Anda di halaman 1dari 9

MATERI MENULIS KREATIF

D.    Menulis sebagai Proses dan Produk


Menulis adalah suatu proses dan produk yang dilakukan melalui tahapan-tahapan yang harus
dikerjakan dengan megerahkan keterampilan, seni dan imajinasi sehingga semuanya dapat
berjalan dengan efektif. Dalam kegiatan menulis juga memerlukan tahapan-tahapan tertentu.
Menurut M. Atar Semi (2007) tahapan-tahapan menulis terbagi menjadi lima macam, yakni:
1.      Tahap Pratulis.
Pada pratulis merupakan tahap paling awal dalam kegiatan menulis dan dilakukan sebelum
melakukan penulisan. Dalam tahap ini penulis mulai menentukan topik yang akan ditulis. Penulis
mempertimbangkan pemilihan topik dari segi menarik atau tidaknya terhadap pembaca.
2.      Tahap Pembuatan.
Pada tahapan ini penulis lebih mengutamakan isi tulisan daripada tata tulisannya, sehingga
semua gagasan, pikiran dan perasaan dapat dituangkan ke dalam tulisannya.
3.       Tahap Revisi.
Merevisi berarti memperbaiki. Pada tahap ini penulis berusaha menyempurnakan isi
tulisannya agar tulisannya lebih baik. Penulis dapat menambah atau mengurangi tulisannya yang
lebih, mempertajam perumusan masalah, menambah informasi yang mendukung tulisannya,
mengubah urutan penulisan pokok-pokok pikiran, dan lain sebagainya.
4.       Tahap Penyuntingan.
Tahap penyuntingan adalah meneliri kembali kesalahan dan kelemahan pada isi tulisan
tersebut. Pada tahap penyuntingan ini penulis membaca tulisannya kembali dan melihat kembali
ketepatannya dengan gagasan utama dan tujuan penulisan.
5.       Tahap Publikasi.
Tahap ini merupakan tahp paling akhir dalam proses menulis. Dalam tahap ini yang harus
dilakukan oleh penulis adalah mempublikasikan tulisannya melalui berbagai kemungkinan.
Misalnya dengan mengirimkan tulisannya kepada penerbit buku, redaksi majalah, surat kabar
dan lain sebagainya.

 Apa Itu Proses Kreatif Menulis?


 Tahapan Proses Kreatif Menulis
o 1. Persiapan
o 2. Perencanaan
o 3. Inkubasi
o 4. Mulai Bekerja
o 5. Lancar Menulis
o 6. Diam Mencari Ide
o 7. Kemajuan dan Kalimat Akhir
o 8. Judul
Proses Kreatif Menulis. Karya sastra adalah alat yang digunakan untuk wadah kreativitas
menulis. Selain itu, karya sastra juga bisa dimaknai sebagai ruang gerak kata-kata, bebas, dan
liar yang menampung tentang kegelisahan manusia. Karya sastra diciptakan dari proses kreatif
menulis yang digunakan sebagai alat eksistensi melalui kata-kata.
Selain itu, melalui proses kreatif menulis yang akhirnya tercipta karya sastra, manusia atau
penulis bisa mengekspresikan dirinya melalui tulisan. Dengan tulisan yang diciptakan, selain
bisa mengekspresikan dirinya, karya sastra yang dibentuk melalui proses kreatif menulis ini
akan dinikmati masyarakat umum dan jadi kepuasan tersendiri.
Tetapi dalam menciptakan karya sastra, seorang penulis memang dituntut melalui proses
kreatif menulis. Proses kreatif menulis yang harus dilalui juga tidak bisa dilakukan dengan
sembarangan. Bagi penulis baru, proses kreatif menulis bisa jadi hal yang tidak mudah dan
harus dilalui dengan berlatih. Tapi, apa sebenarnya makna proses kreatif menulis?

Apa Itu Proses Kreatif Menulis?


Pada dasarnya proses kreatif menulis adalah bagian terpenting saat seseorang menulis.
Karena pada dasarnya, menulis membutuhkan sebuah proses kreatif yang mana tulisannya
akan menjadi karya yang berkualitas dan bisa dinikmati. Maksud dari proses kreatif menulis
sendiri adalah sebuah perubahan kebiasaan, di dalam hal ini adalah perubahan menulis.
Perubahan kebiasaan ini merupakan perubahan yang sifatnya personal sehingga tidak
dipengaruhi siapa pun kecuali dari diri penulis itu sendiri. Setiap penulis atau pengarang pasti
memiliki daya kreatif yang berbeda-beda dan tidak dimiliki oleh penulis lainnya. Sehingga
dari aspek pribadi, proses kreatif menulis merupakan kesadaran.

Kesadaran yang dimiliki penulis melalui proses kreatif menulis ini akan muncul dari
tindakan pribadi masing-masing dari mereka yang unik atau khas. Selanjutnya, proses kreatif
menulisnya dijadikan suatu tanggapan terhadap lingkungannya.

Proses kreatif menulis lebih berfokus mengenai bagaimana proses terbentuknya suatu karya
atau tulisan sampai akhirnya memiliki hasil yang baik dan berkualitas. Oleh sebab itu, di
dalam proses kreatif menulis, pengarang atau penulis diharap dapat menekankan sikap aktif
untuk menulis dan kemudian mampu menemukan proses kreatifnya sendiri agar tulisannya
menarik.
Proses kreatif menulis pada dasarnya merupakan sebuah proses menuangkan ide atau
gagasan sebagai wujud pengendalian pikiran-pikiran kreatif yang dimiliki penulis agar mereka
memiliki tulisan yang berkualitas, baik, dan menari. Sehingga bisa jadi, proses kreatif menulis
menjadi ekspresi cara berpikir penulis untuk dapat menuangkan ide gagasan.

Di dalam proses kreatif menulis, aspek kreativitas adalah hal yang paling penting. Hal
tersebut karena aspek kreativitas di dalam proses menulis kreatif memacu penulis untuk
memunculkan ide-ide baru, gagasan baru, dan mematangkan ide, serta mendayagunakan
bahasa secara optimal yang akhirnya memunculkan ide yang utuh dan matang.

Dengan kreativitas yang dimiliki oleh seorang penulis, maka penulis tersebut tak hanya
puas dengan memiliki banyak ide yang melintas dan tertuang di dalam tulisannya, tetapi
penulis tersebut akan terus berusaha mengabadikan setiap gagasan atau ide yang melintas di
kepalanya, kemudian mengolah, dan mematangkannya terus-menerus.
Sementara itu, menulis di dalam proses kreatif menulis maksudnya adalah proses
mengungkapkan atau menuangkan atau memaparkan gagasan dan melalui bahasa tulisnya
berdasarkan tatanan tertentu sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan dan tulisannya
dapat dibaca pembaca dengan tepat serta mudah dipahami.
Oleh sebab itu, saat melalui proses kreatif menulis, penulis sebagai penyampai pesan sudah
memikirkan konsep baik ide, gagasan, maupun kerangka yang tepat dan matang sebelum
akhirnya menuangkannya ke dalam tulisan yang ia akan sampaikan kepada pembaca.
Sehingga melalui persiapannya yang matang, maka penulis dapat menyampaikan pesan ke
pembaca.
Dengan demikian, penulis memang harus memperhatikan dan melakukan persiapan yang
tepat mengenai apa yang akan ditulis, media yang digunakan, referensi yang digunakan, dan
tulisan tersebut ditujukan untuk siapa dan segmen apa. Hal ini sebagai upaya untuk
memudahkan penulis mengerti dan memahami alur dan tujuan tulisannya.
Terlebih lagi, menulis pada proses kreatif menulis dipandang sebagai upaya untuk
merekam ucapan manusia menjadi bahasa baru, yaitu bahasa tulisan. Yang mana, bahasa
tulisan tersebut adalah suatu jenis notasi bunyi, kesenyapan, infleksi, tekanan nada, isyarat,
atau gerakan, dan ekspresi wajah yang memindahkan maksud ucapan manusia.
Tak hanya sebagai media menyampaikan gagasan dan ide, menulis di dalam proses kreatif
menulis juga sangat penting sebagai proses belajar. Hal ini karena menulis di dalam proses ini
membuat penulis mampu memahami kemampuan dan kemahiran mereka dalam menguasai
sesuatu hal meskipun sifatnya personal.
Di dalam proses pembelajaran dari menulis yang didapat dari pelajaran Bahasa Indonesia,
dijelaskan juga bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memiliki perhatian
paling banyak dan juga paling banyak diminati. Terlebih, menulis baik di dalam proses ini
maupun proses belajar memiliki arti yang penting.
Di dalam proses pembelajaran, menulis di dalam proses ini memiliki maksud
mengekspresikan pikiran dan perasaan penulis ke dalam bahasa tulisan. Arti penting yang
kedua yakni menulis menjadi sarana melahirkan bunyi-bunyi bahasa atau ucapan-ucapan yang
keluar dalam bentuk tulisan.
Meski demikian, proses kreatif menulis merupakan hal yang sangat kompleks. Artinya, di
dalam proses ini dilibatkan di dalamnya berbagai pengetahuan dan pengalaman serta
keterampilan yang tidak hanya menulis, tetapi juga bagaimana penulis mengolah ide dan
menuangkannya dalam penalaran yang akan disampaikan kepada pembaca dan bisa dipahami.
Ketika pembaca mudah memahami maksud dan tujuan penulis di dalam sebuah karyanya,
maka proses kreatif menulis seorang penulis bisa dikatakan berhasil. Sehingga untuk
mencapai keberhasilan tersebut, seorang penulis harus benar-benar melakukan proses ini
sebaik mungkin.
Karena dinilai kompleks, seringkali proses kreatif menulis menjadi momok bagi banyak
orang. Hal ini karena menulis dianggap sulit dan ribet. Tapi ternyata tak selalu demikian.
Proses ini akan lebih mudah ketika kegiatan menulis ini dijadikan proses belajar dan disertai
dengan niat yang memang sepenuh hati untuk menulis.
Ketika niat menulis tidak untuk menuangkan ide dan gagasan melainkan hanya sekadar
kebutuhan komersil, maka proses ini juga akan sia-sia karena tulisan justru terkesan tidak
berkualitas dan penulis dinilai tidak mampu menyampaikan pesan yang baik kepada pembaca.
Selain proses belajar, proses ini juga mengacu tentang bagaimana mental kreatif penulis
diuji. Mentalitas penulis untuk menghasilkan suatu karya yang berbeda dari kebanyakan orang
akan diuji di dalam proses ini. Hal ini mengingat setiap orang memiliki mental kreatif yang
berbeda-beda.
Mental kreatif setiap orang yang berbeda inilah bisa lebih digali sebagai potensi penulis.
Yang mana potensi tersebut bukan selalu tentang besar atau kecilnya sebuah karya, tetapi
bagaimana penulis mampu menemukan dan memperlakukan potensi kreatif di dalam dirinya
dengan tepat.
Proses kreatif menulis juga sangat erat hubungannya dengan imajinasi seorang penulis.
Meskipun tidak semua imajinasi merupakan buah dari pikiran kreatif penulis, tetapi penulis
mampu menulis dengan menggunakan bagaimana ide dan gagasan yang muncul di kepalanya
dan mengolahnya dengan berkualitas.
Proses kreatif menulis ini juga menjadi orientasi sastra karena bisa digunakan sebagai cara
pandang terhadap suatu hal yang berbeda. Misalnya gaya bahasa yang berbeda, alur dan sudut
pandang yang berbeda, dan lain sebagainya namun justru menciptakan karya yang lebih
menarik dari karya yang pernah ada.
Sehingga proses kreatif menulis ini selain mengenai proses persiapan menulis, tetapi juga
menggabungkan mengenai proses belajar dan juga kreativitas sebagai mental yang dimiliki
seorang penulis. Bisa dibilang jika keberhasilan proses ini adalah bagaimana karya yang
diciptakan dinilai sangat kreatif dengan segala kekurangan dan kelebihan.
Lebih dari itu, proses kreatif menulis juga diharap mampu bergelut dengan pengalaman
kreatif dan estetik mengenai penulisan karya sehingga penulis harus mengalami jatuh bangun
selama melakukan kegiatan proses kreatif menulis untuk melatih kepekaan, misalnya dengan
berlatih, banyak membaca, dan lain sebagainya.
Proses kreatif menulis yang dilakukan banyak penulis modern di saat ini juga tidak hanya
cukup dengan menulis atau menghasilkan ide saja. Lebih jauh, proses ini diperlukan sikap
kreatif terus-menerus tidak hanya saat menulis saja. Tetapi juga membaca bagaimana pasar
dari karya yang saat ini banyak diminati.
Ketika penulis hanya berfokus pada menulis saja, maka proses yang ia lalui akan sia-sia
karena segmen tulisannya bisa jadi tidak diterima oleh pasar saat ini.

Mengawali Penulisan Membutuhkan Sebuah Strategi

Pertama: hilangkan kemalasan. Ini tantangan yang paling berat yang seringmenghalangi seseorang
untuk memulai menulis. Kemalasan menjadi salah satupenyebab penting, mengapa seseorang tidak
menulis. Tragisnya, malas memang bisa menghinggapi siapa saja. Termasuk Anda.

Kedua: cari dan pilihlah ide atau masalah yang akan Anda angkat. Anda tak perlumuluk-muluk
dengan keinginan mengangkat masalah besar atau yang istimewa.Masalah sederhana pun mana
kala Anda mau dan mampu meramu akan menjadi cerita yang menarik. Lingkungan Anda adalah
penyedia materi yang tak pernah habis Anda kuras untuk "diteliti".
Ketiga: renungkan apa yang telah anda pilih sebagai materi untuk tulisan Anda. Cernakan dengan
hati-hati dan teliti, apakah Anda telah cukup memahami dan merasakannya. Memerlukan sedikit
kepekaan perasaan, nurani, Anda.

Keempat. Mulailah menulis. Tak perlu Anda memikirkan mutu tulisan Anda. Setiap kali ada
gagasan, langsung tulis. Upayakan tidak berhenti menulis ketika di akhir kalimat atau paragraf.
Menulis dan menulis akan menyeret Anda ke dalam keasyikan yang mungkin belum pernah Anda
bayangkan.

Kelima: jujurlah pada perasaan Anda. Anda tak perlu menipu diri sendiri dengan seolah-olah
mengetahui segala hal. Anda juga tidak perlu bercerita suatu hal yang tidak cukup Anda ketahui.
Cukup ceritakan apa yang Anda rasakan. Sekali lagi. Perasaan Anda. Bukan pikiran Anda!

Keenam: periksa kembali tulisan Anda mana kala telah merasa cukup. Pikirkan bagaimana
seharusnya Anda mengungkap perasaan Anda. Perbaiki tiap bagian yang Anda anggap belum
tepat. Tulisan yang baik adalah tulisan yang bisa diterima akal sehat. Logis dan bisa
dipertanggungjawabkan serta memberi wawasan bagi pembacanya. Kecuali Anda ingin
berkesperimen. Nilai-nilai yang lahir bisa jadi baru terdapat di dalam eksperimen Anda sendiri.
Pada diri setiap orang (dalam pengajaran umum) harus dikembangkan keterampilan pokok yang
disebut 3 R.

Dalam acara pelatihan itu, Agus didaulat untuk berbicara tentang strategi penulisan esai. Dalam
uraiannya, dia memulai dengan sejumlah definisi (baca: teori) tentang esai, selayaknya dosen
mengajar di kelas. Seiring penguraian tentang teori itu, para audience tampak lesu, kurang
bergairah. Dia paham audience-nya kurang “berterima” dengan metode “ceramah”; lalu, dia
mengubahnya. Sambil seringkali mengusap hidungnya (yang mungkin gatal), dia menjelaskan esai
(dengan tidak terpaku pada teori) dalam kaitan dengan karya ilmiah dan karya sastra.

C. Teknik Penulisan Kreatif

Sesungguhnya kita terlahir dengan banyak keterampilan kreatif. Ketika masih bayi, kita secara
alamiah selalu ingin tahu serta antusias menjelajahi dunia sekitar. Kita menikmati warna, cahaya,
gerakan, dan bunyi. Kita ingin merasakan, mengambil, dan memanipulasi apa saja yang terlihat.
Kita puas menghabiskan hari demi hari bermain dan bereksperimen dengan berbagai benda,
mainan, dan unsur-unsur alam (hujan, pasir, lumpur, dsb). Semasih bayi serta bocah baru belajar
berjalan, secara alamiah kita adalah ahli rancang bangun, seniman, penyair, ahli kerajinan seni, dan
pemusik.

Kita umumnya mulai membatasi pencarian dan kemampuan kreatif pada usia teramat muda.
Biasanya, mulai saat SD. Di sini sedikit demi sedikit, kreativitas mulai dikekang oleh pendidikan
tradisional. Kita duduk berderet atau berkelompok dan diharuskan tunduk pada peraturan dan
prosedur yang kaku, yang kebanyakan membatasi keterampilan berpikir kreatif. Dalam belajar,
kita lebih sering menghafal ketimbang mengeksplorasi, bertanya, atau bereksperimen. Saat
menapaki SD, SMP, dan seterusnya, kreativitas semakin jarang diasah, sehingga akhirnya berhenti
tumbuh.
Namun, bukan Cuma sistem pendidikan yang memasung kreativitas. Upaya kreatif kita sering
ditanggapi dengan kritik dan umpan balik yang negatif, bukan dukungan dan dorongan. Apabila
ada guru, teman, orang tua, atau saudara dengan sengaja atau tidak melontarkan komentar
bernada olok-olok atas puisi, patung, cerpen, lukisan yang kita ciptakan, hati kita pun terluka
karenanya. Ternyata bagi kita, sikap menarik diri dan tidak lagi memperlihatkan kreativitas
tampak jauh lebih aman ketimbang menerima resiko olok-olok atau dipermalukan. Saat kita
beralih dari jenjang sekolah menapaki dunia kerja, pergaulan antarmanusia dan mungkin dalam
hidup berkeluarga, faktor lain yang menghambat kita menggunakan daya kreatif secara maksimal
adalah masalahketegangan. Kita banyak menerima tekanan dalam kehidupan sehari-hari
sehinggaenergi kita melemah. Kreativitas sulit ditumbuhkan jika kita harus menghadiripertemuan
demi pertemuan, merancang kegiatan untuk anak-anak/keluarga, sekaligus menjaga rumah.

Tahapan Proses Kreatif Menulis


Untuk dapat melakukan proses kreatif menulis dengan maksimal dan menghasilkan tulisan
yang berkualitas, tentu dibutuhkan tahap demi tahapan untuk mencapainya. Berikut ini
tahapan proses kreatif menulis yang bisa dilakukan oleh penulis.

1. Persiapan

Proses kreatif menulis dimulai dengan tahap persiapan. Di tahap ini, penulis harus
menentukan terlebih dahulu proyek tulisan yang akan ditulis. Tentukan dulu apa yang akan
dilakukan dan cari jalan untuk mencapainya. Misalnya ingin menulis tentang tulisan fiksi,
nonfiksi, sejarah, atau lain sebagainya.

Di tahap persiapan proses kreatif menulis, motivasi sangat dibutuhkan. Hal ini karena
motivasi bisa membuat kebiasaan menulis yang lebih disiplin sehingga target tulisan selesai
tepat waktu dan tidak mengulur-ulur waktu terlalu lama. Kemudian penulis juga perlu
memberi pertanyaan pada diri sendiri tentang persiapan lainnya.

Lihat ke belakang, ingat apa hal yang sudah dilakukan sejauh ini dan pikirkan cara mendorong
diri sendiri untuk mencapai sesuatu yang pernah berhasil dicapai. Hal ini akan lebih membuat
penulis dapat menyelesaikan tulisan dengan baik.

Selain menentukan tujuan dan metode penulisan, penulis juga diminta mengubah karakter asli
untuk beberapa bulan ke depan sehingga proyek tulisannya juga akan bisa diselesaikan tanpa
mementingkan ego sendiri.
Selanjutnya, tentukan genre tulisan dan buat dengan kreativitas serta ide yang semenarik
mungkin. Penulis juga bisa mencoba genre yang berbeda dengan tulisan sebelumnya untuk
memacu rasa keingintahuan dan semangat untuk menulis.

2. Perencanaan

Tahap proses kreatif menulis selanjutnya adalah tahap perencanaan. Di tahap ini,
a. Penulis harus melakukan berbagai tahap, mulai dari riset dan pra-meditasi. Misalnya
pada penulis buku non-fiksi, proses kreatif menulis biasanya berangkat dari pilihan
topik. Bukan dari struktur tulisan. Penulis
kemudian mencari dan meneliti objek dari tulisannya tersebut.
b. Riset atau pencarian mater bisa melalui berbagai cara, misalnya wawancara, menyebar
kuesioner, mencari jurnal atau arsip di perpustakaan, dan melakukan riset di berbagai
medium. Penulis lantas baru bisa mulai mengelompokkan ide dan gambaran cerita
yang mereka peroleh melalui brainstorming.
c. Sementara itu, untuk penulis buku fiksi, tahap yang dilalui sama persis antara rencana
dan hasil tulisan. Ada pula penulis yang melakukan perencanaan sedikit, tetapi terus
menulis dan terus maju sampai tulisannya selesai. Karena penulis buku fiksi memang
lebih santai dan bisa mengembangkan ide gagasannya di tengah menulis.
d. Yang paling penting dari tahap perencanaan pada proses ini adalah eksplorasi yang
dilakukan. Penulis seolah diminta melakukan perjalanan tanpa peta pada setiap kata
atau kalimat yang ditulisnya untuk menemukan ide atau gagasan baru yang kemudian
bisa dikembangkan menjadi satu kesatuan tulisan yang utuh.
e. Tak menutup kemungkinan, penulis juga memosisikan dirinya sebagai pembaca yang
mana memiliki persepsi mengenai karakter dan jalan cerita baru bisa ditemukan
setelah tulisannya disusun.

3. Inkubasi

Tahap selanjutnya adalah tahapan inkubasi dalam proses ini. Di dalam tahapan ini, penulis
mulai sibuk bekerja dan menulis. Namun akan ada masanya dimana penulis mengalami
stagnasi dan kesulitan melanjutkan tulisan sehingga ide yang ia miliki jadi tidak berkembang,
kalimat yang muncul mulai jelek, dan lain sebagainya.

Stagnasi ini akan terjadi di tahap inkubasi. Ketika hal tersebut terjadi, penulis tidak perlu
khawatir. Biarkan saja proses ini berjalan karena pada dasarnya, melamun, tidak sadar, dan
hal-hal yang membuat hidup terasa berhenti bisa jadi hal positif dalam hidup.

Meski kemampuan menulis seolah berhenti sesaat, sebaiknya jangan gunakan untuk mencari
bahan lebih banyak atau membaca lebih banyak. Penulis hanya bisa melakukan rehat sejenak
dan mulai menulis dengan mengalir tanpa mementingkan aspek-aspek sehingga tulisannya
juga bisa berkembang lagi.

4. Mulai Bekerja
Tahapan yang paling penting dari proses ini adalah mulai bekerja atau menulis. Perlu
diperhatikan oleh penulis bahwa memulai menulis bukan dari memulai dari sebuah kalimat
pertama sebuah prosa atau buku lainnya. Biarkan buku atau kertas tetap bersih dan putih, dan
kumpulkan tahap yang sebelumnya sudah dilakukan.
Kemudian buat coretan tentang plot atau kerangka tulisan, bisa dilengkapi dengan sketsa
karakter atau deskripsi tentang karakter dan mulai kaitkan kalimat demi kalimat yang muncul
di kepala kita. Proses ini bisa dilakukan sampai terbentuk pola yang membuat kita terpacu
untuk melanjutkan tulisan.
Selanjutnya, proses ini bisa dilanjutkan dengan tahap mulai menulis ulang atau re-
writing dengan beberapa kalimat yang sudah disusun menjadi baris kalimat yang memiliki
makna. Kemudian, terus melangkah ke tahap penulisan berikutnya dan tulisan akan mengalir
dengan sendirinya.
Di tengah proses menulis, akan muncul saat di mana penulis perlu membentuk ulang struktur
tulisan, baik komposisi tulisan dan sebagainya sehingga harus mulai dari awal lagi. Itulah
yang dinamakan proses kreatif menulis karena tidak ada kata memulai atau mengakhiri yang
sebenarnya, melainkan terus melakukan perubahan hingga naskah selesai.
5. Lancar Menulis
Ketika proses ini sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, maika selanjutnya tidak akan terjadi
banyak kesulitan di dalamnya. Setidaknya, penulis akan tetap menikmati aktivitas eksplorasi
cerita dan rasa keingintahuannya yang nantinya hasilnya akan terasa di waktu terakhir nanti.
Oleh sebab itu, penting bagi penulis untuk menjaga alur cerita, termasuk bagaimana jumlah
kata, jam kerja, dan bagaimana dapat menulis secara bebas dan cepat tanpa melakukan re-
writing sampai tulisan selesai. Jika menemui kesulitan, penulis bisa rehat sembari berjalan-
jalan mencari inspirasi.
Menurut para psikolog, dalam menjalankan proses ini dibutuhkan fokus yang tinggi dan
memang tujuannya tidak hanya untuk tulisan tetapi juga mengukur sejauh mana kemampuan
otak sang penulis dan tulisan baru akan jadi hasilnya dengan baik setelah semua berhasil
terlewati.
Ketika pikiran tidak fokus dan banyak gangguan, maka mental penulis akan berubah dan
mungkin akan mengalami masalah saat menulis. Saat fase inilah, dibutuhkan praktik belajar
menulis terus-menerus agar target tulisan bisa diselesaikan dengan baik. Jangan khawatir,
ritme ini biasanya selalu dialami penulis dan akan bisa diselesaikan juga.
6. Diam Mencari Ide
Ketika di tengah proses kreatif menulis mendapati tulisan yang tidak struktur, penulis juga tak
perlu khawatir. Sama halnya seperti proses hidup, proses ini akan ada saatnya jadi
menyenangkan, ada juga saatnya jadi berat. Ketika menghadapi hambatan dan masalah sampai
otak seolah berhenti menyuplai kosakata, berhentilah menulis.
Akhiri dulu aktivitas menulis dengan pergi jalan-jalan atau makan makanan enak. Penulis juga
bisa menonton film dan melakukan hobi lainnya untuk memberi kesempatan otak dan diri
penulis kembali terisi. Setelah itu, proses diam sejenak tadi akan membuat otak semakin
jernih dan lancar sehingga bisa menulis kembali.
7. Kemajuan dan Kalimat Akhir
Dalam proses kreatif menulis, yang diraih tidak hanya memiliki kemajuan atau peningkatan
menulis, tetapi lebih ke bagaimana perasaan ingin membuat tulisan menjadi satu kesatuan
yang utuh dan lengkap dengan konsep yang sudah dirancang sesuai dengan yang kita inginkan
sejak awal.
Di proses ini, penulis bisa mengukur sejauh mana hasil kerja tercapai dan sesuai atau tidak
dengan target awal menulis. Sekali penulis sudah melakukan sebuah kemajuan, maka mereka
tidak kembali ke kualitas awal mereka sehingga kualitasnya dinilai lebih baik secara
keseluruhan dan bisa terus ditingkatkan.
Bagi sebagian besar penulis, dalam proses ini tidak ada hal yang berakhir. Ketika tulisan
selesai, mereka akan kembali merevisi hasil kerjanya. Setelah karya tayang, mereka harus
melakukan evaluasi mengenai kekurangan karya yang mereka buat.

8. Judul
Hal yang tak kalah penting pada proses ini adalah pembuatan judul. Karena judul menjadi
kesan pertama pembaca apakah karya sastra atau tulisan yang disajikan menarik atau tidak.
Untuk membuat judul, bisa saja penulis mengikuti pengarang-pengarang terdahulu.
Tetapi akan lebih baik ketika penulis mampu menyampaikan frase kalimat kita sendiri dan
membuat frase kalimat tersebut memuat mengenai informasi menarik tentang isi di dalam
tulisan yang sudah terbentuk. Judul yang menarik akan membuat pembaca semakin tertarik
membaca tulisan.

Anda mungkin juga menyukai