidung dan karet
melingkar pada kuping klien
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Baik bu saya sudah selesai melakukan tindakan pemasangan oksigen
- Evaluasi objektif
Sesak pada klien sudah membaik dan berkurang sesaknya
1 Proses keperawatan
. Kondisi klien
a
.
DS : klien sudah boleh pulang oleh dokter
b Diagnose keperawatan :
.
c Tujuan khusus : melepaskan infus pada klien
.
d Tindakan keperawatan : melepas infus
.
2 Proses pelaksanaan tindakan
. Orinteasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat sore ibu saya Herdika perawat yang bertugas sore hari ini disini saya akan
melakukan tindakan keperawatan melepas infus ibu karena sudah dibolehkan pulang
- Evaluasi validasi
Bagaimana ibu apakah sudah tidak ada keluhan lain?
- Kontrak waktu
Baik ibu saya akan melakukan pelepasan infus pada ibu karena sudah dibolehkan pulang oleh
dokter
b. Kerja
- Alat
1. Handscoon
2. Plester
3. Bengkok
4. Gunting
5. Alcohol swab
- Prosedur kerja
1. Menjelaskan tujuan tindakan
2. Mendekatkan alat tutup sampiran
3. Mencuci tangan memakai handscoon
4. Menyiapkan plester lalu membuka alcohol swab
5. Basahi dengan alcohol swab pada plester yang ada di tangan klien agar tidak
sakit saat dibuka
6. Lepaskan plster dari set infus lalu dep menggunakan alcohol swab lalu plester
bekas infus menggunakan alcohol swab
7. Rapihkan alat lalu membuka handscoon dan memcuci tangan kembali
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Klien nampak membaik
- Evaluasi objektif
Baik ibu saya sudah melakukan pelepasan infus
1 Proses keperawatan
. Kondisi klien
a
.
DS : Klien mengatakan tidak bisa tidur
b Diagnose keperawatan :
.
c Tujuan khusus : untuk memberikan obat pada klien
.
d Tindakan keperawatan : pemberian obat oral
.
2 Prosedur tindakan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat pagi ibu saya herdika perawat yang berjaga pagi hari ini dari jam 07:00 samapi 14:00
- Evaluasi validasi
Bagaimana bu apakah masih pusing?
- Kontrak waktu
Baik ibu saya akan memberikan ibu obat tidur untuk ibu minum agar membantu ibu bisa tidur
b. Kerja
- Alat
1. Obat yang sudah diresepkan dokter
- Prosedur tindakan
1. Jelaskan cara meminum obatnya dan manfaat obatnya
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Klien nampak lemas
- Evaluasi objektif
Baik bu jika ibu sudah mengerti saya izin keluar
1 Prosedur keperawatan
. Kondisi klien
a
.
DS : Klien mengeluh lemas pusing dan mual
b Diagnosa keperawatan :
.
c Tujuan khusus : melalui selang infus
.
d Tindakan keperawatan : pemberian obat melalui selang infus (bolus)
.
2 Proses tindakan keperawatan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat siang pak saya herdika perawat yang bertugas jaga siang ini
- Evaluasi validasi
Bagaimana pak apakah masih pusing dan mual?
- Kontrak waktu
Baik pak saya akan melakukan tindakan keperawatan injeksi intravena dengan waktu 5 menit
b. Kerja
- Alat
1. Handscoon
2. Spuit streril sesusai kebutuhan
3. Perlak
4. Bengkok
5. Alcohol swab
6. Obat injeksi/ampul
- Prosedur tindakan
1. Verivikasi data klien
2. Menjelaskan tujuan tindakan
3. Mendekatkan alat ,mencuci tangan lalu memakai handscoon
4. Siapkan obat
5. Swab selang infus menggunakan kapas alcohol
6. Mengklem cairan infus
7. Menusukan jarum keselang infus
8. Aspirasi apakah jarum suntik sudah masuk selang infus
9. Masukan obat secara perlahan
10. Menari keluar jarum setelah obat dimasukan
11. Periksan kecepatan tetesan infus
12. Bereskan alat lalu membuka handscoon dan mencuci tangan kembali
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Baik saya sudah selesai melakukan tindakan keperawatan injekasi intravena
- Evaluasi objektif
Bagimana pak setelah dilakukan injeksi intravena
1 Proses keperawatan
. Kondisi klien
a
.
DS : Klien mengatakan pusing,lemas,mual
b Diagnose keperawatan
. Tujuan khusus : mengganti cairan sesusai kebutuhan
c
.
d Tindakan keperawatan : pemasangan infus
.
2 Prosedur tindakan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat pagi bapak saya Herdika yang berjaga siang hari ini dari jam 14:00 sampai 21:00
- Evaluasi validasi
Bagaimana pak,apakah ada keluhan lain?
- Kontrak waktu
Baik pak,saya akan melakukan tindakan keperawatan pemasangan infus pada bapa
waktunya 8 menit
b. Kerja
- Alat
1. Nacl (cairan infus)
2. Alcohol swab
3. Plester
4. Gunting
5. Bengkok
6. Handscoon
7. Perlak
8. Pengikat bendungan
9. Aboket sesusai kebutuhan
10. Set infus
- Prosedur tindakan
1. Verifikasi klien dan menjelaskan tujuan tindakan
2. Mencuci tangan lalu memakai handscoon
3. Mendekatkan alat dan menutup sampiran klien
4. Siapakan set infus dan cairan infus
5. Alirkan cairan infus hingga tidak ada udara atau gelembung
6. Gantungkan botol cairan pada tiang infus
7. Menentukan lokasi penusukan
8. Setelah ditentukan oleskan alcohol swab pada area yang sudah ditentukan
9. Pasang pengikat bendungan
10. Menusukan jarum aboket pada area penusukan yang sudah diswab alcohol
11. Buka pengikat bendungan
12. Lalu sambungkan selang infus pada aboket
13. Fiksasi dengan plester lalu teteskan cairan sesuai kebutuhan
14. Rapihkan alat membuka handscoon lalu mencuci tangan kembali
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Baik pak saya sudah selesai melakukan tindakan pemasangan infus
- Evaluasi objektif
Bagaimana pak setelah dipasang infus?
1 Proses keperawatan
. Kondisi klien
a
.
DS : klien mengatakan lemas
b Diagnose keperawatan
. Tujuan khusus : pemberian obat nebulizer
c
.
d Tindakan keperawatan : Nebulizer
.
2 Prosedur tindakan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat pagi ibu saya Herdika perawat yang berjaga pagi hari ini
- Evaluasi validasi
Bagaimana ibu keadaan anak
- Kontrak waktu
Baik bu saya akan melakukan tindakan keperawatan nebulizer
b. Kerja
- Alat
1. Set nebulizer
2. Bronkodilator
3. Spuit 5 cc
4. Aquades
5. Tisu
6. Bengkok
7. handscoon
- Prosedur tindakan
1. Menjelaskan tindakan
2. Memakai tangan lalu memakai handscoon
3. Mengisi nebulizer dengan aquades sesusai takaran
4. Mengisi obat sesuai dosis
5. Memasang masker pada klien lalu nyalakan nebulizer ,lalu lap bagian hidung
yang basah menggunakan tisu
6. Merapihkan alat membuka handscoon dan mencuci tangan kembali
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Baik ibu saya sudah selesai melakukan nebulizer pada si ade
- Evaluasi objektif
Bagaimana ibu si ade apakah sudah merasa enakan?
1 Proses keperawatan
. Kondisi klien
a
.
DS : Klien mengatakan pusing,mual,dan demam
b Diagnose keperawatan
. Tujuan khusus : untuk mengetahui penyakit klien
c
.
d Tindakan keperawatan : injeksi intravena
.
2 Prosedur keperawatan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat pagi ibu saya Herdika perawat yang berjaga pagi hari ini dari pukul 07:00 sampai
14:00
- Evaluasi validasi
Bagaimana ibu kondisinya?
- Kontrak waktu
Baik ibu saya akan melakukan tindakan keperawatan injeksi intravena atau pengambilan darah
pada ibu waktunya 5 menit
b. Kerja
- Alat
1. Spuit dan jarum suntik steril sesusai kebutuhan
2. Alcohol swab
3. Perlak
4. Pengikat bendungan
5. Handscoon
6. Plester
- Prosedur tindakan keperawatan
1. Menjelaskan tindakan keperawatan
2. Mendekatkan alat lalu mencuci tangan dan memakai handscoon
3. Memasang pengikat bendungan lalu letakan perlak di bawah lengan klien
4. Tentukan lokasi menusuknya lalu oleskan dengan alcohol swab jika sudah ditemukan
5. Menusukan jarum kearea yang ditentukan lalu bagian jarum yang runcing
keatas dengan sudut 15-30 derajat lalu ambil darah seperlunya
6. Dep bekas tusukan lalu plester
7. Simpan darah pada tabung darah
8. Membereskan alat membuka handscoon lalau mencuci tangan kembali
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Baik ibu saya sudah selesai melakukan tindakan keperawatan
- Evaluasi objektif
Bagaimana bu setelah dilakukan tindakan?
1. Proses keperawatan
a. Kondisi klien
DS : klien mengatakan ada luka DM
DO : klien ada luka DM
b. Diagnose keperawatan
c. Tujuan khusus : untuk mengetahui nilai GDS
d. Tindakan keperawatan : pemeriksaan GDS
2. Proses keperawatan
a. Orientasi
- Salam tarapeutik
Selamat pagi ibu saya herdika yang berjaga pagi hari ini dari pukul 07:00 sampai
14:00
- Evaluasi validasi
Bagaimana ibu apakah ada keluhan lain?
- kontrak waktu
Baik ibu saya akan melakukan tindakan keperawatan pemeriksaaan GDS ibu
b. Kerja
- Alat
1. Glokometer
2. Stik glukosa
3. Jarum lauset
4. Pena penusuk
5. Alkohol swab
6. Handscoon
c. Prosedur tindakan
1. Menjelaskan prosedur tindakan
2. Mencuci tangan dan memakai handscoon
3. Memasukan stik glukosa pada glokometer
4. Masukan jarum pada pena penususk
5. Oleskan alcohol swab pada jari klien
6. Tusukan jarum pena pada jari klien
7. Ambil dan tekan jari klien agar darah keluar lalu masukan darah pada
stik glukosa lalu tunggu hasilnya
8. Dep bekas tusukan menggunakan alcohol swab
9. Rapihkan alat membuka handscoo lalu mencuci tangan kembali dan
dokumentasi
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Baik bu saya sudah selesai melakukan tindaknya
- Evaluasi objektif
Bagaimana ibu perasaannya setelah dilakukan pengecekan dengan hasil 160mg/dl
- Rencana tindak
lanjut Klien pulang
1 Proses keperawatan
. Kondisi klien
a
.
DS : -Klien mengatakan sakit pada luka ditanganya
b Diagnose keperawatan
. Tujuan khusus : untuk menjahit luka sobekan pada jari tangan klien
c
.
d Tindakan keperawatan : hecting
.
2 Prosedur tindakan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat sore pak saya herdika yang berjaga sore hari ini dari jam 14:00 sampai 21:00
- Evaluasi validasi
Bagaimana pak ?apakah nyeri masih ada
- Kontrak waktu
Baik pak saya akaan melakukan tindakan keperawatan hecting
b. Kerja
- Alat
1. Bak instrument
2. Gunting
3. Kasa bersih dan steril
4. Plester
5. Pinset anatomis
6. Gunting benang
7. Betadine
8. Ncal
9. Set hecting steril
10. Handscoon bersih dan steril
11. Benang dan jarum hecting steril
12. Kom
c. Prosedur pelaksanaan
1. Menjelaskan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
2. Menyiapkan alat yang diperlukan
3. Mencuci tangan dan memakai handscoon bersih lalu dekatkan alat
4. Bersihkan luka dengan kasa yangdibasahi cairan nacl yang sudah disiapkan
5. Lalu olesakan betadine
6. Lalu jahit dengan jarak 0,1 cm sampai 1 cm sambal klem
7. Lalu gunting benang dengan jarak 0,1 cm sampai 1 cm
8. Setelah dilakukan hecting bersihkan kembali alalt lalu plester dengan kasa
bekas hecting
9. Lalu membuka handscoon dan mencuci tangan
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Baik pak saya sudah selesaikan melakukan tindakan hecting
- Evaluasi objektif
Klien Nampak membaik
- Rencana tindak
lanjut Klien pulang
1 Proses keperawatan
. Kondisi klien
a
.
DS : Klien mengatakan lemas dan demam
b Diagnose keperawatan :
.
c Tujuan khusus : pemberian obat melalui injeksi intracutan
.
d Tindakan keperawatan : injeksi intracutan
.
2 Prosedur keperawatan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat sore ibu saya herdika yang berjaga sore hari ini dari pukul 14:00 sampai 21:00
- Evaluasi validasi
Bagaimana ibu anak masih demam?
- Kontrak waktu
Baik bu saya akan melakukan tindakan keperawatan pemberian obat pada anak ibu
waktunya sekitar 5 menit
b. Kerja
- Alat
1. Handscoon
2. Spuit steril
3. Kapas alcohol
4. Perlak
5. Bengkok
6. Obat injeksi
7. Pulpen
- Prosedur keperawatan
1. Verivikasi data klien
2. Menjelaskan tujuan
3. Mencuci tangan lalu memakai handscoon
4. Mendekatkan alat lalu menyiapkan obat
5. Mengatur posisi klien lalu pasang perlak
6. Menentukan area penusukan
7. Swab mengunakan alcohol swab area penusukan
8. Tusukan area yang ditentukan lalu tusukan jarum diarea kulit dengan sudut 15 derajat
9. Masukan obat secara perlahan lalu lingkasi bekas pemberian obat tadi dengan pulpen
10. Rapihkan alat membuka handscoon lalu mencuci tangan kembali
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Baik ibu saya sudah selesai melakukan tindakan pada siade
- Evaluasi objektif
Bagaimana ade perasaannya setelah dilakukan injeksi intracutan
1 Proses keperawatan
. Kondisi klien
a
.
DS : klien mengatakan lemas demam
b Diagnose keperawatan :
.
c Tujuan khusus : pengambilan darah vena
.
d Tindakan keperawatan : mengambil darah vena
.
2 Prosedur keperawatan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat siang ibu saya herdika yang berjaga siang hari ini dari jam 14:00 sampai 21:00
- Evaluasi validasi
Bagaimana ibu ada keluhan lain?
- Kontrak waktu
Baik ibu saya akan melakukan tindakan keperawatan mengambil darah ibu untuk dicek lab
waktunya 5 menit
b. Kerja
- Alat
1. Alcohol swab
2. Tourniquet
3. Bengkok
4. Spuit
5. Perlak
6. Handscoon
- Prosedur tindakan
1. Verivikasi data klien
2. Menjelaskan tujuan tindakan
3. Mendekatkan alat
4. Mencuci tangan lalu pakai handscoon
5. Pasang perlak
6. Mencari daerah vena
7. Memasang tourniquet
8. Oleskan alcohol swab dengan area penusukan
9. Masukan jarum ke vena dengan sudut 20 derajat
10. Menarik sedikit jarum jika sudah masuk
11. Lalu membuka tourniquet
12. jika sudah selesai diambil darahnya taro darah ketabung darah dan dep bekas tusukan
lalu plester
13. merapihkan alat membuka handscoon lalu mencuci tangan kembali
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Baik bu saya sudah selesai melakukan tindakan
- Evaluasi objektif
Bagaimana bu setelah diambil darah?
1 Proses keperawatan
. Kondisi klien
a
.
DS : klien mengatakan lemas dan mual
b Diagnose keperawatan :
.
c Tujuan khusus : pemberian obat sublingual
.
d Tindakan keperawatan : sublingual
.
2 Prosedur keperawatan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat pagi saya herdika yang berjaga pagi hari ini dari jam 07:00 sampai 14:00
- Evaluasi validasi
Bagaimana kondisi nya
bu?
- Kontrak waktu
Baik bu saya akan memberikan obat untuk ibu
b. Kerja
- Alat
1. Obat sesuai resep dokter
- Prosedur tindakan
1. Verivikasi data klien
2. Menjelaskan tujuan dan cara minum obatnya , Memberikan obat pada klien
3. Memberi tahu klien agar disimpan dibawah lidah cara minum obatnya biarkan
hingga mencair
3. Terminasi
- Evalusi subjektif
Baik bu saya sudah selesai menjelaskan tindakan
- Evaluasi objektif
Apakah ibu sudah paham?
- Rencana tindak lanjut
Baik ibu saya izin keluar jika ibu perlu bantuan bisa panggil saya diruang perawat
PEMBIMBING RUANGAN DOSEN PEMBIMBING
STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN PERAWAN LUKA
1 Proses keperawatan
. Kondisi klien
a
.
DS : -klien mengatakan lukanya kotor
DO : -klien lemas
b Diagnose keperawatan :
.
c Tujuan khusus : untuk membersihkan luka mencegah infeksi
.
d Tindakan keperawatan : perawatan luka
.
2 Prosedur keperawatan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat pagi pak,saya herdika yang berjaga dari jam 07:00 sampai 14:00
- Evaluasi validasi
Apakah lukanya sakit ?
- Kontrak waktu
Baik pak saya akan melakukan perawatan luka pada luka bapak waktunya 5 menit
b. Kerja
- Alat
1. bengkok
2. nacl
3. plester
4. kasa
5. handscoon
- Prosedur
1. Verivikasi data klien
2. Menjelaskan tujuan tindakan
3. Mencuci tangan memakai handscoon
4. Membersihkan luka dengan nacl lalu keringkan menggunakan kasa
5. Lakukan sampai luka bersih
6. Tutup luka dengan kasa dan rekatkan dengan plester
7. Rapihkan alat
8. Membuka handscoon lalu mencuci tangan kembali
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Baik pak saya sudah selesai melakukan tindakan keperawatannya
- Evaluasi objektif
Bagaimana pak setelah dilakukan perawatan lukanya ?
- Rencana tindak
lanjut Klien pulang
1 Proses keperawatan
. Kondisi klien
a
.
DS : klien mengatakan nafas terasa sesak dan berat
- Evaluasi validasi
Bagaimana ibu apakah terasa sangat sesak?
- Kontrak waktu
Saya akan melakukan tindakan keperawatan batuk efektif waktunya 5 menit
- Tujuan tindakan
Untuk membantu mengeluarkan secret agar klien kembali nafas normal
b. Fase kerja
- Alat
1. Pengalas
2. Bengkok berisi cairan desinfektan
3. Tissue
- Pelaksanaan
Menjelaskan tujuan tindakan
Mencuci tangan
Mendekatkan dan menyiapkan alat
Atur posisi klien duduk ditepi tempat tidur
Anjurkan klien untuk mengambil nafas dalam secara perlahan,menahan selaama
kurang lebih 3 detik dan mengeluarkan nya secara perlahan melalui mulut
Bila secret sudah terdengar,batuk dapat dimulai dengan inspirasi maksimal
Anjurkan klien untuk batuk menggunakan otot abdominal dan otot asesori
pernafasan lain dengan dengan kekuatan penuh setelah melakukan nafas dalam
Apabila klie mengeluarkan dahak tamping dahak pada wadah yang
sudah diberikan cairan desinfektan
Lap mulut klie dengan tissue
Rapihkan alat lalu dokumentasi
3.Terminasi
- Evaluasi subjektif
Baik,ibu saya sudah selesai melalukan tindakan keperawatan mengenai batuk efektif pada ibu
- Evaluasi objektif
Bagaimana ibu sesaknya apakah sudah berkurang?
- Rencana tindak
lanjt Klien pulang
b Diagnosa keperawatan :
.
c Tujuan khusus : rasa nyeri berkurang
.
d Tindakan keperawatan : teknik nafas dalam
.
2 Prosedur pelaksanaan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat siang ibu saya herdika yang berjaga siang hari ini dari jam 14:00 sampai 21:00
- Evaluasi validasi
Apakah rasa nyerinya terus bertambah?
- Kontrak waktu
Baik pa disini saya akan membantu bapak untuk melakukan teknik nafas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri pada luka bapak waktunya 5 menit
b. Kerja
- Alat
handscoon
-
Prosedur pelaksanaan
1.
Mencuci tangan
2.
Menjelaskan tujuan tindakan keperawatan
3.
Memakai handscoon lalu memposisikan klien dengan posisi nyaman
4.
Pertama-tama kita berikan contoh bagaimana nafas dalam
5.
Lalu menarik nafas yang dalam melaui hidung,lalu tahan sebentar sekita 2
detik lalu hembuskan secara perlahan
6. Setelahkan mencontohkan tindakan dan klien mengerti maka menyuruh klien
agar melakukannya
7. Lakukan sampai klien nyerinya berkurang
8. Membuka handscoon lalu mencuci tangan
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Bagaimana ibu apakah masih terasa nyrri?
- Evaluasi objektif
Klien sedikit tenang
- Rencana tindak
lanjut Klien pulang
MELEPAS HECTING
1 Proses keperawatan
. Kondisi klien
a
.
DS : klien mengatakan membaik
b Diagnosa keperawatan :
.
c Tujuan khusus : membuka jahitan luka
.
d Tindakan keperawatan : membuka jahitan luka
.
2 Prosedur pelaksanaan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat siang ibu saya herdika yang berjaga siang hari ini dari jam 14:00 sampai 21:00
- Evaluasi validasi
Bagaiamana ibu kondisi anaknya?
- Kontrak waktu
Saya akan melakukan tindakan keperawatan membuka jahitan luka waktunya 15 menit
b. Kerja
- Alat
1. Gunting angkat jahitan
2. Handscoon
3. Bengkok
4. Gunting perban
5. Kasa
6. Alkohol swab
7. Plester
8. betadin
- Prosedur pelaksanaan
1. Menjelaskan tindakan keperawatan
2. Siapakan alat
3. Mencuci tangan dan memakai handscoon
4. Kaji
5. Angkat menggunakan gunting sambil ditahan lukanya
6. Jika luka sudah kering dan rapat gunting benang dibawah simpul
7. Cabut benang perlahan
8. Bersihkan luka dengan kasa betadin
9. Tutup luka dengan kasa
10. Fiksasi dengan plester
11. Rapihkan alat lalu membuka handscoon dan mencuci tangan kembali
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Apakah dedenya ada sakit?
- Evaluasi objektif
Klien baik
- Rencana tindak
lanjut Klien pulang
b Diagnosa keperawatan :
.
c Tujuan khusus : menggantikan sprei klien
.
d Tindakan keperawatan : verbedent dengan klien
.
2 Prosedur pelaksanaan
. Orientasi
a Salam tarapeutik
.
-
Selamat pagi ibu saya herdika yang berjaga pagi hari ini dari jam 07:00 sampai 14:00
- Evaluasi validasi
Bagaimana ibu kondisinya?
- Kontrak waktu
Saya akan melakukan tindakan keperawatan menggantikan sprei ibu waktunya 5 menit
b. Kerja
- Alat
1. Sarung bantal
2. Perlak kecil dan besar
3. Selimut
4. Sprei
- Prosedur pelaksanaan
1. Menjelaskan tujuan tindakan
2. Memindahkan alat dan bantal klien
3. Tutup sampiran
4. Mengatur posisi tidur klien untuk miring ke kiri
5. Lepaskan lipatan sprei dari bawah ke kepala klien dan kaki
6. Lalu aga masukan sprei ke badan klien
7. Bersihkan perlak dan gulung kea rah klien
8. Lalu pasang sprei dan lipat sprei kebentuk kipas secara memanjang
9. Pindahkan posisi klien kea rah sebelah kanan
10. Tarik sprei kotor lalu rapihkan sprei yang tadi seperti sebelumnya
11. Lalu bantu klien kembali untuk terlentang kembali sampai posisi klien nyaman
12. Angkat kepala klien lalu ambil bantal klien secara pelan-pelan
13. Ganti sarung bantal klien
4. Lalu pasangkan kembali bantal seperti semula
3. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Baik ibu saya sudah selesai menganti sprei ibu
- Evaluasi objektif
Bagaimana ibu setelah diganti spreinya apakah merasa nyaman?
1. Proses keperawatan
a. Kondisi klien
DS : klien sangat lemas dan kesakitan
DO : klien terlihat pucat
b. Diagnosa keperawatan :
c. Tujuan khusus : untuk mengurangi rasa sakit
d. Tindakan keperawatan : pembidaian
2. Prosedur pelaksanaan
a. Orientasi
- Salam tarapeutik
Selamat siang ibu saya herdika yang berjaga siang hari ini dari jam 14:00 sampai
21:00
- Evaluasi validasi
Apakah ada sakit yang dirasa lagi?
- Kontrak waktu
Saya akan melakukan tindakan keperawatan pembidaian pada bapak waktunya 15 menit
b. Kerja
- Alat
1. Bidai sesusai kebutuhan
2. Handscoon
3. Kasa gulung
4. Kasa steril
5. Gunting
6. Plester
- Prosedur pelaksanaan
1. Menjelaskan tujuan tindakan
2. Menyiapkan alat
3. Menutup sampiran
4. Mencuci tangan lalu memakai handscoon
5. Bagian ekstremitas yang cidera harus tampak seluruhnya,pakaian harus
dilepas kalau perlu digunting
6. Periksa nadi,fungsi sensorik dan motorik ekstremitas bagian distal dari tempat
cidera sebelum pemasangan bidai
7. Jika nadi tidak ada,coba luruskan dengan tarikan secukupnya,tetapi bila terasa
ada,bidai dalam posisi tersebut dengan melewati dua sendi
8. Petugas mengangkat daerah yang akan dipasang bidai,petugas lainnya melekatkan bidai
melewati bidai melewati persendian anggota gerak
9. Petugas mempertahankan posisi,sementara petugas mengikat bidai
10. Bila curiga adanya diskolasi,pasang bantal/ganjal atas bawah jangan coba diluruskan
11. Periksa nadi fungsi sensorik dan motoric ekstremitas bagian distal dari tempat cidera
setelah pemasangan bidai
12. Rapihkan alat membuka handscoon lalu mencuci tangan kembali
a. Terminasi
- Evaluasi subjektif
Baik saya sudah selesai melakukan tindakan
- Evaluasi objektif
Bagaimana pa apakah merasa baikan?
Klien pulang
GASTRITIS
A. Definisi
Gastritis merupakan salah satu gangguan pencernaan akibat pola makan, dan hampir 10
persen penduduk dunia menderita gastritis. Gastritis ini merupakan suatu peradangan atau
pendarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iiritasi, infeksi, dan
ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, makan cepat,
makan makanan yang terlalu banyak bumbu pedas, mengkonsumsi protein tinggi, kebiasaan
mengkonsumsi makan-makanan pedas, dan minum kopi terlalu berlebihan (Huzaifah, 2017).
Penyakit pada sistem pencernaan adalah penyebab paling umum terjadinya nyeri, salah
satunya penyakit gastritis atau yang biasanya di kenal dengan maag, gastritis merupakan
peradangan yang mengenai mukosa lambung (Nurhanifah, Afni & Rahmawati,2018).
Gastritis termasuk proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor
iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung. Penyakit gastritis dapat menyerang
seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin, akan tetapi dari
beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia produktif (Tussakinah
dkk, 2018).
B. Etiologi
Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus, atau parasit lainnya juga
dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah meminum alkohol secara berlebihan,
infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain. Kortikosteroid juga
dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen. (Dewit, Stromberg & Dallred,
2018).
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut
1. Gastritis Akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut seperti:
1. Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide merupakan obat
yang bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol
3. Infeksi bakteri seperti H. pylori, H. heilmanii, streptococci
4. Infeksi virus oleh sitomegalovirus
5. Infeksi jamur seperti candidiasis, histoplosmosis, phycomycosis
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan salah satu penyebab iritasi
mukosa lambung.
2. Gastritis Kronik
Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua predisposisi penting yang
bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non-infeksi.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Dhani (2019), Gambaran klinis pada gastritis dibedakan menjadi dua dengan
manifestasi sebagai berikut:
1. Gastritis Akut
a. Timbulnya hemoragi yang mengakibatkan ulserasi superfisial pada lambung.
b. Perasaan mual dan ingin muntah, sakit kepala, kelelahan dan ketidaknyamanan
pada abdomen.
c. Gejala asimptomatik sering terjadi pada beberapa pasien
d. Memuntahkan makanan yang membuat lambung iritasi agar tidak terjadi diare dan
kolik.
e. Dalam beberapa hari pasien akan pulih, namun sering kali nafsu
makan belum kembali selama kurang lebih 3 hari.
2. Gastritis Kronis
Pada kasus gastritis kronis, sering terjadi penderita mengalami kembung setelah
memakan sesuatu, ketidaknyamanan pada mulut, terjadinya mual dan muntah, paenderita juga
sering mengalami nyeri pada ulu hati, dan juga mengalami penurunan nafsu makan
(anoreksia). Gelaja defisiensi B12 tidak akan terjadi pada gastritis dengan tipe a yang
mengalami asimtomatis.
D. Klasifikasi
Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut. Gatritis Akut
paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan
makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk
alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
2. Gastritis Kronis Gastritis kronik adalah Suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas
atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan asam
lambung yang pekat
E. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug
seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid
(AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil.
Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic uleer. Pemberian aspirin juga dapat
menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor
defensif terganggu. Alkohol berlebih, terlalu sermg memakan makanan yang mengandung
nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta
kebiasaan merokok dapat menicu terjadinya gastritis. Karena bahan- bahan tersebut bila
terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih
sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung Kemudian stress psikologis maupun
fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma
menyebabkan iskemia mukosa lambung Iskemia mukosa lambung mengakibatkan
peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik H ke dalam mukosa. Mukosa
tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut
sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi
dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimmun. Seperti anemia pemisiosa
dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambang Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H.
pylori) Ini dihubungkan dengan bakteri H. Pylori laktor diet seperti minum panas atau pedas,
penggunaan obat-obatan dan alkohol merokok atau refluks isi usus kedalam lumbung H Per
termasuk bakteri yang tidak talin asam naman bakteri jenis in dapat mengamankan dirinya
pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan
bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan rapuh
sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam
lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan
merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir butir leukosit, sel T-
killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak mampu melawan
infeksi H Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak
bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan
mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung Nutrisi ekstra
dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi
H. Pylori Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi
superisal dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan
bahkan tukak lambung akan terbentuk
F. Perjalanan penyakit
G. Penatalaksaan
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet
mengandung gizi. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang
sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
Pengobatan pada gastritis meliputi:
1. Antikoagulan : bila ada pendarahan pada lambung
2. Antasida : pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena untuk
mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis
yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
3. Histonin: dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambungdan
kemudian menurunkan iritasi lambung.
4. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyelaputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang menyebabkan
iritasi
5. Istirahat baring
6. Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan lunak. Hindari bahan-
bahan yang merangsang.
7. Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetik seperti dimenhidrinat 50 – 100 mg per-
os atau klorpromazin 10-20 mg per-os. Bila disebabkan oleh kuman-kuman, berikan
antibiotika yang sesuai.
8. Bila nyeri tidak hilang denga antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit sebelum
makan.Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan ditemukan
gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan,
erosi mukosa yang bervariasi.
b. Histopatologi. Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis erosif ialah sembuh sempurna
dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat.Oleh karena itu pemeriksaan endoskopi ,
sebaiknya dilakukan seawal mungkin.
c. Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak maksimal
d. Laboraturium Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita
gastritis, tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia bila terjadi perdarahan.
Batas serum gastrin biasanya menurun atau normal. Serum vitamin B 12 dapat dikaji
untuk melihat kekurangan vitamin B 12.
I. Komplikasi
1. Gastritis akut
Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gastritis akut adalah perdahan saluran cerna bagian
atas (SCBA) berupa haematomesis dan melena, dapat berakhir dengan shock hemoragik.
Khusus untuk perdarahan SCBA perlu di bedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang
di perlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah
Helicobacter Pylory, sebesar 100 % pada tukak duodenum dan 60- 90 % pada tukak lambung.
Diagnosis pasti dapat di tegakkan dengan endoskopi
2. Gastritis kronis
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, ferporasi dan anemia karena ganggguan absorpi
vitamin B12
J. Asuhan Keperawatan Teoritis
Asuhan keperawatan pada pasien gastritis mengikuti proses keperawatan yang terdiri
dari unsur proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan,
intervensi, dan evaluasi (Nursalam, 2017).
1. Pengkajian
a. Data biografi di dapat melalui wawancara meliputi identitas pasien
(umur ,jenis kelamin) dan penanggung jawab, pengumpulan data seperti
keluhan utama yang dirasakan pasien, pola makan (diet), perokok, alkoholik,
minum kopi, penggunaan obat-obatan tertentu.
b. Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan keluarga adanya penyakit
keturunan atau tidak, riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit yang dialami
saat ini adanya alergi obat atau makanan.
c. Riwayat penyakit dahulu meliputi apakah pasien tersebut pernah opname atau
tidak sebelumnya penyakit apa yang pernah diderita sebelumnya.
d. Riwayat psikososial pasien : biasanya ada rasa stress , kecemayang sangat
tinggi yang dialami pasien menegnai kegawatan pada saat krisis.
e. Pola fungsi kesehatan
1. Pola nutrisi makan, minum, porsi , keluhan
Gejala : Nafsu makan menurun, adanya penurunan berat badan, mual, muntah.
2. Pola eliminasi seperti buang air kecil, buang air besar yang meliputi
frekuensi, warna, konsisisten dan keluhan yang dirasakan. Gejala : BAB
berwarna hitam ,lembek
3. Pola kebersihan diri Pola ini membahas tentang kebersihan kulit,
kebersihan rambut, telinga, mata, mulut, kuku.
4. Pola pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan
5. Pengkajian Fisik
Keadaan umum klien , Tingkah laku klien, Berat badan ( mengalami penurunan
berat badan ) dan tinggi badan klien, Pengkajian fisik: Secara subyektif dijumpai
keluhan pasien berupa : nyeri epigastrium, perut lembek, kram, ketidakmampuan
mencerna, mual, muntah. Sedangkan secara obyektif dijumpai :tanda-tanda yang
membahayakan, meringis, kegelisahan, atau merintih, perubahan tanda- tanda
vital, kelembekan daerah epigastrium, dan penurunan peristaltik, erythema
palmer, mukosa kulit basah tanda-tanda dehidrasi
6. Pemeriksaan diagnostik
2. Diagnosis keperawatan
merupakan keputusan terhadap respon klien tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawatan. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respon klien terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung
2. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan keenganan untuk makan
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan Interven
si
Keperawata
n
Nyeri akut setelah MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
dilakukan
intervensi 2x24 1. Observasi
jam diharapkan lokasi, karakteristik, durasi,
tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
menurun dengan nyeri
kriteria hasil : Identifikasi skala nyeri
7. Keluha Identifikasi respon nyeri non
n nyeri verbal
menur Identifikasi faktor yang
un memperberat dan memperingan
8. Mering nyeri
is Identifikasi pengetahuan dan
menur keyakinan tentang nyeri
un Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
2. Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
Hipovolemia Setelah dilakukan MANAJEMEN HIPOVOLEMI
intervensi 2x24 jam (I.03116)
diharapkan Status
Cairan membaik
dengan kriteria hasil : 1. Observasi
9. Turgor Periksa tanda dan gejala
kulit hipovolemia (mis. frekuensi
membaik nadi meningkat, nadi teraba
10. Membran lemah, tekanan darah
mukosa menurun, tekanan nadi
membaik menyempit,turgor kulit
11. Perasaan menurun, membrane mukosa
lemah kering, volume urine
menurun menurun, hematokrit
meningkat, haus dan lemah)
Monitor intake dan output
cairan
2. Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi
modified
trendelenburg
Berikan asupan cairan oral
3. Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV
issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
makan disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan
yang
jenis nutrient
8. dihabiskan
Identifikasi perlunya penggunaan
meningkat
selang nasogastrik
9. Berat
Monitor asupan makanan
badan
Monitor berat badan
membaik
Monitor hasil pemeriksaan
10. Nafsu
laboratorium
Makan
2. Terapeutik
meningk Lakukan oral hygiene sebelum
at makan, jika perlu
11. Membr Fasilitasi menentukan pedoman
An diet (mis. Piramida makanan)
mukosa Sajikan makanan secara menarik
membaik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika
perlu
Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
4. Implementasi
Menururt Mufidaturrohmah (2017) Implementasi merupakan tindakan yang sudah
direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan
mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri merupakan aktivitas
perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
dalam rencana keperawatan.
Menurut Mufidaturrohmah (2017) evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat
dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui perawatan yang diberikan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap perawatan dapat dicapai dan memberikan
umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi dapat berupa evaluasi
struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif adalah hasil dari umpan
balik selama proses keperawatan berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi yang dilakukan setelah proses keperawatan selesai dilaksanakan dan memperoleh
informasi efektifitas pengambilan keputusan.
Daftar Pustaka
1. Zainurridha, Yuly Abdi, and ABDUL AZIZ AZARI. "Pengetahuan Dengan Perilaku
Pencegahan Gastritis: Literature Review." MEDICAL JURNAL OF AL-QODIRI 5.2
(2020): 108-114.
2. Tussakinah, Widiya, Masrul Masrul, and Ida Rahman Burhan. "Hubungan Pola
Makan dan Tingkat Stres terhadap Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh Tahun 2017." Jurnal Kesehatan Andalas 7.2
(2018): 217-225.
3. Suwindri, Yulius Tiranda, and Windy Astuti Cahya Ningrum. "Faktor Penyebab
Kejadian Gastritis Di Indonesia: Literature Review." JKM: Jurnal Keperawatan
Merdeka 1.2 (2021): 209-223.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.F
A. Pengkajian
I. Identitas
a. Identitas pasien
1. Nama : Tn.F
2. No rekam medis :
3. Umur : 28 thn
4. Jenis kelamin : Laki - laki
5. Suku : Sunda
6. Agama : Islam
7. Pendidikan : SMP
8. Status :Menikah
9. Alamat : Kampung Jembatan 04/07
II. Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati, mual dan muntah
V. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos
mentis
Tanda tanda vital : td :120/75 mmhg
Nadi :78 x/m
Pernapasan :22x/m
Suhu :36,5
Spo :98
Berat badan : 40 kg
Tinggi badan 165 cm
Jantung :
5. Inspeksi :tak teraba
6. Palpasi :tidak ada nyeri tekan
7. Perkusi : pekak
8. Auskultasi : tidak ada suara tertahan
4. Abdomen Nyeri pada abdomen
P : nyeri pada ulu hati berkurang ketika berbaring,nyeri
ketika gerak
Q ; nyeri seperti di remas
R : nyeri pada ulu hati
S : 4 ( 0 – 10 )
T : nyeri hilang timbul
5. Ekstremitas Ekstremitas atas : tidak ada luka
Dan kelainan bentuk serta tidak ada nyeri tekan : crt> 2 detik
DO : â
Tampak protektif â
Nyeri epigastrum
Tekanan darah
= 120/75mmHg
Nadi
= 78x/menit
Suhu
= 36,5 c̊
RR
= 22x/menit
SPO₂
= 98%
2. Data subjektif H.Phylon Hypovolemia
1. Pasien mengatakan â (D.0023)
muntah 3x sehari Melekat pada epitel lambung
2. Pasien mengatakan â
sulit untuk minum Menghancurkan lapisan
Data objektif mukosa sel lambung
1. Keadaan umum = sedang â
2. Kesadaran = Menurun barrier lambung
compos mentis terhadap asam dan pepsin
3. Tugor kulit tidak â
elastis,mukosa Menyebabkan difusi kembali
kering â
4. CRT > 2 Erosi mukosa lambung
mmHg â
Berat badan â
Erosi mukosa lambung
Tinggi badan x tinggi
â
badan
Reflek isi deudenum ke
= 40
lambung
= 14,4
â
1,65 x 1,65
Mual
Tanda tanda vital
TD =
120/75mmHg
Nadi = 78x/menit
Suhu = 36,5 c̊
RR = 22x/menit
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada ulu hati, nyeri bertambah ketika pasien bergerak dan berkurang ketika
istirahat, pasien mengatakan nyeri seperti diremas, dengan skala nyeri 4,nyeri hilang timbul,
pasien tampak meringis, protektif, TD =120/75 mmHg,Nadi =78x/menit, Suhu =36,5 c, RR
=22x/menit
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan keenggan untuk makan ditandai dengan pasien
mengatakan sulit makan ,pasien mengatakan mual muntah, pasien tampak tidak nafsu makan
,porsi makan tidak habis ,mukosa bibir kering, BMI kurang, TD = 120/75 mmHg, Nadi
=78x/menit, Suhu =36,5 ̊ c,RR =22x/menit
C. Intervensi
OLEH:
Muhamad herdika herdiana ( 112010046 )
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella typhii.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella . (Bruner and Sudart, 2017, Hal : 1162 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhii
dan Salmonella paratyphi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid
abdominalis, ( Syaifullah Noer Hal : 198).
Typhoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang diawali diselaputi lendir usus dan jika tidak
diobati secara progresif akan menyerbu jaringan diseluruh tubuh
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu
penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular
melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
B. Etiologi
Etiologi typhoid adalah Salmonella typhii, Salmonella paratyphi A, B dan C, ada dua sumber
penularan Salmonella typhii yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carrier.
Carrier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella
typhii dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
a) Salmonella thyposa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak
bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu, antigen O
(somatik, terdiri dari zat komplek liopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen V1
dan protein membrane hialin.
b) Salmonella parathypii A
c) Salmonella parathypii B
d) Salmonella parathypii C
Faces dan Urine dari penderita thypus
C. Manifestasi Klinis
Adapun gejala klinis yang terjadi pada klien dengan typhoid, antara lain :
a) Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk,
epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
b) Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas
(putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
D. Patofisiologi
Penularan Salmonella typhii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu
Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella typhii kepada
orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
Salmonella typhii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam
lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang
biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini
kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi
berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab
utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu
proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena Salmonella typhii dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang.
E. Perjalanan penyakit
F. Penatalaksaan
a. Perawatan
1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
b. Diet.
1. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan.
1. Klorampenikol
2. Tiampenikol
3. Kotrimoxazol
4. Amoxilin dan ampicillin
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri
dari :
b. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-
batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau
infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa
demam typhoid.
c. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.
d. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif
tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan
darah tergantung dari beberapa faktor :
1. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan
darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap Salmonella typhii terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.
3. Vaksinasi dimasa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam
darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan
kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
e. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap Salmonella typhii terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella typhii, klien membuat antibodi atau
agglutinin yaitu:
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam
darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5
atau ke-6.
3. Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai
demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti
agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat
menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem
retikuloendotelial.
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa
atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya
menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H
menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H
pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh Salmonella sebelumnya : keadaan ini
dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer
yang rendah.
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap
Salmonella typhii karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid
pada seseorang yang pernah tertular Salmonella di masa lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O
dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat
menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji
widal.
3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang
berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella
setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit typhoid dibagi menjadi dua antara lain :
a) Komplikasi intestinal
1. Perdarahan usus
2. Perporasi usus
3. Ilius paralitik
b) Komplikasi extra intestinal
1. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, tromboplebitis.
2. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
3. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmusmeningitis, polineuritis
perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
I. Asuhan Keperawatan Teoritis
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data dasar pasien sehingga dapat memberikan gambaran untuk melakukan proses
keperawatan selanjutnya. Adapun data yang di perlukan adalah sebagai berikut : (Dongoes
E.Marlinn, 2000, Hal : 668)
1. Identitas klien
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. Registerasi,
status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal masuk rumah sakit
2. Riwayat masa lalu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Typhoid, apakah tidak pernah, apakah
menderita penyakit lainnya.
f. Riwayat penyakit saat ini
Pada umumnya penyakit pada pasien Typhoid adalah demam, anorexia, mual, muntah,
diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah
tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Typhoid atau sakit yang
lainnya.
h. Riwayat psikososial
Gejala psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul
gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.
i. Pemeriksaan fisik
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, pucat, mual, perut tidak
enak dan anoreksia. Biasanya pada pasien dengan typhoid yang ditemukan tekanan darah
yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan takikardi saat pasien mengalami peningkatan
suhu tubuh. Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak dan akral
hangat. Pada pasien typhoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien
bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). Normalnya ½-1 cc/kgBB/jam.
3. Data penunjang / Tes Diagnostik
a. Pemeriksaan leukosit
Teknik pemeriksaan laboratorium seperti hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan
leukosit.
b. Pemeriksaan SGOT & SGPT
Pemeriksaan SGOT dan SGPT pada demam typhoid sering meningkat, tetapi
kembali normal setelah sembuhnya demam typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.
d. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen da antibody (agglutinin).
Aggluinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum klien typhoid.
e. Biakan tinja
Feses pada klien demam typhoid mengandung kuman Salmonella.
Diagnosis keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi Salmonella typhii
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia
3. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
pengeluaran cairan yang berlebih ( muntah/diare).
1. Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tuju Intervensi
an
Hipertemi Setelah dilakukan Manajemen
intervensi 2x24 hipertermia (I.15506)
jam diharapkan : Observasi
1. Temperature Memonitor
suhu tubuh suhu tubuh
dalam batas Identifika
normal si
2. Bebas penyebab
dari hiperterm
kedingina i
n Terapeutik
3. Suhu tubuh Sediakan
36- 37 Co
lingkungan
yang dingin
Berikan
cairan oral
Edukasi
Anjurkan
tirah baring
Kolaborasi
Kolabora
si
pemberia
n cairan
intravena
Gangguan pemenuhan Setelah Manajemen
kebutuhan nutrisi (I.03119)
dilakukan intervensi Obserasi
nutrisi kurang dari 2x24 jam diharapkan: Monito
kebutuhan 1. Porsi makan r
yang dihabiskan asupan
meningkat makan
2. Berat an
badan membaik Monitor berat
badan
3. Nafsu Terapeutik
makan Anjurkan
meningkat makan
4. Membran sedikit tapi
mukosa sering
membaik Edukasi
Anjurkan
posisi duduk
2. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah asuhan keperawatan yang dilakukan secara
langsung terhadap pasien. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap
implementasi adalah komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan
saling percaya dan saling membantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor,
kemampuan melakukan observasi sistematik, kemampuan memberikan pendidikan
kesehatan, kemampuan advokasi, dan evaluasi. Tahap pelaksanaan keperawatan
meliputi : fase persiapan (preparation), tindakan dan dokumentasi.
3. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara lain hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Daftar Pustaka
Asmadi. (2017). Konsep Dasar Keperawatan. ( Alih Bahasa : Eka Anisa Mardella). Jakarta:
EGC
Brunner and Suddart. (2018). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi delapan. Volume dua.
Jakarta : EGC
Lynda, Juall. (2017). Diagnosa Keperawatan. ( Alih Bahasa : Rachmad Juwono) Jakarta. EGC
Mansjoer, Arief. (2017). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Noer Syaifillah, et.al.(2018). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Jakarta, Balai Penerbit FKUI
Tambayong Jan. (2017). Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. W
A. Pengkajian
I. Identitas
a. Identitas pasien
1. Nama :Tn. A
2. Umur : 20 tahun
3. No rekam medis :
4. Jenis Kelamin : laki – laki
5. Suku : Sunda
6. Agama : Islam
7. Pendidikan : SMA
8. Status :Belum Menikah
9. Alamat : Karang asem timur 02/09
b. Identitas Penanggung jawab
1. Nama : Ny. P
2. Pekerjaan : IRT
3. Hubungan Dengan Pasien : Ibu
khas,warna jernih
V. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos
mentis
Tanda tanda vital : td :110/70 mmhg
Nadi :90 x/m
Pernapasan :22x/m
Suhu :38oC
Spo :98%
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan: 159 cm
Jantung :
1. Inspeksi :tak teraba
2. Palpasi :tidak ada nyeri tekan
3. Perkusi : pekak
4. Auskultasi : tidak ada suara tertahan
4 Abdomen Didapatkan bunyi bising usus, tidak ada nyeri tekan
.
5 Ekstremita Ekstremitas atas : tidak ada luka
. s
Dan kelainan bentuk serta tidak ada nyeri tekan : crt> 2 detik
Pasien mi
mengatakan Invasi saluran napas (D.0130)
demam
Pasien atas
mengatakan
Lemas Infeksi saluran napas bawah
Pasien
mengatakan Peradangan
pusing
DO: Peningkatan suhu tubuh
S:38oC
Hipertermi
TD:
110/70
RR:
22x/m N:
90x/m
Pasien terlihat lemas
K/U sedang
Kesadaran
compos mentis
Kulit pucat
2. DS: Proses peradangan Deficit
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ditandai dengan pasien
mengeluh demam, lemas,pucat hasil ttv S: 38oC TD: 110/70 N: 90x/m RR: 22x/m
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan pasien mengeluh
mual, tidak nafsu makan, BB:50kg TD: 159cm S: 38oC TD: 110/70 N: 90x/m RR:
22x/m
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan malabsorpsi ditandai dengan, pasien
mengeluh muntah muntah, tidak mau minum karena mual, S: 38oC TD: 110/70 N:
90x/m RR: 22x/m, turgor kulit jelek crt >2 detik
C. Intervensi
Anjurkan tirah
baring S: pasien
mengatakan selalu
bed rest
O: pasien selalu di
tempat tidur
Kolaborasi
pemberian cairan
intravena
S: pasien
mengatakan infus
membantu
penyembuhan
O: pemberian infus RL
20tpm
2. 5/10/ 2022 Monitor S:
asupan - Pasien
makanan mengatakan
S: Pasien makan sedikit tapi
mengatakan hanya sering
makan bubur O: - Pasien mengatakan
porsi makan habis berat badan
setengah sebelum sakit
Monitor berat badan adalah 55kg
S: pasien mengatakan - Pasien
berat badan awal mengatakan
55kg O: berat badan
pasien sesekali duduk
sekarang 50kg O:
Anjurkan makan - S:38oC TD: 120/60
sedikit tapi N: 90x/m RR: 20x/m
sering - BB:50kg
S: pasien - Porsi makan
mengatakan makan habis setengah
sedikit tapi sering A: masalah teratasi Sebagian
O: porsi makan P: lanjutkan intervensi
habis setengah
Anjurkan
posisi duduk
S: pasien
mengatkan sesekali
duduk
O: pasien paham
anjuran perawat
3 5/10/ 2022 Monitor berat badan S:
S:pasien - Pasien mengatakan
mengatakan berat berat badan
badan sebelum sakit sebelum sakit 55kg
55kg - Pasien
O: berat badan mengatakan
setelah sakit 50kg minum sedikit
Berikan cairan oral tapi sering
S: pasien - Pasien
mengatkan mau mengatakan lebih
minum sedikit tapi baik jika di infus
sering O:
O:pasien - S:38oC TD: 110/70
mengerti anjuran N: 90x/m RR: 22x/m
perawat
- Pasien
Berikan
mengerti
cairan
anjuran
intravena
perawat
S: pasein
- BB 50kg
mengatakan lebih
baik karena di infus
O: infus RL 20tpm
1. 6/10/ 2022 MengidentifIkasi TTV S:
S: Pasein mengatakan - Pasien
masih demam dan mengatakan sudah
lemas O: S: 36 TD:
oC
tidak demam
120/60 N: 90x/m RR: - Pasien
20x/m mengatakan sudah
Memonitor suhu tidak lemas
tubuh S: pasien - Pasien
mengatkan sudah mengatakan sudah
tidak demam enakan
O: S: 36oC
O:
Berikan cairan oral O: S: 36oC TD:
S: pasien 120/60 N: 90x/m
mengatakan mau RR:
minum banyak 20x/m
O: pasien mau minum
- Pasien sudah
tidak lemas
A: maslah teratasi
P: intervensi di hentikan
2. 6/10/ 2022 Monitor berat badan S:
S: pasien mengatakan - Pasien
berat badan awal mengatakan mau
55kg O: berat badan makan banyak
pasien sekarang 53kg - Pasien
Anjurkan makan mengatakan nafsu
sedikit tapi sering makan sudah
S: pasien Kembali
mengatakan nafsu - Pasien
makan sudah mengatakn
kembali makannya habis
O: pasien makan habis 1 porsi
1 porsi O:
- BB 53kg
- Makan pasien habis
1 porsi
- Pasien sudah
tidak mual
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
3. 6/10/ 2022 Monitor berat badan S:
S:pasien mengatakan - Pasien mengatkan
berat badan sebelum mau minum
sakit 55kg banyak
O: berat badan - Pasein
setelah sakit 53kg mengatakan berat
Berikan cairan oral badannya
S: pasien mengatkan mau Kembali
minum banyak - Pasei
O:pasien mengerti anjuran mengatakan
perawat sudah enakan
O:
- BB 53kg
- Pasien banyak
minum A: maslah teratasi
P: intervensi dihentikan
PEMBIMBING RUANGAN
DOSEN PEMBIMBING
LAPORAN PEDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN
Disusun oleh :
Disusun Oleh:
MUHAMAD HERDIKA HERDIANA
112010046
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA
e. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang
bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma
f. Stress
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga
dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalahnya. (Wahid & Suprapto, 2013).
C. Klasifikasi
Tidak mudah membedakan antara satu jenis asma dengan jenis asma lainnya.
Dahulu asma dibedakan menjadi asma alergi (ekstrinsik) yang muncul pada waktu
kanak-kanak dengan mekanisme serangan melalui reaksi alergi tipe 1 terhadap alergen
dan asma non-alergik (intrinsik) bila tidak ditemukan reaksi hipersensitivitas terhadap
alergen. Namun, dalam prakteknya seringkali ditemukan seorang pasien dengan kedua
sifat alergi dan non-alergi, sehingga Mc Connel dan Holgate membagi asma kedalam 3
kategori: 1) Asma alergi/ekstrinsik; 2) Asma
non-alergi/intrinsik; 3) Asma yang berkaitan dengan penyakit paru
obstruksif kronik.
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) asma dibagi menjadi
4 yaitu :
A. Asma intermitten, ditandai dengan :
1) gejala kurang dari 1 kali seminggu.
2) eksaserbasi singkat
3) gejala malam tidak lebih dari 2 kali sebulan
4) bronkodilator diperlukan bila ada serangan.
5) Jika serangan agak berat mungkin memerlukan kortikosteroid
6) APE atau VEP1 ≥ 80% prediksi
7) variabiliti APE atau VEP1 < 20%
B. Asma persisten ringan, ditandai dengan :
1) gejala asma malam >2x/bulan
2) eksaserbasi >1x/minggu, tetapi <1x/hari
3) eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan tidur
4) membutuhkan bronkodilator dan kortikosteroid.
5) APE atau VEP1 ≥ 80% prediksi; variabiliti APE atau VEP1 20-30%
C. Asma persisten sedang, ditandai dengan :
1) gejala hampir tiap hari
2) gejala asma malam >1x/minggu
3) eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan tidur
4) membutuhkan steroid inhalasi dan bronkhodilator setiap hari
5) APE atau VEP1 60-80%; 6) variabiliti APE atau VEP1 >30%
D. Asma persisten berat, ditandai dengan :
1) APE atau VEP1 <60% prediksi
2) variabiliti APE atau VEP1 >30%
A. Manifestasi klinis
Menurut (Padila, 2013) adapun manifestasi klinis yang dapat
ditemui pada pasien asma diantaranya ialah:
a. Stadium Dini
1) Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
2) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
3) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
4) Wheezing belum ada
5) Belum ada kelainan bentuk thorak
6) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
7) BGA belum patologis
b. Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Wheezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
c. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Ro paru
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, pengukuran faal paru digunakan untuk menilai:
C. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan karena penyakit asma menurut (Wahid &
Suprapto, 2013) yaitu:
1) Status Asmatikus: suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang
bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
2) Atelektasis: ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis
3) Hipoksemia
4) Pneumothoraks
5) Emfisema
6) Deformitas Thoraks
7) Gagal Jantung
D. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk pasien asma yaitu:
a. Prinsip umum dalam pengobatan asma:
1) Menghilangkan obstruksi jalan napas.
2) Menghindari faktor yang bisa menimbulkan serangan asma.
3) Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit asma dan
pengobatannya.
b. Pengobatan pada asma
Pengobatan farmakologi
1) Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran napas. Terbagi menjadi dua
golongan, yaitu:
- Adrenergik (Adrenalin dan Efedrin), misalnya terbutalin/bricasama.
- Santin/teofilin (Aminofilin)
2) Kromalin
Bukan bronkhodilator tetapi obat pencegah seranga asma pada penderita
anak. Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti asma dan efeknya baru
terlihat setelah satu bulan.
3) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma dan diberikan dalam dosis dua
kali 1mg/hari. Keuntungannya adalah obat diberikan secara oral.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg jika tidak ada respon maka segera
penderita diberi steroid oral.
Pengobatan non farmakologi
1) Memberikan penyuluhan
2) Menghindari faktor pencetus
3) Pemberian cairan
4) Fisioterapi napas (senam asma)
5) Pemberian oksigen jika perlu (Wahid & Suprapto, 2013).
Proses Keperawatan
1) Pengkajian
Dalam proses pemberian asuhan keperawatan hal yang paling penting dilakukan
pertama oleh seorang perawat adalah melakukan pengkajian. Pengkajian dibedakan
menjadi dua jenis yaitu pengkajian skrining dan pengkajian mendalam. Kedua
pengkajian ini membutuhkan pengumpulan data dengan tujuan yang berbeda.
Pengkajian pada pasien asma menggunakan pengkajian mendalam mengenai kesiapan
peningkatan manajemen kesehatan, dengan kategori perilaku dan subkategori
penyuluhan dan pembelajaran. Pengkajian disesuaikan dengan tanda mayor kesiapan
peningkatan manajemen kesehatan yaitu dari data subjektifnya pasien
mengekspresikan keinginannya untuk mengelola masalah kesehatan dan
pencegahannya dan data objektifnya pilihan hidup sehari-hari tepat untuk memenuhi
tujuan program kesehatan.
b.Riwayat penyakit saat ini
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan
sesak napas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain
seperti wheezing, penggunaan otot bantu napas, kelelahan, gangguan kesadaran,
sianosis, dan perubahan tekanan darah. Serangan asma mendadak secara klinis dapat
dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala
dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada
stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkhus. Stadium kedua ditandai
dengan batuk disertai mukus yang jernh dan berbusa. Klien merasa sesak napas,
berusaha untuk bernapas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing).
Pada stadium ini posisi yang nyaman dan disukai klien adalah duduk dengan tangan
diletakkan pada pinggir tempat tidur, tampak pucat, tampak gelisah serta warna kulit
mulai membiru. Stadium ketiga ditandai dengan suara napas hampir tidak terdengar ini
dikarenakan aliran udara kecil, batuk (-), pernapasan tidak teratur dan dangkal, asfiksia
yang mengakibatkan irama pernapasan meningkat. Obat-obatan yang biasa dimiut
harus dikaji oleh perawat serta memeriksa kembali apakah obat masih relevan untuk
digunakan kembali.
c.Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi saluran
napas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung. Riwayat serangan
asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen dicurigai sebagai pencetus serangan, serta
riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma.
1. Kolaborasi Kolaborasi :
pemberian
mukolitik atau 1. Untuk
ekspektoran, menurunkan
jika perlu kekentalan sekret
4. Monitor adanya
3. Mengkaji
produksi sputum
kemampuan
pasien dalam
batuk efektif
4. Karakteristik
sputum dapat
5. Auskultasi bunyi
berubah sesuai
nafas
penyebab atau
etiologi
pernyakitnya
5. Suara nafas
abnormal
menggambarkan
adanya sputum
dalam jalan nafas
6. Monitor saturasi
6. Mengetahui
oksigen
kadar oksigen
dalam tubuh
pasien dalam
jumlah
pemberian terapi
oksigen
Terapeutik :
1. Pemantauan
sangat perlu
dilakukan
Edukasi :
1. Merupakan hak
pasien
mengetahui
kondisinya saat
sakit
2. Pasien berhak
Terapeutik : mengetahui
1. Atur interval perkembangan
pemantauan tentang
respirasi sesuai penyakitnya
kondisi pasien 1.
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil
pemantauan,
jika perlu
1. Pemantauan
sangat perlu
Terapeutik : dilakukan
1. Atur interval
pemantauan
respirasi
sesuai kondisi Edukasi :
pasien
1. Merupakan hak
Edukasi :
pasien mengetahui
1. Jelaskan tujuan kondisinya saat sakit
dan prosedur
2. Pasien berhak
pemantauan
mengetahui
2. Informasikan
perkembangan
hasil
tentang penyakitnya
pemantauan,
jika perlu
Edukasi :
2. Anjurkan
melakukan 1. Mencegah
aktivitas terjadinya
secara kelelahan
bertahap berlebih
Kolaborasi ; 2. Aktivitas secara
bertahap agar
1. Kolaborasi
pasien dapat
dengan ahli
rerlatih
gizi tentang
cara
meningkatkan Kolaborasi ;
asupan
makanan 1. Agar nutrisi
pasien terpenuhi
dan dapat
menambah
energi bagi
pasien
1.
8) Daftar pustaka
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Kozier , Barbara. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik.
Jakarta : EGC
Wahid & suprapto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada Gangguan
Sistem Respirasi. Jakarta. CV Trans Info Medika
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.E
DI PUSKESMAS CITEREUP
1) Identitas pasien
Nama pasien : ny. E
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Usia : 29 tahun
No. RM : 070321
Jenis kelamin : perempuan
Tgl pengkajian : 21 September 2022
Agama : Islam
Status pernikahan: Menikah
2) Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Usia : 32 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Buruh
Hub dg pasien : suami
3) RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan batuk berdahak dan sesak nafas, serta badan terasa lemas
Riwayat kesehatan sekarang
ataksik) 6. Melakukan
kolaborasi
3. Monitor
dalam
kemampuan
pemberian
batuk efektif
obat inhaler
4. Monitor
adanya (ventolin atau
produksi seretide)
sputum
5. Auskultasi
bunyi nafas
Monitor
saturasi
oksigen
Dosen Pembimbing :
Ns. Yesi Rahmawati, S. Kep
Disusun Oleh :
Vulnus Laceratum (luka robek) merupakan terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga
terjadi pemisahan jaringan yang semula normal, luka robek terjadi akibat kekerasan yang hebat
sehingga memutuskan jaringan. Secara umum vulnus laceratum dapat dibagi menjadi dua yaitu
simple bila hanya melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya. Trauma arteri umumnya dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam (50%) misalnya
karena tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan lalulintas (Robert, 2018).
Luka atau Vulnus merupakan keadaan struktur anatomi jaringan tubuh yang terputus. Bentuk luka
bermacammacam, terdapat bentuk sederhana seperti kerusakan pada epitel dan bentuk kerusakan yang
dalam seperti jaringan subkutis, lemak, dan otot bahkan tulang beserta strukturnya yaitu tendon,
syaraf, dan pembuluh darah sebagai dari bentuk akibat trauma dan ruda paksa (Novaprima, 2019).
Vulnus laceratum adalah luka terbuka yang terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga
melampaui elastisitas kulit atau otot (Mansjoer, 2017). Secara umum luka dapat dibagi menjadi 2
yaitu :
2. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada penderita luka robek vulnus laceratuml biasanya bersifat nyeri. Nyeri
muncul disebabkan oleh rangasangan mekanik luka yang menyebabkan tubuh menghasilkan mediator
kimia nyeri (Muhammad Zulkhairi, 2017).
Tanda-tanda umum adalah syok dan syndrome remuk (cris syndrome), dan tanda-tanda local
biasanya terjadi nyeri dan pendarahan. Syok sering terjadi akibat kegagalan sirkulasi perifer ditandai
dengan tekanan darah menurun hingga tidak teraba, keringat dingin dan lemah, kesadaran menurun
hingga tidak sadar.
Syok dapat terjadi akibat adanya daerah yang hancur misalnya otot-otot pada daerah yang luka,
sehingga hemoglobin turut hancur dan menumpuk di ginjal yang mengakibatkan kelainan yang
disebut Lower
Nepron/neprosis, tandanya urine berwarna merah, dysuria hingga anuria dan uereum darahm
meningkat.
Black & Hawks, 2014).
3. ETIOLOGI
Vulnus laceratum dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :
a. Alat tumpul
b. Jatuh ke benda tajam dan keras.
c. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.
d. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan.
e. Bahan kimia terjadi akibat efek korosi dari asam kuat dan basa kuat.
f. Trauma Fisika
1) Luka akibat suhu tinggi
Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion primer, heat exhaustion sekunder,
heat stroke, sun stroke dan heat cramps.
2) Luka akibat suhu rendah
Derajat luka yang terjadi pada kulit karena suhu dingin diantaranya hyperemia, edema dan
vesikel
4. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi Fisiologi
1. Kulit
Price 2011 menyatakan “Secara mikroskopis kulit terdiri dari 3 lapisan epidermis, dermis,
lemak subkutan. Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benang pertahanan
terhadap bakteri virus dan jamur. Kulit juga merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri
dan nikmat berkat jahitan ujung syaraf yang saling bertautan”.
Epidermis bagian terluas kulit dibagi menjadi 2 bagian lapisan yaitu :
Lapisan tanduk (startum konsum) terdiri dari lapisan sel-sel tidak berinti dan bertanduk.
Lapisan dalam (startum malfigi) merupakan asal sel permukaan bertanduk setelah
mengalami proses di ferensiasi
2. Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis dan terdiri dari seabut-serabut kolagen elastin, dan
retikulum yang tertanam dalam substansi dasar.
Matrik kulit mengandung pembuluh pembuluh darah dan syaraf yang menyokong nutrisi pada
epidermis. Disekitar pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit. Limfosit sel masuk dan
leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan infeksi dan instansi benda-benda asing.
Serabut serabut kolagen, elastin khusus menambahkan sel-sel basal epidermis pada dermis.
3. Lemak subkutan
Price (2005) menyatakan “Lemak subkutan merupakan lapisan kulit ketiga yang terletak di
bawah dermis. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit isolasi untuk mempertahankan
daya tarik seksual pada kedua jenis kelamin”.
4. Jaringan Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi dengan
sedemikian maka pergerakan terlaksana. Otot terdiri dari serabut silindris yang mempunyai
sifat sama dengan sel dari jaringan lain.semua sel diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil
oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontaktil.
5. Jaringan Saraf
Jaringan saraf terdiri dari 3 unsur :
Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel
syaraf.
6. Unsur putih serabut saraf.
Neuroclea, sejenis sel pendukung yang dijumpai hanya dalam saraf dan yang menghimpun
serta menopang sel saraf dan serabut saraf. Setiap sel saraf dan prosesnya disebut neuron. Sel
saraf terdiri atas protoplasma yang berbutir khusus dengan nekleus besar dan berdinding sel
lainnya berbagai juluran timbul (prosesus) timbul dari sel saraf, juluran ini mengantarkan
rangsangan saraf kepada dan dari sel saraf.
5. PATOFISIOLOGI
Vulnus laceratum metatarsal tarjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh dan
kecelakan. Sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap
trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi. Reaksi peradangan akan terjadi apabila
jaringan terputus. Dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat.
Penyebabnya cepat yang disebabakan oleh mikroorgnaisme yang biasanya tidak berbahaya.
Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di kordinasikan dengan baik yang
dinamis dan kontinyu yang menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan
harus di mikrosekualasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan
tidak di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepi
nya antara jaringan mati dan hidup. Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga
terjadi kerusakan jaringan. Sel-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga
menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor mekano sensitif dan hernosensitif. Apabila
nyeri diatas, hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeir yang berlanjut istirahat
atau tidur terganggu dan terjadi keterbatasan gerak, (Potter &Perry 2010 dalam
Prayogi, R., kk. 2019).
A.Anamnesa
Sering terjadi alesan pasien untuk meminta pertolongan kesehatan langsung adalah
pusing,sakit kepala dan penurunan tingkat kesadaran. Riwayat penyakit dahulu: adanya riwayat
hipertensi,riwayat stroke,diabetes mellitus.
Riwayat penyakit keluarga: biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,stroke dari
generasi terdahulu
B.pemeriksaan fisik
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka,
tindakan antiseptic, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka.
a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
b. Tindakan antiseptic, prinsipnya untuk mensucikan akan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antispetik seperti :
Alcohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat
(efektif).
Halogen dan senyawanya
Yodium merupakan antiseptic yang sangat kuat, berspektrum luas dan dalam konsentrasi 2%
membunuh spora dalam 2-3 jam.
Povidin Yodium (betadine, septadine dan isodine) merupakan kompleks yodium dengan
polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil
karena tidak menguap.
Yodofom, sudah jarang digunakan.
Penggunaan biasanya untuk antiseptic borok.
Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitine) merupakan senyawa biguanid dengan sifat bakterisid
dang fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dan mukosa, dan
baunya tidak menusuk hidung.
Oksidansia
Kalium permanganate, bersifak bakterisiddan fungsida agak lemah berdasarkan sifat
oksidator.
Perhidol (Peroksida air, H2O2) berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan
membunuh kuman anaerob
Logam berat dan garamnya.
Merkuri klorida (sublimat), berhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.
Merkurokrom (obat merah) dalam larutan 510%. Sifatnya bakteriostatik lemah, mempercepat
keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (Korts).
Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah
(konsentrasi 3%).
Derivate fenol.
Tirnitfenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptic wajah dan eksterna sebelum operasi
dan luka bakar.
C. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pad luka sehingga proses
oenyembuhan berlangsung optimal. (Mansjoer, 2000 : 398 ;
Walton, 1990 : 44).
Medis :
A. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami
infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per
sekundam atau per tertiam.
B. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotic
E. PERENCANAAN
NO TUJUAN INTERVENSI
1. Tingkat nyeri(L.08066) Manajemen nyeri(I.08238)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 Observasi :
jam diharapkan skala nyeri berkurang dengan -Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil: -Identifikasi lokasi nyeri
-skala nyeri berkurang Terapeutik:
-ttv dalam keadaan normal -berikan tekhnik nonfarmakologis
-klien merasa tenang untuk mengurangi rasa
nyeri(mis.kompres dingin/hangat)
Edukasi
-ajarkan tekhnik nonfarmalogis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
(FLow, https://id.scribd.com/doc/316542431/Asuhan-Keperawatan-Vulnus-
Laceratum-KMB, 2016)
(Permenkes RI No. 47 tahun 2018).
Martono, Pengetahuan Kegawatdaruratan Trauma Dan Sikap Posdaya
Dalam Merencanakan Tindakan Trauma, 2012.
http://registrasi.rscahyakawaluyan.com/bankdata/pdf/392477298-Sak-Igd-
Revisi.pdf
Mansjoer, A. dkk. 2017. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI
SDKI. (2016). Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI.
SIKI. (2018). Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: PPNI.
SLKI. (2018). Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: PPNI.
RESUME KEPERAWATAN NY.N
A. Pengkajian
1. IDENTITAS PASIEN
Nama :NY.D
Umur : 28 tahun
Agama : islam
Jenis kelamin ; Perempuan
Pendidikan terakhir : slta
Pekerjaan : irt
Alamat : Karangasem rt.02 rw.02
Tanggal pengkajian : 15 oktober 2022
Tanggal masuk : 15 oktober 2022
1) Initial survey
A (alertness) : + V
(verbal) :-
P (pain) :-
U (unserpons) : -
Warna tiase :
Hitam
Merah
Kuning
Hijau
Survey primer dan resusitasi Airway dan kontrol servikal
2) Primany survay
Airway :
Fungsi pernafasan
Circulation
Keadaan sirkulasi
nyeri : 5
5 (0-10)
T : nyeri berulang
Disability
Keperawatan
Ketorolac 1 amp 30 mg IV
3. Pengkajian sekunder
1) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak pernah memiliki penyakit lain seperti hipertensi
dan diabetes mellitus. Klien belum pernah dirawat dan memiliki aleri
udang
b. Riwayat kesehatan sekarang
klien mengatakan mengalami kecelakaan klien mengendarai motor dan
menabrak motor lain tadi pagi di jalan mayor oking cibinong, kaki
kanannya membentur aspal. Pasien mengatakan mengalami nyeri pada
kaki kanan dan luka robek pada punggung kaki.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan didalam keluarga pasien tidak ada yang
menderita penyakit keturunan
a. Kepala
Kulit Kepala : Bersih, Tidak nyeri tekan
Mata : Simetris, palpebra tidak edema, sclera ikterik,
konjungtiva tidak anemis ,pupil isokortidak ada
nyeri tekan, mata pasien tidak tampak cekung.
Telinga : Canalis bersih, pendengaran baik,
tidak memakai alat bantu pendengaran.
Hidung : Tidak ada polip, secret (-), radang (-),
benjolan (-), mukosa hidung lembab , fungsi
penciuman baik.
Mulut dan Gigi : karies gigi (+), peradangan (-),
membran mukosa bibir kering.
Wajah : Bulat.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
thyroidmaupun vena Jugularis.
c. Dada/thoraks
- Paru-paru
Inspeksi : Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Palpasi : Simetris, Tidak ada nyeri tekan,retraksi
4) Hasil laboratorium
Pasien tidak melakukan pemeriksaan laboratorium
5) Hasil pemeriksaan diagnostik
Pasien tidak melakukan pemeriksaan rotgen
6) Terapi dokter
Ketorolac 1 amp 30 mg IV
Hecting dan Perawatan luka Asam Mefenamat 3 x 500
mg Cifrofloxacin 2 x 500 mg
Becom-c 1 x 1
RESUME KEPERAWATAN VULNUS LACERATUM
Pembimbing Dosen