Anda di halaman 1dari 24

Proses Menulis

PROSES MENULIS
5
M enulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
bersemuka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan
produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka sang
penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa dan
kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis,
melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur.
Dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis
sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan
bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang
terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan hal ini,
ada seorang penulis yang mengatakan bahwa “Menulis dipergunakan
oleh orang terpelajar untuk mencatat atau merekam, menyakinkan,
melaporkan atau memberitahukan, dan memengaruhi; dan maksud
serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh
orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya
dengan jelas. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi,
pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat.”
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh

113

113
BAHASA INDONESIA UNTUK KARANGAN ILMIAH

seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-


lambang grafis tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafis itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat
menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan
kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi
bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan
perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan
menulis. Seorang pelukis dapat saja melukis huruf-huruf Cina, tetapi
dia tidak dapat dikatakan menulis, kalau dia tidak tahu bagaimana
cara menulis bahasa Cina, sehingga tidak memahami bahasa Cina
beserta huruf-hurufnya. Dengan kriteria yang seperti itu, maka
dapatlah dikatakan bahwa menyalin huruf-huruf ataupun menyusun/
mengeset suatu naskah dalam huruf-huruf tertentu untuk dicetak
bukanlah menulis jika penulis tersebut tidak memahami bahasa
tersebut beserta representasinya.
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat
komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi
pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir, sehingga
datap menolong kita berpikir secara kritis. Menulis juga dapat
memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan,
memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan
masalah-masalah yang kita hadapi, dan menyusun urutan
pengalaman. Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-
pikiran kita. Tidak jarang kita menemui apa yang sebenarnya kita
pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan,
masalah-masalah, dan kejadian-kejadian di dalam proses menulis
yang aktual. Menulis adalah suatu bentuk berpikir, dengan membaca
hal-hal tertentu dalam waktu tertentu.
Salah satu hal penting bagi penulis adalah menguasai prinsip-
prinsip menulis dan berpikir, yang akan menolongnya mencapai
maksud dan tujuannya. Hal terpenting penting di antara prinsip-
prinsip yang dimaksudkan itu adalah penemuan, susunan, dan gaya.
Secara singkat: belajar menulis adalah belajar berpikir dalam/dengan
cara tertentu.
Penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan
situasi dengan tepat. Situasi yang harus diperhatikan dan dimanfaatkan
itu adalah sebagai berikut.

114
Proses Menulis

1. Maksud dan tujuan sang penulis (perubahan yang diharapkannya


akan terjadi pada diri pembaca).
2. Pembaca atau pemirsa (apakah pembaca itu orang tua, kenalan,
atau teman sang penulis).
3. Waktu atau kesempatan (keadaan-keadaan yang melibatkan
berlangsungnya suatu kejadian tertentu, waktu, tempat dan situasi
yang menuntut perhatian langsung, masalah yang memerlukan
pemecahan, pertanyaan yang menuntut perhatian, pertanyaan
yang menuntut jawaban, dan sebagainya).
Setiap penulis tidak hanya diharuskan memilih suatu pokok
pembicaraan yang cocok dan serasi, tetapi juga harus menentukan
siapa pembaca karyanya itu dan apa maksud dan tujuannya.
Berkenaan dengan pembaca atau penikmat karya yang ditulisnya
itu, maka seyogyanyalah dia dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
utama sebagai berikut ini:
1. Berapa usia pembaca/penikmat?
2. Apa jenis kelamin pembaca?
3. Di mana mereka tinggal?
4. Apa latar belakang pendidikan mereka?
5. Minat-minat budaya apa yang mereka miliki?
6. Apa minat-minat sosial mereka?
7. Bagaimana keyakinan-keyakinan politik mereka?
8. Apa agama dan falsafah (hidup) mereka?
9. Apakah pekerjaan/keahlian mereka?
10. Apa kegemaran mereka?
11. Apakah ada yang belum jelas mengenai pembaca tertentu?
Dengan memberi jawaban yang baik terhadap pertanyaan-
pertanyaan tersebut, maka penulis akan mendapat gambaran yang
jauh lebih terinci dan sesuai mengenai para pembaca/penikmat karyanya
itu. Setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan; tetapi karena
tujuan itu sangat beraneka ragam, maka bagi penulis yang belum
berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori di bawah ini:
1. Memberitahukan atau mengajar
2. Meyakinkan atau mendesak

115
BAHASA INDONESIA UNTUK KARANGAN ILMIAH

3. Menghibur atau menyenangkan


4. Mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang
berapi-api.
Yang dimaksud dengan maksud dan tujuan penulis (the writer’s
intention) adalah “responsi atau jawaban yang diharapkan oleh
penulis akan diperolehnya dari pembaca.” Berdasarkan batasan ini,
maka dapatlah dikatakan sebagai berikut.
1. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar
disebut wawancara informatif (informative discourse).
2. Tulisan yang bertujuan untuk menyakinkan atau mendesak disebut
wacana persuasif (persuasive discourse).
3. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau
yang mengandung tujuan estetik disebut wacana kesastraan
(literary discourse).
4. Tulisan yang mengekpresikan perasaan dan emosi yang kuat atau
berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse).
Dalam praktiknya jelas sekali terlihat bahwa tujuan-tujuan
tersebut sering bertumpang-tindih, dan setiap orang mungkin saja
menambahkan tujuan-tujuan lain yang belum tercakup dalam daftar
di atas. Namun demikian, di antara tujuan- tujuan menulis, ada satu
tujuan yang menonjol atau dominan; dan yang dominan inilah yang
memberi nama atas keseluruhan tujuan tersebut.
Menulis merupakan proses penyampaian gagasan kepada
pembaca melalui tulisan. Sebagai proses, kegiatan menulis
memerlukan tahapan-tahapan, yakni tahap perencanaan
(prewritting), tahap penulisan draf (writting), tahap penyuntingan
(re-writting), dan tahap pemublikasian (Tompkins dan Kenneth
Hoskisson, 1991:227). Pada tahap perencanaan, kegiatan yang
dilakukan adalah mencoba memahami secara jelas apa yang ingin
ditulis dan bagaimana menuliskannya. Apa yang ingin ditulis
merupakan isi materi atau pesan yang ingin disampaikan kepada
pembaca. Bagaimana menuliskannya berkaitan dengan teknik-teknik
pengorganisasian gagasan yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau isi pesan kepada pembaca agar mudah dipahami sesuai
dengan yang diinginkan penulis. Pada tahap penulisan, kegiatan
yang dilakukan adalah mengembangkan apa yang telah diputuskan

116
Proses Menulis

pada tahap prapenulisan dengan menggunakan detail-detail penjelas.


Pada tahap penyuntingan, kegiatan yang dilakukan adalah
mengoreksi draf yang telah ditulis untuk mengetahui apakah ada
bagian tulisan yang harus diperbaiki, diganti, atau dibuang, sehingga
terbentuklah karangan akhir yang siap dipublikasikan. Pemublikasian
tulisan dapat dilakukan melalui cara membacakan kepada orang
lain dengan suara keras, melalui majalah, jurnal, buku, surat kabar,
dan sebagainya.
Tahapan-tahapan tersebut tidak selalu dilakukan secara tegas
terpisah-pisah. Dalam tulisan pendek, khususnya dalam ujian menulis,
ketiga tahapan tersebut dilaksanakan secara bersama-sama-mulai
dari perencanaan, penulisan, dan revisi tulisan. Dalam karangan
panjang, khususnya dalam penelitian, selalu dimulai dengan
pengumpulan materi dan pengorganisasiannya ke dalam kerangka
karangan yang memuaskan, dan dilakukan perevisian draf awal
dalam dua atau tiga kali.

A. Tahap Perencanaan
Perencanaan tulisan merupakan tahap kegiatan dalam menulis
yang sering diabaikan, padahal tahap ini sangat penting bagi penulis.
Bahkan, Murray (dalam Tompkins, 1991:227) menyatakan bahwa
70% lebih waktu untuk menulis dipergunakan untuk merencanakan
tulisan. Perencanaan tulisan itu mungkin ada dalam pikiran saja
atau mungkin pula dituangkan secara rinci di atas kertas.
Perencanaan tulisan sering dikacaukan dengan penyusunan
kerangka karangan. Sesungguhnya, perencanaan tulisan bukan hanya
sekedar menyusun kerangka karangan. Penulisan kerangka karangan
hanya merupakan bagian dari perencanaan tulisan (Syafi’ie, 1988:45).
Perencanaan tulisan sering disebut juga dengan desain. Desain
inilah yang akan memandu penulis dalam proses penulisan. Walaupun
demikian, penggunaan desain dalam menulis tidak bersifat kaku.
Penulis dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan, sehingga desain
masih bisa berubah atau berkembang sesuai dengan kebutuhan.
Pada tahap perencanaan tulisan, yang dilakukan adalah
menemukan dan memahami masalah yang akan ditulis, menentukan
tujuan penulisan, memahami pembaca yang dituju, dan merencanakan
ragam bahasa yang akan digunakan.

117
BAHASA INDONESIA UNTUK KARANGAN ILMIAH

1. Menemukan dan Memahami Masalah yang Akan Ditulis


Masalah yang akan ditulis pada hakikatnya adalah “perihal
pokok” (subject) yang akan dibahas oleh penulis dalam tulisannya.
Wujudnya bisa berupa gagasan, ungkapan perasaan, kemauan,
pendapat, dan informasi (Syafi’ie, 1988:48).
Seseorang tidak dapat menulis apabila tidak tahu apa yang akan
ditulisnya. Oleh sebab itu, penulis harus mampu menemukan dan
memahami masalah yang akan ditulisnya. Kemampuan penalaran
yang baik serta kepekaan terhadap keadaan yang terjadi dalam
masyarakat dan lingkungannya sangat membantu penulis dalam
mencari, menemukan, dan memahami masalah. Di samping itu,
kemampuan melihat hubungan-hubungan antargejala dan kejadian-
kejadian yang dilihatnya juga penting. Kemudian, penulis
mengembangkan hubungan-hubungan itu dan menyusunnya ke
dalam tulisan yang utuh.
Dalam menulis, perihal pokok ini dapat ditentukan oleh orang
lain, atau pihak lain dan dapat pula ditentukan oleh penulis sendiri.
Kegiatan menulis dengan perihal pokok yang ditentukan oleh
orang lain atau pihak lain, misalnya seorang mahasiswa ditugasi
menulis makalah dengan perihal pokok “sikap pemakai bahasa
Indonesia terhadap bahasanya”. Kegiatan menulis dengan perihal
pokok yang ditentukan oleh orang lain, biasanya berlangsung dengan
inisiatif orang lain yang mengehendaki penulisan perihal pokok
yang bersangkutan.
Apabila inisiatif menulis datang dari pihak penulis, perihal pokok
yang hendak ditulisnya biasanya ditentukan oleh penulis sendiri.
Dalam hal ini, menentukan perihal pokok yang akan ditulis sering
merupakan hal yang sulit, terutama bagi penulis yang belum
berpengalaman. Untuk itu, ada cara yang dapat ditempuh untuk
menentukan perihal pokok yang akan ditulis.
Pertama, tentukan bidang apa yang menarik perhatian penulis,
misalnya bidang agama, politik, sosial, budaya, ekonomi, dan
sebagainya. Bidang-bidang tersebut merupakan bidang-bidang yang
masih bersifat umum. Jika penulis tidak membatasinya, maka akan
mengalami kesulitan dalam mengembangkan perihal pokok tersebut.
Oleh sebab itu, langkah kedua adalah pembatasan ke dalam
sub-sub bidang yang berada dalam cakupan bidangnya. Misalnya,

118
Proses Menulis

bidang budaya memiliki sub-sub bidang antara lain: kesenian, bahasa,


adat istiadat, pendidikan, dan sebagainya. Melalui sub-sub bidang
ini penulis akan lebih mudah mencari dan menemukan perihal
pokok yang akan ditulis dengan memperhatikan sub bidang manakah
yang paling menarik untuk ditulis.
Ketiga, menemukan dan merenungkan hal-hal apa saja yang
akan diuraikan berkaitan dengan perihal pokok yang akan ditulis.
Kegiatan ini, bagi sebagian penulis merupakan pekerjaan yang tidak
mudah karena memerlukan pemikiran yang sungguh-sungguh.
Penulis yang sudah berpengalaman pun masih juga memikirkan
tahapan-tahapan ini dalam perencanaan penulisan yang akan
dilakukannya. Untuk itu, ada beberapa cara yang dapat ditempuh
untuk menemukan perihal pokok yang akan dibahas dan apa yang
akan diuraikan tentang perihal pokok dalam tulisan. Cara-cara
tersebut antara lain melalui: (a) penggunaan buku kumpulan
gagasan, (b) menulis bebas, (c) brainstorming, (d) penggunaan
pertanyaan jurnalis, (e) pemetaan (mapping/webbing), (f) membaca
untuk menulis, (g) diagram kelompok (cluster diagramming), (h)
penggunaan kubus (cubbing), dan (i) pemecahan masalah (problem
solving) (Tompkins dan Kenneth Hoskisson, 1991:201-206). Masing-
masing strategi tersebut sebagai berikut:
Pertama, Buku kumpulan ide adalah buku yang dipergunakan
untuk mencatat atau merekam ide-ide tertentu. Dengan buku ide
tersebut, penulis dapat merekam ide-ide yang dipikirkan sepanjang
waktu. Misalnya, bidang yang ingin ditulis adalah bidang budaya.
Untuk itu, penulis dapat menginventarisasi berbagai hal atau gagasan
yang berkaitan dengan bidang budaya.
Kedua, menulis bebas. Menulis bebas adalah menulis terus-
menerus. Menulis bebas berarti menulis apa saja yang ada dalam
pikiran tanpa berhenti karena takut apakah ide-idenya bagus
atau ejaannya betul atau tidak. Dalam menulis bebas kegiatan
penulis tidak pernah dihentikan. Pikiran penulis dibiarkan
membuat berbagai asosiasi. Tidak ada sensor terhadap gagasan,
tidak dilakukan kegiatan pengulangan-pengulangan dan review.
Menulis bebas dapat dilakukan dengan mengikuti tahapan-
tahapan berikut.

119
BAHASA INDONESIA UNTUK KARANGAN ILMIAH

a. Pilihlah sebuah topik.


b. Tulislah kira-kira 5 - 10 menit tanpa berhenti untuk berpikir, untuk
membaca ulang tulisan, untuk mengoreksi tulisan, atau untuk
berpikir yang lain.
c. Tulislah “Saya tidak mengetahui tentang apa yang akan saya tulis”
atau sebuah frasa yang mirip berulang-ulang hingga muncul
gagasan baru.
d. Tentatif: Pada akhir waktu penulisan, membaca ulang tulisan dan
melingkari gagasan khusus dan yang diharapkan dapat
dikembangkan dalam sesi penulisan bebas yang lain.
e. Tentatif: Tulis kembali dalam waktu 5-10 menit gagasan yang
dilingkari, tanpa berhenti untuk beberapa gagasan.
Sebagai contoh, perhatikan uraian dalam kotak berikut ini!

Menulis bebas tanpa fokus


Cerita ini diawali dari New York. Ada seorang wanita miskin yang
memiliki 6 kotak dan anak perempuan Frances Mary mengetahui
saudara laki-lakinya Mike, seorang pencuri dan ia ditangkap
polisi dan ia pergi ke pengadilan. Ibunya mengatakan ia tidak
memiliki rumah yang baik. Ia mengatakan, ia pergi untuk
mengambilnya di atas kereta yatim piatu kemudian Frances Mary
memotong pendek rambutnya dan memakaikan baju laki-laki
karena anak laki-laki lebih mudah diadopsi. Dan ia ingin tinggal
dengan adik laki-lakinya. ….

Menulis bebas yang terfokus


Pencuri (Copper Stealer)
Di New York, Mike dan sekelompok temannya bersembunyi di
belakang gang dan ketika beberapa orang kaya (hartawan)
melewati mereka, mereka berlari dan bertabrakan dengan
kelompok laki-laki itu. Mereka mengambil dan merebut semua
uang yang ada di saku baju orang laki-laki itu. Kemudian,
mereka berusaha menjauh dari laki-laki itu dan lari cepat ke
gang yang lain.

Menulis bebas yang pertama bersifat umum, tentang permulaan cerita,


dan yang kedua lebih difokuskan tentang Mike, seorang pencuri.

120
Proses Menulis

Ketiga, ramu pendapat (brainstorming). Ramu pendapat berarti


mendaftar semua gagasan yang diajukan oleh beberapa orang
sehubungan dengan topik tulisan. Gagasan dapat didaftar dalam
bentuk kata-kata atau frasa. Penyusunan daftar, seperti menulis
bebas, menghasilkan hasil yang baik jika penulis membuat urutan
tingkatan secara bebas, menghasilkan sejumlah gagasan sebelum
menganalisisnya. Brainstorming dapat dilakukan dalam dua tahapan.
Pertama, penulis membuat sebuah daftar. Kedua, penulis
mendiskusikannya dan mencatat butir-butir gagasan dalam daftar
serta mengelompokkannya ke dalam kategori-kategori tertentu.
Butir-butir gagasan tersebut bukan merupakan urutan gagasan
dalam setiap kelompok.
Sebagimana dilakukan oleh Tara Foster dalam menentukan
permasalahan pokok tulisannya. Ia menggunakan brainstorming
ketika membatasi topiknya tentang problem salah satu sisi kehidupan
pria dan wanita dewasa. Ia memutuskan untuk melakukan diskusi
tentang perceraian. Hasilnya dituangkan ke dalam dalam sebuah
daftar secara random. Kemudian ia mengelompokkan gagasan
tersebut dan ditemukan bahwa yang lebih banyak dibicarakan
adalah tentang “tinggal sendiri” daripada aspek-aspek lain dari
topik tersebut. Ia menggunakan sebuah tanda asterik (*) untuk
menandai item yang menunjukkan tinggal sendiri. Ada sedikit item
yang tidak termasuk dalam kelompok tersebut, sehingga ia
menghapusnya. Ia kemudian memutuskan untuk mencoba menulis
dengan topik “tinggal sendiri”.
Keempat, pertanyaanjurnalis. Cara lain untuk mengembangkan
gagasan adalah dengan menggunakan pertanyaan jurnalis, yaitu:
Siapa...? Apa...? Kapan...? Mengapa...? Bagaimana...? Bertanya
dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut membantu penulis untuk
mendekati topik dari berbagai perspektif yang berbeda.
Urutan pertanyaan tersebut bukan merupakan urutan
penyajian dan dalam pemanfaatannya tidak harus semua informasi
tersebut dimasukkan. Bahkan, dari kumpulan informasi tersebut,
penulis dapat menentukan dan membatasi fokus pembahasannya
sesuai dengan sudut pandang yang digunakan. Oleh sebab itu,
diperlukan lagi kegiatan pemilihan dan pengurutan gagasan dalam
penulisan.

121
BAHASA INDONESIA UNTUK KARANGAN ILMIAH

Kelima, pemetaan (mapping), yang juga disebut dengan webbing.


Pemetaan kebanyakan sama dengan brainstorming, tetapi ini lebih
visual dan tidak linier. Sebuah “peta” terlihat berbeda dengan
kalimat, paragraf, atau daftar. Beberapa penulis menemukan bahwa
pemetaan memberi kebebasan mereka berpikir lebih kreatif dan
dapat menghubung-hubungkan gagasan dengan lebih mudah.
Jika penulis membuat peta, ia dapat memulai dengan pokok
materi yang ditempatkan di lingkaran tengah-tengah garis kertas.
Kemudian ditarik garis pencar keluar dari pusat dan ditandai dengan
nama-nama bagian materi pokok tersebut. Dari lingkaran tersebut
ditarik garis lagi keluar ke subbagian-subbagian materi pokok.
Kemudian dibuatlah hubungan gagasan-gagasan ke detail-detail
yang lebih rinci. Jika telah selesai satu devisi materi pokok, kembali
lagi ke pokok materi dan memulai lagi dengan devisi utama yang
lain. Demikian seterusnya sampai pada beberapa bagian dari peta.
Proses tersebut terus dilanjutkan selama gagasan tersebut masih
dapat dikembangkan.

Keputusan Menyerang Kelaparan


tergantung Pengungsi Pertumbuhan pertanian
pada pribumi serangga berlebih
pemerintah

Kelembaban Senyawa dalam


Tingkat tanah tanaman dan
tanah hewan
Keseimbangan Obat
alam tradisional Menyembuhkan
penyakit
Iklim dan Hutan Hujan
oksigen Anti
Tropis
kanker
Lahan
Fakta Pengobatan
pertanian
Karbon Tumbuhan parkinson Sakit
menjadi
gurun dioksida Hujan dan hewan jiwa

Membunuh
Efek rumah Suhu satu spesies Nilai estetika
kaca tropis perhari

Mencairnya Vegetasi Di tahun 1990, Keindahan Keagungan


es di kutub yang subur satu spesies mati alam
perjam

Bagan 1. Peta Konsep dengan Model Sub Bagian

122
Proses Menulis

Gary Lee Houseman menggunakan teknik mapping untuk


mengecek apakah yang diketahuinya tentang hutan musim hujan
(rain forests). Topik tersebut akan ditulisnya dalam ujian tentang
gangguan lingkungan. Setelah pemetaan, ia yakin bahwa ia dapat
memulai memilih bentuk pengorganisasian dan penulisan draf
(shaping and drafting) karangannya. Hal itu dapat dilihat pada
bagan di atas.
Keenam, memanfaatkan bacaan untuk menulis (to use reading
for writing). Kegiatan membaca merupakan salah satu cara
mendapatkan informasi dan memperkuat apa yang telah
diketahuinya. Jika seseorang membaca untuk menulis, ia harus siap
membaca secara kritis. Membaca kritis, sebagai kunci dari berpikir
kritis, sangat penting bagi penulis.
Ketujuh, diagram kelompok, yang hampir sama dengan
penggunaan gambar sebuah peta pikiran penulis, menggunakan
lingkaran, garis, tanda panah, dan kata-kata. Ini merupakan teknik
lain yang diarahkan pada penarikan beberapa pikiran yang berbeda
yang dipikirkan oleh penulis. Sebagai contoh, jika diberi topik
tentang “komputer”, penulis akan menulis kata “komputer” di
tengah halaman kertas. Kemudian dengan menggunakan garis,
lingkaran, dan anak panah, ia menuliskan kata-kata yang
merepresentasikan pikiran, gagasan, perasaan, objek, perilaku
sesuatu dan semua yang diasosiasikan berhubungan dengan topik
sentral pemetaan gagasan dan hubungan antargagasan. Contohnya
sebagai berikut.

Pikiran Komunikasi Printer

Ilmu Sistem
KOMPUTER

Akal Pemroses kata


Keyboard

Bagan 2. Peta Konsep dengan Model Anak Panah

123
BAHASA INDONESIA UNTUK KARANGAN ILMIAH

Kedelapan, penggunaan kubus (cubbing), yaitu penggunaan sisi-


sisi kubus untuk menuangkan gagasan-gagasan pokok tentang topik
yang dikembangkan. Penggunaan kubus untuk mengembangkan
gagasan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. Pertama,
menentukan topik. Kedua, penulis mengujinya ke dalam keenam sisi
kubus dan menuliskannya secara informal tentang masing-masing sisi:
deskripsi (warna, bentuk, ukuran), perbandingan (persamaan atau
perbedaan), asosiasi (apa yang dipikirkan penulis tentangnya), analisis
(bagaimana ia dibentuk atau unsur-unsur apa yang membentuknya),
penerapan (bagaimana ia digunakan, apa yang dapat anda kerjakan
dengannya), membantah atau menentang. Penulis dapat melakukan
brainstorming kata-kata, menggunakan catatan atau menulis bebas
tentang masing-masing sisi kubus dan memasukkan ke dalam kubus
seperti terlihat dalam gambar berikut.

Penerapan

Deskripsi
Menentang atau
Asosiasi
mendukung
Perbandingan

Analisis

Bagan 3. Peta Konsep dengan Bentuk Kubus

Kesembilan, problem solving (pemecahan masalah). Problem


solving pada hakikatnya adalah proses penemuan sesuatu. Sesuatu
yang ditemukan itu kemudian digunakan sebagai materi penulisan.
Problemsolving itu sebenarnya inheren dalam kehidupan manusia
karena pada hakikatnya manusia itu senantiasa berhadapan dengan
masalah-masalah. Untuk dapat melaksanakan kehidupannya dengan
baik, ia harus mempu memecahkan masalah yang dihadapinya.
Langkah-langkah penggunaan problemsolving dalam menemukan
hal yang akan kita katakan tentang perihal pokok tulisan adalah
sebagai berikut (Syafi’ie, 1988:69-73).
a. Identifikasi dan spesifikasi masalah. Kita mengenali masalah-
masalah apa saja yang timbul berkaitan dengan perihal pokok

124
Proses Menulis

tulisan kita. Masing-masing masalah kita lihat spesifikasinya


(kekhususannya).
b. Menganalisis masalah. Dalam menganalisis masalah ini ada dua
hal yang kita lakukan, yaitu: (1) menuliskan hal-hal yang telah
kita ketahui tentang masalah dan (2) menuliskan hal-hal yang
belum kita ketahui tentang masalah.
c. Merumuskan hipotesis. Berdasarkan tujuan pembahasan serta
analisis masalah, kita merumuskan satu hipotesis atau lebih.
Hipotesis ini pada hakikatnya adalah “jawaban sementara”
terhadap masalah. Namun tidak semua jenis tulisan memerlukan
hipotesis. Untuk tulisan deskripsi dan narasi tidak perlu kita
merumuskan hipotesis, sedangkan untuk karangan ekspositoris
dan argumentasi kita perlu merumuskan hipotesis.
d. Menguji hipotesis. Menguji hipotesis dilakukan dengan
mengemukakan argumen-argumen yang relevan. Argumen ini
diperoleh melalui analisis data yang dilakukan dengan teknik analisis
tertentu, sedangkan data diambil dari berbagai sumber data, baik
dari perpustakaan maupun dari lapangan. Pengambilan data
dilakukan dengan instrumen yang telah dipersiapkan dan telah
teruji baik validitas maupun reliabilitasnya. Pengujian hipotesis
seperti ini biasa dilakukan dalam penelitian. Apabila tulisan kita
merupakan laporan penelitian mengenai perihal pokok tulisan,
maka prosedur pengujian hipotesis kita lakukan seperti diuraikan
di atas. Akan tetapi, apabila tulisan kita bukan merupakan laporan
penelitian, maka pengujian hipotesis cukup dengan mengemukakan
fakta, hasil inferensi (penalaran hubungan antarfakta), serta konsep-
konsep yang merupakan argumen-argumen.
Kegiatan prapenulisan juga difokuskan pada pengeditan
pengembangan gagasan. Dalam hal ini, penulis secara sadar
mengambil dan membuang gagasan-gagasan tertentu yang dianggap
tidak sesuai dengan masalah yang dikembangkan. Dengan kata lain,
tidak semua gagasan atau informasi yang dikumpulkan tersebut
digunakan atau dituangkan dalam tulisan, akan tetapi penulis dapat
memilih gagasan atau informasi mana yang diperlukan dan mana
yang tidak diperlukan. Bahkan, kegiatan perencanaan tersebut dapat
juga dimanfaatkan atau diarahkan untuk membatasi pokok
pembahasan (topik pembahasan).

125
BAHASA INDONESIA UNTUK KARANGAN ILMIAH

Dengan menggunakan salah satu cara untuk menemukan hal-


hal pokok tulisan tersebut, dapat kita tentukan secara garis besar isi
tulisan yang akan kita susun. Dikatakan secara garis besar karena
apa yang kita temukan itu baru merupakan pokok-pokok hal saja.
Kita masih memerlukan bahan-bahan penulisan untuk
mengembangkannya. Untuk itu, kita harus melakukan kegiatan
pengumpulan bahan-bahan penulisan.

2. Menentukan Tujuan Penulisan


Seorang penulis harus mengetahui dengan jelas apa tujuan
penulisan yang diinginkan. Tujuan penulisan banyak sekali ragamnya,
antara lain: menyampaikan informasi, mengemukakan pendapat,
menjelaskan sesuatu, menggambarkan sesuatu yang berupa hal
atau kejadian, mengekspresikan perasaan, dan sebagainya. Setiap
penulis dapat menentukan sendiri tujuan penulisan yang
diinginkannya. Di samping itu, tujuan penulisan juga dapat
ditentukan oleh orang lain atau pihak lain.
Tujuan penulisan mungkin berada di dalam pikiran penulis saja
atau mungkin dituangkan di atas kertas. Penulis yang profesional
menuliskan tujuan penulisannya pada perencanaan atau desain
penulisan. Ia menyadari benar peranan tujuan penulisan dalam proses
menulis yang akan dikerjakannya. Seluruh kegiatan dalam proses
menulis diarahkan untuk mencapai tujuan penulisan yang diinginkan.
Tujuan penulisan sering dikacaukan dengan maksud penulisan.
Padahal keduanya berbeda walaupun ada hubungan yang erat di
antara keduanya. Tujuan penulisan adalah perubahan perilaku yang
kita inginkan terjadi dalam diri pembaca setelah mereka selesai
membaca tulisan kita. Misalnya setelah membaca tulisan kita
seseorang berubah dari tidak tahu menjadi tahu sesuatu yang kita
informasikan dalam tulisan kita misalnya lagi seorang pembaca
berubah dari tidak memahami sesuatu menjadi memahaminya setelah
membaca tulisan kita. Maksud penulisan adalah motivasi yang
mendorong kita melakukan kegiatan menulis, baik yang timbul dari
dalam diri kita sendiri (intrinsik) maupun yang timbul oleh karena
rangsangan dari luar (ekstrinsik). Misalnya kita menulis dengan
maksud agar memperoleh keuntungan berupa uang, populatitas,
dan sebagainya. Atau kita menulis dengan maksud mengubah
pandangan masyarakat terhadap sesuatu nilai (Syafi’ie, 1988:51).

126
Proses Menulis

Tujuan penulisan sangat banyak karena setiap penulis dapat


menentukan tujuan penulisannya. Meskipun demikian, secara garis
besar kita dapat mengklasifikasikannya sebagai berikut (Syafi’ie,
1988:51).
a. Mengubah keyakinan pembaca. Setelah membaca tulisan kita,
diharapkan pembaca:
1) mempercayai sesuatu yang berkaitan dengan perihal pokok
yang kita tuliskan;
2) memikirkan secara sungguh-sungguh sesuatu hal yang
berkaitan dengan perihal pokok yang kita tuliskan;
3) memperhatikan sesuatu hal yang sebelumnya mereka abaikan
berkaitan dengan perihal pokok yang kita sajikan;
4) menyetujui apa yang kita kemukakan berkaitan dengan
perihal pokok yang kita sajikan.
b. Menanamkan pemahaman terhadap sesuatu pada pembaca.
Setelah membaca tulisan kita harapkan pemabaca memahami
perihal pokok yang kita sajikan.
c. Merangsang proses berpikir pembaca. Setelah membaca tulisan
kita, diharapkan pembaca terangsang untuk memikirkan hal-hal
yang berkaitan dengan perihal pokok yang kita sajikan. Dalam
hal ini, yang dipentingkan adalah aktivitas berpikir mengenai
sesuatu itu sendiri. Oleh karena itu, harus sampai pada kesimpulan
atau hasil.
d. Menyenangkan atau menghibur pembaca. Setelah membaca
tulisan kita, diharapkan pembaca memperoleh kesenangan
sehingga mereka terhibur hatinya.
e. Memotivasi pembaca. Setelah membaca tulisan diharapkan
pembaca terdorong untuk melakukan sesuatu hal berkaitan
dengan perihal pokok tulisan.
Masing-masing tujuan penulisan dalam klasifikasi tersebut bisa
saling berhubungan satu dengan yang lain. Oleh karena itu, dalam
satu tulisan seorang penulis dapat mengemukakan beberapa tujuan.
Contoh:
Topik : Pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia
Tujuan : Menjelaskan pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia

127
BAHASA INDONESIA UNTUK KARANGAN ILMIAH

3. Menentukan Pembaca yang Dituju


Setiap kita menulis, harus diketahui terlebih dahulu siapa yang
akan membaca tulisan yang akan kita susun. Dengan mengetahuinya,
kita dapat menyesuaikan tulisan yang akan kita susun dengan
kondisi mereka.
Kondisi pembaca yang perlu kita ketahui dan kita perhatikan
dalam menulis antara lain berkaitan dengan pengetahuan pembaca
terhadap perihal pokok tulisan dan permasalahannya dan sikap
pembaca terhadap perihal pokok tulisan serta permasalahannya
yang kita tulis. Apabila pembaca telah mempunyai pengetahuan
tentang perihal pokok tulisan serta permasalahannya, informasi
awal yang kita berikan dalam bagian awal tulisan terbatas pada hal-
hal yang penting saja. Demikian pula sebaliknya, jika pembaca
belum mempunyai pengetahuan tentang perihal pokok tulisan kita,
maka informasi yang kita berikan pada bagian awal tulisan tentunya
tidak terbatas pada hal-hal yang esensial saja. Demikian juga dengan
sikap pembaca terhadap perihal pokok tulisan dan permasalahannya.
Jika pembaca berprasangka buruk terhadap perihal pokok tulisan
yang akan kita tulis atau berprasangka buruk terhadap kita sebagai
penulis, maka kita harus berupaya mengubah sikap tersebut menjadi
baik terlebih dahulu. Untuk itu, pada bagian awal tulisan kita
kemukakan informasi yang dapat membuat mereka percaya terhadap
kita sebagai penulis. Kita kemukakan pula informasi yang membuat
pembaca tertarik pada perihal pokok tulisan kita.

4. Menyusun Kerangka Karangan


Kerangka tulisan (kerangka karangan) adalah garis besar urutan
hal-hal yang akan dikatakan tentang perihal pokok tulisan. Dapat
pula dikatakan bahwa kerangka tulisan merupakan rencana penataan
materi tulisan secara garis besar. Apa yang disebutkan dalam kerangka
tulisan merupakan garis besar urutan pokok-pokok isi tulisan yang
akan kita susun.
Sebelum kita memulai menulis dengan mengembangkan hal-hal
yang kita katakan tentang perihal pokok tulisan dengan
menggunakan bahan-bahan penulisan yang telah kita kumpulkan,
terlebih dahulu kita membuat kerangka tulisan. Kerangka yang kita
buat itu dapat kita gunakan sebagai pedoman yang memudahkan

128
Proses Menulis

kita mengembangkan tulisan. Dengan berpedoman pada kerangka


tulisan tersebut, penulisan kita dapat lebih terarah.
Kerangka tulisan dapat disusun dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut.
a. Pengembangan, yakni pemikiran lebih lanjut mengenai hal-hal
yang akan kita katakan tentang perihal pokok tulisan. Dengan
pemikiran ini, kita berupaya menemukan apa saja yang dapat kita
tuliskan mengenai hal-hal tersebut.
b. Pengelompokan, yakni pembagian (devision) hal-hal yang akan
kita tuliskan tentang perihal pokok tulisan ke dalam kelompok-
kelompok yang nanti akan berupa bab-bab atau subbab tulisan
yang kita susun.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, kita dapat menyusun
kerangka tulisan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Mendaftar kembali hal-hal yang akan kita katakan tentang
perihal pokok tulisan.
2) Menjabarkan lebih rinci hal-hal yang akan kita tulis tentang
perihal pokok tulisan.
3) Menyusun hal-hal yang akan kita katakan tentang perihal
pokok karangan yang telah kita kembangkan tersebut dalam
struktur tertentu (plotting). Penyusunan ini dilaksanakan
dengan penalaran yang baik, sesuai dengan tujuan penulisan,
serta prinsip-prinsip keilmuan dalam bidang yang bersangkutan.

Contoh penyusunan kerangka tulisan adalah sebagai berikut.


Topik : Peranan Pemuda dalam menyukseskan program keluarga
berencana.
Tujuan : Menjelaskan peranan pemuda dalam menyukseskan
program Keluarga Berencana. Diharapkan setelah membaca
tulisan ini pembaca mengetahui dan memahami peranan
pemuda dalam menyukseskan program Keluarga Berencana.
Tesis : Pemuda mempunyai peranan yang strategis dalam
menyukseskan program Keluarga Berencana karena mereka
sendiri adalah lapisan masyarakat yang juga berkepentingan
dengan Keluarga Berencana.

129
BAHASA INDONESIA UNTUK KARANGAN ILMIAH

Kerangka Tulisan
A. Keluarga Berencana dalam Pembangunan Nasional menduduki
posisi sentral.
1. Tinjauan secara menyeluruh masalah kependudukan di
Indonesia.
2. Pertambahan penduduk dalam hubungannya dengan
pertumbuhan ekonomi.
3. Pendidikan seksual untuk pemuda.
B. Pemuda dan Program Keluarga Berencana
1. Keberhasilan program Keluarga Berencana adalah tanggung
jawab seluruh masyarakat.
2. Pemuda perlu memahami pentingnya Keluarga Berencana
dalam pembangunan nasional.
3. Pendidikan seksual untuk pemuda.
C. Peranan Pemuda dalam Menyukseskan Program Keluarga Berencana
1. Pemuda sebagai subjek pelaksana Keluarga Berencana dan
sebagai objek program Keluarga Berencana.
2. Menunda perkawinan sampai matang baik biologis maupun
mental.
3. Paguyuban Pemuda Keluarga Berencana.
4. Organisasi-organisasi Kepemudaan dan Keluarga Berencana.
Butir-butir isi tersebut masih dapat dikembangkan lebih lanjut
dengan mengemukakan rinciannya masing-masing. Seberapa luas
dan mendalamnya rincian masing-masing bergantung pada tujuan
penulisan, kesempatan menulis, serta kondisi audience (pembaca).
Rumusan butir-butir dalam contoh di atas dinyatakan dalam
kalimat-kalimat. Kerangka tulisan seperti itu disebut kerangka
kalimat. Di samping kerangka tulisan dalam bentuk kalimat, juga
dapat disusun dalam bentuk kerangka tulisan berupa topik (kerangka
topik).
Topik : Pemberantasan Buta Huruf di Indonesia
Tujuan : Memberikan penjelasan tentang buta huruf di Indonesia
serta pengaruhnya terhadap pembangunan nasional.
Diharapkan setelah membaca tulisan ini pembaca mengetahui

130
Proses Menulis

keadaan buta huruf di Indonesia serta pengaruhnya terhadap


keberhasilan pelaksanaan pembangunan di Indonesia.
Tesis : Buta huruf di Indonesia berpengaruh terhadap pelaksanaan
pembangunan nasional.

Kerangka Tulisan
A. Buta huruf di Indonesia
1. Pengertian buta huruf
2. Penduduk buta huruf
3. Kondisi penduduk buta huruf
B. Pentingnya membaca-menulis
1. Membaca-menulis dalam komunikasi
2. Membaca-menulis dan ilmu pengetahuan
3. Membaca-menulis dan pembinaan persatuan
4. Membaca-menulis dan pembangunan nasional
C. Pemberantasan buta huruf di Indonesia
1. Sebab-sebab buta huruf
2. Pemberantasan buta huruf melalui pendidikan formal
3. Pemberantasan buta huruf melalui pendidikan nonformal
4. Pembinaan lebih lanjut kemampuan membaca-menulis.

B. Tahap Penulisan Draf

1. Pengumpulan Bahan
Kerangka karangan ilmiah yang tersusun dengan baik dan teratur
akan membuat kegiatan pengumpulan bahan menjadi terarah, jelas,
dan teratur. Bahan yang harus dikumpulkan bergantung pada jenis
dan topik karangan ilmiah. Jika karangan ilmiah yang ditulis bersifat
faktual, maka bahan yang paling banyak dibutuhkan fakta-fakta.
Jika yang ditulis bersifat teoretis atau konseptual, maka bahan yang
paling banyak dibutuhkan berupa teori-teori atau konsep-konsep.
Jika yang ditulis merupakan perpaduan keduanya, maka bahan
yang dibutuhkan berupa fakta-fakta dan teori-teori.
Banyak sumber bahan dan cara mengumpulkan bahan. Secara
ringkas, dapat dasarnya ada dua macam sumber bahan, yaitu sumber

131
BAHASA INDONESIA UNTUK KARANGAN ILMIAH

pustaka dan sumber non-pustaka (hasil wawancara, pengamatan,


dan lain-lain). Sumber pustaka dapat berupa buku teks, ensiklopedi,
majalah, surat kabar, arsip, dan lain-lain. Ini semua dapat
dimanfaatkan untuk mengumpulkan bahan dengan cara
(a) menggunakan kartu katalog, (b) menelusuri bahan pustaka
dengan teknik daftar isi, teknik indeks, dan teknik baca lompat, dan
(c) mencatat bahan dengan model buku harian, model kartu, dan
model komputer. Sementara itu, sumber non-pustaka dapat berupa
peristiwa sehari-hari, para ahli bidang tertentu, dan masyarakat
umum. Ini semua bisa dimanfaatkan untuk mengumpulkan bahan
dengan cara (a) wawancara baik terbimbing maupun bebas,
(b) pengamatan baik pengamatan terlibat maupun pengamatan
biasa, dan (c) angket atau kuesioner.

2. Perumusan Judul
Bagian yang tidak kalah pentingnya setelah melakukan
pengumpulan bahan dan penyusunan topik adalah perumusan judul.
Seringkali judul disamakan dengan topik, akan tetapi kedua hal
tersebut berbeda. Judul merupakan label atau nama dari tulisan
yang ditulis, sedangkan topik merupakan masalah pokok yang
dibicarakan dalam masalah (Suyitno, 2012:15). Dalam merumuskan
judul ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan untuk membuat
judul menjadi menarik: (a) judul harus mencerminkan isi dari tulisan
yang ditulis atau mencerminkan topik permasalahan yang dibahas,
(b) judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau klausa,
bukan dalam bentuk kalimat, (c) judul sebaiknya singkat dan jelas,
panjang judul berkisar antara 5-15 kata, dan (d) judul sebisa mungkin
bersifat provikatif untuk menarik pembaca (Suyitno, 2012:16).

3. Pelaksanaan Penulisan Draf


Setelah selesai dilaksanakan perencanaan penulisan draf dan
perumusan judul, langkah berikutnya adalah pelaksanaan penulisan
draf. Penulisan draf ini didahului oleh kegiatan menetapkan organisasi
atau format, model pengungkapan, dan bahasa Indonesia karangan
ilmiah yang akan digunakan. Jika sudah selesai, dimulailah penulisan
draf. Dalam melaksanakan kegiatan ini kerangka tulisan
dikembangkan, dijabarkan, dan diuraikan menjadi kalimat-kalimat
dan paragraf-paragraf sehingga menjadi wacana yang berisi suatu

132
Proses Menulis

gagasan. Pengembangan, penjabaran, dan pengurainnya bisa


dilakukan dengan cara menulis bagian pendahuluan, bagian inti
atau utama, dan bagian penutup tulisan.

4. Penulisan Bagian Pendahuluan


Bagian pendahuluan karangan ilmiah berisi penjelasan tentang
latar belakang, masalah, dan tujuan penulisan karangan ilmiah.
Semua unsur yang ada dalam bagian pendahuluan tidak selalu
harus ditulis sebagai subjudul. Dalam laporan penelitian, skripsi,
tesis, disertasi, dan buku, unsur yang terdapat dalam pendahuluan
dapat ditulis menjadi subjudul. Akan tetapi, dalam makalah dan
karangan ilmiah unsur dalam bagian pendahuluan tidak perlu
dijadikan subjudul.
Pendahuluan ini umumnya berfungsi mengenalkan topik,
memberikan latar belakang, memberikan petunjuk rencana tulisan
secara keseluruhan, dan atau menarik minat pembaca. Untuk itu,
penulisan bagian pendahuluan dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Ada tiga cara yang lazim digunakan untuk menulis bagian
pendahuluan, yaitu (a) pendahuluan yang dimulai dengan sesuatu
yang diketahui bersama (pengetahuan umum) atau teori (konsep)
yang relevan dengan topik yang akan ditulis, (b) pendahuluan yang
dimulai dengan pertanyaan retoris yang diperkirakan dapat
mengantarkan pembaca kepada masalah atau topik yang dibahas
dalam tulisan, dan (3) pendahuluan yang dimulai dengan kutipan
orang terkemuka, ungkapan atau slogan tertekenal, dan teori atau
pendapat terekenal. Dengan salah satu dari tiga cara tersebut,
selanjutnya dapat ditulis masalah dan tujuan penulisan karangan
ilmiah.

5. Penulisan Bagian Inti atau Teks Utama


Setelah pendahuluan berhasil ditulis oleh seorang penulis,
selanjutnya tugasnya menulis bagian inti atau teks utama. Ini
merupakan klimaks atau puncak penulisan karangan ilmiah. Dalam
bagian inti atau teks utama inilah gagasan dikembangkan dan
bahan-bahan yang tersedia dirakit atau diuntai menjadi sebuah
karangan ilmiah yang baik, utuh, dan padu. Oleh karena itu, di
sinilah pengembangan paragraf atau wacana dilakukan.

133
BAHASA INDONESIA UNTUK KARANGAN ILMIAH

Ada berbagai teknik yang digunakan untuk mengembangkan


topik dan merakit (menguntai) bahan-bahan yang telah tersedia.
Teknik itu antara lain (a) teknik logis, (b) teknik klasifikasi, (c) teknik
interpretasi, (d) teknik hubungan sebab-akibat, (e) teknik persamaan
dan perbedaan, (f) teknik analogi, (g) teknik pemecahan masalah,
(h) teknik perbandingan, dan (i) teknik kronologis. Penggunaan
berbagai macam teknik tersebut bersifat saling melengkapi. Dalam
sebuah karangan ilmiah, dapat digunakan berbagai teknik tersebut
secara serempak.

6. Penulisan Bagian Penutup


Bagian penutup ini dapat diumpamakan sebagai gong yang
menandai berakhirnya penulisan karangan ilmiah. Penulisan bagian
penutup ini dapat dilakukan dengan teknik (a) penegasan kembali
atau rangkuman diskusi yang telah dilakukan, tanpa diikuti oleh
simpulan, (b) penarikan simpulan dari apa yang telah didiskusikan
dalam bagian inti, dan (c) pemberian implikasi dan atau rekomendasi
terkait dengan masalah-masalah yang telah dibahas dalam karangan
ilmiah.

C. Tahap Penyuntingan
Perbaikan Draf
Setelah draf karangan ilmiah selesai ditulis, langkah terakhir
yang harus dikerjakan oleh seorang penulis adalah memperbaiki
draf. Dalam perbaikan draf karangan ilmiah setidak-tidaknya perlu
dilakukan kegiatan (1) menyunting bahasa, isi, model pengungkapan,
dan format karangan ilmiah, (2) merombak kalimat-kalimat dan
paragraf-paragraf yang naif dan pedant menjadi kalimat dan paragraf
yang enak, (3) memperbaiki daya tarik model pengungkapan, dan
(4) menyegarkan tulisan dengan ilustrasi yang menarik. Perbaikan
draf ini dapat dilakukan oleh penulis atau orang lain yang memang
mumpuni di bidang penyuntingan.

134
Sobek di sini!
Proses Menulis

Latihan
1. Pilihlah sebuah topik umum!
2. Secara cepat, daftarlah semua kata dan frasa yang muncul dari
pikiran Saudara hal-hal yang berkaitan dengan topik tersebut!
(Dapat dituangkan dalam bentuk diagram pohon, diagram
kelompok, dsb)
3. Tandai butir-butir yang kurang mendukung topik tersebut dan
lihatlah hubungan khusus antar butir.
4. Tentukan perihal pokok tulisan Saudara!
5. Berdasarkan butir-butir yang telah Saudara tentukan tersebut,
rumuskan tesis tulisan!
6. Buatlah judul dari tulisan yang akan Saudara tulis!
7. Rumuskan pula tujuan penulisan!
8. Tentukan pembaca yang Saudara tuju!
9. Susunlah kerangka tulisan sesuai dengan perihal pokok tulisan,
tujuan penulisan, dan pembaca yang dituju!

135
BAHASA INDONESIA UNTUK KARANGAN ILMIAH

136

Anda mungkin juga menyukai