SOAL
TUGAS MATA KULIAH (TMK) I
UNIVERSITAS TERBUKA
Dr. Zainur Hidayah, S.Pi., M.M. Ami Pujiwati, SE, M.Si Dra. Maivalinda. MM
NIP 196903132005011001 NIP 197103192005012001 NIDN 1015056801
LEMBAR SOAL
TUGAS MATA KULIAH (TMK) I
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Manajemen Sumber Soal
Kode/Nama MK : EKMA 4263 Kode MK
Nomor
Penulis Soal/Institusi : Dra. Maivalinda, MM/Universitas Dharma &
KB
Andalas No. Modul
Penelaah soal//institusi : Ami Pujiwati, SE, M.Si/ 4263/1 1
Universitas Terbuka
Tahun Penulisan : 2021
Butir Soal No. : 1,2, dan 3
Skor Maks. : 100
Capaian Pembelajaran:
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen kinerja sebagai suatu sistem dan perancangan
system manajemen kinerja
Indikator: Diberikan kasus yang dapat menjelaskan tentang menajemen kinerja sebagai suatu
sistem
Soal:
Strategi Penilaian Kinerja Kementerian Pertanian
Semangat menciptakan pemerintahan yang berorientasi hasil pun tidak hanya mengemuka di
negara–negara maju, melainkan juga di negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan
ketatalaksanaan dilakukan dalam rangka menyelesaikan permasalahan atau hambatan yang
mengakibatkan penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan optimal atau diperkirakan tidak
berjalan dengan baik.
Langkah sederhana yang memberikan dampak nyata terhadap capaian kinerja pelaksanaan
instansi pemerintah biasanya dengan mengintensifkan pembinaan, khususnya pemerintah
daerah untuk memperbaiki kualitas manajemen kinerja dan anggaran berbasis kinerja. Salah
satu penyebab rendahnya kualitas manajemen kinerja dan anggaran berbasis kinerja adalah
komitmen merubah cara kerja dan budaya kerja birokrasi yang rendah dan kemampuan
perencanaan program/kegiatan yang kurang baik.
Oleh karena itu, pemerintah pusat berupaya merubah mindset dan cara kerja birokrasi.
Selanjutnya, memberikan pemahaman yang baik atas perencanaan program/kegiatan.
Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Momon Rusmono, bahwa melalui
pengelolaan kinerja organisasi, diharapkan penyusunan perencanaan kinerja dapat dilakukan
dengan baik sebagai persiapan bagi organisasi dalam menentukan visi, misi dan tujuan
organisasi. Selanjutnya organisasi menyusun dan mengukur capaian kinerjanya dibandingkan
dengan rencana atau target yang telah ditetapkan.
Pemerintah dalam hal ini kementerian Pertanian mengedepankan sistem pelaporan kinerja
harus disusun sedemikian rupa. Hal ini tentunya berdampak langsung agar mudah dipahami
dan dijalankan sebagai bagian dari pengelolaan kinerja organisasi dari pusat sampai daerah.
Strategi penilaian kinerja juga harus melakukan perbaikan pada mekanisme evaluasi kinerja.
Aspek ini sangat penting guna menghasilkan pedoman dalam melakukan penilaian atas
capaian yang diperoleh unit organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian dapat diketahui
secara realtime, terkini dan menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi.
Untuk itulah, standar pengelolaan kinerja perlu disusun dan ditetapkan untuk memastikan
bahwa pengelolaan kinerja organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian dilaksanakan
secara terstruktur, sistematis dan berkualitas. Hasil yang diperoleh adalah efisien dari sisi
tenaga waktu dan dapat mereduksi biaya secara signifikan.
Dalam rangka menjawab tantangan tersebut, perlu hadirnya sebuah terobosan atau gagasan
baru pada sisi pengendalian dan pengawasan kinerja organisasi dalam sebuah konsep
“performance”. Yakni sebuah sistem pemantauan dan pengendalian kinerja terintegrasi dalam
rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja unit organisasi dari pusat sampai daerah.
Prinsipnya, sistem ini memudahkan dalam pemantauan progres capaian realisasi dari indikator
Kegiatan Utama (IKU) yang di dalamnya terpantau capaian fisik dan anggaran secara realtime.
Hasilnya ditampilkan dalam bentuk dashboard pengambilan keputusan di level pimpinan
tertinggi.
Di sisi lain, konsep performance ini pun sebagai solusi jitu dalam mengejewantahkan arahan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam peningkatan respon menyelesaikan masalah di
lapangan secara cepat. Kementerian Pertanian harus cepat mengeksekusi langsung terhadap
kendala dan hambatan yang terjadi di lapangan. Pengaplikasian konsep ini sampai pada tataran
bawah tentunya diperlukan peran dari beberapa stakeholder untuk dapat menerima perubahan-
perubahan yang akan terjadi dari jalannya sebuah sistem pengawasan ini. Ujungnya adalah
untuk peningkatkan good governance.
Sumber: https://nasional.tempo.co/read/1405586/strategi-penilaian-kinerja-kementerian-
pertanian/full&view=ok
Salah satu penyebab rendahnya kualitas manajemen kinerja dan anggaran berbasis kinerja
adalah komitmen merubah cara kerja dan budaya kerja birokrasi yang rendah dan kemampuan
perencanaan program/kegiatan yang kurang baik. Untuk mengetahui tingkat kinerja yang
dihasilkan dibandingkan dengan yang diharapkan, diperlukan pengelolaan kinerja. Oleh
karena itu, pemerintah pusat berupaya merubah mindset dan cara kerja birokrasi. Selanjutnya,
memberikan pemahaman yang baik atas perencanaan program/kegiatan.
Strategi penilaian kinerja juga harus melakukan perbaikan pada mekanisme evaluasi kinerja.
Aspek ini sangat penting guna menghasilkan pedoman dalam melakukan penilaian atas
capaian yang diperoleh unit organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian dapat diketahui
secara realtime, terkini dan menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi.
Dalam rangka menjawab tantangan tersebut, perlu hadirnya sebuah terobosan atau gagasan
baru pada sisi pengendalian dan pengawasan kinerja organisasi dalam sebuah konsep
“performance”. Yakni sebuah sistem pemantauan dan pengendalian kinerja terintegrasi dalam
rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja unit organisasi dari pusat sampai daerah.
Prinsipnya, sistem ini memudahkan dalam pemantauan progres capaian realisasi dari
indikator Kegiatan Utama (IKU) yang di dalamnya terpantau capaian fisik dan anggaran
secara realtime. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk dashboard pengambilan keputusan di
level pimpinan tertinggi.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam peningkatan respon menyelesaikan masalah di
lapangan secara cepat. Kementerian Pertanian harus cepat mengeksekusi langsung terhadap
kendala dan hambatan yang terjadi di lapangan. Pengaplikasian konsep ini sampai pada
tataran bawah tentunya diperlukan peran dari beberapa stakeholder untuk dapat menerima
perubahan-perubahan yang akan terjadi dari jalannya sebuah sistem pengawasan ini.
Ujungnya adalah untuk peningkatkan good governance.
Good governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan
mengelola pemerintahan dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja. Penerapan
prinsip-prinsip Good Governance akan meningkatkan kinerja dengan cara penerapan
keterbukaan, profesional dan memegang nilai moral yang tinggi dalam pengambilan
keputusan untuk penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan keterbukaan, akuntabilitas,
dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil, transparansi dan efisien, serta memberdayakan
fungsi manajemen. Puslitbangtan sebagai lembaga penelitian yang berfungsi sebagai
penghasil inovasi teknologi tanaman pangan berupaya keras menerapkan good governance
sebagai bagian dari tuntutan masyarakat akan tata pemerintahan yang baik, melalui berbagai
pendekatan struktural dan prosedural. Hasil dari penelitian terdapat lima unsur yang
mempengaruhi penerapan good governance yaitu: kepemimpinan, sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, anggaran serta metode dan kebijakan pengendalian. Dari kelima unsur
tersebut unsur kepemimpinan, sarana dan prasarana serta anggaran ternyata memberikan
pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan unsur sumber daya manusia serta metode
dan kebijakan pengendalian manajemen.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, sistem manajemen kinerja harus dapat mengakomodasi
sistem operasi dari sebuah perusahaan .
Dalam sistem manajemen kinerja hanya bisa berjalan dengan melibatkan semua orang
diperusahaan. Orang yang dilibatkan merasa dihargai. Orang yang dihargai dan merasa
terlibat dan ikut bertanggung jawab terhadap peningkatan kinerja.
Dalam sistem manajemen kerja ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya antara lain :
1. Meningkatkan keefektifan organisasi
2. Memotivasi karyawan
3. Memperbaiki pelatihan dan pengembangan
4. Mengubah budaya
5. Menyokong hubungan antara gaji / upah dengan produktivitas
6. Menarik dan mempertahankan staf yang memiliki keahlian
7. Mendukung manajemen yang berkualitas