Anda di halaman 1dari 2

Manfaat Menulis untuk Kesehatan Mental

 Penulis : Nia
 November 13, 2009 at 11:50

Menulis bisa membuat gila? Lalu untuk apa menulis?

Bagi sebagian orang, menulis dianggap membosankan. Buang waktu hanya untuk sebuah tulisan
yang belum tentu dibaca, disukai atau dinikmati orang lain. Sah-sah saja sih berpendapat seperti
itu karena tiap orang punya kepentingan dan keinginan yang berbeda dengan menulis. Bagi yang
telanjur menganggap menulis itu gak penting, luangkan sedikit waktu untuk sekedar merenung :
apa arti tulisan dan mengapa orang mau menulis bahkan bisa menulis. Alasannya pasti beragam,
mulai dari sekedar hobi, mengembangkan bakat (alih-alih jadi bakat ku butuh…), kepuasan
mengekspresikan pikiran dan perasaan, tuntutan pekerjaan dan yang paling “menjual” bisa
mempengaruhi dan mengubah pikiran orang lain atau menginspirasi orang lain. Apa sebenarnya
yang menarik dari kegiatan menulis? Adakah manfaat menulis untuk kesehatan mental kita?
Menulis ternyata memiliki banyak keunikan dan manfaat. Keunikan menulis akan dirasakan
ketika kita menikmati kegiatan itu ( mungkin saya termasuk orang yang sangat menikmati
kegiatan menulis). Keunikan pertama dari kegiatan menulis bisa tercermin lewat kepuasan batin
bahkan memberikan pengaruh bagi pola hidup si penulis.  Secara aktivitas, menulis memang
membutuhkan waktu yang kadang-kadang tak sedikit. Bisa berjam-jam, berhari-hari bahkan
berbulan-bulan. Apalagi jika tulisan yang dibuat bersifat riset ilmiah atau sebuah discovery,
waktu yang dibutuhkan bisa bertahun-tahun. Namun, proses itu akan terasa begitu berharga
ketika hasil itu diapresiasi dan memberi banyak manfaat. Sebuah kepuasan yang tidak terbeli
dengan nilai material. Kepuasan batin ini akan memberikan pengaruh positif terhadap kondisi
mental si penulis. Misalnya, bisa memotivasi kreativitas dan rasa percaya dirinya untuk
menghasilkan tulisan yang lebih baik.

Keunikan lain dari  menulis ialah bisa membuat gila. Mengapa? karena menulis itu memerlukan
ide, masalah dan tujuan. Orang bisa menjadi gila baca dan gila pengetahuan untuk mendapatkan
inspirasi bagi tulisannya; gila-gilaan mengasah imajinasi untuk menemukan ide-ide gila dan
mengembangkan cerita pada tulisannya. Orang juga bisa segila mungkin menggali pengalaman
individual dan sosial untuk menemukan masalah serta data-data pendukung tulisan; memiliki
semangat, kemauan dan strategi yang gila untuk menuangkan ide, merumuskan dan mencapai
tujuan dari tulisannya; serta menjadi gila kerja untuk menghasilkan karya yang luar biasa.
Berkaitan dengan ini, ada sejumlah orang yang harus menulis terlebih dahulu agar ia bisa
tertidur. Ini menunjukkan adanya koneksi antara kepuasan hati dengan ketenangan pikiran
dengan mengekspresikan dorongan hasrat dan imajinya. Makanya, saya sebut menulis bisa
membuat orang menjadi gila, maksudnya menggilai aktivitas itu.
Keunikan di atas bersimultan dengan manfaat menulis. Menulis dapat menjadi tempat
menyalurkan perasaan dan pendapat yang jika disimpan bisa berdampak negatif bagi tubuh dan
pikiran secara fisik dan mental. Sebagaimana diungkapkan James Pennebaker, Ph.D, dan Janet
Seager, Ph.D, dalam jurnal Clinical Psychology bahwa orang yang memiliki kebiasaan menulis
umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut.
Pikiran yang sehat tentunya akan memberi kekuatan positif pada tubuh kita. Dengan memahami
ini, maka menulis bisa menjadi kekuatan dan sebuah tulisan bisa menjadi kekuatan bagi penulis
bahkan pembacanya. Cobalah baca Chicken Soup dengan berbagai serinya. Kisah-kisah nyata
yang begitu inspiratif dan mampu membuka cakrawala hati pembacanya. Di sanalah kekuatan
sebuah tulisan berbicara. Banyak lagi tulisan-tulisan yang berkekuatan, seolah-olah memiliki
daya magis yang bahkan bisa mengubah pola pikir pembacanya. Jika kita kaitkan dengan
kegilaan menulis, hal ini sangat simultan. Kegilaan seperti ini tidak selalu buruk bagi mental
seorang penulis, meskipun ada beberapa kejadian pada penulis novel yang memiliki kelainan
psikologis karena terpengaruh tulisannya sendiri. Sebagaimana penemuan Pennebaker, tidak
sedikit pasien penderita trauma mengalami kesembuhan setelah menjalani terapi menulis,
sehingga dalam beberapa tahun terakhir, menulis dikembangkan menjadi media therapis oleh
para psikolog dan psikiater.

Manfaat lain dari menulis ialah kita bisa menghargai data dan waktu. Joel Saltzman dalam
bukunya If You Can Speak You Can Write mengungkapkan bahwa menulis tidak berhenti pada
langkah pertama. Artinya, menulis tidak cukup sekali dan sekali jadi, tetapi diperlukan upaya
untuk menulis kembali. Penyuntingan, revisi, dan penulisan kembali merupakan langkah penting
untuk menyempurnakan hasil tulisan. Seorang penulis perlu memeriksa kembali tulisannya
secara kritis dan objektif mengenai berbagai hal, khususnya dalam ketepatan pemilihan kata,
contoh, dan ilustrasi, serta menghindari kesalahan dalan penyusunan kalimat. Ini menunjukkan
bahwa waktu sangat berharga untuk dimanfaatkan bagi seorang penulis dan menulis
membutuhkan waktu apalagi untuk menghasilkan tulisan yang memiliki kekuatan. Penghargaan
atas waktu berpengaruh positif terhadap kestabilan dan kesehatan mental si penulis. Orang yang
menghargai waktu merupakan orang yang mampu dan mau memanfaatkan waktu sesempit apa
pun untuk kebermaknaan hidup, sehingga dengan sendirinya akan membangun mentalitas dan
pola pikirnya. So, menulis itu asyik lho! terlepas dari ada tidaknya apresiasi atau opini orang lain
atas tulisan kita.

Setiap diri kita adalah penulis untuk diri dan kehidupan kita karena hanya kita yang benar-
benar mengerti siapa diri kita. (Nia Hidayati)

Anda mungkin juga menyukai