Anda di halaman 1dari 32

ESTIMASI BIAYA

KONSTRUKSI

BAB RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


IV (RKS)
BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang Rencana Kerja dan Syarat-syarat, peserta


didik diharapkan mampu menjelaskan serta mempresentasikan pengertian, jenis
dan klasifikasi Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) pekerjaan konstruksi gedung,
jalan dan jembatan dengan benar.

PETA KONSEP

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT PEKER-


JAAN KONSTRUKSI

RENCANA KERJA RENCANA KERJA RENCANA KERJA


DAN SYARAT-SYARAT DAN SYARAT-SYARAT DAN SYARAT-SYARAT
PEKERJAAN PEKERJAAN PEKERJAAN KON-
KONSTRUKSI GEDUNG KONSTRUKSI JALAN STRUKSI JEMBATAN

KATA KUNCI

Rencana kerja, Syarat, Konstruksi, Gedung, Jalan, Jembatan, material.

DESAIN PEMODELAN DAN


38 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

PENDAHULUAN

Gambar 4.1. Ilustrasi RKS untuk pekerjaan konstruksi


Sumber: https:// www.asdar.id/ download-rencana-kerja-dan-syarat-syarat-rks-bangunan/

Pada proyek pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya setiap pekerjaan


konstruksi membutuhkan sebuah acuan kerja secara umum untuk kelancaran dan
kesesuaian pekerjaan yang sedang dikerjakan. pekerjaan perencanaan dibuat
sebelumnya untuk menghasilkan sebuah dokumen perencanaan pekerjaan, yang
didalamnya mulai dari gambar kerja, estimasi biaya, spesifikasi bahan, spesifikasi
pekerjaan dan dokumen lainnya termasuk pedoman teknis pekerjaan.

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 39
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

PENDAHULUAN

RKS (Rencana Kerja dan Syarat–syarat) adalah pedoman penting dalam


melaksanakan suatu proyek pekerjaan konstruksi di samping gambar kerja. Sehingga
penting untuk direview dan dipahami seawal mungkin untuk kelancaran pelaksanaan
proyek pekerjaan konstruksi. RKS adalah bagian dari dokumen kontrak disamping
ketentuan kontrak, gambar, dan dokumen lainnya.
Pada bab ini disajikan mengenai materi Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
yang digunakan sebagai acuan dalam pekerjaan konstruksi untuk bisa dipelajari.
Apabila menemui kesulitan bisa didiskusikan dengan guru pengajar.

MATERI PEMBELAJARAN

A. MEMAHAMI RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) adalah dokumen yang bersikan nama
proyek berikut penjelasaannya berupa jenis, besar dan lokasinya, serta tata cara
pelaksnaan, syarat-syarat pekerjaan, syarat mutu pekerjaan dan keterangan–
keterangan lain yang hanya dapat djelaskan dalam bentuk tulisan. RKS basanya
diberikan bersamaa dengan gambar yang semuanya menjelaskan mengenai
proyek yang akan dilaksanakan.
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) merupakan sebuah buku/ dokumen
yang berisi tentang syarat-syarat administrasi berupa instruksi kepada penyedia
jasa dengan ketentuan sebagai berikut:

Gambar 4.2. Ilustrasi RKS untuk pekerjaan konstruksi


Sumber: http:// myarch11.blogspot.com/ 2017/ 05/ contoh-rks-proyek-bangunan.html

DESAIN PEMODELAN DAN


40 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

1. Instruksi ini didalamnya berisi informasi yang diperlukan oleh pelaksana


atau kontraktor ketika  menyiapkan penawarannya harus sesuai dengan
hal yang ditetapkan olehpengguna jasa. Informasi tersebut berkaitan
dengan penyusunan, penyampaian, pembukaan, evaluasi penawaran dan
penunjukan penyedia jasa.
2. Berkaitan dengan hal-hal yang diatur dalam pelaksanaan kontrak oleh
penyedia jasa, termasuk hak, kewajiban, dan resiko dimuat dalam syarat-
syarat umum kontrak. Apabilaterjadi perbedaan penafsiran/ pengaturan
pada dokumen lelang, penyedia jasaharus mempelajari ulang dengan
seksama untuk menghindari pertentangan dalam pengertian.
3. Data proyek memuat hal/ ketentuan, informasi tam bahan, atau peru bahan
atas instruksi kepada pelaksana atau kontraktor sesuai dengan kebutuhan
paket pekerjaan yang akan dikerjakan.
RKS  sebagai kelengkapan dokumen gambar kerja yang didalamnya memuat
penjelasan tentang: 
1. Syarat-syarat umum
Berisi keterangan mengenai pekerjaan, pemberi tugas dan pengawas
bangunan.
2.  Syarat-syarat administrasi
a. Jangka waktu pelaksanaan;
b. Tanggal penyerahan pekerjaan ;
c. Syarat-syarat pembayaran;
d. Denda keterlambatan;
e. Besarnya jaminan penawaran; dan
f. Besarnya jaminan pelaksanaan.
3. Syarat-syarat teknis
a.  Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan; dan
b. Jenis dan mutu bahan yang digunakan.
Setelah selesai, kemudian disahkan oleh DPU Cipta Karya untuk proyek pemerintah
dan direksi bersama pemberi tugas untuk proyek swasta.

B. MENGANALISIS RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


Setelah memahami pengertian dan fungsi dari dokumen RKS pada subbab
sebelumnya, pada subbab ini akan dipelajari tentang bagian-bagian dari dokumen
RKS. Berikut ini bagian yang umum digunakan dalam dokumen RKS.
1. Syarat-syarat Umum (Bab Umum)
Pada bab pertama sebuah dokumen RKS menyajikan pasal-pasal tentang:
Pasal 1 : Nama pekerjaan
Pasal 2 : Deskripsi pekerjaan
Pasal 3 : Persyaratan Penyedia barang/ jasa
Pasal 4 : Jadwal pelaksanaan pemilihan barang/ jasa
Pasal 5 : Pengambilan dokumen
Pasal 6 : Penjelasan pekerjaan (Aanwijzing)
Pasal 7 : Metoda Pemilihan penyedia barang/ jasa
Pasal 8 : Metoda Penyampaian dokumen penawaran
Pasal 9 : Evaluasi Penawaran

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 41
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

Pasal 10 : Penyampaian dan pembukaan dokumen penawaran


Pasal 11 : Surat Penawaran
Pasal 12 : Jaminan Penawaran
Pasal 13 : Surat penawaran tidak sah/ gugur/ ditolak
Pasal 14 : Penetapan pemenang lelang
Pasal 15 : Pelelangan gagal/ diulang
Pasal 16 : Biaya pekerjaan
Pasal 17 : Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
Pasal 18 : Jaminan Pelaksanaan
Pasal 19 : Surat Perjanjian Kontrak

2. Syarat-syarat administrasi (Bab Administrasi)


Pada bab ini biasanya berkaitan dengan hal-hal yang perlu disepakati
diawal pelaksanaan mengenai bagian administrasi yang dibuat pasal-pasal
sebagaimana pada pasal pada bab sebelumnya. Bab ini biasanya memuat
informasi mengenai:
a. Jangka waktu pelaksanaan;
b. Tanggal penyerahan pekerjaan ;
c. Syarat-syarat pembayaran;
d. Denda keterlambatan;
e. Besarnya jaminan penawaran;
f. Besarnya jaminan pelaksanaan;
g. Kenaikan harga;
h. Laporan;
i. Dan hal lain yang dianggap diperlukan.

3. Syarat-syarat teknis (Bab Teknis)


Pada Bab ini biasanya berisi tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Jenis dan Uraian pekerjaan ;
b. Jenis dan Mutu bahan ;
c. Cara Pelaksanaan pekerjaan ; dan
d. Merek material/ bahan.
Seperti halnya pada bab sebelumnya pada bab ini berupa pasal-pasal yang
menjelaskan berkaitan dengan teknis pekerjaan baik itu pekerjaan struktur/
konstruksi sipil, pekerjaan arsitektur, dan pekerjaan mekanikal dan elektrikal.

Berikut ini akan disajikan contoh RKS proyek pekerjaan konstruksi


BAB I SYARAT-SYARAT UMUM DAN TEKNIS
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Pelaksana dalam hal ini kontraktor/
Pemborong meliputi bagian-bagian pekerjaan yang dinyatakan dalam
Dokumen Gambar Kerja serta dokumen Buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Teknis ini.
1. pekerjaan DED (Design Enginering Development)
Meliputi:
DESAIN PEMODELAN DAN
42 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

a. Perencanaan pembangunan site Office; dan


b. Perhitungan dan analisa struktrur bangunan site Office.
2. pekerjaan Pengolahan/ Pengelolaan Lahan.
Dalam pekerjaan ini meliputi pekerjaan perataan/ pembersihan dan
melaksanakan pekerjaan Pengolahan lahan/ site development sesuai dengan
dokumen perencanaan (Gambar Kerja dan RKS).
3. pekerjaan Persiapan. Meliputi: mobilisasi peralatan, pengadaan sarana
komunikasi, pengadaan air dan listrik kerja dan pembongkaran bangunan
existing sesuai kondisi.
4. pekerjaan Sipil, Arsitektur, Mekanikal Elektrikal dan Plumbing/ Sanitasi.
Sesuai dengan Gambar Kerja Perencanaan.

Pasal 2
Awal/ Mulai pekerjaan
Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah tanggal dalam
SPK (surat perintah kerja) pelaksanaan pekerjaan, pihak kontraktor/
Pemborong harus sudah memulai melaksanakan pembangunan
fisik secara nyata di lapangan. Apabila setelah 14 (empat belas) hari
kontraktor/ Pemborong yang ditetapkan belum juga melaksanakan
pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan
ketentuan yang telah dibuat dan disepakati oleh Pemberi Kerja/ Owner.

Pasal 3:
MOBILISASI
Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut:
3.1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-
alat konstruksi yang diajukan bersama penawaran, dari tempat
pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini.
3.2. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sebelum kerja kontraktor/ Pemborong
harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas
untuk disetujui.

Pasal 4
PAPAN NAMA PROYEK
kontraktor/ Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek sesuai
dengan ketentuan yang berlaku atas biaya kontraktor/ Pemborong.

Pasal 5
RENCANA KERJA
5.1.Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kontraktor/ Pemborong
wajib membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan
berupa bar chart dan S-curve bahan dan tenaga.
5.2.Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan)
hari kalender setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima oleh

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 43
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

kontraktor/ Pemborong. Rencana Kerja yang telah disetujui olehkonsultan


Pengawas akan disahkan olehPemberi Tugas/ Pemimpin/ Ketua Proyek.

Pasal 6
KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA
6.1.Selama masa pekerjaan, kontraktor/ Pemborong harus senantiasa
memelihara kebersihan lokasi pekerjaan, setiap saat sampah-sampah
pekerjaan selalu diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat yang telah
ditentukan.
6.2. kontraktor/ Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK di tempat
pekerjaan.
6.3.Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa
pemeliharaa kontraktor/ Pemborong bertanggung jawab atas
keselamatan dan keamanan pekerja, bahan dan peralatan teknis
serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas.Dalam hal terjadinya
kerusakan-kerusakan, maka kontraktor/ Pemborong harus bertanggung
jawab untuk memperbaikinya.
6.4.Apabila terjadi kecelakaan, kontraktor/ Pemborong selekas mungkin
memberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan
yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan itu.
6.5.Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri pekerjaan Umum dan
Menteri Tenaga Kerja Nomor 30/ KPTS/ 1984 dan Kep-07/ Men/ 1984
tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada
kontraktor Induk maupun Sub kontraktor yang melaksanakan proyek-
proyek Departemen pekerjaan Umum, Pihak kontraktor/ Pemborong yang
sedang melaksanakan pembangunan/ pekerjaan agar ikut serta dalam
program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin
Proyek.

Pasal 7
TENAGA DAN SARANA KERJA
kontraktor/ Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-
bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-
bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan, pengawasan dan
pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan
selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai
dengan sempurna sampai dengan diserah-terimakannya pekerjaan tersebut
kepada Pemberi Tugas.
7.1. TENAGA KERJA/ TENAGA AHLI
Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan
jenis dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
7.2. PERALATAN BEKERJA
Menyediakan alat-alat bantu seperti mesin las, alat bor, alat-alat

DESAIN PEMODELAN DAN


44 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

pengangkat dan pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-


benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
7.3. BAHAN-BAHAN BANGUNAN
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk
setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.
7.4. PENYEDIAAN AIR DAN LISTRIK UNTUK BEKERJA
7.4.1.Air untuk bekerja harus disediakan oleh kontraktor/ Pemborong
dengan membuat sumur pompa sementara di lokasi proyek atau
di-supply dari luar.
7.4.2.Listrik untuk bekerja harus disediakan kontraktor/ Pemborong dan
diperoleh dari sambungan sementara PLN setempat selama masa
pembangunan. Penggunaan Genset untuk pembangkit tenaga
listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara apabila
sambungan sementara PLN tidak memungkinkan dan harus atas
petunjuk Konsultan Pengawas.

Pasal 8:
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
8.1. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
Untuk menghindari klaim dari ‘User’/ Proyek dikemudian hari, maka
kontraktor/ Pemborong harus betul-betul memperhatikan pelaksanaan
pekerjaan struktur dengan memperhitungkan “ukuran jadi (finished)”
sesuai persyaratan ukuran pada gambar kerja dan penjelasan RKS.
kontraktor/ Pemborong wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan
mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan
pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana
Kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh
Konsultan Pengawas.
8.2. STANDAR YANG DIPERGUNAKAN.
Semua pekerjaan yang akan silaksanakan harus mengikuti Standar
Normalisasi Indonesia, Standar Industri Konstruksi, peraturan Nasional
lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan, antara lain:
a. PUBI-1982: peraturan bahan Bangunan di Indonesia.
b. NI-3 PMI PUBB 1970: peraturan Umum bahan Bangunan di Indonesia.
c. NI-8: peraturan Semen Portland Indonesia.
d. NI-10: Bata Merah Sebagai bahan Bangunan.
e. PPI-1979: Pedoman Plumbing Indonesia.
f. PUIL-1977: peraturan Umum Instalasi Listrik.
g. PPBI-1984: peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia.
h. SII: Standar Industri Indonesia.
i. SKSNIT-15-1991-03(PBI-1991): peraturan beton Bertulang
Indonesia.
j. AVWI: peraturan Umum Instalasi Air.

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 45
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

Pasal 9:
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
9.1.Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai
segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/
pekerjaan, baik bersifat teknis maupun administratif.
9.2.Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak kontraktor/ Pemborong harus
memberikan data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan
sebenarnya.
9.3.Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh
Pengawas Lapangan dari Konsultan Pengawas.
9.4.Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus
diserahkan kepada Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring.

Pasal 10:
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
10.1.Bila gambar yang men yang kut spesifikasi
teknis tidak sesuai dengan Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat/ berlaku adalah RKS.
10.2.Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi
(bagian) dan detailgambar mungkin akan dilakukan didalam waktu
pelaksanaan kerja. kontraktor/ Pemborong harus melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan
tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam
gambar atau dari ketidak-sesuaian antara gambar dan spesifikasinya.
Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan
spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan
darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas dan disahkan secara tertulis.
10.3.UKURAN.
10.3.1.Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja dan
Gambar Pelengkap meliputi:
a. As–as
b. Luar–luar
c. Dalam–dalam
d. Luar-dalam.
10.3.2.Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam
Centi meter (cm)untuk pekerjaan Arsitektur dan Sipil, dan ukuran
Milimeter (mm) untuk pekerjaan Baja dan Mekanikal/ Elektrikal.
10.3.3.Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur, pada
dasarnya adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan jadi/ selesai
(“finished”).
10.4.ISTILAH.
Istilah yang digunakan berdasarkan pada
masing-masing disiplin adalah sebagai berikut:
SD: site Development, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
dinding beton, batu kali penahan tanah, pengerasan di luar bangunan,

DESAIN PEMODELAN DAN


46 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

penanaman rumput, pohon peneduh, perdu dan lain-lainnya.


SR: Struktur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
perhitungan konstruksi, bahan konstruksi utama dan
spesifikasinya, dimensioning kolom, balok dan tebal lantai.
AR: Arsitektur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
perencanaan dan perancangan bangunan secara menyeluruh dari
semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik teknis maupun estetika.
M: Mekanikal, yang ada hubungannya dengan sistem air bersih-
air kotor-drainase, sistem pemadam kebakaran, sistem instalasi
diesel-generator set dan sistem pengkondisian udara (AC).
EL: Elektrikal, yang ada hubungannya dengan sistem penyediaan
daya listrik dan penerangan.
10.5.SHOP DRAWING
10.5.1.Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan
yang harus dibuat oleh kontraktor/ Pemborong berdasarkan
gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan
lapangan.
10.5.2. kontraktor/ Pemborong wajib membuat shop drawing untuk
detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/
Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas.
10.5.3.Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan
semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari
semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau
spesifikasi/ persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik
yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/
Dokumen Kontrak maupun di dalam Buku ini.
10.5.4. kontraktor/ Pemborong wajib mengajukan shop drawing tersebut
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas/ direksi.
10.6.  PERU BAHAN, PENAM BAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN DAN
PEMBUATAN “AS BUILT DRAWING“.
10.6.1.Tata cara pelaksanaan dan penilaian peru bahan, penam bahan dan
pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
10.6.2.Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, kontraktor/
Pemborong berkewajiban membuat gambar-gambar yang memuat
seluruh peru bahan, dan sesuai dengan kenyataan yang telah
dikerjakan/ dibangun oleh kontraktor/ Pemborong (As Built Drawing).
Biaya untuk penggambaran “As Built Drawing”, sepenuhnya
menjadi tanggungan kontraktor/ Pemborong.

Pasal 11:
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN–BAHAN
11.1.Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) ini maupun dalam Berita Acara Penjelasan pekerjaan,
bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat
pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 47
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

A.V. 1941 dan Persyaratan Umum bahan Bangunan Indonesia


(PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan
termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan
lainnya yang berlaku di Indonesia. Seluruh barang material yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material,
peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan
kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.
11.2.PENYIMPANAN MATERIAL
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan
pabrik yang bersangkutan dan atau sesuai dengan spesifikasi
bahan tersebut.
11.2.1.Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan
yang matang agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaan serta
sirkulasi/ akses pekerja. bahan material disusun dengan metoda
yang baik dengan cara FIFO (first in first out), sehingga tidak ada
bahan material yang tersimpan terlalu lama dalam gudang/ stock
material.
11.2.2. material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas
dan kesesuaian untuk pekerjaan. material harus diletakkan di atas
permukaan yang bersih, keras dan bila diminta harus ditutupi.
material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan
pemeriksaan. Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan
untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari pemiliknya.
11.2.3.Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan
diratakan (levelling) menurut petunjuk Konsultan Pengawas.

Pasal 12:
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
12.1. bahan-bahan yang didatangkan/ dipakai harus sesuai dengan contoh-
contoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang
diatur dalam Pasal 13 di atas.
12.2. bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas
jelek yang dinyatakan afkir/ ditolak oleh Konsultan Pengawas,
harus segera dikeluarkan dari lokasi bangunan/ proyek selambat-
lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
12.3Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh
Konsultan Pengawas/ Konsultan Perencana dan ternyata masih
dipergunakan olehPelaksana, maka Konsultan Pengawas/
Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali
kepada kontraktor/ Pemborong, yang mana segala kerugian yang
diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan
kontraktor/ Pemborong sepenuhnya. Disamping itu pihak
kontraktor/ Pemborong tetap dikenakan denda sebesar 1 % (satu
per mil) dari harga borongan.
12.4.Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan

DESAIN PEMODELAN DAN


48 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

kualitas dari bahan-bahan tersebut, maka kontraktor/ Pemborong


harus menguji dan memeriksakannya ke laboratorium Balai
Penelitian bahan pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian
tersebut disampaikan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas/
direksi/ Konsultan Perencana. Segala biaya pemeriksaan
ditanggung oleh kontraktor/ Pemborong.

Pasal 13:
SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR
13.1. Jika kontraktor/ Pemborong menunjuk Supplier dan atau kontraktor
bawahan (Sub kontraktor) didalam hal pengadaan material
dan pemasangannya, maka kontraktor/ Pemborong “wajib”
memberitahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas/
direksi untuk mendapatkan persetujuan.
13.2. kontraktor/ Pemborong wajib mengadakan koordinasi
pelaksanaan dengan Sub kontraktor dan Supplier
bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
13.3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas
di lapangan untuk pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan
pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai
instruksi pabrik.

Pasal 14:
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA
14.1. pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan
lapisan tanah permukaan, dan pembuangan serta pembersihan
tumbuh-tumbuhan dan puing-puing didalam daerah kerja, kecuali
benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau
yang harus dipindahkan sesuai dengan ketentuan Pasal-pasal yang
lain dari spesifikasi ini. pekerjaan ini mencakup pula perlindungan/
penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus
tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
14.2.Konsultan Pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan
menentukan semua pohon, semak, tumbuhan dan benda-benda
lain yang harus tetap berada di tempatnya. kontraktor/ Pemborong
harus menjaga semua jenis benda yang telah ditentukan harus
tetap di tempatnya.
14.3.Segala obyek yang ada di muka tanah dan semua pohon, tonggak,
kayu lapuk, tunggul, akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan
rintangan-rintangan lainnya yang muncul, yang tidak diperuntukan
berada disana; harus dibersihkan dan atau dibongkar serta dibuang
bila perlu. Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus
dibuang dari daerah galian sampai kedalaman sekurang-kurangnya
50 cm. di bawah elevasi lubang galian sesuai Gambar Kerja. Lubang-
lubang akibat pembongkaran harus di-urug dengan material yang

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 49
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

memadai dan dipadatkan sampai 90 % dari kepadatan kering


maksimumAASHTO T 99.

Pasal 15:
PENGUKURAN KONDISI TAPAK & PENENTUAN PEIL + 0.00
15.1. PEKERJAAN PENGUKURAN KONDISI TAPAK.
15.1.1.Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor diwajibkan melakukan
pengukuran kondisi “existing” tapak terhadap posisi rencana
bangunan. Hasil pengukuran harus diserahkan kepada direksi/
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
15.1.2.Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan
yang sebenarnya di lapangan, harus segera dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
15.1.3.Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan
alat-alat waterpass & theodolit.
15.1.4.Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas
segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian
kecil yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana.
15.1.5.Sebagai keharusan dari Kontrak ini dan tanpa biaya tam
bahan, kontraktor/ Pemborong harus menyediakan khusus untuk
digunakan oleh Konsultan Pengawas segala peralatan, instrumen,
personil dan tenaga survei, dan lain-lain material yang mungkin
dibutuhkan dalam memeriksa pemasangan/ pematokan (setting
out) atau untuk pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait. Personil
dan peralatan survei harus meliputi dan tidak hanya terbatas pada:
a.Personil:
1 orang surveior ahli
1 orang pekerja surveior
b.Peralatan pengukuran (survei):
1 Wild ROS Theodolite (360 derajat)
1 Wild T0 Theodolite (360 derajat)
1 Wild NAK levels
1 pita meteran baja dengan panjang 50 m
1 steel measuring rod (4 m)
5 target poles dengan tripod

Patok-patok survei dan macam-


macam alat yang diperlukan dalam survei.
Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap termasuk
tripod dan lain-lain.
Atas tanggungan biaya sendiri, kontraktor/ Pemborong
harus mengadakan survei dan pengukuran tam bahan yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. kontraktor/
Pemborong harus bertanggung jawab atas ketepatan

DESAIN PEMODELAN DAN


50 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

pengukuran dan survei yang dikerjakan oleh karyawannya.


Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun oleh
kontraktor harus dijaga baik-baik. Bila terganggu atau rusak, harus
segera diperbaiki oleh kontraktor atas tanggungan biaya sendiri.
Setiap jenis pekerjaan dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan
sebelum persiapannya (setting out) disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
15.2. PEKERJAAN PENENTUAN PEIL + 0, 00
pekerjaan penentuan peil + 0, 00 (finishng Arsitektur) adalah
permukaan lantai finishing ruangan Lantai Satu seperti tertera
dalam gambar kerja yaitu sama dengan elevasi Lantai Dasar
bangunan Kios 10 x 20 yang sudah dibangun. Selanjutnya peil + 0,
00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan di lapangan dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 16:
PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPANBANGUNAN (BOUWPLANK)
16.1.PATOK UKUR.
16.1.1. kontraktor/ Pemborong harus membuat patok-patok untuk
membentuk garis-garis sesuai dengan gambar, dan harus
memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai
pekerjaan. Bila dianggap perlu, Konsultan Pengawas dapat
merevisi garis-garis/ kemiringan dan meminta kontraktor/
Pemborong untuk membetulkan patok itu. kontraktor/ Pemborong
harus mengajukan pemberitahuan mengenai rencana pematokan
atau penentuan permukaan (level) dari bagian pekerjaan tertentu,
tidak kurang dari 48 (empat puluh delapan) jam, agar susunan
patok itu dapat diperiksa. kontraktor/ Pemborong harus membuat
pengukuran atas pekerjaan pematokan dan Konsultan Pengawas
akan memeriksa pengukuran itu.
16.1.2.Patok ukur dibuat dari kayu secukupnya, berpenampang 5 x 7 cm.
tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm. dengan bagian
yang muncul di atas muka tanah cukup untuk memberikan indikasi
peil + 0, 00 sesuai Gambar Kerja, dan di atas nya ditambahkan pipa
besi untuk mencantumkan patokan ketinggian di atas peil + 0, 00.
16.1.3.Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada
patok ukur sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
16.1.4.Pada dasarnya, patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian
atau peil permukaan yang ada dantercantum dalam Gambar Kerja.
16.1.5.Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi
tanda yang jelas, dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan
pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan Pengawas
untuk dibongkar.
16.2.PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK).
16.2.1.Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 51
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

ukuran tebal 3 cm. dan lebar 15 cm., lurus dan diserut rata pada
sisi sebelah atasnya.
16.2.2.Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/ 7 dengan jarak satu
sama lain adalah 1, 50 m. tertancap di tanah sehingga tidak dapat
digerak-gerakkan atau diubah.
16.2.3.Papan bangunan dipasang sejarak 2, 00 m. dari as fondasi terluar
atau sesuai dengan keadaan setempat.
16.2.4.Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan antara satu
dengan lainnya atau rata waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh
Konsultan Pengawas.
16.2.5.Setelah selesai pemasangan papan bangunan, kontraktor/
Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
16.2.6. kontraktor/ Pemborong harus menjaga dan memelihara keutuhan
dan ketepatan letak papan bangunan ini sampai tidak diperlukan
lagi.

Pasal 17:
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
17.1.KEMAJUAN PEKERJAAN
17.1.1.Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus
disediakan oleh kontraktor/ Pemborong demikian pula metode/
cara pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian
rupa, sehingga diterima oleh Konsultan Pengawas.
17.1.2.Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan menurut
penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin
penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan, maka Konsultan
Pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis langkah
yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.

BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN TANAH
Pasal 1
UMUM
1.1.LINGKUP PEKERJAAN
pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan
alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu dan tidak
terbatas pada:
a. pekerjaan galian, pengurugan, pemadatan dan perataan tanah; dan
b. pekerjaan perbaikan/ urugan kembali.
1.2. PERSIAPAN PELAKSANAAN.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor/ Pemborong  harus  mempelajari dengan
seksama Gambar Kerja. kontraktor/ Pemborong harus sudah memperhitungkan segala

DESAIN PEMODELAN DAN


52 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

kondisi di lapangan yang meliputi dan tidak terbatas.

Pasal 2
PEKERJAAN TANAH
pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang/ galian di tanah dan termasuk
pengurugan/ pemadatan tanah kembali yang diperlukan untuk:
a. Fondasi Bored Pile, Poer dan Sloof;
b. Perataan (cut/ fill); dan
c. Galian lain yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan atau Konsultan Pengawas.
2.1.MACAM GALIAN.
Penggalian dibagi dalam macam-macam jenis, yaitu:
2.1.1.Galian tanah biasa.
Galian tanah biasa mencakup semua galian yang bukan galian batu, galian
konstruksi atau galian material dan bahan baku lainnya.
2.1.2.Galian batu.
Galian batu terdiri dari pekerjaan menggali/ membongkar batu-batuan pada
daerah galian yang menurut pendapat Konsultan Pengawas harus dilakukan
pembongkaran.
2.1.3.Galian konstruksi/ obstacle.
Galian konstruksi/ obstacle adalah semua galian selain dari galian tanah dan
galian batu dalam batas pekerjaan yang disebut dalam spesifikasi ini atau
tercantum dalam Gambar Rencana. Semua galian yang disebut sebagai galian
konstruksi terdiri dari galian lantai bangunan, galian fondasi bangunan existing,
galian perkerasan jalan/ halaman.

Pasal 3
GALIAN STRUKTUR
3.1.LINGKUP PEKERJAAN
3.1.1.Galian struktur merupakan penggalian tanah untuk bangunan struktur, sesuai
dengan batasan pekerjaan sebagaimana dijelaskan disini atau sebagaimana
tampak pada gambar. pekerjaan galian yang dijelaskan dengan pasal-pasal lain
dalam spesifikasi ini tidaklah digolongkan sebagai galian struktur.
3.1.2.Galian struktur disini tidak dibatasi hanya pada galian/ pengeboran struktur
fondasi, tapi termasuk pekerjaan galian untuk poer, sloof dan batu kali.
3.1.3. pekerjaan galian ini mencakup pengurugan kembali dengan material yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas, berikut pembuangan bahan-bahan sisa,
dan semua bahan serta peralatan lainnnya untuk menghindarkan galian dari
genangan air tanah dan air permukaan.

3.2.PERSYARATAN PEKERJAAN
3.2.1.Tata letak
kontraktor/ Pemborong bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan. Sebelum penataan, kontraktor/ Pemborong
harus menyerahkan rencana tata letak untuk mendapat persetujuan dari

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 53
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

Konsultan Pengawas. Bench mark yang bersifat tetap maupun sementara harus
dijaga dari kemungkinan gangguan atau pemindahan.
3.2.2.Pengawasan
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, kontraktor/ Pemborong harus diwakili
oleh seorang pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan
penggalian/ pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus
dilaksanakan sesuai kontrak.
3.2.3. pekerjaan pembersihan
Semua benda di permukaan seperti pohon, akar dan tonjolan, serta rintangan-
rintangan dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan yang
tercantum dalam gambar, harus dibersihkan, kecuali untuk hal-hal di bawah ini:
a. Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda
yang tidak mudah rusak, yang letaknya minimal 1 (satu) meter di bawah
dasar poer.
b. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang bekas pepohonan dan
lubang lainnya, harus diurug kembali dengan bahan-bahan yang baik dan
dipadatkan.
c. kontraktor/ Pemborong bertanggung jawab untuk membuang sendiri
tanaman-tanaman dan puing-puing ke tempat yang ditentukan oleh
Konsultan Pengawas.
d. kontraktor/ Pemborong harus melestarikan semua benda-benda yang
ditentukan tetap berada pada tempatnya.
3.3.PENGGALIAN.
3.3.1.Sebelum memulai pekerjaan galian, kontraktor/ Pemborong harus:
a. dengan inisiatif sendiri mengambil tindakan untuk mengatur drainase
alamiah dari air yang mengalir pada permukaan tanah, untuk mencegah
galian tergenang air.
a. Memberitahu Konsultan Pengawas sebelum memulai suatu galian apapun,
agar elevasi penampang melintang dan pengukuran dapat diketahui dan
dilakukan pada tanah yang belum terganggu. Tanah yang berdekatan
dengan struktur tidak boleh diganggu tanpa ijin Konsultan Pengawas.
3.3.2.Parit-parit atau galian fondasi untuk struktur atau alas struktur, harus mempunyai
ukuran yang cukup sehingga memungkinkan perletakan atau alas fondasi
sesuai dengan ukurannya. Bagian-bagian dinding/ sisi parit harus selalu
ditopang. Elevasi dasar alas sebagaimana tampak pada gambar merupakan
perkiraan, sehingga secara tertulis Konsultan Pengawas dapat memerintahkan
peru bahan ukuran dan elevasi jika diperlukan untuk menjamin fondasi yang
kokoh.
3.3.3.Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk tempat-
tempat dimana penggunaan mesin-mesin itu dapat merusak benda-benda
yang berada didekatnya, bangunan-bangunan ataupun pekerjaan yang
telah rampung. Dalam hal ini metoda pekerjaan secara manual/ dengan
menggunakan tenaga buruh yang harus dilakukan.
3.3.4.Setiap kali galian selesai dikerjakan, kontraktor harus memberitahu Konsultan
Pengawas mengenai hal itu dan pembuatan Lapisan Sirtu, Lantai Kerja atau

DESAIN PEMODELAN DAN


54 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

apapun tidak boleh dilakukan sebelum Konsultan Pengawas menyetujui


kedalaman fondasi dan karakter tanah dasar fondasi.
3.3.5.Bila tanah dasar fondasi lembek, berlumpur atau tidak memenuhi syarat, maka
bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, kontraktor harus menggantinya
dengan material berbutir atau kerikil sebagaimana disyaratkan pada RKS ini.
material penggganti tersebut harus diurugkan dan dipadatkan lapis demi lapis
dengan tebal tiap lapis 15 cm, sampai mencapai elevasi dasar fondasi dengan
kepadatan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
3.3.6. material hasil galian bila memenuhi syarat, harus dimanfaatkan sebagai material
urugan atau timbunan, dan bila ternyata berlebihan, maka harus dibuang.

3.4.AIR TANAH.
3.4.1. Bila air tanah muncul ketika sedang dilakukan galian struktur, maka kontraktor/
Pemborong harus segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencegah air menggenangi galian dan alas struktur.
3.4.2. Pemeliharaan saluran.
Bila tak diijinkan, penggalian tak boleh dikerjakan di luar caisson, palung,
cofferdam, dan saluran air yang berdekatan dengan fondasi tidak boleh
terganggu tanpa ijin Konsultan Pengawas.

Pasal 4
URUGAN DAN PEMADATAN
4.1. PEKERJAAN URUGAN.
pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini untuk:
a. Semua galian sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 2%
atau sesuai Gambar Kerja.
b. Semua tanah lantai bangunan sampai permukaan yang ditentukan dengan
kepadatan CBR 3% atau sesuai Gambar Kerja.
c. Terkecuali untuk tempat tertentu/ khusus, kepadatan tanahnya seperti
tercantum dalam Gambar Kerja atau petunjuk Konsultan Pengawas/ Konsultan
Perencana.
4.2. BAHAN URUGAN.
bahan urugan yang dipakai/ digunakan adalah tanah merah atau
pasir urug darat yang memenuhi syarat sebagai bahan urugan.Tanah
bekas galian pada umumnya tidak boleh dipakai lagi untuk bahan
urugan, kecuali apabila tanah tersebut memenuhi persyaratan sebagai
bahan urugan dan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara stripping
setebal + 30 cm. bahan-bahan urugan yang sudah di lokasi pengurugan tetapi
tidak memenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh kontraktor/ Pemborong
atas biaya sendiri.
4.3.PENGURUGAN
4.3.1.Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area/ lokasi harus sudah bersih dari
humus, akar tanaman, benda-benda organis, sisa-sisa bongkaran dan bahan lain
yang dapat mengurangi kualitas pekerjaan ini.

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 55
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

4.3.2.Urugan harus bebas dari segala macam bahan yang dapat membusuk, sisa
bongkaran, dan atau yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan. Tanah urugan
dapat diambil dari bekas galian atau yang didatangkan dari luar atas dan atau
telah disetujui Konsultan Pengawas.
4.3.3.Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis dan langsung dipadatkan
sampai mencapai permukaan/ peil yang diinginkan. Ketebalan perlapis setelah
dipadatkan tidak boleh melebihi 20 cm. Setiap kali penghamparan harus
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas yang menyatakan bahwa
lapisan di bawahnya telah memenuhi kepadatan yang disyaratkan, dan seluruh
prosedur pemadatan ini harus ditulis dalam Berita Acara yang disetujui Konsultan
Pengawas.
a. Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk,
sebelum pekerjaan pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan dan
pengurugan, daerah ini harus dikeringkan;
a. Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras.
Jika permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air,
kontraktor/ Pemborong harus membuat alur-alur pada bagian teratas untuk
mengeringkannya sampai mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan
kembali; dan
b. Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi sesuai
yang tercantum dalam Gambar Kerja.
4.3.4.Pengurugan untuk halaman yang tidak dibangun, jalan dan perkerasan, tidak
perlu dipadatkan dengan mesin pemadat, cukup ditimbris dengan tangan.
4.4.PEMADATAN
4.4.1. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus
dikeringkan terlebih dahulu.
4.4.2. kontraktor/ Pemborong harus bertanggung jawab atas ketepatan penempatan
dan pemadatan bahan-bahan urugan dan juga memperbaiki kekurangan-
kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup.
4.4.3. kontraktor/ Pemborong harus menetukan jenis ukuran dan berat dari alat yang
paling sesuai untuk pemadatan bahan urugan yang ada. Alat-alat pemadatan
ini harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
4.4.4. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap
lapisan maksimum 30 cm. dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit
90% (modified proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti yang
ditentukan dalam AASHTO T 99.
4.4.5. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila
hari hujan, pemadatan harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar
air harus dijaga agar tidak lebih besar dari 2 % kadar air optimum.
4.4.6. kontraktor/ Pemborong diwajibkan melakukan tes kepadatan tanah
apabila diminta oleh direksi/ Konsultan Pengawas, sebanyak titik yang
ditentukan oleh Konsultan Pengawas, yang harus disaksikan oleh Konsultan
Pengawas dan dibuatkan laporan tertulis untuk tiap titik meliputi area 150
m2.

DESAIN PEMODELAN DAN


56 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

4.5. PEKERJAAN PERATAAN TANAH


Bila terdapat bagian-bagian yang lebih tinggi dari permukaan tanah yang
direncanakan, perataan pada bagian ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
kelebihan tanah tersebut dapat diangkut ke tempat lain yang ditentukan oleh
Konsultan Pengawas.

BAB III
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR
Pasal 1
PEKERJAAN STRUKTUR BETON
1.1.PERSYARATAN MUTU
1.1.1.Mutu beton
Persyaratan konstruksi beton, syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan beton secara
umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan teknis ini. Hal men yang kut pekerjaan
beton dan struktur beton harus sesuai dengan standar yang berlaku yaitu:
a. Tata Cara Perhitungan Kekuatan Struktur beton Untuk Bangunan Gedung (SK
SNI T-15-1991-03);
b. peraturan Umum beton Indonesia (PUBI, 1982);
c. Standar Industri Indonesia (SII);
d. peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, 1983;
e. peraturan Perencanaan Tahan Gempa Untuk Gedung (PPTGUG, 1983); dan
f. Mutu dan karakteristik beton yang dipergunakan untuk struktur bangunan ini
harus mempunyai minimal, sebagai berikut:
a) Fondasi Pelat beton setempat: K-225
b) Sloof beton : K-225
c) Kolom dan Balok Baja WF: K-225
d) Pelat Lantai dan Atap Dak: K-225
e) Sloof, Kolom dan Ring Balok Praktis: K-175
b.Adukan beton.
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini
harus beton Readymix, kecuali ada pertimbangan lain  pada bagian-bagian
tertentu dapat menggunakan beton konvensional yang sebelumnya sudah
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/ Konsultan Pengawas
c.Lantai Kerja
Seluruh beton untuk lantai kerja adalah
beton rabat dengan campuran 1pc: 3ps: 5kr.

1.1.2.Mutu Baja Tulangan.


Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah
sebagai berikut:
a. Mutu baja tulangan s/ d. ∅ 12 mm. adalah BJTP 240 (U-24) dengan kekuatan tarik
2080 Kg/ Cm2.
b. Mutu baja tulangan ≥ ∅ 13 mm. (diameter luar) adalah BJTD 320 (U-32/ besi ulir)
dengan kekuatan tarik 2780 Kg/ Cm2.
c. Atau bila dalam gambar disyaratkan menggunakan wiremesh, maka digunakan
wiremesh U-50, dengan ukuran/ tipe sesuai dengan Gambar Kerja.

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 57
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

1.2.PERSYARATAN BAHAN BETON.


1.2.1.Semen.
a. Semua Semen Portland disesuaikan dengan persyaratan dalam peraturan Portland
Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standar Inggris BS 12.
b. Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah, TIGA RODA HOLCIM,
dan MERAH PUTIH serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merek
semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.
c. Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada
setiap waktu sebelum digunakan. kontraktor harus bersedia memberi bantuan
yang dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan contoh tersebut.
Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas,
harus tidak dipergunakan atau diafkir.
d. Tempat Penyimpanan
kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan
setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembapan udara. Tempat
penyimpanan tersebut juga harus baik agar memudahkan waktu pengambilan.

1.2.2. Pasir dan kerikil


a. kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun semua
pasir dan kerikil. Segala yang dilaksanakan oleh kontraktor untuk pembongkaran,
pemuatan, pengerjaan dan penimbunan pasir dan kerikil harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. kontraktor harus mengatur semua pekerjaan
penimbunan pasir dan kerikil sedemikian rupa sehingga teratur pemisahan antara
pasir dan kerikil.
c. Pasir
Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan adalah pasir alam yaitu pasir
yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang di setujui Konsultan Pengawas.
Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai
persetujuan dasar (pokok) untuk semua bahan yang diambil dari sumber tersebut.
Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari
tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang merusak, jumlah
prosentase dari segala macam subsansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih
dari 5% berat pasir.
d. Agregat Kasar (Kerikil)
Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini
dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.
Kebersihan dan mutu
Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah,
tipis atau yang berukuran panjang, bersih dari alkali, bahan-bahan organis atau
dari substansi yang merusak dalam jumlah yang merugikan.
Gradasi

DESAIN PEMODELAN DAN


58 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara
5 mm. sampai dengan 25 mm. dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Sisa di atas ayakan 31, 5 mm, harus 6 % berat;
b) Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat; dan
c) Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat serta harus menyesuaikan
dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2 PBI-1971.
Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh
Konsultan Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka
kontraktor harus menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas
bebannya sendiri, untuk menghasilkan agregat yang dapat disetujui Konsultan
Pengawas.
1.2.3.A i r
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi/ mortar dan spesi
harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan
kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut
harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan
Pengawas untuk menetap-kan sesuai tidaknya dengan ketentuan-
ketentuan yang ada di dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.
1.2.4.Baja Tulangan
a. Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan
standar Indonesia untuk beton NI-2, PBI-1971, atau ASTM Designation A-15,
dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak
meminta kepada kontraktor, surat keterangan tentang pengujian oleh
pabrik dari semua baja tulangan beton yang disediakan, untuk persetujuan
Konsultan Pengawas sesuai dengan persyaratan mutu untuk setiap bagian
konstruksi seperti tercantum di dalam gambar rencana.
b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat,
minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi
daya lekat antara baja tulangan dengan beton.
c. Khusus untuk pelat lantai apabila pada gambar menggunakan wiremesh,
maka yang digunakan adalah tipe deform (ulir) produk UNION METAL atau
BRC LYSAGHT.
1.2.5.Cetakan (bekisting)
a. bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex dengan tebal
minimum 12 mm. bekisting dari multiplex tersebut harus diperkuat dengan
rangka kayu Borneo Super ukuran 5/ 7, 6/ 10, 6/ 12 dan sebagainya, untuk
mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas/ Konsultan Perencana.
b. Steiger/ pen yang ga bekisting harus terdiri dari pipa-pipa besi standar
pabrik (schafolding) atau kayu dan tidak diperkenankan memakai bambu.

1.3.PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON


1.3.1.Kelas dan Mutu pekerjaan beton
a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar beton Indonesia

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 59
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

NI-2 PBI-1971. Bilamana tidak ditentukan lain, kuat tekan dari beton
adalah selalu kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang bersisi 15
cm. (0, 003375 m3) diuji pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil
pengujian benda-benda uji harus memberikan hasil σ’bk (kekuatan tekan
beton karakteristik) yang lebih besar dari yang ditentukan di dalam tabel,
4.2.1. PBI-1971.
c. Umur benda uji pada saat pengujian harus dilaksanakan pada
umur 7, 14, atau 28 hari sesuai dengan kesepakatan dengan
Konsultan Pengawas yang tertuang dalam risalah rapat.

1.3.2.Komposisi campuran beton


a. beton harus dibentuk dari campuran bahan-bahan semen portland,
pasir, kerikil dan air seperti yang ditentukan sebelumnya. bahan beton
dicampur dalam perbandingan yang tertentu/ serasi dan diolah sebaik-
baiknya sampai pada kekentalan yang baik/ tepat.
b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan
dalam spesifikasi ini, harus dipakai “campuran yang direncanakan (design
mix)“. Campuran yang direncanakan ini dihasilkan dari percobaan-
percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang
disyaratkan dan dilakukan oleh laboratorium dari instansi pemerintah
atau Badan yang sudah terbukti akreditasinya.
c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian
dari pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam
persyaratan bahan beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin
sehingga tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan.
d. perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang
dipakai untuk berbagai mutu, harus ditetapkan dari waktu
ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga
pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.

1.3.3. pekerjaan Baja Tulangan


a. Baja tulangan beton harus dibengkokkan/ dibentuk dengan teliti sesuai dengan
bentuk dan ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi.
b. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana.Untuk
menempatkan tulangan-tulangan tetap tepat ditempatnya, maka tulangan
harus diikat kuat dengan kawat beton (bendraat) dan memakai bantalan (beton
decking) dan atau kursi-kursi besi/ cakar ayam perenggang.
c. Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan
dalam gambar rencana, minimal harus 1, 2 kali ukuran terbesar dari agregat
kasar dan harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.
d. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan
perhitungan.
1.3.4. pekerjaan Selimut beton
Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau

DESAIN PEMODELAN DAN


60 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

dasar cetakan sesuai butir 1.3.4.b. tersebut di atas, serta harus mempunyai jarak tetap
dan tertentu untuk setiap bagian-bagian konstruksi sesuai dengan gambar rencana.
1.3.5. pekerjaan Sambungan Baja Tulangan
Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari
yang ditunjukkan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus
minimal 40 kali diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di
dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
1.3.6. pekerjaan Konstruksi Cetakan
a. Semua cetakan harus teliti, kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat
dicegah pengembangan atau lain gerakan selama dan sesudah pengecoran
beton.
b. Semua cetakan beton harus kokoh.Sebelum beton dicor, permukaan dari
cetakan-cetakan (bekisting) harus dilaburi/ diminyaki dengan minyak bekisting
yang dapat mencegah secara efektif melekatnya beton pada cetakan, dan
akan memudahkan melepas bekisting/ cetakan beton. Penggunaan minyak
bekisting ini harus hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan
mengakibatkan kurangnya daya lekat.
c. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-
cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai, harus
tersedia.
d. Pen yang ga cetakan (steiger) harus bertumpu pada fondasi yang baik dan
kuat sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama
pelaksanaan.

1.3.7. pekerjaan Pengecoran


a. beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan
letak baja tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan
sparing-sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lain-lainnya telah
selesai dikerjakan.Sebelum pengecoran dimulai, permukaan-permukaan
yang berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
b. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat
pengecoran beton (cetakan/ bekisting) harus bersih dari air yang tergenang,
reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan bekisting dengan bahan-bahan
yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor, harus dibasahi dengan
merata sehingga kelembapan air dari beton yang baru dicor-tidak akan
diserap.
c. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana akan
dicor beton baru, harus bersih dan lembap/ basah ketika dicor dengan beton
baru. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan
beton-beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang
menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari permukaan beton
lama tersebut sebelum beton baru dicor.Pada sambungan pengecoran ini
harus dipakai bahan perekat beton yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 61
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

d. beton boleh dicor hanya ketika Konsultan Pengawas atau yang ditunjuk serta
Staf kontraktor ada dilokasi pekerjaan, dan persiapannya betul-betul telah
memadai.

1.3.8. Waktu dan Cara-Cara Pembukaan Cetakan


a. Waktu dan cara pembukaan cetakan harus mengikuti petunjuk Konsultan
Pengawas pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindari
kerusakan pada beton. beton yang masih muda/ lunak tidak diijinkan
untuk dibebani.Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton
diperiksa dengan teliti dan permukaan-permukaan yang bagus harus segera
diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas
b. Umumnya diperlukan waktu minimum sebelum cetakan beton boleh dibuka,
yaitu minimum 3 hari untuk cetakan-cetakan samping pada fondasi dan
sloof.7 hari untuk dinding-dinding pemikul dan kolom.21 hari untuk balok-
balok, pelat lantai, pelat atap dan tangga.

1.3.9. Perawatan (Curing)


a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air atau disemprot dengan
Curing Agent CONCURE P yang berupa bahan cair/ liquid material dan
berfungsi sebagai pelindung (curing compound) untuk menahan/ mencegah
penguapan air dari dalam beton, Konsultan Pengawas berhak menentukan
cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian
pekerjaan.
b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari
yang langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran.Perlindungan
semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit
atau karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah
pengecoran dilaksanakan.
c. Perawatan beton setelah 3 hari, adalah dengan melakukan penggenangan
dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus
menerus. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi
persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.

Pasal 2
PEKERJAAN STRUKTUR BAJA
2.1. LINGKUP PEKERJAAN.
yang termasuk pekerjaan struktur baja adalah seluruh pekerjaan atap baja
sesuai dengan gambar-gambar pelaksanaan, termasuk didalamnya tapi tidak
terbatas pada:
2.1.1. pekerjaan pengadaan dari semua peralatan, perlengkapan, tenaga serta bahan-
bahan seperti pelat, profil, baut, angker dan lain-lain menurut kebutuhan sesuai
dengan gambar kerja dan persyaratan-persyaratan teknis pelaksanaan.
2.1.2. pekerjaan pembuatan bagian-bagian konstruksi kolom, ring balok, atap baja,
dan gording, sambungan, pengelasan, sambungan dengan baut dan lain-lain
sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan teknis pelaksanaan.

DESAIN PEMODELAN DAN


62 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

2.1.3. pekerjaan pemasangan dan penyelesaian konstruksi baja seperti pemasangan


rangka atap (kuda-kuda), rangka ikatan angin, ikatan pengaku, gording, trekstang,
penutup atap baja finish galvalume/ warna tebal 0, 50 mm. pengecatan dan
lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan teknis pelaksanaan.

2.2. PERSYARATAN UMUM.


Semua pelaksanaan pekerjaan baja ini harus memenuhi persyaratan-
persyaratan normalisasi yang berlaku di Indonesia, seperti:
2.2.1. peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983, NI-3 PBUBB (1970)
dan lain-lain kecuali ada hal-hal yang khusus.
2.2.2. AISC “Specification for Fabrication and erection” 12 Pebruari 1981.
2.2.3. Semua pekerjaan baut pada bangunan ini juga harus memenuhi syarat dari
AISC “Specification for Structural Joints Bolts”.
2.2.4. Semua pekerjaan las harus mengikuti “American Welding Society for Arc
Welding in Builiding Construction Section”.

2.3. PERSYARATAN BAHAN.


2.3.1. Mutu baja yang digunakan untuk seluruh konstruksi baja adalah baja BJ-37
dengan tegangan dasar 1600 Kg/ Cm2.Seluruh profil baja yang digunakan
sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana serta dilampiri sertifikat pabrik pembuat
profil baja tersebut.
2.3.2. Semua bahan konstruksi baja yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan
peraturan Umum bahan Bangunan (PUBB 1982) dan standar ASTM A-36.
2.3.3. bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan baja harus diperoleh dari Supplier/
Distributor yang dikenal dan disetujui Konsultan Perencana/ Konsultan
Pengawas.

2.4. PERSYARATAN TEKNIS.


2.4.1. kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua
ukuran-ukuran yang tercantum pada gambar kerja.
2.4.2. kontraktor wajib membuat shop drawing untuk melengkapi gambar detail/
sambungan dari bagian-bagian konstruksi baja yang tidak/ belum tercantum
dalam gambar kerja, untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas
sebelum memulai pekerjaan tersebut.
2.4.3. Peru bahan bahan atau detail karena alasan-alasan tertentu, harus diajukan dan
diusulkan pada Konsultan Pengawas/ Perencana untuk mendapat persetujuan.
2.4.4. Semua peru bahan -peru bahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa ada
biaya tam bahan yang mempengaruhi kontrak.
2.4.5. kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing,
fabrikasi dan ketepatan penyetelan/ pemasangan semua bagian-bagian dari
konstruksi baja.
2.4.6. Seluruh pekerjaan struktur baja harus di-fabrikasi di workshop, kecuali untuk
bagian-bagian pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk dikerjakan di
workshop sehingga harus dikerjakan di lapangan.

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 63
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

2.4.7. pekerjaan peru bahan dan pekerjaan tam bahan di lapangan pada waktu
pemasangan yang diakibatkan oleh kekurang-telitian atau kelalaian kontraktor,
harus diganti dan dilaksanakan atas biaya kontraktor.
2.4.8. kontraktor dapat diminta untuk memberikan surat keterangan tentang pengujian
oleh pabrik (laboratorium) untuk bahan konstruksi baja yang digunakan.
2.4.9. pekerjaan baja harus dilaksanakan sesuai dengan keterangan-keterangan yang
tertera dalam gambar, lengkap dengan pen yang ga-pen yang ga, alat untuk
memasang dan menyambungnya, pelat-pelat siku peralatan penunjang untuk
presisi dari komponen maupun pekerjaan nya sendiri.
2.4.10. pekerjaan harus berkualitas kelas I, semua pekerjaan ini harus diselesaikan
bebas dari puntiran, tekanan dan harus dikerjakan dengan teliti untuk
menghasilkan tampak yang rapi sekali.

2.5. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


2.5.1. Pengelasan.
a. Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman.
kontraktor wajib menyerahkan sertifikat keakhlian dari masing-masing
tukang lasnya. Sertifikat kelas A untuk tenaga ahli yang mengerjakan
bagian-bagian sekunder konstruksi.
b. Kekuatan bahan las dipakai min-harus sama dengan kekuatan baja yang
dipakai.
c. pekerjaan las harus dilakukan di bengkel (pabrik) atau bebas angin dan
dalam keadaan kering. Baja yang sedang dikerjakan harus ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga pekerjaan las dapat dilakukan dengan baik dan
teliti.
d. Pemberhentian las, harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin
tidak akan berputar atau membengkok.
e. Setelah pengelasan, maka sisa-sisa/ kerak-kerak las harus dibuang dan
dibersihkan dengan baik.
2.5.2. Sambungan dengan baud.
a. Sambungan yang dibuat harus dapat memikul gaya-gaya yang bekerja, selain
berguna untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang.
b. Lubang baud harus lebih besar 0, 5 mm daripada diameter luar baud. Semua
pelubangan/ pengeboran untuk baud harus dapat dikerjakan sesudah
bagian profil-profil yang akan berhubungan tersebut dikerjakan.
c. Daerah yang berbatasan antara profil dengan lubang baud dan baud itu sendiri
harus dapat memikul gaya-gaya dan dapat dengan cepat meneruskan gaya
tersebut.
d. Pengujian pekerjaan sambungan baud dan las. Untuk pekerjaan las dan
pengujian yang tidak memenuhi syarat harus diulangi kembali hingga
memenuhi persyaratan.

2.6. PEMASANGAN.
2.6.1.Pemasangan rangka baja tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm. dari Asnya.
Kemudian juga elemen-elemen vertikal harus tegak lurus dengan bidang

DESAIN PEMODELAN DAN


64 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

permukaan 2.6.2. kontraktor diwajibkan untuk menjaga supaya bagian-bagian


konstruksi yang tertumpuk di lapangan tetap dalam keadaan baik, agar jangan
rusak karena peru bahan cuaca.

2.7. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN


2.7.1. Seluruh profil baja harus dibersihkan dari permukaan korosi (karat) dan kotoran-
kotoran ataupun minyak-minyak, dengan menggunakan sikat baja atau
sandblasting, sampai permukaannya memperoleh warna metalic yang merata.
2.7.2. Segera setelah dibersihkan, sebelum profil-profil baja dipasang
di workshop, seluruh permukaannya harus cepat-cepat di cat
dengan meni (red oxide) yang tebalnya 30–35 micron. Cat dasar
ini harus betul-betul merata untuk seluruh permukaan profil.

BAB IV
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pasal 1
PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN
1.1. LINGKUP PEKERJAAN.
pekerjaan yang dimaksud meliputi:
a. pekerjaan adukan pasangan batu kali;
b. pekerjaan adukan pasangan bata ringan (hebel); dan
c. pekerjaan adukan lain seperti tercantum dalam gambar kerja.
1.2. PERSYARATAN BAHAN.
1.2.1. Semen.Mortal
Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Teknis Struktur.
1.2.2. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, bersih
dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis.
1.2.3. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan organik
dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
1.3.1. Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran dalam
volume. Cara pembuatannya menggunakan mixer selama 3 (tiga) menit.
1.3.2. Jenis adukan.
a. Adukan biasa adalah campuran 1pc: 4ps dan 1pc: 5ps.
Adukan ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup
semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang
dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
b. Adukan kedap air adalah campuran 1pc: 3ps.
Aduk plesteran ini untuk:

Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar/ tepi luar bangunan.
Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 65
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

disyaratkan harus kedap air hingga ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai.
Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20 cm.
dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

1.3.3. Semua jenis adukan tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
selalu dalam keadaan segar dan belum kering pada waktu pelaksanaan pemasangan.
Pasal 2
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI
2.1. LINGKUP PEKERJAAN.
pekerjaan yang dimaksud meliputi:
a. pekerjaan fondasi pasangan batu kali; dan
b. pekerjaan pasangan batu kali lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

2.2. PERSYARATAN BAHAN.


2.2.1. Batu kali.
Batu kali yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut
runcing dan tidak porous.
2.2.2. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1.
2.2.3. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2.
2.2.4. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3.
2.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
2.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan fondasi, harus dibuat profil/ bentuk fondasi dari
bambuatau kayu pada setiap ujung yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan
Gambar Kerja dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2.3.2. Galian fondasi harus disetujui oleh Konsultan Pengawas, kemudian dasar galian
harus diurug dengan pasir urug tebal 10 cm disiram sampai jenuh, diratakan
dan dipadatkan sampai padat. Di atas lapisan pasir tersebut diberi pasangan
batu kali kosong yang dipasang sesuai dengan Gambar Kerja.
2.3.3. pasangan batu kali untuk fondasi menggunakan adukan dengan campuran
1pc: 4ps, terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar
Kerja. Untuk kepala fondasi digunakan adukan kedap air 1pc: 3ps.
2.3.4. Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian
dari fondasi yang berongga atau tidak padat khususnya pada bagian tengah.
2.3.5. Setiap jarak 50 cm. As harus ditanam stek ∅ 10 mm. untuk sloof dan dinding
pasangan yang tercantum dalam Gambar Kerja. Pada perletakan kolom atau
kolom praktis beton harus ditanamkan stek-stek tulangan Stek-stek harus
tertanam dengan baik sedalam minimum 40-d atau sesuai dengan ukuran
dalam Gambar Kerja. Jarak antara stek ini adalah tiap 100 cm dan seperti yang
tercantumdalam Gambar Kerja.
Pasal 3
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA RINGAN (HABEL)
3.1. LINGKUP PEKERJAAN
pekerjaan yang dimaksud meliputi:

DESAIN PEMODELAN DAN


66 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

MATERI PEMBELAJARAN

a. Pembuatan dinding.
b. pekerjaan pasangan lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
3.2. PERSYARATAN BAHAN
3.2.1. Bata Ringan (Habel)
Batu ringan yang digunakan bata celkone ex. lokal dengan kualitas terbaik yang
disetujui
Konsultan MK, siku dan sama ukurannya 10x20x40. Sebelum pengadaan
bahan ini, kontraktor diwajibkan mengajukan contoh, disertai data teknis dari
batu bata yang akan dipakai kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
3.2.2. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.
3.2.3. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.
3.2.4. Air.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.
3.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
3.3.1.  Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, kontraktor harus memperhatikan
detail bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan
melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja.
3.3.2. pasangan bata ringan/ bata celkone, dengan menggunakan aduk MU-300, PM-
100 Pada saat diletakkan
3.3.3. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/ siar-siar harus dikerok rata dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air
3.3.4.  Pemasangan harus baik sehingga ketebalan aduk spesi harus sama setebal
1 cm. Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan baik dan
penuh.
3.3.5. pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan MU-301, PM-200 harus
dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar telah dikerok serta dibersihkan
3.3.6.  Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung diaci
atau dipasang keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembapan air keluar
dalam dinding/ berkeringat kering, dapat dilakukan pekerjaan acian dengan
MU-200, PM-300
3.3.7.  Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum
8-10 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis pekerjaan
pemasangan harus benar-benar vertikal dan horizontal. Pengukuran dilakukan
dengan tiang lot dan harus diukur dengan tepat.
3.3.8.  Bidang dinding 1/ 2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan
kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12/ 12 cm, dengan
tulangan pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm.
Pasal 4...................dst

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 67
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

CAKRAWALA

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)


Untuk memudahkan dalam memahami Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
bisa dilihat gambar disamping pada umumnya RKS terdiri dari 3 bagian yakni:
1. Syarat/ peraturan umum
2. Syarat/ peraturan Administrasi
3. Syarat/ peraturan Teknis

Gambar 4.3. Ilustrasi RKS untuk pekerjaan konstruksi


Sumber:http:// sibima.pu.go.id/ pluginfile.php/ 60502/ mod_resource/ content/. pdf

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan lebih jauh untuk


mengenal Rencana Kerja dan syarat
syarat (RKS), para peserta didik sekalian dapat mempelajari
secara mandiri di internet.
Salah satu website yang dapat kalian kunjungi untuk
menambah wawasan dan pemahaman kalian tentang
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) adalah sebagai
berikut ; http:// myarch11.blogspot.com/ 2017/ 05/
contoh-rks-proyek-bangunan.html

DESAIN PEMODELAN DAN


68 INFORMASI BANGUNAN
ESTIMASI BIAYA
KONSTRUKSI

RANGKUMAN

RKS (Rencana Kerja dan Syarat–syarat) adalah pedoman penting dalam


melaksanakan suatu proyek pekerjaan konstruksi di samping gambar kerja.
Sehingga penting untuk direview dan dipahami seawal mungkin untuk kelancaran
pelaksanaan proyek pekerjaan konstruksi. RKS adalah bagian dari dokumen
kontrak disamping ketentuan kontrak, gambar, dan dokumen lainnya.

Gambar 4.4 Ilustrasi RKS untuk pekerjaan konstruksi


Sumber: https:// www.asdar.id/ download-rencana-kerja-dan-syarat-syarat-rks-bangunan/

Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun RKS


a. Uraian dalam RKS harus dibuat selengkap mungkin, dengan maksud agar
didalam pelaksanaan pekerjaan tidak timbul kesulitan
b. Kalimat dalam RKS diusahakan agar disusun sedemikian rupa, sehingga jelas,
terperinci, mudah dipahami dan tidak menimbulkan keragu-raguan.

TUGAS MANDIRI

Tugas peserta didik adalah menganalisis tentang dokumen RKS suatu pekerjaan
Konstruksi Gedung, Jalan dan Jembatan serta mempresentasikannya. Tugas
dikerjakan dalam bentuk laporan dengan format yang telah disepakati dengan
guru mata pelajaran.
J u d u l Menganalisis Isi Dokumen RKS
Kegiatan :
J e n i s Tugas Kelompok
Kegiatan :

DESAIN PEMODELAN DAN


INFORMASI BANGUNAN 69

Anda mungkin juga menyukai