Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA CHEPALO PELVIC DISPORPOTION


DISPORPOTION

DI KAMAR BERSALIN RSUP DR. SOEDONO

MADIUN

OLEH :

Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6


Andreas S, S.Kep Frida Sri A, S.Kep Bagus Prasetyo, S.kep
Andini Yulieta A, S.Kep Ika Fitriatilova, S.Kep Imilda Juniwati, S.Kep

Ika Virdayanti, S.Kep Rizky Rahmawati, S.kep Iwan Dedy P, S.Kep

Madha Septiargo, S.kep Rosa Burhanudin, S.Kep Sofyan Effendi, S.Kep

Yuni Arista, S.Kep Sayyidin Nurul KN, S.Kep Yuanita Firmandari, S.Kep

ANGKATAN V

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES PEMKAB JOMBANG
TAHUN 2014-2015
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan askep dengan diagnosa medis chepalo pelvic disporpotion
di kamar bersalin RSUP Dr. Soedono Madiun sesuai dengan seminar keperawatan maternitas
yang dilakukan oleh :
Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6
Andreas S, S.Kep Frida Sri A, S.Kep Bagus Prasetyo, S.kep
Andini Yulieta A, S.Kep Ika Fitriatilova, S.Kep Imilda Juniwati, S.Kep
Ika Virdayanti, S.Kep Rizky Rahmawati, S.kep Iwan Dedy P, S.Kep
Madha Septiargo, S.kep Rosa Burhanudin, S.Kep Sofyan Effendi, S.Kep
Yuni Arista, S.Kep Sayyidin Nurul KN, S.Kep Yuanita Firmandari, S.Kep
Sebagai syarat pemenuhan tugas praktek Keperawatan Maternitas Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Angkatan ke V STIKES PEMKAB JOMBANG yang dilaksanakan
 pada tanggal 03 November
November – 14 Desember 2014.
Telah di setujui dan disahkan pada
Hari : Sabtu
Tanggal : 10 Januari 2015
Madiun, 13 Januari 2015
Kepala Ruang Pembimbing Ruangan
Kamar Bersalin
RSUP Dr. Soedono Madiun

Kartini, Amd.Keb Erna Sugiharti, SST

Mengetahui,
Kaprodi Pendidikan Profesi Ners
STIKES PEMKAB JOMBANG

Hj. Anis Satus Syarifah, S.Kep, Ns, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan tepat waktu. Makalah yang berjudul “ LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

 DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHEPALO PELVIC DISPORPOTION DI KAMAR

 BERSALIN R SUP DR. SOEDONO MADIUN” ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
 profesi Keperawatan Maternitas.
Dalam kesempatan ini kami t idak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bpk. Drg.Budi Nugroho MPPM, selaku ketua STIKES PEMKAB JOMBANG.
2. Ibu Anis Satus Syarifah, S. Kep, Ns., M. Kes., selaku ketua prodi Pendidikan Profesi
 Ners STIKES PEMKAB JOMBANG.
JOMBANG.
3. Ibu Sestu Retno D.A., S.Kp., M.Kes., selaku dosen pembimbing akademik
Keperawatan Maternitas.
4. Ibu Kartini, Amd.Keb, selaku kepala ruang kamar bersalin RSUP Dr. Soedono
Madiun.
5. Ibu Erna Sugiharti, SST., selaku pembimbing lahan praktek Keperawatan Maternitas
di poli asih RSUP Dr. Soedono
Soedono Madiun.
Madiun.
6. Pasien yang bersedia kami lakukan pengkajian dan diberikan asuhan keperawat an
7. Teman-teman dan semua pihak yang telah banyak membantu kami dalam
 penyelesaian tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu, kami mohon maaf dan berharap pembaca mau memberikan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi tercapainya hasil yang lebih baik.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca guna
memperluas pengetahuannya tentang chepalo pelvic disporpotion.

Madiun, 09 Januari 2015

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 1
1.2.1 Tujuan Umum .......................................................................................... 1
1.2.2 Tujuan Khusus ......................................................................................... 1
1.3 Manfaat ........................................................................................................... 2
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi............................................................................................................. 3
2.2 Klasifikasi ........................................................................................................ 3
2.3 Etiologi............................................................................................................. 3
2.4 Patofisiologi ..................................................................................................... 4
2.5 Manifestasi Klinik ............................................................................................ 8
2.6 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................... 8
2.7 Komplikasi ...................................................................................................... 9
2.8 Penatalaksanaan................................................................................................ 9
2.9 WOC ................................................................................................................ 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ....................................................................................................... 13
3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 22
3.3 Intervensi Keperawatan ................................................................................... 23
3.4 Implementasi Keperawatan .............................................................................. 25
3.5 Evaluasi Keperawatan ...................................................................................... 26
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 28

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki karakteristik
kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan abnormal atau lambat umum
terjadi bila ada disproporsi antara ukuran bagian terbawah janin dengan jalan lahir. Pada
 presentasi kepala, distosia adalah indikasi yang paling umum saat ini untuk seksio sesaria
 primer. CPD (cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul sempit, ukuran
kepala janin yang besar, atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas. Setiap
 penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis dapat mengakibatkan
distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada pintu atas panggul,
midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya kombinasi dari ketiganya. Karena
CPD bisa terjadi pada tingkat pelvic inlet, outlet dan midlet, diagnosisnya bergantung
 pada pengukuran ketiga hal tersebut yang dikombinasikan dengan evaluasi ukuran kepala
 janin.
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri
tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu
kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger).
Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu), penolong saat bersalin, dan posisi ibu
saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor "P"
tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu
atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan.
Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan
tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
 pemberian Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan diagnosa medis Chepalo
Pelvic Disporpotion.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui Konsep Teori Chepalo Pelvic Disporpotion

1
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa Medis
Chepalo Pelvic Disporpotion

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa mengetahui konsep dan penanganan Chepalo Pelvic
Disporpotion secara aplikatif.
1.3.2 Bagi Insitusi
Agar makalah ini menjadi refrensi untuk dapat menambah wawasan tentang
 penanganan Chepalo Pelvic Disporpotion.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Cephalo Pelvic Disporpotion (CPD) adalah tidak ada kesesuaian antara kepala
 janin dengan bentuk dan ukuran panggul.
CPD adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin
dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
CPD adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin
dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina, biasanya disebabkan
oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya (Winkjosastro,
2005).

2.2 KLASIFIKASI
1. Imbang Sefalo-Pelvik baik
Partus dapat direncanakan pervaginam,namun demikian his,posisi kepala dan
keadaan serviks harus diperhatikan selama partus.
2. Disproporsi Sefalo-Pelvik
Artinya bahwa janin tidak dapat dilahirkan secara normal pervaginam,bila
anak hidup lakukan seksio sesaria (SC).
3. Kemungkinan Disproporsi
Mengandung arti yaitu imbang baik atau dapat terjadi disproporsi, untuk
mendapat kepastian maka harus dilakukan pemeriksaan radiologi dan atau partus
 percobaan.

2.3 ETIOLOGI
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai
 berikut :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a) Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
 b) Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c) Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi t erlebih ukuran muka belakang
d) Panggul corong : pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit.

3
e) Panggul belah : symphyse terbuka
2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
a) Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak
dan lain-lain
 b) Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
c) Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a) Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
 b) Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring.
4. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah
a) Coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit
miring.
5. Fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul

2.4 PATOFISIOLOGI
1. Penyempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior
terpendeknya (konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal
terbesarnya kurang dari 12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas panggul sering
diperkirakan dengan mengukur konjugata diagonal secara manual, yang biasanya
lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian, penyempitan pintu atas panggul biasanya
didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang kurang dari 11,5 cm. Mengert (1948)
dan Kaltreider (1952) membuktikan bahwa kesulitan persalinan meningkat pada
diameter anteroposterior kurang dari 10 cm atau diameter transversal kurang dari 12
cm. Distosia akan lebih berat pada kesempitan kedua diameter dibandingkan sempit
hanya pada salah satu diameter. Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm,
sehingga sangat sulit bagi janin bila melewati pintu atas panggul dengan diameter
anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan
memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki kemungkinan janin kecil.
Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan anak lebih
rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan
 panggul sedang atau luas.
Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas
 panggul, sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung

4
menekan bagian selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat
 pecah pada pembukaan kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput
ketuban pecah, tidak terdapat tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah
rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau
tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi
 prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.
Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk
dalam rongga panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas panggul
menyebabkan kepala janin megapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat
menyebabkan presentasi janin berubah. Pada wanita dengan panggul sempit terdapat
 presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih sering dan prolaps tali pusat empat sampai
enam kali lebih sering dibandingkan wanita dengan panggul normal atau luas.
2. Penyempitan panggul tengah
Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak
 berkonvergensi, foramen isciadikum cukup luas, dan spina isciadika t idak menonjol
ke dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan
rintangan bagi lewatnya kepala janin. Penyempitan pintu tengah panggul lebih
sering dibandingkan pintu atas panggul.Hal ini menyebabkan terhentunya kepala
 janin pada bidang transversal sehingga perlu tindakan forceps tengah atau seksio
sesarea. Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara pasti
seperti penyempitan pada pintu atas panggul. Kemungkinan penyempitan pintu
tengah panggul apabila diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior
 panggul tangah adalah 13,5 cm atau kurang. Ukuran terpenting yang hanya dapat
ditetapkan secara pasti dengan pelvimetri roentgenologik ialah distansia
interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai
kemungkinan kesukaran persalinan apalagi bila diikuti dengan ukuran diameter
sagitalis posterior pendek.
3. Penyempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan
diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul
terjadi bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang.
Penyempitan pintu bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah
 panggul. Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar
dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan

5
robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900
sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju
ramus iskiopubik sehingga perineum teregang dan mudah terjadi robekan.
4. Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan
anamnesa. Misalnya padatuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita
dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas
 panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang
normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu
 juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada persalinan terdahulu
 berjalan lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan panggul sempit
adalah kecil.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk
memperoleh keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama
dengan tangan dapat diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta
memberi gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak
memiliki banyak arti.
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai
tingkat ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat
memberikan pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin
didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan
diameter antar spina iskhiadika. Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan
radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan. Pelvimetri dengan CT scan
dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan
radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat dilakukan
 pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,
 pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang
dilakukan karena biaya yang mahal.
Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran
 pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya
akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan
spontan.
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan
 pemeriksaan dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode

6
Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan
tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah kepala menonjol
di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan
memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua
 jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala
mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar
hubungan antara kepala dan simfisis.
5. Janin yang besar
 Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang
melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi
 besar. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000gram adalah 5,3%, dan berat badan
lahir yang melihi 4500gram adalah 0,4%. Biasanya untuk berat janin 4000-5000
gram pada panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam proses melahirkan. Factor
keturunan memegang peranan penting sehingga dapat terjadi bayi besar. Janin besar
 biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami diabetes mellitus,
 postmaturitas, dan pada grande multipara. Selain itu, yang dapat menyebabkan bayi
 besar adalah ibu hamil yang makan banyak, hal tersebut masih diragukan.
Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu hal
yang mudah. Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila selama
 proses melahirkan tidak terdapat kemajuan sama sekali pada proses persalinan
normal dan biasanya disertai oleh keadaan his yang tidak kuat. Untuk kasus seperti
ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang teliti untuk mengetahui apakah terjadi
sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan alat ultrasonic juga dapat mengukur
secara teliti apabila terdapat bayi dengan tubuh besar dan kepala besar.
Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan dalam
 proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan dalam
 persalinan biasanya terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras yang
 biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat memasuki pntu atas panggul, atau
karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang lebar selain dapat
ditemukan pada janin yang memiliki berat badan lebih juga dapat dijumpai pada
anensefalus. Janin dapat meninggal selama proses persalinan dapat terjadi karena
terjadinya asfiksia dikarenakan selama proses kelahiran kepala anak sudah lahir,
akan tetapi karena lebarnya bahu mengakibatkan terjadinya macet dalam melahirkan
 bagian janin yang lain. Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat ke

7
 bawah dapat mengakibatkan terjadinya cedera pada nervus brakhialis dan muskulus
sternokleidomastoideus.

2.5 MANIFESTASI KLINIS


1. Persalinan lebih lama dari yang normal
2. Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu (primipara), 38 minggu
(multipara)

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Pemeriksaan umum
a) Adanya penyakit tulang atau sendi
 b) Bentuk badan tidak normal
c) Wanita dengan Tinggi Badan kurang dari 145 cm
d) Anamnesa pada persalinan terdahulu
e) Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu (primipara), 38
minggu (multipara)
2. Pelvimetri
a) Radiologi
1) Kesempitan PAP Conjugata Vera < 10 cm dan diameter tranversal < 12 c m.
2) Kesempitan rongga panggul bila diameter intersp inarum < 9,5 cm
3) Kesempitan pintu pintu bawah panggul bila areus pubis < 90 c m
 b) Klinis
1) Distansia spinarum N : 24 – 26 cm
2) Distansia cristarum N : 28 – 30 cm
3) Conjugata eksterna N : 18 cm
4) Lingkar panggul N : 80 – 90 cm
3. Metode Pinard
a) Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum.
 b) Pasien dalam posisi semi duduk.
c) Tangan kiri mendorong kepala bayi kearah bawah belakang panggul sementara
 jari tangan kanan di posisikan di tulang kemaluan (simfisis) untuk mendeteksi
ketidak seimbangan kepala dengan jalan lahir (disproporsi).
4. Metode Muller - Kerr
a) Metode ini lebih akurat dalam mendeteksi dispro porsi kepala dengan jalan lahir.

8
 b) Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum.
c) Posisi berbaring telentang.
d) Tangan kiri mendorong kepala ke dalam panggul dan jari tangan kanan
dimasukkan ke dalam vagina (VT) dan jempol kanan diletakkan di tulang
kemaluan

2.7 KOMPLIKASI
1. Ibu
a) Partus lama dengan KPD menimbulkan dehidrasi dan infeksi intra partum
 b) Ruptur uteri
c) Tekanan kepala janin yang lama pada jalan lahir, akan menimbulkan gangguan
sirkulasi setempat, sehingga timbul iskemik, kemudian timbul nekrosis, dan
 beberapa hari kemudian akan timbul recto vaginal
d) Ruptur sympisis
e) Parase kaki yang terjadi akibat tekanan bayi pada nervus yang ada pada rongga
 pangggul
2. Janin
Kematian perinatal akibat infeksi intra partum
Prolaps tali uteri
Perlukaan / fraktur pada tulang kepala janin

2.8 PENATALAKSANAAN
1. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin
dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan
dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes
terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut
tidak dapar diketahui sebelum persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa
 pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu
karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada
kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan
 percobaan.

9
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat
diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar
sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy
medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala
ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila
hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga
 panggul, sehingga menjadi bahu depandimana sebelumnya merupakan bahu
 belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil,
 penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin
dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong
menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke
diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan. Persalinan percobaan
ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour serupa dengan
 persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir
dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam
kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak
lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang
tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam
atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan
dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu
atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban
 pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps
yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesar ea.

2. Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
 primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio sesarea
sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan
 perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

10
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

4. Kraniotomi dan Kleidotomi


Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin
dengan cara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga
 janin dapat dengan mudah lahir pervaginam. Kraniotomi, terdiri atas perforasi
kepala janin, yang biasanya diikuti oleh kranioklasi.

5. Kleidotomi
Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala dilahirkan, akan
tetapi dialami kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah janin
meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula)
 pada satu atau kedua klavikula. Dibawah perlindungan spekulum dan tangan kiri
 penolong dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula belakang digunting, dan
selanjutnya kelahiran anak dengan berkurangnya lebar bahu tidak mengalami
kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan hati-hati, tidak akan timbul luka pada
 jalan lahir. Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi.
Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka
dilakukan seksio sesarea.

11
2.9 WOC Ibu Hamil

Penyakit Tulang Bentuk badan tidak normal Wanita Pendek (TB<145CM)

Panggul Sempit Janin Besar

Penyempitan PBP Penyempitan PTP Penyempitan PAP

Janin belum masuk PAP

CPD

UK 36 Mg. (Primipara) UK 38 Mg. (Multipara)

Percobaan persalinan Tanda-tanda pesalinan Sectio caesarea Ansietas

Post anastesi Luka post op.


His baik Pembukaan lengkap Waktu persalinan His Jelek Pembukaan tidak
>persalinan normal lengkap Medula Penurunan Jaringan Jaringan
Kemajuan oblongata kerja pons terputus terbuka
persalinan baik Ibu Bayi Tidak ada kemajuan
Reflek Penurunan Nyeri Invasi
persalinan Batuk kerja otot
Persalinan Parase Ruptur Menekan Prolaps Perlukaan bakteri
eliminasi
pervaginam kaki uteri kepala tali uteri Akumulasi Aktivitas
 janin
 janin sekret Peristaltik terbatas
Terminasi Risiko
usus infeksi
Gangguan menurun Risiko kurang
Sectio caesarea bersihan jalan perawatan diri
Kurang
nafas
Pengetahuan
Nafsu makan menurun
Gangguan eliminasi alvi
Ansietas
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. D G1P00000 USIA KEHAMILAN 38-39 MINGGU
DENGAN CEPHALOPELVIC DISPROPORTION ( CPD )
DI RUANG VK RSUP DR. SOEDONO – MADIUN

3.1 PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Identitas Ibu : Identitas Suami :
 Nama : Ny D Nama : Tn. S
Umur : 23 th Umur : 27 th
Jenis kelamin : perempuan Jenis kelamin : laki-laki
Suku/bangsa : jawa/ indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Bantengan - Madiun
 No reg : 6609407
Tgl Mrs : 04 November 2014, Pukul 06.40 WIB
Tgl Pengkajian : 04 November 2014, Pukul 07.30 WIB
Dx medis : G3P00000 Usia Kehamilan 38-39 minggu dengan CPD

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a) Keluhan Utama MRS
Hamil 9 bulan 2 minggu, pada tanggal 03 November 2014 pukul 21.00 WIB
Ibu merasa perutnya kenceng- kenceng, kemudian pada pukul 23.00 Ibu di
 bawa ke Bidan Desa setempat, pada tanggal 04 November 2014 pukul 06.15
WIB Ibu di rujuk ke ruang bersalin RSUP dr. Soedono Madiun karena tinggi
 badan ibu < 145 cm.
b) Keluhan Utama Saat Pengkajian
Ibu mengatakan takut karena hamil ini merupakan hamil pertama dan harus
dilakukan operasi untuk melahirkan anaknya

13
c) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan ( HT, DM ),
 penyakit menular ( HIV/AIDS, Hepatitis, TB ), dan tidah mempunyai riwayat
 penyakit menahun (PPOK, Asma)
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga juga tidak ada yang mempunyai riwayat
 penyakit keturunan ( HT, DM ), penyakit menular ( HIV/AIDS, Hepatitis, TB ),
dan tidah mempunyai riwayat penyakit menahun (PPOK, Asma)
e) Riwayat Obsetri
Pertama menstruasi pada usia 15 tahun, siklus haid 29 hari, teratur, lama haid 6
hari, terkadang disminorea.
HPHT : 14 Februari 2014
TP : 21 November 2014
f) Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan nikah 1 kali, umur pernikahan 1,5 tahun
g) Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah KB karena ingin cepat mempunyai anak
h) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Hamil ini
i) Riwayat Kehamilan Sekarang
Trimester I :
Ibu mengatakan pada trimester pertama mengeluh mual- mual, periksa ke bidan
3X dan diberi terapi Vit. C dan Tablet FE
Trimester II:
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apa- apa, periksa ke bidan 3X dan diberikan
terapi Vit. C dan Tablet FE
Trimester III:
Ibu mengatakan terdapat keluhan perut terasa kencang_ kencang pada saat
 periksa ke bidan yang terakhir, periksa ke bidan 3X diberi Vit. C dan Tablet FE,
 periksa ke SpOG 1X dengan hasil janin sehat dan bagus.
 j) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Ibu mengatakan rumahnya jauh dari sungai, pabrik dan tempat pembuangan
akhir, serta dekat dengan keramaian.

14
3. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum : Cemas
 b) Kesaran : Composmetis
c) GCS : 4-5-6
d) Tanda – Tanda Vital
TD : 150/80 mmHg TB : 142 Cm
 N : 88X/menit BB : 68 Kg
S : 36,3 C
RR : 22x/menit
e) PEMERIKSAAN PERSITEM
1) Sistem Reproduksi
 Payudara
o Inspeksi : Bentuk simetris, keadaan bersih, hiperpigmentasi areola
mamae, puting susu meninjol, tidak ada luka
o Palpasi : Terdapat nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
 Abdomen
o Inspeksi : Bentuk simetris,terdapat strie albican, terdapat linea nigra
o Palpasi : Dalam 10 menit terdapat 2 kali his selama 20 detik
Leopold I :
TFU 2 jari diatas pusat, teraba lunak tidak melenting, tidak
 bulat (bokong)
Leopold II :
 pada perut bagian kiri ibu teraba datar, keras, seperti papan
dan memanjang (PUKI), dan bagian kanan teraba bagian kecil
 janin
Leopold III :
Teraba bulat, Keras, melenting presentasi kepala, belum
masuk PAP
Leopold IV :
Convergen
Mc. Donal : TFU 31 cm
TBJ : (TFU-12) X 155
: ( 31-12) X 155 = 3000 gr
 Auskultasi :
DJJ (11-11-12) X 136 kali per menit

15
 Genetalia
o Inspeksi : tidak ada odema, tidak ada benjolan abnormal, vulva dan
vagina tampak kotor, terdapat lendir darah, tidak ada varises, terpasang
DK Up : 150 cc
o Palpasi : tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
Pemeriksaan dalam : belum pembukaan

2) Sistem Pernafasan
Anamnesa : Tidak ada keluhan sesak
 Hidung
o Inspeksi : Tidak ada pernafasan cuping hidung, hidung simetris, bersih,
tidak ada secret, tidak ada polip, tidak alat bantu nafas
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak devisiasi septumnasi
 Mulut
o Inspeksi : Mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak sianosis, tidak ada
alat bantu nafas
 Leher
o Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada deviasi trachea
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba deviasi trachea
 Area Dada
o Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada otot bantu nafas, pergerakan dada
simetris, pola nafas teratur, inspirasi dan ekspirasi sama
o Auskultasi: Tidak ada wheezing, tidak ada ro nchi
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
o Perkusi : Seluruh Lapang paru resonan

3) Sistem Cardiovaskuler
Anamnesa :
TD : 150/80 mmHg
 N : 88X/menit
 Wajah
o Inspeksi : tidak ada sianosis, konjungtiva merah muda, sclera putih
 Leher

16
o Inspeksi : Tidak terlihat adanya bendungan vena jugularis
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Dada
o Inspeksi : Bentuk dada simetris, ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Teraba ictus cordis di ics 5 mid clavicula sinestra
o Perkusi : Pekak pada ics 3-5 sinestra
o Auskultasi: Bj 1 dan Bj 2 tunggal, tidak ada Bj ta mbahan
 Ekstrimitas Atas
o Inspeksi : Tidak sianosis, tidak ada clubbing finger
o Palpasi : CRT < 3 detik, suhu akral hangat
 Ekstrimitas Bawah
o Inspeksi : Tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger, tidak ada
varises, terdapat odema
o Palpasi : CRT < 3 detik, akral hangat, terdapat pitting odema

4) Sistem Persyarafan
Anamnesa = Pusing
Kesadaran = komposmetis
GCS = 4, 5, 6
Pemeriksaan nervus
1.  Nervus I olfactorius (pembau)
 Normal, masih bisa membedakan bau/aroma
2.  Nervus II opticus (penglihatan)
Ketajaman penglihatan menurun
Menhkaji lapang penglihatan menurun
3.  Nervus III oculomotorius
 Normal, tidak pfosis (kelopak mata jatuh), tidak edem kelopak mata
4.  Nervus IV tocklearis
 Normal, ukuran pupil 5-5 mm (n: 4-5 mm, miosis: kurang 2 mm,
midriasis: lebih 5 mm), isokor, reflek terhadap cahaya positif.
5.  Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
 Normal, terdapat rasa raba, nyeri, suhu, pada area wajah.

17
6.  Nervus VI abdusen
 Normal, pergeraka bola mata: keatas kebawah
7.  Nervus VII facialis
Tidak normal, pengembangan pipi, penurunan alis tidak simetris.
8.  Nervus VIII auditorius
 Normal, masih bisa mendengarkan perintah
9.  Nervus IX glosofaringeal
 Normal, terdapat reflek muntah/menelan.
10. Nervus X vagus
 Normal, pergerakan lidah bebas
11. Nervus XI aksesoris
 Normal, pergerakan kepala dan bahu bebas
12. Nervus XII hipoglosal
 Normal, pergerakan lidah ke tengah

5) Sistem Perkemihan – Eliminasi Uri


Anamnesa : tidak ada nyeri pada saat miksi, tidak disuria
 Genetalia eksterna
o Inspeksi : Bersih, Tidak ada odema, tidak ada luka, tidak ada candiloma
o Palpasi : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, tidak
teraba pembesaran kelenjar bartoline dan skine

6) Sistem Pencernaan – Eliminasi Alvi


Anamnesa : Tidak ada mual, tidak ada kembung, nafsu makan baik
 Mulut
o Inspeksi : Mukosa bibir lembab, lidah ta mpak bersih, tidak ada
stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada perdarahan gusi
o Palpasi : Tidak ada benjilan, tidak ada nyeri tekan
 Abdomen
o Inspeksi : simetris, tidak distensi
o Auskultasi : Bising usus 10x/menit
o Perkusi : Tympani
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hepar dan lien.

18
7) Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
 Kekuatan otot

5 5

5 5
 Ekstremitas Atas
o Inspeksi : Warna kulit coklat, kulit lembab, pergerakan otot bebas
o Palpasi : Tidak ada odema, tidak ada nyeri tekan, akral hangat
 Ekstremitas Bawah
o Inspeksi : Warna kulit coklat, kulit lembab, pergerakan otot bebas, tidak
ada varises, tidak ada odema
o Palpasi : Tidak ada odema, tidak ada nyeri tekan, akral hangat
 Pengkajian Pelvic
o Distansia Spinarum : 22 cm ( N : 24 – 26 cm )
o Distansia Cristarum : 26 cm ( N : 28 – 30 cm )
o Conjugata Eksterna : 17 cm ( N : 18 cm )
o Lingkar Panggul : 79 cm ( N : 80 – 90 cm )

8) Sistem Endokrin
 Kepala
o Inspeksi : Penyebaran rambut merata, tidak ada ada kerontokan, warna
rambut hitam
o Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
 Leher
o Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
o Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid

9) Sistem Persepsi Sensori


 Penglihatan (Mata)
Anamnesa : Tidak ada keluhan penglihatan, Lapang penglihatan baik
o Inspeksi : Bentuk simetris, pupil isokor, sclera putih, konjungtiva nerah
muda
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

19
 Pendengaran (Telinga)
Anamnesa: Tidak ada keluhan pendengaran, fungsi pendengaran baik
o Inspeksi : Daun telinga tampak simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi,
tidak ada serumen
o Palpasi :Tidak ada nyeri tekan pada mastoid, tidak teraba massa
 Penciuman (Hidung)
Anamnesa : Tidak ada keluhan gangguan penciuman, fungsi penciuman
 baik
o Inspeksi : Tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada deviasi septum
nasi
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi tulang hidung
 Perasa (Lidah)
Anamnesa : Tidak ada keluhan gangguan perasa
o Inspeksi : Lidah tampak bersih, tidak ada stomatitis
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Peraba (Kulit)
Anamnsea :
Tidak ada keluhan gangguan perabaan
o Inspeksi : Kulit tampak bersih, tidak ada lesi.

f) Pola konsep diri


 Citra Diri :
Ibu dapat menerima kondisi saat kehamilan
 Ideal diri :
Ibu masih cemas akan menghadapi persalinan
 Harga diri :
Ibu senang dengan kehamilannya saat ini
 Peran diri :
Selama mengandung peran tidak digantikanoleh orang lain
 Pola persepsi tatalaksana hidup sehat:
Ibu mengatakan selama mengandung/hamil ibu mengkonsusmsi makanan
sesuai saran bidan
 Pola istirahat tidur :
Selama hamil pola tidur baik.

20
 Pola psikososial :
Ibu menunjukkan kekhawatiran (cemas)

g) Pola kebutuhan dasar


Pola kebutuhan Saat di Rumah Saat di Rumah Sakit
 Nutrisi Makan 3X sehari, 1 porsi Belum makan dan
sedang,  puasa, rencana operasi
Jenis : nasi, lauk, sayur, SC
 buah Minum ¼ gelas
Minum air putih 6
gelas/hari
Eliminasi
BAK Frekuensi 3-4 kali/hari Terpasang kateter,
Warna kuning jernih UP:150 cc, warna
 jernih

BAB Frekuensi 1-2 kali/hari Belum BAB


Konsistensi lunak
Istirahat Tidur Tidur siang 2 jam Belum tidur
Tidur malam 6-7 jam
Aktivitas Aktivitas sehari-hari Bedrest total
(memasak, menyapu dll)
Personal Higine Mandi mandiri 2 kali/hari Belum mandi dan
Gosok gigi mandiri 2  belum gosok gigi
kali/hari

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal : 04 November 2014
 Nama pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Unit
Leukosit 14,68 4,7 – 11,3 10 3 /uL
5
Eritrosit 3,8 4,0 – 5,0 10  /uL
HB 11,3 12,0 – 16,0 g/dl
Ht 33,6 38 – 42 %
Trombosit 436 192 – 424 10 3/ uL
Urinalis
Glukosa Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
PH 7,5 4,6 – 8,0
5. Terapi
Tanggal 04 November 2014
a) Persiapan operasi
 b) Infus RL 1000 cc
c) Ceftriaxon 2 gr (Profilaksis)
d) Antasida 15 ml/oral

21
3.2 ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data

Ansietas (00146)
 NS. DIAGNOSIS :
Domain 9: Koping atau toleransi stress
(NANDA-I)
Kelas 2: Respon koping
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom
(sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan
takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
DEFINITION: isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman

 Penurunan produktivitas
DEFINING
 Gelisah
CHARACTERISTI
CS  Khawatir

 Perubahan dalam pola interaksi


 Pemajaman toksik
RELATED  Infeksi
FACTORS:  Stres
 Status ekonomi
 Status kesehatan
Subjective data entry Objective data entry
Ibu mengatakan takut dan gelisah karena  Td :150/80
akan dlakukan operasi  N : 88
   T 

   N RR : 18
   E 

   M S : 36,3
   S 

   S
   E  Gelisah
   S
   S  Ketakutan
   A
 Sering bertanya
 Mengeluh penyakitnya

   S  Ns. Diagnosis (Specify):


   I
   S Client
Ansietas (00146)
   O
   N Diagnostic
   G Related to:
   A Statement:
   I Ancaman status kesehatan
   D

2. Diagnosa Keperawatan

 No. Diagnosa Tanggal Diagnosa Keperawatan Paraf


1 4 Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
 November
2014

22
3.3 INTERVENSI
Inisial Pasien : NY. D
Tanggal : 05 November 2014
Dx. Kep. : Ansietas berhubungan dengan ancaman status k esehatan
Definisi NANDA : Perasaan tidak nyaman atu kekawatiran yang samar disertai respon o tonom
Definisi NIC : Suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dread   yang disertai dengan respons autonomis;
sumbernya sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu; perasaan khawatir yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Ini merupakan tanda bahaya yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan
memampukan individu untuk membuat pengukuran untu mengatasi ancaman

NIC NOC
Intervensi Aktifitas Outcome Indikator
Manajemen Tindakan Keperawatan Kontol ansietas  monitor intensitas
ansietas  Gunakan pendekatan yang menenangkan (1402) kecemasan (140201)
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama  menghilangkan prekursor
Definisi :  prosedur Definisi : kecemasan (140202)
Meminimalkan rasa  Identifikasi tingkat kecemasan  personal tindakan  menurun lingkungan
takut, cemas, meras  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi untuk stimuli saat cemas
dalam bahaya atau takut menghilangkan (140203)
ketidaknyamanan Tindakan Kolaborasi atau mengurangi  mencari informasi untuk
terhadap sumber  Berkolaborasi dengan tim medis tentang pemberian  perasaan ketakutan, mengurangi kecemasan
yang tidak o Pelaksanaaan oprasi ketegangan, (140204)
diketahui kegelisahan atau rencana strategi coping
o Infus RL 1000 cc 

dari sumber yang untuk situasi penuh strest


o Ceftriaxon 2 gr
dapat diidentifikasi (140205)
o Antasida 15 ml/oral
Health Education  mengontrol respon
 Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan kecemasan (140217)
 prognosis  memonitor manifestasi
 Libatkan keluarga untuk mendampingi klien fisik dari kecemasan
(140215)
 Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik
relaksasi distraksi
Tindakan Lain
 Dengarkan dengan penuh perhatian

23
 Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
 persepsi

24
3.4 IMPLEMENTASI

Diagnosa Tanggal Tindakan Paraf


Ansietas 04 Tindakan Keperawatan

 November  Menjelaskan semua prosedur tentang operasi dan apa

2014 yang dirasakan selama pelaksanaan operasai


 Melakukan identifikasi tingkat kecemasan
 Observasi DJJ
08.35
Tindakan Kolaborasi
 melaksanakan advice dokter:
o Infus RL 1000 cc
o Injeksi Ceftriaxon 2 gr
o Memberikan Antasida 15 ml/oral
Health Education
 Memberikan informasi faktual mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
 Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
 menginstruksikan pada pasien untuk menggunakan
tehnik relaksasi distraksi berupa nafas panjang
Tindakan Lain
 mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang
dikeluhkan Ibu
 Membantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan

25
3.5 EVALUASI

Diagnosa Tanggal Catatan Perkembangan Paraf


Ansietas 04 November S : Ibu mengatakan masih merasa t akut karena akan
2014 dilakukan operasi
(09.00 WIB) O:
 Td :150/80
  N : 88
 RR : 18
 S : 36,3
 Gelisah
 Ketakutan
 Sering bertanya “Kapan operasinya?”
A : Masalah Belum Teratasi
P : Berikan HE dan jelaskan tentang tindakan yang
akan dilakukan beserta tujuan
Ansietas 04 November S:-
2014 O:
(1015 WIB)  Ibu sudah dilakukan operasi sectio caesarea
 Bayi sudah lahir
 BB : 3200 gr
 PB : 50 Cm
 Jenis kelamin : perempuan
 AS : 5-7
A : Bayi Lahir, masalah teratasi
P :
1. Perawatan bayi baru lahir
2. Ibu dipindahkan di ruang IPI
3. Intervensi dihentikan

26
BAB IV
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

CPD (cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul sempit, ukuran


kepala janin yang besar, atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas. Setiap
 penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis dapat mengakibatkan
distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada pintu atas panggul,
midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya kombinasi dari ketiganya. Karena
CPD bisa terjadi pada tingkat pelvic inlet, outlet dan midlet, diagnosisnya bergantung
 pada pengukuran ketiga hal tersebut yang dikombinasikan dengan evaluasi ukuran kepala
 janin. Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri
tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu
kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage ) dan keadaan janin (passanger).

27

Anda mungkin juga menyukai