Oleh:
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PEMBELAJARAN LURING
TIM PEMBIMBING
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
Mengetahui,
Kepala Ruang Seruni RSD dr.
Soebandi Kabupaten Jember
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. Tuhan yang Maha
Agung, atas karunia-Nya sehingga Laporan Pendahuluan (LP) dengan judul
“Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Diagnosis
Medis Abses Mandibula di Ruang Seruni RSD dr. Soebandi Jember” dapat
penulis selesaikan. Penulis menyusun LP ini sebagai bahan pemenuhan tugas
profesi Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas
Jember.
Penulis mengalami berbagai hambatan dalam proses penyusunan LP ini.
Arahan, bimbingan serta motivasi dari berbgai pihaklah yang berkontribusi bagi
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan LP ini. Maka dari itu, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes., selaku Dekan Program Studi Profesi
Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember;
2. Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep., Sp.Kep.J. selaku Koordinator
Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember;
3. Ns. Siswoyo, S.Kep., M.Kep yang dengan sabar membimbing saya
hingga akhir dalam proses penyusunan LP ini,
4. Sulis Setyowati, S.Kep., Ns. Selaku pembimbing klinik dan kepala
ruangan seruni RSD dr. Soebandi yang dengan sabar membimbing
saya hingga akhir dalam proses penyusunan LP ini;
5. Para perawat ruang seruni RSD dr. Soebandi yang dengan sabar
membimbing dan memberikan arahan ketika melakukan tindakan
keperawatan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................ii
LAPORAN PEMBELAJARAN LURING..............................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN..........................................................................................................1
Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................4
A. Konsep Teori dan Penyakit...................................................................................................4
2.1 Review Anatomi Fisiologi.................................................................................................4
2.2 Definisi..............................................................................................................................9
2.3 Epidemiologi....................................................................................................................10
2.4 Etiologi.............................................................................................................................10
2.5 Patofisiologi......................................................................................................................11
2.6 Manifestasi klinis..............................................................................................................11
2.7 Pemeriksaan penunjang....................................................................................................12
2.8 Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi..........................................................12
2.9 Komplikasi.......................................................................................................................13
2.10 Prognosis........................................................................................................................14
2.11 Clinical Pathway/ Web of Causation............................................................................15
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...................................................................................16
2.12 Pengkajian Keperawatan................................................................................................16
2.13 Diagnosis Keperawatan..................................................................................................19
2.14 Intervensi Keperawatan..................................................................................................20
2.15 Implementasi Keperawatan.............................................................................................26
2.16 Evaluasi Keperawatan dan Catatan Perkembangan........................................................26
2.17 Discharge Planning.........................................................................................................26
BAB 4. PENUTUP....................................................................................................................27
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................................27
6.2 Saran.................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................28
v
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
1. condylaris
Proc. condylaris memiliki bentuk cembung dari belakang dan dari sisi ke
sisi, serta lebih meluas pada bagian posterior dibandingkan pada
permukaan anterior. Dari ujung lateral kondilus terdapat tuberkulum kecil
untuk perlekatan ligamen temporomandibula. Proc. condylaris bersendi
dengan os temporale pada articulatio temporomandibularis (TMJ).
2. Ramus mandibulae
Ramus mandibula pada permukaan lateralnya datar dan ditandai oleh
5
8. Basis mandibulae
Merupakan bagian dasar mandibula di sepanjang corpus mandibula.
9. Tuberculum mentale
Pada bagian garis median tepat di atas perlekatan mylohyoideus terdapat
dua tuberkulum kecil, tuberkulum mentale, yang akan bergabung untuk
membentuk sayap vertikal dari tulang. Daerah ini merupakan perlekatan m.
geniohyoideus dan genioglossus.
10. Protuberantia mentalis
Tonjolan tulang pada bagian terdepan dari basis mendibulae. Simfisis dari
permukaan luar mandibula dan membungkus suatu segitiga, tonjolan, yang
tertekan dipusat tapi dibesarkan di kedua sisi untuk membentuk
tuberkulum mental. Tulang ini berperan dalam pembentukan dagu
seseorang.
11. Corpus mandibulae
Corpus adalah bagian horizontal tulang mandibula. Di anterior corpus kiri
dan kanan bergabung pada median line membentuk tulang berbentuk U
dan berbentuk seperti tapal kuda.
12. Angulus mandibulae
Terletak di belakang dan di bawah foramen mandibulae, permukaan dalam
ramus biasanya kasar karena merupakan daerah insersi m. pterygoideus
medialis. Daerah inilah yang disebut dengan angulus mandibulae.
13. Pars alveolaris
Merupakan bagian dari mandibula yang berdekatan dengan gigi yang berisi
alveolus gigi.
7
2.2 Definisi
Abses mandibula merupakan suatu peradangan dimana kumpulan nanah
terbentuk di antara fasia leher dalam akibat dari kerusakan jaringan yang
merupakan penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut,
tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Pada saat ini infeksi
tonsil merupakan penyebab utama pada anak-anak, sedangkan pada orang
dewasa infeksi terutama bersumber dari gigi atau odontogenik. Abses terjadi
sebagai akumulasi dari pus dalam suatu rongga patalogis yang dapat terjadi
10
2.3 Epidemiologi
2.4 Etiologi
Pembentukan abses terjadi dari hasil perkembangan flora normal dalam tubuh.
Flora normal dapat tumbuh dan mencapai daerah steril dari tubuh baik secara
perluasan langsung, maupun melalui laserasi atau perforasi. Berdasarkan
kekhasan flora normal yang ada di bagian tubuh tertentu maka kuman dari
abses yang terbentuk dapat diprediksi berdasarkan lokasinya. Sebagian besar
abses leher dalam disebabkan oleh campuran berbagai kuman, baik kuman
aerob, anaerob, maupun fakultatif anaerob. Sumber infeksi paling sering pada
infeksi leher dalam berasal dari infeksi tonsil dan gigi. Infeksi gigi dapat
11
2.5 Patofisiologi
Abses merupakan kumpulan pus yang terletak dalam satu kantung yang
terbentuk dalam jaringan yang disebabkan oleh suatu proses infeksi olch
bakteri, parasit atau benda asing lainnya. Abses merupakan reaksi pertahanan
yang bertujuan mencegah agen-agen infeksi menyebar ke bagian tubuh
lainnya. Pus itu sendiri merupakan suatu kumpulan sel-sel jaringan lokal yang
mati, sel-sel darah putih, organisme penyebab infeksi atau benda asing dan
racun yang dihasilkan oleh organisme dan sel-sel darah. Bakteri yang masuk
kedalam jaringan yang sehat dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Sebagian
sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel
yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam
melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut dan setelah menelan
bakteri maka sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk pus dan mengisi ronga tersebut Adanya penimbunan pus ini
menyebabkan jaringan disekitarnya akan terdorong dan tumbuh di sekeliling
abses menjadi dinding pembatas.
Manifestasi klinis secara umum pada abses mandibular sama dengan gejala
infeksi pada umumnya yaitu diantaranya (Smeltzer dan Bare, 2001).
1. Nyeri
2. Demam
3. Nyeri tekan
4. Pembengkakan
5. Kemerahan
12
2.9 Komplikasi
Komplikasi abses mandibula terjadi akibat keterlambatan diagnosis
dan penatalaksanaan serta terapi yang tidak tepat dan adekuat. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah obstruksi jalan nafas, osteomielitis mandibula,
penyebaran infeksi ke ruang leher dalam di dekatnya, mediastinitis serta
sepsis yang menyebabkan semakin sulitnya penanganan dan bahkan dapat
menyebabkan terjadinya kematian (Rizzo, 2009 ; Das dkk., 2015). Pada era
antibiotik modern, telah dilaporkan angka kematian akibat komplikasi dari
abses submandibula mencapai 40% (Fachrudiin, 2007).
Salah satu penyebaran infeksi pada abses mandibula yang dapat
terjadi adalah ke ruang submental. Ruang ini adalah ruang fasia kepala dan
leher yang merupakan ruang potensial terletak antara otot milohioid
superior, otot platisma inferior, terletak digaris tengah bawah dagu. Ruang
ini terletak tepat di wilayah segitiga submental bagian dari segitiga anterior
leher. Abses dari gigi molar mandibula kedua dan ketiga dapat melubangi
mandibula dan menyebar ke dalam ruang submandibula dan submental.
14
2.10 Prognosis
Sejak ditemukan antibiotik, kejadian komplikasi terkait dengan abses
leher dalam telah menurun selama dekade terakhir. Diagnosis dini,
manajemen agresif dengan bedah intervensi dan manajemen jalan napas
yang tepat dapat mengurangi komplikasi dan kematian yang terkait dengan
abses leher dalam termasuk abses submandibula (Rana dkk., 2013).
Prognosis yang cukup baik didapatkan pada penelitian yang dilakukan di
Departemen THT-KL RSHS Bandung periode Januari 2012-Desember 2012
yang memperlihatkan kondisi pasien saat pulang dengan perbaikan
sebanyak 71% (Imanto, 2015).
15
Risiko Infeksi
Transport nutrisi antar sel terganggu
Gangguan
Perubahan sel poin Sel darah putih mati Integritas Kulit/
Pecah
9. Pola seksualitas
Penderita abses submandibula biasanya tidak memiliki gangguan
pada pola seksualitasnya
10. Pola koping
Manajemen koping setiap individu berbeda-beda tergantung dari
berbagai faktor.
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan ini pada abses submandibula ini
berkaitan dengan klien percaya ia dapat sembuh atau tidak dan ia
mampu melakukan semua tindakan untuk kesembuhan dirinya.
d. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum
Pada penderita abses submandibula ditandai dengan gejala nyeri
seperti ditusuk-tusuk. Pada keadaan umum pasien diperiksa secara
menyeluruh melalui proses pemeriksaan fisik.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu pemeriksaan TTV meliputi
pemeriksaan nadi, tekanan darah, pola pernapasan, dan suhu tubuh.
3. Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Inspeksi : kepala simetris, perubahan distribusi rambut, dan kulit
kepala kering.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
dibagian kepala.
b) Mata
Inspeksi : pergerakan bola mata baik, refleks pupil mata simetris
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
pada kedua mata.
c) Telinga
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal.
d) Hidung
Inspeksi : kebersihan terjaga
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan.
19
e) Mulut
Inspeksi : mukosa mulut lembab, biasanya terdapat tonsil
Palpasi : tidak ada masalah.
f) Leher
Inspeksi : leher simetris
Palpasi : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis.
g) Dada
Pada abses submandibula bentuk dada simetris, tidak tampak
massa,tidak tampak ictus cordis, tidak ada edema.
h) Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan pada bentuk perut,
dinding perut, bising usus, kaji adanya nyeri tekan serta dilakukan
palpasi pada organ hati, limfa, ginjal, kandung kemih, yang
ditentukan ada tidaknya nyeri pada pembesaran pada organ tersebut,
kemudian pada daerah anus, rektum, dan genitalia.
i) Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus salah satu ekstremtas atas, tidak
ada kelainan pada kedua tangan.
Ekstremitas bawah : tidak ada kelainan pada kedua kaki
j) Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna sesuai dengan warna
kulit normal, warna kuku sedikit pucat serta CRT > 2 detik.
4 : Cukup menurun
5 : Menurun
Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
23
4 : Cukup membaik
5 : Membaik
Keterangan :
1 : Menurun
2 : Cukup menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
makan
Nafsu makan - 5
Membran - 5
mukosa
Keterangan :
1 : Memburuk
2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik
26
BAB 4. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Edukasi mengenai hernia dan bagaimana penanganan serta
perawatan yang perlu dilakukan agar klien mengerti dan memahami
kondisinya serta memahami tujuan dari pengobatan yang dilakukan
sehingga masalah pada klien dapat teratasi dengan benar dan sesuai.
28
DAFTAR PUSTAKA
oleh:
NIM 212311101089
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny.R No. RM : 32xxx
Tanggal lahir : 05-06-2000 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Tanggal MRS : 03 Februari 2022
Pendidikan : SMA Tanggal Pengkajian : 07 Februari 2022
Alamat : Sukowono, Sumber Informasi : Pasien, Rekam medis
Jember
II. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik :
Abses Cheek Sinistra
2. Keluhan Utama :
Nyeri setelah
operasi
3. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan pada tanggal 30 Januari mengeluhkan sakit pada
giginya dan keesokan harinya terjadi pembengakan hari demi hari tambah
besar dan akhirnya pada tanggal 2 Februari pasien opname di PKM
Sukowono, dan tanggal 3 Februari dirujuk ke RSD dr. Soebandi dan
diagnosis abses mandibula sinistra dan dirawat di ruang seruni, pada
tanggal 5 Februari dilakukan operasi insisi draine pada absesnya,
pengkajian nyeri: P: Nyeri post op insisi drainase, Q: Nyeri seperti disayat,
R: pipi sebelah kiri, S: skala 3 (NRS), T: Nyeri hilang timbul. Hasil
pengkajian: TD: 150/80
mmHg, N: 98x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,5oC, SPO: 98%.
Genogram:
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Hubungan pernikahan
= Sakit atau pasien
X = Meninggal
= Tinggal satu rumah
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah
sakit)
- Antropometeri :
Sebelum Sakit :
BB = 44 kg
TB = 146 cm
Saat Sakit :
BB = 43 kg
TB = 146 cm
Saat sakit :
Asupan 24 jam terakhir :
Pasien mengkonsumsi 7-8 butir telur setiap har.i
Porsi bubur yang diberikan habis setengahnya.
3. Pola eliminasi: (saat sebelum sakit dan saat di rumahsakit) BAK
a. BAK
Indikator Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Frekuensi 4x/hari 2x-3x/hari
Jumlah ± 800 ml ± 800 ml
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Bau Amonia khas urin Amonia khas urin
Karakter Tidak terpasang Tidak terpasang
kateter kateter
BJ Tidak terkaji Tidak terkaji
Kemandirian Mandiri Dibantu keluarga
Lainnya Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
b. BAB
Indikator Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Frekuensi 1 x/hari Belum BAB
Jumlah ±100 gr Tidak terkaji
Konsistensi Padat lunak Tidak terkaji
Warna Kuning khas feses Tidak terkaji
Bau Khas feses Tidak terkaji
BJ Tidak terkaji Tidak terkaji
Kemandirian Mandiri Tidak terkaji
Lainnya Tidak ada nyeri Tidak terkaji
Balance cairan
Input :
Makan dan minum = 1500
Infus RL (14 tpm) = 500
cc Santagesik (2x2cc + pengencer 10cc) = 20 cc
Air metabolisme = 215 (5cc x bb)
+/24 jam
Total = 2.235 cc
Perhitungan IWL
IWL normal = 15cc x bb
= 645 cc
Output :
BAK = 800 cc
IWL = 645 cc
+/24 jam
= 1.445cc
Balance cairan = Input – Output
= 2.235 – 1.445
= 790 cc
4. Pola aktivitas dan latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah
sakit) Sebelum sakit : pasien dapat melakukan aktivitas
Saat sakit : pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas
Terapi oksigen
Sebelum sakit : tidak memerlukan bantuan terapi oksigen.
Saat sakit : tidak memerlukan bantuan terapi oksigen.
5. Pola tidur dan istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumahsakit) Durasi
:
Sebelum sakit : ±7-8 jam
Saat sakit : ±7 jam
Gangguan tidur :
Sebelum sakit : tidak ada
Saat sakit : tidak ada
Keadaan bangun tidur :
Sebelum sakit : segar
Saat sakit : sedikit segar
Interpretasi : Pasien tidak mengalami gangguan pola istirahat dan tidur.
2. Mata
Inspeksi :
Ada pembengkakan di mata sebelah kiri.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
3. Hidung
Inspeksi :
Simetris, tidak tampak adanya sekret, tidak tampak ada peradangan dan
benjolan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan.
4. Mulut
Inspeksi :
Mukosa normal, gigi bersih, lidah bersih, tampak pembengkakan
sebelah kiri.
Palpasi : ada nyeri tekan disekitar rongga mulut sebelah kiri.
5. Leher
Inspeksi:
bentuk simetris, ada luka jahitan.
Palpasi:
ada nyeri tekan pada leher
6. Dada
a. Jantung
Inspeksi:
Bentuk simetris
Palpasi:
Tidak terkaji
Perkusi:
Tidak terkaji
Auskultasi:
Terdengan S1, S2
b. Paru-Paru
Inspeksi:
Bentuk simetris
Palpasi:
Tidak terkaji
Perkusi:
Tidak terkaji
Auskultasi:
Tidak terdapat suara napas tambahan ronkhi atau wheezing
7. Abdomen
Inspeksi :
Bentuk abdomen simetris.
Auskultasi :
Bising usus 10 x/menit
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi :
Tidak terkaji
8. Urogenita
l Inspeksi
:
Pasien tidak terpasang kateter
Palpasi:
Tidak terkaji
9. Ekstremitas
Inspeksi:
Atas : Bentuk simetris, tidak ada deformitas, tidak ada oedem
Bawah : Bentuk simetris, tidak ada deformitas, tidak ada oedem
Palpasi :
Atas : Tidak ada kekauan sendi, tidak ada nyeri tekan, ROM
baik.
Bawah : Tidak ada kekauan sendi, tidak ada nyeri tekan, ROM
baik.
Kontraindikasi :
Hipersensitivi tas
santagesik, riwayat
atau sedang menderita
diskrasia darah
3 Ceftriaxon Ceftriaxone adalah antibiotik 2x1 IV Indikasi: Nyeri perut, Monitor
beta laktam dari golongan Mual, Muntah, adanya
sefalosporin generasi ketiga yang infeksi saluran Diare, Pusing, efeksamping
memiliki efek bakterisidal. Obat pernafasan, infeksi Mengantuk, Sakit
ini digunakan untuk mengatasi saluran kemih, infeksi kepala.
berbagai infeksi bakteri seperti saluran cerna, infeksi
infeksi saluran pernafasan, kulit, infeksi tulang
infeksi saluran kemih, infeksi serta sendi, otitis
saluran cerna, infeksi kulit, media, gonorrhea,
infeksi tulang serta sendi, otitis profilaksis sebelum
media, gonorrhea, profilaksis operasi, dan
sebelum operasi, dan meningitis. meningitis.
Sebagai agen bakterisidal,
ceftriaxone secara selektif dan Kontraindikasi:
ireversibel menghambat
pembentukkan dinding sel Dikontraindikasikan
bakteri dengan mengikat pada bayi prematur
penicillin binding protein (PBP) hingga usia 41 minggu
yang berperan sebagai katalis serta neonatus yang
ikatan silang polimer mendapat preparat
peptidoglikan pembentuk kalsium dan
dinding sel bakteri. Aksi hyperbilirubinemia.
penghambatan PBP akan
merusak integritas
dinding sel yang diikuti dengan
lisis sel sehingga dapat
membunuh bakteri dan
mengatasi infeksi
Hipersensitif terhadap
gentamycin
V. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium
Peradangan
Risiko infeksi
2 Senin, 07 DS: Tindakan invasif Nyeri akut (D.0077)
Februari DS: insisi drainase
Raka
2022 1. Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi abses cheek
2. Pengkajian nyeri : sinistra
P: Nyeri post op insisi drainase abses cheek sinistra
Q : nyeri seperti tersayat
R : pipi kiri
Terputusnya
S : Skala 3
kontinuitas
T : Nyeri hilang timbul
jaringan
DO:
6. Tampak meringis Menimbulkan
7. N: 98x/menit rangsang nyeri
8. TD: 150/80 mmHg
9. RR 20x/menit Respon nyeri
Nyeri Akut
Adanya luka
pada punggung
Gangguan
Integritas
jaringan
oleh
NIM 212311101089
2022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN 28
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
RESUME KEPERAWATAN BEDAH
1. Identitas Pasien
a. Nama : Nn. A
b. Tanggal lahir : 10 Feb 2005
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. RM : 33xxxx
e. Diagnosa Medis : Fraktur Komplit 1/3 Tengah Os Humerus
Sinistra Angulasi ke Lateral
f. Tanggal masuk RS : 31 Januari 2022
g. Tanggal pengkajian : 1 Februari 2022
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama:
Nyeri
b. Riwayat kesehatan sekarang:
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas pada 31 Januari 2022 pukul
07.00 WIB saat akan pergi ke sekolah. Klien lalu di bawa ke IGD pada
pukul 07.15 WIB dan diketahui terjadi fraktur pada lengan kirinya.
Klien dipindahkan ke ruang seruni pada pukul 09.00 WIB. Setelah
dilakukan pengkajian klien mengeluh nyeri akibat fraktur post KLL
yang dialami. Nyeri yang dialami seperti ditimpa benda berat. Nyeri
yang dialami tepat pada lengan kirinya dan menyebar ke seluruh area
lengan kiri, skala NRS nyeri yakni 6, klien mengatakan nyeri yang
dialami hilang timbul, nyeri timbul saat tangan digerakkan. Klien akan
dilakukan tindakan ORIF pada hari selasa (1 Februari 2022). Klien
mengatakan khawatir akan dioperasi karena sebelumnya tidak pernah
rawat inap apalagi sampai operasi. Klien mengatakan khawatir
operasinya akan gagal dan tangannya tidak bisa digunakan lagi. Skala
HARS klien adalah 24 dan termasuk kedalam kategori kemasan sedang.
Klien mengatakan tidak ingin menggerakkan tangannya karena sakit.
c. Riwayat kesehatan klien sebelumnya:
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah jatuh seperti saat ini, ini
baru yang pertama dan pertama kali juga akan melakukan operasi akibat
kecelakaan. Klien mengatakan tidak pernah memiliki penyakit menular,
menahun dan apapun sebelumnya. Klien juga mengatakan sebelumnya
tidak pernah MRS.
d. Pengkajian head to toe (DATA FOKUS)
Keadaan umum:
Klien tampak lemah, kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, tidak ada
mual dan muntah, terpasang infus dan mendapat terapi injeksi obat
intravena/ per bolus
Tanda vital:
4. FAAL HATI
- SGOT 10-31 U/L(37AoC) 19
- SGPT 9-36 U/L(37AoC) 16
5. GULA DARAH
6. ELEKTROLIT
7. FAAL GINJAL
8. SEROLOGI-
IMUNOLOGI
Negatif Negatif
- SARS-Cov2 Antigen
Rapid Test
CATATAN PERKEMBANGAN TERINTEGRASI
TANGGAL/ DIAGNOSA PROFESI HASIL ASESMEN PENATALAKSANAAN INSTRUKSI PPA REVIEW DAN
JAM PASIEN VERIFIKASI PPJP/
DPJP
1 Februari 1 Perawat S:
2022/ 12.00 1. Klien mengalami kecelakaan lalu lintas pada
WIB
31 Januari 2022 pukul 07.00 WIB saat akan
pergi ke sekolah.
2. P: Klien mengeluh nyeri akibat fraktur post
KLL yang dialami
Q: Nyeri yang dialami seperti ditimpa benda
berat.
R: Nyeri yang dialami tepat pada lengan
kirinya dan menyebar ke seluruh area lengan
kiri
S : skala NRS nyeri yakni 8, klien
mengatakan nyeri yang dialami hilang timbul
T : nyeri timbul saat tangan digerakkan.
3. klien mengatakan tidak bisa istirahat karna
nyeri yang dialami.
O:
1. Klien mengalami Fraktur Komplit 1/3
Tengah Os Humerus Sinistra Angulasi ke
Lateral
2. TTV: TD 130/80 mmHg, Suhu 36.1 oC,
Nadi 108 x/menit, RR 26 x/menit
3. Klien tampak gelisah
4. klien meringis kesakitan
klien tampak protektif terhadap nyeri yang
dialami.
A:
Masalah nyeri akut belum teratasi
P:
- Identifikasi skala nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi
napas dalam) untuk mengurangi rasa nyeri
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
I:
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi napas dalam) untuk mengurangi
rasa nyeri
- Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
E:
Klien mengatakan nyeri yang dirasakan telah
menurun meskipun hanya sedikit karena lebih
rileks dan ekspresi non verbal klien tampak
lebih rileks
RESUME KASUS HARIAN PASIEN DENGAN OSTEOARTHRITIS +
POST OP TOTAL KNEE REPLACEMENT (TKR) SINISTRA DI RUANG
SERUNI RUMAH SAKIT DAERAH dr. SOEBANDI KABUPATEN
JEMBER
oleh
NIM 212311101089
2022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN 28
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
RESUME KEPERAWATAN BEDAH
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. L
b. Tanggal lahir : 14 Desember 1972
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. RM : 090xxxx
e. Diagnosa Medis : Osteoarthritis knee sinistra grade IV + Post
op total knee replacement (TKR) sinistra (h0)
f. Tanggal masuk RS : 30 Januari 2022
g. Tanggal pengkajian : 1 Februari 2022
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama:
Nyeri pada lutut sinistra
b. Riwayat kesehatan sekarang:
Pada Desember 2021, Ny L mengeluh sakit pada kaki kirinya dan tidak
hilang setelah meminum obat yang biasa ia gunakan untuk nyeri
kakinya. Kemudian hari berikutnya kaki kiri Ny. L tidak dapat
digerakkan sehingga ia langsung dibawa ke puskesmas sebelum
akhirnya dirujuk ke RS Abdoer Rohim Situbondo. Setelah diperiksa di
RS Situbondo, Ny. L dianjurkan untuk pergi ke RSD dr. Seoebandi
karena keterbatasan alat dan guna penanganan lebih lanjut. Pada tanggal
3 Januari 2022 klien pergi ke Poli Orthopedi RSD dr. Soebandi Jember
dan setelah dilakukan rontgen didapatkan hasil bahwa Ny. L mengalami
osteoarthritis pada kaki kiri (sinistra) dan dibutuhkan tindakan operasi.
Ny. L datang ke Ruang Seruni untuk persiapan pre op tanggal 30
Januari 2022 pukul 12.00 siang dan operasi pada tanggal 31 Januari
2022. Setelah operasi klien mengeluh pusing, lemas, pegal karena sulit
menggerakkan tubuhnya dan nyeri pada kaki kiri apabila bergerak.
c. Riwayat kesehatan klien sebelumnya:
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah jatuh seperti saat ini, ini
baru yang pertama dan pertama kali juga akan melakukan operasi akibat
kecelakaan. Klien mengatakan tidak pernah memiliki penyakit menular,
menahun dan apapun sebelumnya. Klien juga mengatakan sebelumnya
tidak pernah MRS.
d. Pengkajian head to toe (DATA FOKUS)
Keadaan umum:
Klien tampak lemah, kesadaran composmentis, GCS 4-5-5
Tanda vital:
- Tekanan Darah : 90/60 mm/Hg
- Nadi : 88x/mnt
- RR : 20x/mnt
- Suhu : 36,8 0C
- Nyeri
P : Post op TKR sinistra
Q : Nyeri seperti kaki mau putus
R : Nyeri pada lutut sinistra
S : skala nyeri NRS 6
T : nyeri hilang timbul dan berlangsung sekitar 5-10 menit
Interpretasi :
Tidak ada masalah pada tanda vital klien dan skala nyeri NRS 6
. Pemeriksaan Penunjang :
TANGGAL/ DIAGNOSA PROFESI HASIL ASESMEN PENATALAKSANAAN INSTRUKSI PPA REVIEW DAN
JAM PASIEN VERIFIKASI PPJP/
DPJP
1 Februari 1 Perawat S:
2022/ 12.00 - Pasien mengatakan nyerinya berkurang
WIB (skala nyeri 4)
O:
- Pasien dan keluarga koopertaif ketika
diberikan penjelasan terkait manajemen nyeri
- N= 82x/menit
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi skala nyeri
2. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Berikan teknik nonfarmakologis (distraksi)
4. Berikan penjelasan beberapa strategi
meredakan nyeri
5. Jelaskan kepada pasien terkait penyebab,
periode dan pemicu nyeri
6. Ajarkan teknik farmakologis refleksi otot
progresif untuk mengurangi rasa nyeri
7. Berikan obat sesuai advice atau hasil
kolaborasi dokter guna mengurangi nyeri
RESUME KASUS HARIAN PASIEN DENGAN OSTEOMYELITIS KRONIS
TIBIA SINISTRA POST OREF DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT
DAERAH dr. SOEBANDI KABUPATEN JEMBER
oleh
NIM 212311101089
2022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN 28
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
RESUME KEPERAWATAN BEDAH
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. P
b. Tanggal lahir : 15 April 1970
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. RM : 000xxxx
e. Diagnosa Medis : Osteomyelitis kronis tibia sinistra post oref
10 bulan yang lalu
f. Tanggal masuk RS : 1 Februari 2022
g. Tanggal pengkajian : 1 Februari 2022
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama:
Pasien mengeluh pergerakan pada bagian kaki kiri post oref terbatas,
terasa kaku dan nyeri ringan jika ditekuk, pasien mengeluh tidak dapat
menggerakkaan kaki dengan bebas dan selalu bersikap hati-hati ketika
mobilisasi
b. Riwayat kesehatan sekarang:
c. Pasien datang ke RSD Dr.Soebandi melalui IGD pada tanggal 01
Februari 2022 pukul 07.00 WIB untuk melakukan pemeriksaan kaki
post oref dan rencana pelepasan oref. Pasien sudah terpasang oref
sejak bulan April 2021 pasca kecelakaan lalu lintas. Pasien mengeluh
gerakannnya terbataas setelah dipasang oref, kaki kiri pasien juga tidak
dapat menapak dengan maksimal dan jika ditekuk kaki kiri terasa kaku
dan nyeri ringan. Pasien rutin melakukan pemeriksaan kaki post oref
dan selama 2 bulan terakhir pasien melakukan pemeriksaan setiap 10
hari sekali. Setelah dari IGD pasien dipindah ke Ruang Seruni pada
pukul 13.00 WIB dan direncanakan tindakan operasi untuk
debridement dan remove implant pada tanggal 02 Februari 2022 pukul
14.00 WIB.
d. Riwayat kesehatan klien sebelumnya:
Pasien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit pada bulan April
2021 pasca kecelakaan lalu lintas dan telah dilakukan tindakan
pembedahan pada kaki kiri atas indikasi fraktur tibia. Pasien
mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis,
cacar air dan penyakit genetik seperti diabetes mellitus, hemofillia.
Pasien juga mengatakan tidak ada riwayat penyakit kronik seperti
hipertensi.
TANGGAL/ DIAGNOSA PROFESI HASIL ASESMEN PENATALAKSANAAN INSTRUKSI PPA REVIEW DAN
JAM PASIEN VERIFIKASI PPJP/
DPJP
1 Februari 1 Perawat S:
2022/ 12.00 - Pasien mengatakan mampu menggerakkan
WIB ekstremitas bawah namun terbatas karena
terpasang oref
O:
- Erpasang oref
A:
Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi 2, 3, 4
I:
1. Memonitor kondisi umum selama
melakukan mobilitas
2. Memfasilitasi melakukan pergerakan (latih
dengan ROM)
3. Melibatkan keluarga dalam membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
E:
Pasien kooperatif selama tindakan dan pasien
dapat melakukan mobilitas dengan bantuan
orang lain