Anda di halaman 1dari 17

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

SUAP-MENYUAP

Kelompok 2 :
1. KEVIN DANIEL SINAGA
2. BAHRUL HAYAT SIAGIAN

Prodi Sistem Informasi


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Labuhan Batu

T.A. 22
 DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
 BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
 1.1.Latar Belakang .......................................................................................................... 1
 1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
 2.1.Pengertian Suap........................................................................................................ 4
 2.2.Penyuap dan Penerima Suap ..................................................................................... 6
 2.3.Dasar Hukum Tindak Pidana Suap........................................................................... 8
 2.4.Sanksi Hukum Tindak Pidana Suap .......................................................................... 9
 2.5.Analisis Kasus ......................................................................................................... 15
 2.6.Upaya pencegahan tindakan suap-menyuap ........................................................... 17
 BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 21
 3.1.Kesimpulan ............................................................................................................. 21
 3.2.Saran ....................................................................................................................... 21
 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar BelakangPermasalahan

harta, seakan-akan sebuah permasalahan yang tidak berkesudahan. Sebagai seorang


muslim yang menghadirkan akhirat ke dalamkehidupannya, tentu tidak menganggap
permasalahan ini sepele atau terlampaumenyempitkan ruang geraknya dalam
mencari rizki. Sebab bagaimanapun juga,kita tetap butuh harta sebagai bekal dan
tetap waspada terhadap fitnahnya.Bagaimana tidak, pada saat ini kita menyaksikan,
banyak orang tidak peduli lagidalam mencari rizki, apakah dari yang halal atau dari
yang haram. Hingga muncul penilaian, bahwa semua kebahagian hidup,
keberhasilan, ataupun kesuksesanditentukan dan diukur dengan harta.Pada
dasarnya, syariat selalu mendorong naluri manusia untuk berusaha,hal itu tidak
saling bertentangan dan tidak boleh dipertentangkan. Imam Mawardirahimahullah
mengelompokkan bidang usaha manusia kepada tiga bidang pokok: pertanian,
perdagangan, dan industri. Dewasa ini, sebagian ulama memasukkan bidang
„kepegawaian‟ menjadi salah satu bidang usaha yang sangat berharga bagi
kebanyakan manusia, disamping tiga pokok usaha tersebutMencari rizki dengan
menjadi pegawai negeri maupun swasta adalahsesuatu yang halal. Akan tetapi,
fenomena yang kita saat ini, tidak jarang seorang pegawai menghadapi hal-hal yang
haram atau makruh dalam pekerjaannyatersebut. Di antaranya, disebabkan
munculnya suap, sogok menyogok atau pemberian uang diluar gaji yang tidak halal
mereka terima. Akhir-akhir ini masalah suap semakin sering diperbincangkan
seiring semakin bertambahnya kasus suap yang terjadi. Dalam praktik sehari-hari,
suap-menyuap sudah begitu menyebar ke berbagai sendi kehidupan. Suap-
menyuaptidak hanya dilakukan rakyat kepada pejabat negara (pegawai negeri) dan
para penegak hukum, tetapi juga terjadi sebaliknya. Pihak penguasa atau calon
penguasa tidak jarang melakukan sedekah politik (suap) kepada tokoh-
tokohmasyarakat dan rakyat agar memilihnya, mendukung keputusan politik,
dankebijakan-kebijakannya. Dalam makalah ini akan diulas dengan detail
mengenaisuap menyuap, sekaligus mengangkat salah satu kasus suap yang terjadi
pada penerimaan mahasiswa baru.
2. Rumusan masalah

Untuk memudahkan punyusunan dan pemahaman makalah ini, maka kamisusun


beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apakah pengertian suap-menyuap?
2. Siapakah penyuap dan penerima suap-menyuap itu?
3. Bagaimana dasar hukum tindak pidana suap-menyuap?
4. Apakah sanksi tindak pidana suap-menyuap?
5. Bagaimana kasus suap-menyuap dalam penerimaan mahasiswa baru?
6. Upaya pencegahan tindakan suap-menyuap?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. Mendeskripsikan pengertian suap-menyuap
2. Mendeskripsikan tentang penyuap dan penerima suap
3.Mendeskripsikan dasar hukum tindak pidana suap-menyuap
4. Mendeskripsikan sanksi hukum tindak pidana suap-menyuap
5. Mendeskripsikan kasus suap-menyuap dalam penerimaan mahasiswa baru
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian SuapSuap
disebut juga dengan sogok atau memberi uang pelicin. Adapundalam bahasa syariat
disebut dengan risywah. Secara istilah adalah memberi uangdan sebagainya kepada
petugas (pegawai), dengan harapan mendapatkankemudahan dalam suatu urusan.
Dalam buku saku memahami tindak pidana korupsi “Memahami untukMembasmi”
yang dikeluarkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dijelaskan
bahwa cakupan suap adalah
(1) setiap orang,
(2) memberi sesuatu,
(3) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara,
(4) karena atau berhubungan dengansesuatu yang bertentangan dengan kewajiban,
dilakukan atau tidak dilakukandalam jabatannya.Suap juga bisa berarti setiap harta
yang diberikan kepada pejabat atassuatu kepentingan, padahal semestinya urusan
tersebut tanpa pembayaran.Sedangkan dalam fikih, suap atau risywah cakupannya
lebih luas. Sebagaimana dikatakan Ali ibn Muhammad Al Jarjuni dalam kitab
Ta‟rifat, Beirut (1978), suap adalah sesuatu yang diberikan untuk menyalahkan
yang benar atau membenarkanyang salah.Dalam Undang-Undang No. 11 Th. 1980
tentang tindak pidana suap dijelaskan bahwa tindak pidana suap memiliki dua
pengertian, yaitu:

1. Memberi atau menjanjikan sesuatu dengan maksud membujuk agar seseorang


berlawanan dengan kewenangan/kewajibannya yang menyangkut
kepentinganumum.
2. Menerima sesuatu atau janji yang diketahui dimaksudkan agar si
penerimamelawan kewenangan/kewajibannya yang menyangkut kepentingan
umum.Dr. Yusuf Qordhawi mengatakan, bahwa suap adalah sesuatu yang
diberikankepada seseorang yang memiliki kekuasaan atau jabatan apapun
untukmenyukseskan perkaranya dengan mengalahkan lawannya sesuai dengan
yangdiinginkan atau memberikan peluang kepadanya (seperti tender)
ataumenyingkirkan musuhnya.Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa suap
adalah memberi sesuatu, baikuang maupun barang kepada seseorang agar
melakukan sesuatu bagi si pemberisuap yang bertentangan dengan kewajibannya,
baik permintaan itu dilaksanakanataupun tidak dilaksanakan. Dari sini dapat
dipahami bahwa suap adalah sebuahtindakan yang mengakibatkan sakit atau
kerugian di pihak lain.Suap adalah pemberian yang diharamkan syariat, dan ia
termasuk pemasukanyang haram dan kotor. Suap ketika memberinya tentu dengan
syarat yang tidaksesuai dengan hukum atau syariat, baik syarat tersebut
disampaikan secaralangsung maupun secara tidak langsung. Suap diberikan untuk
mencari muka danmempermudah dalam hal yang batil. Suap pemberiannya
dilakukan secarasembunyi, dibangun berdasarkan saling tuntut-menuntut, biasanya
diberikandengan berat hati. Suap -biasanya- diberikan sebelum pekerjaan.Adapun
pemberian suap ini dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
1. Uang dibayar setelah selesai keperluan dengan sempurna, dengan hati
senang,tanpa penundaan pemalsuan, penambahan atau pengurangan, atau
pengutamaanseseorang atas yang lainnya.
2. Uang dibayar melalui permintaan, baik langsung maupun dengan isyarat
ataudengan berbagai macam cara lainnya yang dapat dipahami bahwa si
pemberimenginginkan sesuatu.
3. Uang dibayar sebagai hasil dari selesainya pekerjaan resmi yang ditentukan si
pemberi uang.Dalam buku NU Melawan Korupsi (Kajian tafsir dan fikih yang
dikeluarkan olehPB NU dengan kemitraan menyebutkan bahwa dalam fikih Islam
makna suaptidak hanya memiliki ruang lingkup terbatas dari rakyat untuk pegawai
negeri atau pejabat negara, tetapi bisa dari dua arah. Penguasa, pegawai negeri, atau
pejabatnegara yang memberikan uang kepada rakyat atau tokoh masyarakat
untukmemutuskan menentukan pilihan dalam pilkada, pilgub dan pilpres yang
seringdisebut money politics juga termasuk kategori suap.Selain itu, setiap
gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara juga dianggap sebagai
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannyadan yang berlawanan
dengan kewajiban dan tugasnya.
2.2.Penyuap dan Penerima Suap
Dalam bahasa syari‟ah penyuap disebut dengan ar -Rasyi yaitu orang yangmenyuap.
Sedangkan orang yang disuap disebut al-Murtasyi.Penyuap adalah orang yang
memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeridengan mengingat kekuasaan dan
wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah
atau janji dianggap melekat pada jabatanatau kedudukan tersebut.Selain itu
seseorang dianggap sebagai pemberi suap apabila memberi ataumenjajikan sesuatu
kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili.Setiap orang yang memberi sesuatu kepada
pegawai setelah ia menjabatatau diangkat menjadi pegawai pada sebuah instansi
dengan tujuan mengambilhatinya tanpa hak, baik untuk kepentingan sekarang
maupun untuk masa akandatang, yaitu dengan menutup mata terhadap syarat yang
ada untuknya, dan ataumemalsukan data, atau mengambil hak orang lain, atau
mendahulukan pelayanankepadanya daripada orang yang lebih berhak, atau
memenangkan perkaranya, dansebagainya adalah orang yang memberi
suap.Sedangkan penerima suap adalah pegawai negeri atau penyelenggara negara
yangmenerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa
hadiahatau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya.Setiap orang yang menerima hadiah atau janji
dengan maksud untuk melakukansesuatu bagi si pemberi suap yang bertentangan
dengan kewajibannya, baik permintaan itu dilaksanakan ataupun tidak dilaksanakan,
atau menyukseskan perkaranya dengan mengalahkan lawannya sesuai dengan yang
diinginkan ataumemberikan peluang kepadanya (seperti tender) atau menyingkirkan
musuhnya adalah penerima suap. Dengan demikian dapat dipahami bahwa orang
yang menerima suap adalah orangyang memberikan rekomendasi bagi orang lain
setelah orang itu memberikansesuatu kepadanya.Baik orang yang memberi ataupun
yang menerima suap, sama-sama mendapatkanhukuman karena dengan melakukan
suap tersebut kedua belah pihak telahmerugikan pihak lain.1

2.3.Dasar Hukum Tindak Pidana Suap


Termasuk makan harta orang lain dengan cara batil ialah menerima suap.Yaitu uang
yang diberikan kepada penguasa atau pegawai, supaya penguasa atau pegawai
tersebut menjatuhkan hukum yang menguntungkannya, atau hukum yangmerugikan
lawannya menurut kemauannya, atau supaya didahulukannyaurusannya atau ditunda

1
https://bcbojonegoro.beacukai.go.id diakses pada tanggal 06 november 2022
karena ada suatu kepentingan dan seterusnya. Islammengharamkan seorang Islam
menyuap penguasa dan pembantu-pembantunya. Begitu juga penguasa dan
pembantu-pembantunya ini diharamkan menerima uangsuap tersebut.Adapun dasar
hukum tindak pidana suap ini telah termaktub di dalam al-
Qur‟an
dan Hadits Rasulullah saw.
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itukepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
bendaorang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”
Maksud dari kata 'jangan lah kamuembawa harta itu kepada hakim' atau jangan lah
kamu menyuap atau menyogok hakim sehingga kamu menenangkann suatu
perkara, padahal kamu mengerti bahwa hasil keputusan itu tidak halal bagimu.Jika
seseorang untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan telah dibayar maka apapunselain
itu bukan menjadi haknya dan haram mengambilnya. Begitu juga, jika
diamemanfaatkan harta perusahaan atau negara untuk kepentingan pribadinya,
dalamhal ini ia telah mengambil sesuatu yang bukan haknya secara bathil dan
haramhukumnya. Misal, seorang karyawan menerima souvenir sebuah pulpen,
parceldiakhir tahun, amplop yang berisi uang atau uang komisi yang biasanya
langsungditransfer, mengambil harta perusahaan/negara, melakukan mark-up suatu
transaksi dan lain lain.

2.4.Sanksi Hukum Tindak Pidana Suap


Dalam syari‟ah, orang yang memberi dan menerima sama
-sama terlaknatdan tempat yang cocok adalah neraka.Adapun sanksi hukum tindak
pidana suap termaktub dalam Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 11 Tahun
1980 Tentang Tindak Pidana Suap, yaitu:
Pasal 2: “Barangsiapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang
dengan maksud untuk membujuk supaya orang itu berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau
kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum, dipidana karena memberisuap
dengan pidana penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun dan denda sebanyak-
banyaknya Rp.15.000.000,- (lima belasjuta rupiah).”
Pasal 3:
“Barang siapa menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut
dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanandengan
kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum,dipidana
karena menerima suap dengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga)tahun atau
denda sebanyak-banyaknya Rp.15.000.000.(lima belas juta rupiah).”
Selain itu, sanksi tindak pidana suap juga disebutkan dalam Undang-
UndangRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi,yaitu:
Pasal 5:
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama5
(lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh jutarupiah)
setiap orang yang:
a. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggaranegara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara
negara tersebut berbuat atautidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentangan dengankewajibannya; atau
b. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan
atautidak dilakukan dalam jabatannya.
(2) Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberianatau
janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidanadengan
pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 6:
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratuslima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta
rupiah) setiap orang yang:
a. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud
untukmempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau
b. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadirisidang
pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapatyang akan
diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk
diadili.
(2) Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksuddalam
ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau janjisebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yang samasebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 11:
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
5(lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh jutarupiah)
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal
diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebutdiberikan karena
kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang
menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janjitersebut ada hubungan
dengan jabatannya.
Pasal 12:
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda palingsedikit
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikanuntuk
menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya;
b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah,
padahaldiketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat
ataudisebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;
c. Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan
perkarayang diserahkan kepadanya untuk diadili;
d. Seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
ditentukanmenjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah
atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
untukmempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan
perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili;
e. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksudmenguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau denganmenyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakansesuatu bagi dirinya sendiri;
f. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas,meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawainegeri
atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyaiutang
kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
g. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas,meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-
olahmerupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut
bukanmerupakan utang;
h. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas,telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-
olahsesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang
berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan
peraturan perundangundangan; atau
i. Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidaklangsung
dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang
pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian untuk mengurus atau
mengawasi nya.2
2.5 Kasus suap dalam penerimaan mahasiswa baru
Kasus suap juga sering terjadi dalam proses penerimaan mahasiswa baru.Contohnya
penerimaan mahasiswa baru di Program Pendidikan KedokteranUniversitas
Cenderawasih (Uncen). Mahasiswa yang diterima di program elite itu jumlahnya

2
https://www.bphn.go.id diakses pada tanggal 06 november 2022
sangat terbatas. Setiap tahun yang diterima hanya satu kelas, atausekitar 50 orang
saja. Namun, pada tahun akademik 2007/2008 ini akan diterimasekitar 70 orang.
Meski begitu, namun ada sejumlah informasi bahwa setiapmahasiswa baru yang
akan diterima di program pendidikan dokter ini diwajibkanmembayar biaya
(menyogok) sekitar Rp 40 juta - Rp 50 juta setiap orang.Bahkan,beberapa pegawai
dosen dan pegawai Uncen sendiri mengakui adanyainformasi sogok tersebut. Ada
yang menyebutkan setiap siswa dimintai Rp 40 juta, ada juga mengatakan Rp 50
juta setiap orang.Contoh lain UGM juga terjadi kasus suap tersebut. Sejumlah 34
ribu lulusansekolah menengah atas berjibaku memperebutkan 4.000 kursi
mahasiswa. Ini berarti 60 persen dari total kursi yang tersedia. Persyaratan ujian
masuk tak rumit.Asalkan lolos ujian tulis dan bersedia membayar mahal. Bahkan
ada yang relamembayar Rp 125 juta hanya untuk uang masuk Fakultas Kedokteran.
Walaupunselain jalur, mahasiswa yang masuk melalui jalur Sistem Penerimaan
MahasiswaBaru dengan uang masuk Rp 5 juta juga akan mengalami kesulitan di
masa studinya kelak.3

2.5 Analisis Kasus


Kasus suap penerimaan mahasiswa baru ini telah menjalar ke semua universitas
negeri di Indonesia ini. Persaingan yang terjadi bukanlah antara calon mahasiswa
tetapi telah menjadi persaingan kekayaan orang tua calon mahasiswa.Adapun
penyebab terjadinya kasus ini adalah kebodohan terhadap syariat Islamyang hanif
ini, sehingga banyak perintah yang ditinggalkan, dan ironisnya banyaklarangan
yang dikerjakan. Selain itu, tidak adanya sifat amanah dan kurangtegasnya hukum
yang berlaku menyebabkan kasus ini semakin bertambah. Adapun faktor lain yang
menyebabkan kasus di atas adalah masyarakat memulaimeremehkan larangan-
larangan Islam. Mereka menganggap halal apa yangdiharamkan dengan alasan yang
menurut mereka itu benar. Kemudian turunnyasuasana keintelektualan membuat
orang lebih suka mengandalkan kemampuanfinancial daripada intelektual.Adapun
solusi untuk kasus-kasus suap yang terjadi yaitu:Pertama:Solusi Untuk Individu
Dan Masyarakat.
1. Setiap individu muslim hendaklah memperkuat ketakwaannya kepada
AllahSubhanahu wa Ta‟ala. Takwa merupakan wasiat Allah Subhanahu wa
Ta‟alauntuk umat yang terdahulu dan yang kemudian. Dengan takwa ia mengetahui
perintahNya lalu melaksanakannya, dan mengetahui laranganNya lalumenjauhinya.

3
Jubi.go.id diakses pada tanggal 7 november 2022
2. Berusaha menanamkan pada setiap diri sifat amanah, dan menghadirkan kedalam
hati besarnya dosa yang akan ditanggung oleh orang yang tidak menunaikan
amanah. Dalam hat ini, peran agama memiliki pengaruh sangat besar,yaitu dengan
penanaman akhlak yang mulia.
3. Setiap individu selalu belajar memahami rizki dengan benar.
Bahwamembahagiakan diri dengan harta bukanlah dengan cara yang diharamkan
AllahSubhanahu wa Ta‟ala, akan tetapi dengan mencari rizki yang halal dan
hidupdengan qana‟ah, sehingga Allah Subhanahu wa Ta‟ala akan memberi berkah
pada hartanya, dan Ia dapat berbahagia dengan harta tersebut.
4. Menghadirkan ke dalam hati, bahwa di balik penghidupan ini ada kehidupanyang
kekal, dan setiap orang akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan
Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Semua perbuatan manusia akan ditanya oleh
AllahSubhanahu waTa‟ala tentang hartanya, dari mana engkau mendapatkannya,
dan kemana engkau habiskan.Kedua:
Solusi Untuk Ulil Amri (Pemerintah).
1. Jika ingin membersihkan penyakit masyarakat ini, hendakah memulai darimereka
sendiri. Pepatah Arab mengatakan, rakyat mengikuti agama rajanya. Jikarajanya
baik, maka masyarakat akan mengikutinya, dan sebaliknya.
2. Bekerjasama dengan para da‟i untuk menghidupkan ruh tauhid dan
keimanankepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Jika tauhid telah lurus dan iman telah
benar,maka, semuanya akan berjalan sesuai yang diinginkan oleh setiap diri seorang
muslim.
3. Jika mengangkat seorang pejabat atau pegawai, hendaklah mengacu kepada
duasyarat, yaitu keahlian, dan amanah. Jika kurang salh satu dari dua syarat
tersebut, tak mustahil terjadi kerusakan. Kemudian, memberi hukuman sesuai
dengansyariat bagi yang melanggarnya.
4. Semua pejabat pemerintah seharusnya mencari penasihat dan bithanah
(orangdekat) yang shalih, yang menganjurkannya untuk berbuat baik, dan
mencegahnyadari berbuat buruk. Seiring dengan itu, Ia juga menjauhi bithanah yang
thalih

2.6 Upaya pencegahan tindakan suap-menyuap


Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindakkorupsi
khususnya dalam suap menyuap di Indone-sia, antara lain sebagai berikut:
1. Upaya pencegahan (preventif).
2. Upaya penindakan (kuratif).
3. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
4. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
Upaya Pencegahan (Preventif)
1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian
pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal danagama.
2. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
3. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memilikitang-
gung jawab yang tinggi.
4. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada
jaminanmasa tua.
5. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi
6. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab
etistinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
7. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
8. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahanmela-
lui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.Upaya
Penindakan (Kuratif):Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang
terbukti melanggardengan diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak
terhormat dan dihukum pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh
KPK :
1. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple RostovRusia
milik Pemda NAD (2004).
2. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia didugamelekukan
pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
3. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda
DKIJakarta (2004).
4. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikankeuang-
an negara Rp 10 milyar lebih (2004).
5. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitaspreshipment danplacementdeposito
dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
6. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
7. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
8. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo

9. Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalamkasus


korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp15,9
miliar (2004).
10. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).
Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa:
1. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol
sosialterkait dengan kepentingan publik.
2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan
desahingga ke tingkat pusat/nasional.
4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-
rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
5. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktifdalam
setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.
Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat):
1. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yangmeng-
awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia danterdiri dari
sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantaskorupsi melalui
usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktikkorupsi. ICW lahir di
Jakarta pada tanggal 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakanreformasi yang
menghendaki pemerintahan pasca Soeharto yang bebas korupsi.
2. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang
bertujuanmemerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi
nirlaba sekarang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju
organisasiyang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah
LaporanKorupsi Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi
Korupsi(IPK) In-donesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup
diIndonesia, disu-sul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI
pada 2005, Indonesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia.
IPKIndonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak,
Libyadan Usbekistan, serta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan,
Paraguay,Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar.Sedangkan Islandia
adalah negara terbebas dari korupsi.

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Suap berarti setiap harta yang diberikan kepada pejabat atas suatukepentingan,
padahal semestinya urusan tersebut tanpa pembayaran. Baik orangyang member
suap maupun menerima suap sama-sama mendapatkan hukumankarena perbuatan
tersebut merugikan pihak lain.Menerima suap adalah termasuk makan harta orang
lain dengan cara batil. Dasar hukum tindak pidana suap telah termaktub di dalam
alQur‟an dan Hadits. Adapun sanksi hukum tindak pidana suap termaktub dalam
Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 11 Tahun 1980 Tentang Tindak Pidana
Suap dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak PidanaKorupsi.Penyebab terjadinya suap ini karena kebodohan terhadap
syariat Islamyang hanif. Selain itu, tidak adanya sifat amanah dan kurang tegasnya
hukumyang berlaku menyebabkan kasus ini semakin bertambah.
3.2.Saran
Kita sebagai pemuda generasi penerus bangsa haruslah mulai dengan diri kita
masing-masing untuk meninggalkan salah satu dari banyak kebiasaan buruk bangsa
ini yakni suap-menyuap. Karena sesungguhnya Allah telah memberikan jaminan
kepada makhluk-Nya yang selalu bertaqwa dan menjauhkan diri dari perbuatan
buruk berupa kecukupan dan mendapat rezeki dari jalan yang tidakdisangka-sangka

4
Ibrahim bin Fathi, Uang Haram, Jakarta, 2006KPK, Memahami Untuk Membasmi, Komisi
Pemberantasan Korupsi, Jakarta,
DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzahabi, Imam, Dosa-dosa Besar, Pustaka Arafah, Solo, 2007
Ahmad bin „Abdurrazzaq, Fatwa-fatwa Jual Beli, Pustaka ImamChaerudin, dkk,
Strategi Pencegahan dan Pencegahan Hukum Tidak Pidana 2008
Darwin, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, PT CitraAditya Bakti,
Bandung.2002
Evi Hartanti, S.H. Diterbitkan oleh Sinar Grafika. Edisi Kedua. Jakarta 2005
Ibrahim bin Fathi, Uang Haram, Jakarta, 2006KPK, Memahami Untuk Membasmi,
Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta,

Anda mungkin juga menyukai