Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN

KULIAH KERJA INDUSTRI


KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPATU PADA
TOKO USAHA CINTIA SHOES
DI CIKARANG

Laporan ini di susun untuk memenuhi persayaratan


Mata Kuliah Kerja Industri

Dibuat Oleh :

Yogi
180551190111

JURUSAN ADMINISTRASI
PROGRAM ADMINISTRASI BISNIS INTERNASIONAL
POLITEKNIK LP3I JAKARTA
2021

i
POLITEKNIK LP3I JAKARTA
SK. Dikti No.158/D/O/2003

Direktorat : Gedung Sentra Kramat Blok A Jl. Kramat Raya,No.7-9


Jakarta, Phone : (021)3190-5498, Fax (021)3190-5499
Website : www.plj.ac.id

PENGESAHAN

LAPORAN KULIAH KERJA INDUSTRI

Nama Mahasiswa : Yogi


Nim : 180551190111
Jurusan : Administrasi
Program Studi : Administrasi Bisnis Internasional
Tema KKI : Keputusan Pembelian
Tempat KKI : Toko Cintia Shoes di Cikarang

Telah memenuhi syarat melaksanakan kegiatan KKI dan menyusun laporan KKI.

Jakarta,……………………2021
Disetujui Oleh,
Pembimbing KKI Ketua KKI Ketua JurusanAdministrasi

(Esti Puspitasari S.Pd,M.Pd) (Mutjabah Fatururrahman, S.Pd.,M.M)

Mengetahui,
Wakil Direktur Akademik

(Dr. Euis Winarti, M.M)

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulisan kepada Tuhan yang maha Esa atas segala berkat
dan rahmat-nya sehingga penulisan dapet menyelesaikan Kuliah Kerja Industri
(KKI) ini tepat pada waktu nya.

Sebagaimana ketentuan yang berlaku di Politeknik LP3I Jakarta, bahwa mahasiswa


tingkat ahkir diharuskan menyusun dan memaparkan laporan Kuliah Kerja Industri
(KKI) sebagai salah satu persyaratan penyelsaian pendidikan politeknik LP3I
Jakarta program Diploma IV. Untuk penulisan melakukan Kuliah Kerja Industri
(KKI) dari bulan Oktober – Desember 2021 di Toko Cintia Shoes Cikarang

Dengan kerendahan hati penulisan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
terlibat dalam mendorong dan membantu penulisan dalam plaksanaan penyusunan
pelaporan Kuliah Kerja Industri (KKI), khususnya kepada :

1. Direktur Politeknik LP3I Jakrta, Akhwanul Akmal, S.P., M.Si


2. Wakil Direktur Bidang Akademik, Dra. Euis Winarti, M.M.
3. Wakil Direktur Bidang Non Akademik, Teddy Setiadi, S.Sos., M.Kom
4. Ketua Jurusan Administrasi, Mutjabah Fatrurrahman, S.Pd., M.M.
5. Dosen Pembiming Kuliah Kerja Industri (KKI), Esti Puspitasari, S.Pd., M.Pd.
Yang bersedia membimbing penulis dalam menyusun Kuliah Kerja Industri
(KKI) di tengah kesibukannya
6. Kepala Bagian Administrasi Akademik, Dedi Miswar, S.E.
7. Kedua Orang Tua beserta Kakakku yang telah memberikan doa, dorongan dan
semangat selama penyusunan laporan Kuliah Kerja Industri (KKI) ini.
8. Teman-teman terbaikku yang selalu memberikan motivasi, dukungan, semangat,
canda dan tawa

Hormat saya

Yogi

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN
LAPORAN ....................................................................................................... ……i
PENGESAHAN ............................................................................................... …...ii
KATA PENGANTAR
…..iiii
DAFTAR ISI
…..ivv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...…v
DAFTAR
GAMBAR……………………………………………………………..vii
DAFTAR
LAMPIRAN……………………………………………………….….vviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………...1
1.2 Indentifikasi Masalah....................................................................... ..….2
1.3 Pembatasan Masalah ……………………………………………………3
1.4 Rumusan Masalah ………………………………………………………4
1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………………….4
1.6 Manfaat Penelitian ………………………………………………..……4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ………………………………………………..……….6
2.1.1 Pengertaian Citra ………………………………………………..6
2.1.2 Pengertian Merek …………………………………...………….10
2.1.3 Pengertian Citra Merek ………………………………………...15
2.2 Keputusan Pembelian …………………………………………………21
2.2.1 Pengertian Keputusan ………………………………………….21
2.2.2 Pengertian Pembelian ………………………………………….26
2.2.3 Pengertian Keputusan Pembelian ……………………………...30
2.3 Review Penelitian Relevan ……………………………………………33

iv
2.4 Kerangka Pemikiran ……………………………………………….....34
2.5 Hipotesis Penelitian …………………………………………………...35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ……………………………………..36
3.1.1 Jenis Data Penelitian ………………………………………...….36
3.1.2 Sumber Data Penelitian ……………………………………...…36
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………37
3.2.1 Tempat Penelitian ……………………………………………...37
3.2.2 Waktu Penelitian ………………………………………………..37
3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................... .....38
3.3.1 Definisi Oprasional Variabel Citra Merek (X)\ ……………...…39
3.3.2 Definisi Oprasional Variabel Keputusan Pembelian (Y)…...…..39
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ ….40
3.4.1 Populasi Penelitian …………………………………………….40
3.4.2 Simpel Penelitian ………………………………………………40
3.5 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. ….41
3.6 Metode Analisis Data ...................................................................... .....42
3.6.1 Jenis Metode Analisis Data ......................................................... 43
3.6.2 Pengujian Hipotesis ..................................................................... 44
3.6.3 Koefisien Determinasi ................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... ….47
LAMPIRAN-LAMPIRAN...........................................…………………………..49

v
DAFTAR TABEL

No. Nama Tabel Halaman


1. Tabel 3.2.2 Waktu Penelitian 38
2. Tabel 3.6.3 Interprestasi Korelasi Nilai Determinasi (R2) 46

vi
DAFTAR GAMBAR

No Nama Gambar Halaman


1. Gambar 2.2.3 Tahap Proses Keputusan Pembelian 31
2. Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran 35

vii
DAFTAR LAMPIRAN

No Nama Lampiran Halaman


1 Halaman Judul 49
2 Halaman Pengesahan 50
3 Kartu Bimbingan KKI 51
4 Lembar Penilaian Mahasiswa KKI oleh Dosen Pembimbing 52
5 Lembar Kegiatan KKI di Industri 53
6 Lembar Penilaian Mahasiswa KKI oleh Pembimbing Industri 54

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi dewasa ini semakin mengarah persaingan ketat

khusus untuk perusahaan sejenis, oleh karena itu keadaan akan mengakibatkan

perusahaan agar dapat mengikuti perubahaan baik dalam bidang ekonomi,

soisal, dan budaya. selain itu perusahaan dapat mengikuti pola prilaku dari

pesaing dalam menjalankan bisnis mereka untuk di tuntut memiliki seuatu

keunikan. Hal tersebut dapat memikat konsumen dalam rangka memperhatikan

atau merebut pangsa pasar yang ada.

Produk industri sepatu juga sangat kompetitif dalam bentuk,warana,

merek-merek sepatu yang berada di Indonesia sekarang ini berasal dari

berbagai negara diantaranya Amerika, Eropa dan Asia seperti Nike, Adidas,

Puma, Lotto dan merek merek lain nya. Semakin bermacam-macam merek

sepatu yang banyak beredar di pasaran, hal ini membuat konsumen harus lebih

cermat dan teliti lagi dalam memutuskan produk sepatu yang di harapkan.

Menurut Keller (2013:3), brand image adalah tanggapan konsumen

akan suatu merek yang didasarkan atas baik dan buruknya merek yang diingat

konsumen. Citra merek merupakan keyakinan yang terbentuk dalam benak

konsumen tentang obyek produk yang telah dirasakanya.

Konsumen berpikir merek yang sudah terkenal memiliki kualitas yang

baik dan lebih bagus di bandingkan dengan merek yang tidak terkenal,

1
sehingga merek yang sudah terkenal pasti memiliki banyak konsumen, yang di

jadikan bahan pertimbangan bagi konsumen yang ingin membeli sepatu oleh

karena itu dengan ada nya merek suatu produk atau barang akan mempengaruhi

keputusan pembelian.

Keputusan pembelian merupakan salah satu pilihan konsumen untuk

menentukan pilihan terhadap seuatu produk atau barang yang di ingin kan.

Menurut Setiadi (2015:346) keputusan pembelian konsumen merupakan

alternatif yang di pertimbangkan konsumen.

Hal ini membuktikan bahwa banyaknya merek yang di tawarkan, akan

timbul kecendrungan konsumen untuk menggunakan sepatu dengan merek

yang berbeda dengan alesan timbulnya kebosenan pada satu merek dengan

berkeinginan untuk mencoba merek lain.

Berpedoman pada uraian di atass maka penulisan tertarik untuk

menetapkan judulnya dalam kegiatan Kuliah Kerja Industri (KKI) yaitu

sebagi berikut: “PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN SEPATU”( STUDI PADA USAHA DI TOKO CINTIA

SHOES CIKARANG)

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka permasalahan yang dapet di identifikasi adalah sebagai

berikut :

2
1. Semakin banyak merek sepatu yang beredar di pasaran sehingga

persaingan anatra perusahaan semakin ketat. Perodusen membanggun

citra merek dengan berbagai upaya, agar konsumen bahwa merek nya

paling unggul.

2. Produsen membangun citra merek dengan berbagai upaya agar percaya

bawa merek nya paling unggul.

3. Keputusan untuk membeli suatu prodak sangat di pengaruhi oleh

penilaian akan kualitas produk tersebut.

4. Keputusan pembelian oleh konsumen adalah keputusan yang

melibatkan presepsi terhadap kualitas, nilai, dan harga.

5. Perusahaan berlomba-lomba meningkatkan kualitas produk yang

mereka miliki demi mepertahankan brand image (citra merek) produk

yang mereka miliki.

6. Banyak faktor yang mempengaruhi pengambil keputusan pembelian

sepatu, salah satu nya di antar nya citra merek yang di citrakan oleh

perusahaan

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarakan latar belakang masalah di atas, penulis masih memiliki

keterbatasan pengetahuan, waktu, dan dana untuk melakukan penelitian yang

lebih luas. Maka penulis membatasi permasalahannya hanya pada hal hal yang

berkaitan dengan : “PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP Keputusan

PEMBELIAN SEPATU”

3
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ditemukan, maka rumusan

masalah dalam penulisan ini, adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian sepatu

di Toko Cintia Shoes Cikarang?

2. Apakah faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian sepatu di Toko

Cintia Shoes Cikarang?

3. Seberapa besar pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian sepatu

di Toko Cintia Shoes Cikarang?

1.5 Tujuan Penelitian

Setiap aktivitas tentunya memiliki tujuan, begitu juga dalam kegiatann

penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah, sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian

sepatu di Toko Cintia Sohes Cikarang.

2. Untuk Mengetahaui factor dominan yang mempengarauhi keputusan

pembelian sepatu di Toko Cintia Shoes Cikarang.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh citra merek terhadap keputusan

pembelian di Toko Cintia Shoes Cikarang.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan di harapkan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut

4
1. Bagi penulis

Manfaat yang didapat oleh penulis yaitu dapat mengetahui besarnya citra

merek terkait dengan keputusan pembelian, dan menambah wawasan serta

pengetahuan yang lebih luas.

2. Bagi Toko Cintia Shoes di Cikarang

Dapat memberikan konstribusi bahan masukan (saran) yang berguna bagi

perkebangan usaha tersebut, khususnya mengenai Citra Merek dan

Keputusan Pembelian.

3. Bagi Politeknik LP3I Jakarta

Hasil penelitian ini di harapakan dapat memberikan informasi, wawasan,

pengethauan dan dapet di jadikan bahan referensi bagi mahasiswa LP3I

Jakarta, yang akan melakukan tugas akhir terkait dengan” pengaruh citra

merek terhadap keputusan pembelian sepatu”

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Citra

Kotler secara luas mendefinisikan citra sebagai jumlah dari

keyakinan-keyakinan, gambaran-gambaran,dan kesan-kesan yang di

punyai seorang pada suatu objek. Objek dimaksud bisa berupa

orang,organisasi dari seseorang.

Citra itu sendiri abstrak (Intangibel) dan tidak dapet di ukur

secara metmatis, tetapi wujudnya biasa di rasakan dari hasil penilaian

baik dan buruk, seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun

negatif yang khusus nya dating dari publik (khalayak sasaran) dan

masyarakat luas pada umumnya.

Biasanya citra dari amanah (kepercayaan) yang kongkretnya

diberikan secara individual, dan merupakan pandangan atau presepsi

serta terjadinya peroses akumulasi dari amanah kepercayaan yang telah

diberikan oleh individual-individual tersebut akan mengalami suatu

peroses yang cepat atau lambat untuk membentuk opini public yang

lebih luas dan absrtak, yaitu sering dinamakan citra (image).

Citra adalah aset terpenting dari suatu perusahaan. Citra yang

baik merupakan perangkat kuat untuk menarik konsumen memilih

6
produk atau jasa perusahaan, melainkan juga memperbaiki kepuasan

konsumen terhadap perusahaan atau organisasi ,Citra memberikan

penilaian positif dan eksistensi perusahaan dimata publik, yaitu dengan

menunjukkan pandangan masyarakat terhadap perusahaan dalam

jangka panjang. Pencitraan yang terbentuk dengan baik akan

memberikan dampak yang baik pula demi tercapainya tujuan-tujuan

yang ditetapkan perusahaan.

Didefinisikan sebagai kepercayaan Menurut Setiadi (2015:346)

Dengan demikian, citra menjadi suatu hal penting untuk dirawat dan

dijaga oleh perusahaan, baik perusahaan kelas atas maupun

berkembang. Citra adalah kesan yang diperoleh melalui pengetahuan

dan pengalaman seseorang tentang suatu hal. Bagi perusahaan, citra

diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan.

Menurut Wicaksono (2015:55) mengemukakan pentingnya

pengembangan Citra Merek dalam keputusan pembelian, Brand Image

yang dikelola dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang

positif, meliputi:

1) Jenis-Jenis Citra
a) Citra bayangan / mirror image

Adalah citra yang melekat pada orang dalam atau orang-orang di

organisasi. Biasanya yang dinilai adalah pimpinannya mengenai

anggapan pihak luar terhadap orang yang dipimpinnya. Dengan

kata lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang

dalam mengenai pandangan pihak luar terhadap organisasinya.

7
b) Citra yang berlaku/ current image

Adalah pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai

suatu organisasi. Citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan

jarang sesuai denga kenyataan karena semata-mata terbentuk dari

pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang

bersangkutan yang biasanya tidak memadai. Citra ini sepenuhnya

ditentukan oleh banyak sedikitnya informasi yang dimiliki oleh

penganut atau mereka yang mempercayai.

c) Citra yang diharapkan/ wish image

Citra yang diharapkan ini tidak sama dengan citra yang

sebenarnya. Biasanya citra yang yang diharapkan lebih atau lebih

menyenangkan, walupun dalam kondisi tertentu, citra yang

terlalu baik juga kadangkala bisa merepotkan. Secara umum,

yang dinamakan dengan citra yang diharapkan itu selalu

berkonotasi baik. Citra yang diharapkan itu biasanya dirumuskan

dan diperjuangkan untuk menyambut sesuatu yang relatif baru,

yakni ketika khalayak belum memiliki informasi yang ada.

2) Faktor pembentukan Citra

Citra sebuah organisasi terbentuk dari beragam macam. Dikutip oleh

Syarifuddin dan Suryanto (2016: 157) antara lain:

a. Identitas fisik: sebuah organisasi/ perusahaan dapat dilihat dari

pengenal visual, audio, dan media komunikasi yang digunakan.

Pengenal visual misalnya nama yang melekat, logo, gedung dan

8
lobi sebuah kantor. Pengenal audio misalnya sebuah oragnisasi/

perusahaan memiliki jingle atau lagu yang mencerminkan corak

organisasi/ perusahaan. Pengenal media berhubungan dengan

media yang digunakan organisasi/ perusahaan untuk

memperkenalkan citra diri, misalnya berupa company profile,

brosur, laporan tahunan, berita dan lain-lain. Beragam pengenal

tersebut biasanya mencerminkan identitas, visi, misi, dan sifatsi

pemlik

b. Identitas nonfisik: berhubungan dengan identitas organisasi yang

tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Misalnya sejarah,

filosofi, budaya di dalam organisasi, sistem punish 13 and reward,

susunan manajemen, kepercayaan dan nilai kemanusiaan yang

ditanamkan dan lain sebagainya.

c. Kualitas hasil, mutu, dan pelayanan: sebuah produk yang

dirancang, baik barang atau jasa mencerminkan kualitas

manajemen.semakin baik sebuah hasil kerja dengan dibarengi

mutu yang terjaga, citra organisasi/ perusahaan tentu semakin

baik. Pelayanan bintang lima tentu sangat berkesan di mata

konsumen. Mekasimalkan pelayanan juga bentuk PR yang ideal.

d. Aktivitas dan pola hubungan: jika sebuah organisasi memiliki

produk dengan mutu terjaga, maka menjaga hubungan dengan

konsumen dan rekan bisnis tentu harus selalu di catat. Aktivitas

dan pola jaringan dengan individu, jaringan dan sumber daya di

9
luar organisasi mencerminkan citra organisasi. Memberikan

respon jujur dan memperlihatkan tanggungjawab adalah pola

dasar.

2.1.2. Pengertian Merek

Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, atau desain atau

kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang

atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan

mendifirensiasikan mereka dari para pesaing.

Dalam Fandy Tjiptono (2015: p.3) yaitu “Merek adalah tanda

yang berupa gambar, nama, kata, huruf huruf, angka angka, susunan

warna, atau kombinasi dari unsur unsuru tersebut yang memiliki daya

pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.

Merek merupakan suatu bentuk identitas dari suatu produk yang

ditawarkan kepada konsumen yang dapat membedakan produk

perusahaan dari produk pesaing yang terbentuk suatu nama, kata, tanda,

symbol atau disain, atau kombinasi dari semua hal tersebut.

Menurut Aaker (2018:9) Brand (Merek) adalah nama dan/atau

simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau

kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari

seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, dengan

demikian dapat lebih mudah membedakan barang dan jasa yang

10
dihasilkan oleh para kompetitor. Merek-merek tersebut bersaing dalam

14 benak konsumen untuk menjadi yang terbaik.

Merek dapat mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan

memungkinkan konsumen untuk menuntut tanggung jawab atas kierja

terhadap perusahaan atau distributor tertentu. Pelangan dapat

mengevaluasi produk yang sama secara berbeda tergantung pada

pemerekan tersebut.

Alasan pentingnya mengembangkan merek karena merek lebih

bermakna dari pada sekedar produk, produk hanya menjelaskan atribut

fisik berikut dimensinya sehingga tidak lebih dari sekedar komoditi

yang dapat dipertukarkan, sedangkan merek dapat menjelaskan emosi

serta hubungan secara spesifik dengan pelangganya (Ernawati dkk,

2016).

Menurut Durianto, dkk ( Hesty 2018:25) peran brand awareness

terhadap brand equity dapat dipahami dengan membahas bagaimana

brand awareness menciptakan suatu nilai. Penciptaan nilai ini dapat

dilakukan dengan 4 cara, yaitu:

1.Menjadi sumber pengembangan asosiasi Suatu merek dapat

digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai. Rantai

menggambarkan asosiasi dari merek tersebut. Suatu merek yang

memiliki kesadaran tinggi akan membantu asosiasi-asosiasi yang

melekat pada merek tersebut. Dengan demikian jika brand awareness

11
rendah maka asosiasi yang diciptakan oleh pemasar sulit melekat pada

merek tersebut.

2. Keakraban / Rasa Suka Pengakuan memberi merek suatu kesan akrab

dan dapat membuat masyarakat menjadi akrab terhadap merek

tersebut. Terutama untuk produk dengan keterlibatan rendah

(pencarian informasi mengenai produk) seperti sabun, kertas tisue

atau tisue muka, familiartias kadangkala bisa mengendalikan 20

keputusan pembelian. Tanpa perlu motivasi untuk mengendalikan

evaluasi atribut, keakraban saja mungkin sudah cukup.

3. Substansi / Komitmen Brand awarenss (kesadaran merek) bisa jadi

suatu signal dari kehadiran, komitmen, dan substansi. Ketiganya

merupakan atribut yang bisa sangat penting bahkan untuk para

pembeli industrial atas item-item yang bernilai besar dan pembeli

barang-barang tahan lama. Sebuah merek akan dikenali denga

beberapa cara, seperti :

a. Perusahaan telah mengiklankan secara luas

b. Perusahaa telah menggeluti bisnis tersebut dalam waktu lama

c. Perusahaan memiliki jangkauan distribusi yang luas

d. Merek tersebut berhasil dan menjadi contoh merek-merek pesaing

4. Bahan Pertimbangan Merek Langkah pertama dalam proses pembelian

biasanya adalah meyeleksi sekumpulan merek untuk

dipertimbnagkan. Seorang calon pembeli mugkin tidak akan

diperlihatkan pada banyak merek selama proses tersebut, karena itu

12
pengingat kembali merek (brand recall) bisa menjadi penting untuk

memperole preluang tersebut.

a. Cara Membangun Merek Yang Kuat

Menurut Rangkuti dalam Etta Mamang Sangadji dan Sopiah (2013:

326), mengemukakan bahwa membangun merek yang kuat tidak

berbeda deengan membangun sebuah rumah. Oleh karena itu, untuk

membangun sebuah merek yang kuat diperlukan juga sebuah fondasi

yang kuat. Berikut adalah cara-cara yang bisa kita gunakan untuk

membangun merek yang kuat:

1. Sebuah merek harus memiliki pemosisian yang tepat Agar

mempunyai pemosisian, merek harus ditempatkan secara spesifik

di benak pelanggan. Membangun pemosisian adalah menempatkan

semua aspek dari nilai merek (brand value) secara konsisten

sehingga produk selalu menjadi nomor satu di benak pelanggan.

2. Memiliki nilai merek yang tepat Merek akan semakin kompetitif

jika dapat diposisikan secara tepat. Oleh karena itu, pemasar perlu

mengetahui nilai merek. Nilai merek dapat membentuk

kepribadian merek (brand personality) yang mencerminkan gejolak

perubahan selera konsumen dalam pengonsumsian suatu produk.

3. Merek harus memiliki konsep yang tepat Konsep yang baik dapat

mengomunikasikan semua elemen nilai merek dan pemosisian

yang tepat sehingga nilai merek (brand image) produk dapat

ditingkatkan.

13
Menurut Kotler dalam Fandy Tjiptono (2015: p.105) menyusun

paham bahwa ada enam makna yang bisa di sampaikan melalui

suatu merek, yaitu meliputi:

1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau

pelacakan produk bagi perusahaan.

2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang

unik.

3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, signal

tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga

mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di

lain waktu.

4.Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang

membedakan produk dari para pesaing.

5.Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan

hukum, loyalitas pelanggan, dan citra yang terbentuk dalam

benak konsumen. 6. Sumber finansial returns terutama

menyangkut pendapatan masa depan.

b. Manfaat Merek
Manfaat merek membuat suatu persepsi dan keuntungan merek atau
pendongkrak kemajuan perusahaan. Berikut adalah beberapa manfaat
merek yang dikemukakan oleh Simamora, Pride dan Ferrell, serta
Rangkuti dalam bukunya Etta Mamang Sangadji dan Sopiah (2013:
324-325), yaitu:
1. Menurut Simamora, merek memberikan manfaat sebagai berikut:

14
a. Bagi pembeli, merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan
membantu memberi perhatian terhadap produk-produk baru yang
mungkin bermanfaat bagi mereka.
b. Bagi masyarakat, merek memberikan manfaat dalam tiga hal,
yaitu:
1) Memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih
konsisten; 16
2) Meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat
menyediakan informasi tentang produk dan tempat untuk
membelinya;
3) Meningkatkan inovasi-inovasi baru karena produsen terdorong
untuk menciptakan keunikankeunikan baru guna mencegah
peniruan dari pesaing.

2.1.3 Pengertian Citra Merek

Citra merek merupakan petunjuk yang digunakan oleh konsumen

untuk mengevaluasi produk ketika tidak memiliki pengetahuan yang

cukup tentang suatu produk. Terdapat kecenderungan bahwa konsumen

akan memilih produk yang telah dikenal baik melalui pengalaman

menggunakan produk maupun berdasarkan informasi yang diperoleh

melalui berbagai sumber. Citra merek menurut Kotler dan Keller (2016)

adalah persepsi konsumen tentang suatu merek sebagai refleksi dari

asosiasi yang ada pada pikiran konsumen. Citra merek merupakan

asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu

merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam

bentuk pemikiran dan citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek.

15
Citra merek tersusun dari asosiasi merek, bahwa asosiasi merek

adalah apasaja yang terkait dengan memori terhadap merek. Asosiasi

merek memiliki tingkat kekuatan tertentu dan akan semakin kuat seiring

dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau penggalian informasi

dan akan bertambah kuat jika didukung oleh jaringan lainnya. Sehingga

citra merek ini penting bagi konsumen untuk menjatuhkan pilihannya

dalam membeli sebuah produk.

Menurut Soltani (2016:204) berpendapat bahwa citra merek

adalah citra merek mencakup pengetahuan, pendapat dari pelanggan dan

karakteristik non-fisik dan produk fisik, gambar yang pelanggan berikan

kepada produk.

menurut Tjiptono (2015:49) “Citra merek adalah deskripsi

asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Citra merek

(Brand Image) adalah pengamatan dan kepercayaan yang dingenggam

konsumen, seperti yang dicerminkan di asosiasi atau di ingatan

konsumen”. Ada beberapa faktor yang membentuk citra merek menurut

Riley, dkk (2016:276) adalah sebagai berikut:

1) Economicfit (Kesesuaian Ekonomi) ; dimensi yang termasuk

Economicfit adalah sebagai berikut bahan bakar yang irit, daya saing

harga.

2) Symbolicfit (Kesesuaian Simbolik); dimensi yang termasuk

Symbolicfit adalah sebagai berikut bergengsi dan fitur mewah

16
3) Sensoryfit (Kesesuaian Perasaan); sesuai dalam hal perasaan yang

dirasakan atau pengalaman konsumen ketika menggunakan produk

dari merek tertentu yang dapat memberikan kesan positif.

4) Futuristicfit (Kesesuaian Futuristic); meliputi aspek teknologi yang

mencerminkan citra merek, menunjukkan bahwa dimana tingkat

desain, inovasi dan keunikan sebanding antara merek, aliansi merek

akan dirasakan lebih positif.

5) Utilitarianfit (Kesesuaian Kegunaan); mempertimbangkan seberapa

baik merek sesuai dalam sei aspek kualitas manufaktur, bahan yang

digunakan, daya tahan dan kehandalan.

Menurut (Nazib, 2016) Brand Image adalah situasi dimana

konsumen dapet meningkatkan gambaran atau merek dari merek dan

memiliki kesan tersendiri terhadap suatu merek.

1. Ciri khas yang di milik dari merek

2. Ciri yang unik

3. Tersedia sebagai versi

Menurut Setiadi (2013:109), Brand Image adalah representasi dari

keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi

dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek

berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi

terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif

terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan

pembelian.

17
a. Komponen Citra Merek

Menurut Etta Mamang Sangadji dan Sopiah (2013: 328). Komponen

citra merek adalah jenis-jenis asosiasi merek, dan dukungan,

kekuatan, dan keunikan asosiasi merek:

1. Asosiasi merek (brand association) Menurut Aaker dalam

Simamora yang dikutip Etta Mamang Sangadji dan Sopiah

(2013: 328), “asosiasi merek adalah sekumpulan entitas yang

bisa dihubungkan dengan suatu merek.” Lebih lanjut, Aaker

dalam Rangkuti mendefinisikan asosiasi merek sebagai segala

hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek.

“Asosiasi itu tidak hanya ada, namun juga mempunyai tingkat

kekuatan.” Asosiasi merupakan atribut yang ada didalam merek

dan akan lebih besar apabila pelanggan mempunyai banyak

pengalaman berhubungan dengan merek tersebut. Berbagai

asosiasi yang diingat oleh konsumen dapat dirangkai sehingga

membentuk citra merek (brand image).

2. Konsep Citra (Image)

Citra adalah tujuan pokok bagi suatu organisasi atau perusahaan.

Pengertian citra itu sendiri abstrak atau intangible, tetapi

wujudnya dapat dirasakan dari penilaian, baik semacam tanda

respek dan rasa hormat dari publik sekelilingnya atau

masyarakat luas terhadap organisasi atau perusahaan tersebut

dilihat sebagai sebuah badan usaha yang dipercaya,

18
professional, dan dapat diandalkan dalam pembentukan

pelayanan yang baik. Tugas pemasaran itu sendiri adalah

menciptakan citra perusahaan atau produk yang diwakilinya

sehingga tidak menimbulkan isu-isu yang merugikan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, citra adalah

pemahaman kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu

kenyataan atau persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau

produknya.

b. Konsep Merek (Brand)

Merek saat ini telah menjadi aset perusahaan yang paling bernilai.

Selain sangat membantu dalam penetrasi pasar, merek yang kuat

juga menciptakan loyalitas. Perusahaan atau produk yang memiliki

merek yang kuat cenderung lebih mudah memenuhi kebutuhan dan

keinginan sesuai dengan persepsi konsumen.

Keuntungan kompetitif yang dapat diperoleh dan tingginya citra

merek (brand image) adalah, sebagai berikut:

1.Merek tersebut memberikan pertahanan terhadap persaingan harga

yang kompetitif.

2.Lebih mudah meluncurkan perluasan merek karena kredibilitasnya

yang tinggi.

3. Mampu menetapkan harga yang lebih tinggi dari pesaing karena

terdapat keyakinan konsumen terhadap kredibilitas barang

tersebut.

19
4. Posisi yang lebih kuat dalam negoisasi dengan distributor dan

pengecer sebab pelanggan mengharapkan memiliki merek

tersebut.

5. Menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena tingkat

kesadaran dan kesetiaan merek konsumen tinggi.

Pengelolaan citra merek (brand image) perlu dilakukan dengan

cermat mengingat para pelanggan akan sangat terikat dengan hal tersebut

pada waktu akan melakukan relationship dengan perusahaan. Oleh

karenanya pemahaman pelanggan berdasarkan citra merek menjadi

critical view bagi pemasar. Citra merek (brand image) bukan sekedar

identitas tetapi brand yang memberikan added-value untuk sebuah

produk. Citra merek (brand image) adalah sekumpulan aset dan liabilitas

yang berkaitan dengan sebuah nama atau simbol yang memberi

Berdasarkan uraian-uraian di atas diketahui bahwa citra merek

(brand image) adalah nilai tambah atau incremental utility suatu produk

yang diberikan melalui nama mereknya yang ditentukan oleh dimensi

citra merek (brand image) yaitu kualitas produk, loyalitas merek, dan

asosiasi merek. Kualitas produk adalah kemampuan produk untuk

menjalankan tugasnya yang mencakup daya tahan, kehandalan,

kemajuan, kekuatan, kemudahan dalam pengemasan, dan reparasi

produk dan ciri-ciri lainnya.

20
2.2 Keputusan Pembelian

2.2.1 Pengertian Keputusan

Keputusan (decision) secara harfiah berarti pilihan (choice).

Pilihan yang dimaksud di sini adalah pilihan dari dua atau lebih

kemungkinan, atau dapat dikatakan pula sebagai keputusan dicapai

setelah dilakukan pertimbangan dengan memilih satu kemungkinan

pilihan. Seperti yang diungkapkan oleh Gito Sudarmo, bahwa keputusan

terkait dengan ketetapan atau penentuan suatu pilihan yang diinginkan.

Menurut Kotler (2014:184) keputusan pembelian konsumen yaitu

keputusan akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan

jasa untuk di pakai pribadi.

Definisi di atas mengandung pengertian, dalam keputusan yaitu:

1. ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan.

2. ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik.

3. ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan

pada tujuan tersebut.

Kemudian menurut (Tjiptono, 2016:22) Keputusan pembelian

merupakan salah satu bagian dari perilaku konsumen. Perilaku konsumen

merupakan tindakan yang secara langsung terlibat dalam usaha

memperoleh, menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan

keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.

Menurut Setiadi (2014:17) keputusan yang diambil oleh

seseorang dapat disebut sebagai sebuah pemecahan masalah. Dalam

21
proses pengambilan keputusan, konsumen memiliki sasaran atau

perilaku yang ingin dicapai atau dipuaskan. Selanjutnya, konsumen

membuat keputusan mengenai perilaku yang ingin dilakukan untuk dapat

memecahkan masalahnya. Selanjutnya dijelaskan bahwa pemecahan

masalah merupakan suatu aliran timbal balik yang berkesinambungan di

antara faktor lingkungan, proses kognitif dan afektif, serta tindakan

perilaku. Pembeli adalah kegiatan individu atau organisasi dalam

mendapatkan barang atau jasa dengan terlebih dahulu

mempertimbangkan banyak faktor yang mempengaruhi barang dan jasa

tersebut serta biasanya pembelian dilakukan dengan alat tukar uang.

Menurut Mangkunegara (2015:43) Keputusan pembelian

merupakan salah satu proses dari perilaku konsumen. Menurut perilaku

konsumen adalah kerangka kinerja atau sesuatu yang mewakili apa yang

diyakini konsumen dalam mengambil keputusan membeli. Dalam

keputusan pembelian dengan membeli produk atau merk yang paling

disukai. Ada 2 faktor yang muncul antara niat dalam membuat keputusan

untuk membeli. Faktor yang pertama adalah sikap orang lain dan yang

kedua faktor situasi yang tidak diharapkan Setelah membeli produk

konsumen akan mengalami proses kepuasan sebagai tingkah laku paska

pembelian yaitu suatu perasaan senang atau kecewa seseorang yang

berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil

suatu produk dan harapannya. Jika kinerja berada di bawah harapan,

22
konsumen tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan konsumen, maka

akan menimbulkan kepuasan dan senang.

Menurut Kotler (2014:11) bahwa ada 4 faktor yang dapat

mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yaitu.

1. Faktor budaya Faktor-faktor kebudayaan memiliki pengaruh yang

paling luas dan paling dalam pada perilaku konsumen, pada

pemasaran perlu memahami peran yang dimainkan kebudayaan, sub

budaya dan kelas sosial.

a. Kebudayaan Seperangkat nilai, persepsi, keinginan dan perilaku

dasar yang diperoleh seorang anggota masyarakat dari keluarga

dan lembagalembaga penting lainnya.

b. Sub Budaya Sekelompok orang dengan sistem nilai terpisah

berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang umum.

c. Kelas Sosial Bagian-bagian yang secararelatif permanen dan

tersusun dalam suatu masyarakat yang anggota-anggotanya

memiliki nilai, kepentingan atau niat, dan perilaku yang sama.

2. Faktor Sosial Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

sosial, seperti: Kelompok kecil, keluarga serta peran dan status.

a. Kelompok Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok

kecil. Kelompok-kelompok yang memiliki pengaruh langsung dan

orangorang yang termasuk dalam kelompok itu disebut kelompok

keanggotaan.

23
b. Keluarga Anggota-anggota keluarga memiliki pengaruh yang kuat

terhadap perilaku pembeli, keluarga merupakan organisasi

pembelian, para pemasaran tertarik pada peran dan pengaruh

suami, isteri dan anak dalam pembelian aneka ragam produk dan

jasa.

c.Peran dan Status Peran merupakan kegiatan-kegiatan yang

diharapkan seseorang untuk dilakukan mengacu pada orang-orang

di sekelilingnya, sementara status adalah pengakuan umum

masyarakat sesuai dengan yang diinginkan.

3. Faktor Pribadi Keputusan seseorang dalam pembelian juga

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti usia dan tahap daur

hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan

konsep diri.

a. Usia dan tahap daur hidup Pembelian juga dibentuk oleh tahap daur

hidup dan pengembangan rencana produk dan pemasaran yang

tepat.

b. Pekerjaan Pekerjaan seseorang sangat mempengaruhi jenis barang

dan jasa yang akan dibeli.

c.Situasi ekonomi Situasi ekonomi seseorang akan sangat

mempengaruhi pembeli dalam memiliki produk.

d. Gaya hidup Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang

tercermin dalam aktivitas, minat dan opininya yang

24
menggambarkan pola tindakan dan interaksi seseorang secara

menyeluruh.

e. Kepribadian dan konsep diri f. Kepribadian mengacu pada

karakteristik psikolagis unit yang mengarah secara relatif pada

tanggapan yang konsisten dan abadi pada lingkungan yang dimiliki

seseorang.

4.Faktor psikologis Ada 4 (empat) faktor psikoligis utama yang

berpengaruh pada pilihan pembelian yaitu motivasi, persepsi,

pembelajaran, kepercayaan dan sikap.

a. Motivasi Teori motivasi Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan-

kebutuhan manusia tersusun dalam sebuah hirarki, dari tekanannya

paling besar sampai yang dorongannya paling kecil.

b. Persepsi Suatu proses, dimana orang-orang memilih mengorganisasi,

dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran

dunia yang penuh arti.

c. Pembelajaran Pembelajaran menjelaskan perubahan-perubahan

dalam perilaku individual yang muncul dari pengalaman.

d. Kepercayaan dan sikap Kepercayaan adalah suatu pemikiran

deskriptif yang memiliki seseorang mengenai sesuatu. Sikap

menggambarkan evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang

yang relatif konsisten terhadap suatu objek atau gagasan. Seseorang

mempunyai beberapa kebutuhan pada sewaktu-waktu.

25
2.2.2 Pengertian Pembelian

Pembelian merupakan kegiatan utama untuk menjamin

kelancaran transaksi penjualan yang terjadi dalam suatu perusahaan.

Dengan adanya pembelian, perusahaan dapat secara mudah menyediakan

sumber daya yang diperlukan organisasi secara efisien dan efektif

Pembelian merupakan kegiatan yang harus diperhatikan oleh

perusahaan, karena pembelian merupakan aktivitas awal dari operasional

perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan prosedur pembelian yang baik

untuk membantu dalam perancangan dan pengambilan keputusan yang

cepat dan tepat. Untuk menciptakan sistem akuntansi pembelian yang

baik diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara pimpinan,

karyawan, dan bagian-bagian yang terkait..

Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan

pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan

kebutuhan dan keinginan. Selanjutnya jika sudah disadari adanya

kebutuhan dan keinginan, maka konsumen akan mencari informasi

mengenai keberadaan produk yang diinginkannya.

Mulyadi (2016:316). Kegiatan pembelian mencakup kegiatan

pemesanan barang dagang, permintaan barang dagang dan pemilihan

pemasok, penerima barang dagangan pengecekan barang dagang,

pengecekan barang dagang, dan pencatetan untang kepada pemasok,

Aditya (2016). Agar menciptakan kegiatan oprasional yang efektif, maka

harus diimbangi dan di butuhkan sebuah system akutansi.

26
Jenis-jenis Perilaku Pembelian menurut Assael(dalamThamrin

dan Tantri, 2013:125) :

1. Perilaku pembelian kompleks, jika mereka sangat terlibat dalam suatu

pembelian dan menyadari adanya perbedaan signifikan antara

berbagai merek.

2. Perilaku pembelian mengurangi ketidaksesuaian (disonansi),

kadangkadang konsumen sangat terlibat dalam suatu pembelian,

tetapi tidak melihat banyak perbedaan dalam merek.

3. Perilaku pembelian menurut kebiasaan, konsumen mempunyai

keterlibatan yang rendah mereka pergi ketoko dan mencari merek

produk tersebut. Adapun tahap-tahap atau proses yang dilewati

pembeli untuk mencapaikeputusan dalam membeli suatu barang atau

jasa. Proses pembelian dimulai jauh sebelum tindakan pembelian dan

berlanjut sesudahnya. Para konsumen akan melewati lima tahap

proses keputusan pembelian yaitu: Pengenalan Masalah, Pencarian

Informasi, Evaluasi Alternatif, Keputusan Pembelian, dan Perilaku

Pasca Pembelian

Prosedur pembelian merupakan salah satu fungsi penting di

dalam suatu organisasi untuk kelancaran pengadaan barang yang

diperlukan oleh perusahaan. Menurut Krismiaji (2015:4), sistem

akuntansi pembelian adalah serangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan

pengolahan data yang berhubungan dengan pembelian dan

pembayaran atas barang dan jasa yang dibeli. Prosedur pembelian

27
Sistem pembelian atau biasa disebut dengan sistem akuntansi

pembelian merupakan sistem yang selalu digunakan oleh perusahaan

dalam pengadaan barang yang dibutuhkan perusahaan. Transaksi

pembelian dibedakan menjadi dua jenis yaitu pembelian lokal dan

impor. Dimaksud dengan pembelian lokal adalah pembelian yang

dilakukan dari pemasok dalam negeri. Sedangkan pembelian impor

adalah pembelian yang dilakukan melalui pemasok luar negeri. Sistem

akuntansi pembelian dibagi menjadi:

1. Sistem pembelian dengan pengadaan langsung.

2. Sistem akuntansi pembelian dengan penujukkan langsung.

3. Sistem akuntansi pembelian dengan lelang.

Terdapat beberapa fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi

pembelian. Berikut fungsi-fungsi sistem pembelian:

1. Fungsi gudang, yaitu mengajukan permintaan pembelian ke

fungsi pembelian.

2. Fungsi pembelian, meminta penawaran harga dari pemasok,

menerima penawaran harga dari berbagai pemasok dan

melakukan pemilihan pemasok, dan membuat order pembelian

kepada pemasok yang dipilih.

3. Fungsi penerimaan, memeriksa dan menerima barang yang

dikirim oleh pemasok, menyerahkan barang yang diterima

kepada fungsi gudang untuk disimpan, dan melaporkan

penerimaan barang kepada fungsi akuntansi.

28
4. Fungsi akuntansi, wajib mencatat kewajiban yang muncul dari

transaksi pembelian.

Terdapat jaringan yang membentuk sistem akuntansi

pemberilan. Berikut jaringan prosedurnya:

1. Prosedur permintaan pembelian, pada prosedur ini fungsi gudang

mengajukan permintaan pembelian dalam formular surat

permintaan permintaan pembelian kepada fungsi pembelian.

2. Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok,

prosedur ini fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan

penawaran harga kepada para pemasok untuk memperoleh

informasi mengenai harga barang dan berbagai macam syarat

pembelian yang bertujuan untuk menjadi pamasok perusahaan.

3. Prosedur order pembelian, fungsi pembelian di sini mengirim

surat order pembelian kepada pemasok yang dipilih.

4. Prosedur penerimaan barang, fungsi penerimaan melakukan

pemeriksaan segala jenis, kuantitas, dan mutu barang yang telah

diterima dari pemasok yang kemudian diikuti dengan membuat

laporan penerimaan barang.

5. Prosedur pencatatan utang, dalam fungsi ini akuntansi memeriksa

segala dokumen-dokumen yang terkait dengan pembelian.

6. Prosedur distribusi pembelian, prosedur ini meliputi distribusi

akun yang didebit dari transaksi pembelian sebagai kepentingan

pembuatan laporan manajemen

29
2.2.3 Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Mustafid dan Gunawan dalam Beyhaki et al (2017 : 94),

keputusan pembelian adalah alasan tentang bagaimana konsumen

menentukan pilihan terhadap pembelian suatu produk yang sesuai

dengan kebutuhan, keinginan serta harapannya, sehingga dapat

menimbulkan kepuasan atau ketidakpuasan terhadap produk tersebut

yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keluarga, harga,

pengalaman, kualitas dan produk

Menurut (Habibah & Sumiati 2016) Keputusan pembelian adalah

serangkaian peroses tahap pendekatan penyelesain masalah, peroses

pecarian informasi, pencarian altrernatif yang ada, memutusan keputusan

pembelian dan prilaku yang muncul setelah terjadi pembelian yang di

lakukan konsumen.

A. Indikator keputusan pembelian

Untuk mencapai keputusan pembelian konsumen melaluai

tahapan-tahapan peroses tersebut merupakan sebuah pendekatan

penyelesaian yang terdiri dari atas lima tahap yaitu: pengenalan

masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,keputusan membeli,

dan tingkat laku pasca pembelian.

Peroses keputusan pembelian diawali dengan pengenalan

kebutuhan atau masalah konsumen, di ikuti dengan pencairan

informasai,evalusai alternatif, kemudian keputusan pembelian dan

evalusai setelah membeli yang akan mempengaruhi prilaku pasca

30
pembelian.

Langkah-langkah keterangan peroses keputusan pembelian

dapat dilihat pada gambar 2.2.3, yaitu sebagai berikut;

Gambar, 2.2.3
Proses Keputusan Pebelian

Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan Prilaku


kebutuhan informasi Alternatif pembelian Pasca
pembelian
Sumber: Kotler dan Keller Gambar 6.4 Halaman 195, 2016

1. Pengenalan masalah

Tahap ini merupakan tahap pertama peroses keputusan pembeli, di

mana konsumen menyadari suatu masalah atau kebutuahan.

Pengenalan kebutuhan adalah proses yang terjadi pada saat

konsumen menyadari adanya prbedaan antara keaadan yang ada

pada mereka dengan kondisi ideal yang mereka dengan kondisi

ideal yang mereka inginkan.

2. Pencarian informasi

Informasi adalah hal utama yang akan digunakan konsumen dalam

mengambil keputusan membeli keputusan membeli atau tidak

membeli suatu produk. Pencarian informasi merupakan tahap

peroses keputusan pembelian dimana konsumen mencari informasi

sebanyak banyaknya. Sumber informasi yang sering di gunakan oleh

konsumen adalah iklan baik di media cetak, radio, televisi, brosur

atau sumber lain tersedia.

31
3. Evaluasi alternatif

Evaluasi alternatif merupakan tahap peroses keputusan pembelian,

dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevalusai

merek alternatif dalam sekelompok pilihan, mereka membandingkan

antara pilihan tersebut dengan karteria yang di temukan secara

pribadi. Di peroleh pilihan masing-masing misalnya: kesesuaian

ukuran, keawetan.

4. Keputusan pembelian

Tahap keputusan pembelian ini adalah tahap dimana pembelian telah

menemukan pilihannya dan telah melakukan pembelian produk,

serta memakainya. Dalam tahap ini konsumen juga melakukan

memakai produk yang di belinya, dan muali bias merasakan manfaat

yang diterima, dan melalui bisa membandingkan dengan hrapan

yang sebelumnya dimiliki.

5. Perilaku pasca pembelian

Tahap ini merupakan peroses keputusan pembelian dimana

konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian dan

memakai dilakukan dan berdasarkan keputusan atau ketidak putusan

yang mereka rasakan. Konsumen yang puas biasanya akan

melakukan pembelian ulang, mereka menceritakan kepada orang

lain tetang manfaat produk yang di belinya, dan kadang

merekomendasikan kepada orang lain produk yang di belinya.

sedangkan konsumen yang kecewa, mereka akan melakukan

32
komplain, atau berpindah keproduk lain, atau bahkan menceritakan

kepada orang lain hal buruk dari produk yang di belinya.

2.3 Review Penelitian Relevan

1. (Fatriana, 2016) Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian

Smartphone Android Samsung Di Kota Palembang 1. Keunggulan Merek

(X1) 2. Kekuatan Merek (X2) 3. keunikan Merek (X3) 4. Keputusan

Pembelian (Y) Regresi Linier Berganda Variabel Keunggulan Merek (X1)

tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian

Smartphone Android Samsung di Kota Palembang. Variabel Kekuatan

Merek (X2) memiliki pengaruh yang signifikan berarti variabel ini

mempengaruhi Keputusan Pembelian Smartphone Android Samsung di

Kota Palembang dengan perolehan t sign = 0.037 atau lebih kecil dari 0.05.

Variabel keunikan Merek (X3) tidak mempengaruhi secara signifikan

Keputusan Pembelian Smartphone Android Samsung di Kota Palembang

karena memiliki t sign = 0.580 atau lebih besar dari 0.05.

2. (Moly, 2014) Pengaruh citra merek dan kualitas produk Terhadap keputusan

pembelian Handphone nokia (Studi Kasus Toko Mars Cell Klandasan,

Balikpapan) terdapat pengaruh antara citra merek dan kualitas produk

terhadap keputusan pembelian. Terdapat pengaruh positif dan signifikan

antara citra merek dengan keputusan pembelian dan kualitas produk dengan

keputusan pembelian memiliki pengaruh yang positif dan signifikan.

33
3. (Fawzani, 2014) Pengaruh Perceived Value Dan Perceived Quality Terhadap

Proses Keputusan Pembelian Toyota Yaris Di Jakarta adanya pengaruh

yang kuat diantara kedua variabel tersebut dan uji normalitas juga dapat

terpenuhi

4. (Wijaya E. A., 2014) Pengaruh Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian

Produk Smartphone Samsung Galaxy Series pada Mahasiswa Jurusan.. ada

pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian smartphone Samsung

galaxy series. Adapun besarnya pengaruh citra merek terhadap pengambilan

keputusan membeli adalah sebesar 0,277

2.4 Kerangka Pemikiran

Banyaknya merek yang berada di pasar akan memberikan alternatif

pilihan kepada konsumen dalam melakukan pembelian. Kini konsumen dalam

melakukan pembelian suatu produk tidak hanya melihat produk dari segi harga

,dan kualitasnya saja tetapi juga citra merek yang melekat pada produk

.perkembangan pasar yang begitu pesat akan mendorong konsumen untuk lebih

mempertimbangkan citra merek di bandingkan memperhatikan karakteristik

produk yang ditawarkan hal ini menunjukan bahwa terdapat kecenderungan

konsumen akan memilih produk yang telah di kenal baik melalui pengalaman

menggunakan produk maupun berdasarkan informasi yang di peroleh melalui

berbagai sumber.

Adapun indikator kerangka pengaruh citra merek terhadap keputusan

pembelian yaitu, sebagai berikut :

34
Gambar, 3.3
Kerangka Pemikiran

Citra Merek (X) Keputusan Pembelian (Y)


1.Keputusan tentang merek
1. Citra korporat
2. Keputusan tentang penjualan
2. Citra Produk 3. keputusan jumlah produk
H
3. Citra Pemakai 4. keputusan tentang waktu pembelian
5.Keputusa tentang citra pembelian
.

2.4 Hipotesis penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian

kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan teori penelitian

terdahulu yang dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini

yakni, sebagai berikut :

Ho : Diduga bahwa citra merek tidak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian pada Toko Cintia Shoes.

H1 : Diduga bahwa citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan

pembelian pada Toko Cintia Shoes.

35
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan urutan pada latar belakang

di atas, penelitian ini di lakukan dengan mengunakan pendekatan

kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian empiris yang

datanya berbentuk angka-angka yang kemudian di deskripsikan. Hal

ini sesuai dengan pendapet

Sugiyono (2017:8) penelitian kuantitatif adalah: "Metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat

kuantutatif atau statistik, Dalam penelitian ini akan menjelaskan

Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Di

Toko Cintia Shoes Cikarang.

3.1.2 Sumber Data Penelitian

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah

subyek dari mana data dapat diperoleh, dalam penelitian ini penulis

mengambil obyek datanya yaitu konsumen. Dimana sumber data dalam

36
penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu sebagai

berikut :

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber dari

data primer dalam penelitian ini adalah konsumen.

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti

sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data

yang tersusun dalam bentuk.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Toko Cintia Shoes Cikarang

Tempat penelitian ini dipilih peneliti karena berawal dari observasi

dimana didapati hal-hal yang terkait dengan Citra Merek yang menjadi

tujuan Keputusan Pembelian, peneliti menemukan permasalahan

mengenai keputusan pembelian tersebut oleh sebeb itu harus dilakukan

penelitian agar permasalahan tersebut terungkap.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 (Tiga) bulan yaitu pada

September –Desember 2021. Dengan uraian kegiatan dapat dilihat pada

table, 3.2.2 yaitu,sebagai berikut :

37
Tebal, 3.2.2
Waktu Kegiatan Penelitian

Tahun 2021
NO Kegiatan
September Oktober November Desember
1 Meminta surat penganter dari kampus
2 Perencanan Instrumen
3 Pelaksanan penelitian
4 Penyusunan Hasil
5 Finansial Draft
6 Tugas Akhir

3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Operasional Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang, objek atau kegiatan yang memepunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2019:68).

Oprasiaonal adalah aspek penelitian yang memberikan informasi

kepada kita tentang bagaimana caranya mengukur vareabel. sangat penting

guna menghindari penyimpangan atau kesalah pahaman pada saat

pengumpulan data. Penyimpangan dapat disebabkan oleh pemilihan atau

penggunaan instrument (alat pengumpul data) yang kurang tepat atau susunan

pertanyaan yang tidak konsisten. Namun, bukan berarti bahwa semua variabel

perlu diberikan definisi operasional variabel yang sudah jelas, mempunyai

pengertian dan interprestasi yang sama.

Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instruen atau alat

ukur, maka variabel harus diberi batasan atau definisi operasional. Definisi

operasional ini sangat diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan

38
data itu konsisten antara sumber data (responden) yang satu dengan responden

yang lainnya.

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

3.3.1 Definisi Oprasional Variabel Citra Merek (X)\

Citra merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau

kombinasi dari hal – hal tersebut, yang konsumen, karena citra merek

yang baik akan semakin meningkatkan keputusan pembelian konsumen.

Dalam Fandy Tjiptono (2015:3) yaitu Merek adalah tanda yang

berupa gambar, nama, kata, huruf huruf, angka angka, susunan warna,

atau kombinasi dari unsur unsuru tersebut yang memiliki daya pembeda

dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa Adapun

variabel yang dapet menjadi acuan citra merek yaitu variable bebas yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variable terkait. Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini

adalah Citra Merek (X)

3.3.2 Definisi Oprasional Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Menurut Kotler dan Amstrong (2016: 177) mendefinisikan bahwa

keputusan pembelian merupakan bagian dari perilaku konsumen yaitu

studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih,

membeli, menggunakan dan bagaimana barang, jasa, ide atau

pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

39
Adapun variabel yang dapat menjadi acuan keputusan pembelian

yaitu variabel terkait merupakan faktor yang ingin dijelaskan atau

diprediksi dan dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel

lain. Variabel terkait yang di gunakan pada penelitian ini adalah

keputusan pembelian (Y).

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono,2016:135). Dalam penelitian ini sebagai

populasi yang ditetapkan peneliti adalah konsumen di toko cintia shoes

Cikarang sebanyak 115 konsumen.

3.4.2 Simpel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi karakteristiknya hendak

diteliti. Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipelajari dalam

sebuah penelitian yang kemudian hasilnya akan dianggap menjadi

gambaran bagi populasi asalnya, namun bukan populasi itu sendiri.

Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya

mewakili keseluruhan yang telah diteliti atau diamati.

40
Rumus Slovin untuk menentukan ukuran sampel minimal (n) jika

diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikan a adalah :

𝑁
𝑛 = 1 + 𝑁𝑒 2

Keterangan :

n = Jumlah Ukuran Sampel


N = Jumlah Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran atau ketidak telitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat diinginkan. (e =
10%)

Pendapat slovin ini mempunyai asumsi bahwa populasi

berdistribusi normal. Pada penelitian ini ukuran populasinya adalah 115

dan taraf signifikansi yang digunakan adalah 5% sehingga didapat

jumlah ukuran sampelnya adalah 53 sampel

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dikehendaki sesuai dengan permasalahan

dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Observasi disebut juga pengamatan, meliputi kegiatan pencatatan perilaku

orang, objek dan kejadian-kejadian dalam suatu cara sistematis untuk

mendapatkan informasi tentang fenomena-fenomena yang diamati.

41
2.Metode Wawancara

Metode yang memberikan pertanyaan terstruktur kepada sampel dari

populasi yang dirancang untuk memperoleh informasi (data) dari

responden. Data yang diperoleh berupa hasil tanya jawab mengenai

gambaran umum perusahaan. Peneliti melakukan wawancara kepada

beberapa konsumen

3. Metode Kuesioner

Metode kuesioner yaitu pengumpulan data dengan meminta keterangan

kepada responden dengan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan

masalah yang diteliti.

Jawaban pertanyaan atau pernyataan pada instrument dari gardasi yang

sangat positif sampai pada yang sangat negatif, berupa kata-kata yang diberi

skor/nilai yakni :

- Sangat Setuju (SS) : …………………………… 5

- Setuju (S) : ………………..…………....4

- Kurang Setuju (TS) : ………………....................3

- Tidak Setuju (TS) : ……………….……………2

- Sangat Tidak Setuju (STS) : ………………………...…1

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan tahapan proses penelitian dimana data

yang sudah dikumpulkan dikelola untuk diolah dalam rangka menjawab

42
permasalahan yang ada. Proses pengolahan data inilah yang disebut dengan

analisis data.

Menurut Sugiyono (2017:207) kegiatan dalam analisis data adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi

data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap

variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan

masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah

diajukan

3.6.1 Jenis Metode Analisis Data

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur dalam

melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas digunakan untuk

mengetahui seberapa cermat suatu instrument atau item-item dalam

mengukur apa yang diukur. Item kuesioner yang tidak valid berarti

dapat mengukur apa yang ingin diukur sehingga hasil yang didapat

tidak akan percaya, sehingga item yang tidak valid harus dibuang

atau diperbaiki. Metode pengambilan keputusan untuk uji validitas

sebagai berikut :

1. Berdasarkan signifikasi

a. Jika nilai signifikansi > 0,005 maka item dinyatakan tidak

valid.

b. Jika nilai signifikansi < 0.005 maka item di nyatakan valid.

43
2. Berdasarkan nilai kolerasi

a. Jika nilai r hitung < r tabel, maka item dinyatakan tidak valid.

b. Jika nilai r hitung > r tabel, maka item dinyatakan valid.

2. Uji Reabilitas

Reabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil

pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran

dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan

menggunakan alat pengukur yang sama. Reabilitas berasal dari

kata reability yang berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran

memiliki keter..percayaan, keterandalan, konsisten, kestabilan

yang dapat dipercaya. Uji reabilitas digunakan untuk menguji

konsistensi alat ukur, apakah hasilnya tetap konsisten atau tidak

jika pengukuran diulang. Instrument kuesioner yang tidak reliable

maka tidak konsisten untuk pengukuran sehingga hasil

pengukuran tidak dipercaya.

3.6.2 Pengujian Hipotesis

1. Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linear sederhana adalah hubungan secara linear antara

satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Pada

regresi sederhana biasanya data yang digunakan memiliki skala

interval atau rasio.

44
Dalam regresi linear sederhana hubungan variabel tersebut dapat

dituliskan dalam bentuk model persamaan linear :

Y = a + bX

Dimana :

a = Konstanta
b = Koefisien regresi variabel X
Y = Keputusan Pembelian
X = Citra merek

2. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh dari setiap variabel

independent, variabel Citra Merek (X) terhadap variabel dependen

yaitu keputusan Pembelian (Y). Langkah-langkah menggunakan uji

t, yaitu :

1. Menentukan a

Tingkat signifikansi menggunakan a = 5%

2. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis

a. Jika probability value (sig) < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha

diterima

b. Jika probability value (Sig) > 0,05 maka Ho diterima atau

Ha ditolak.

45
3.6.3 Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2016 : 95) menyatakan bahwa koefisien determinasi

(R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam rangka menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol sampai satu.

Alat analisis koefisien sederhana (R2) yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan formulasi dari Mendenhall dan Reinmuth yang

dikutip dari Sugiyono (2005 : 154) yaitu sebagai berikut :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑆 − 𝑆𝑆𝐸
𝑅2 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑆

Dimana :

R2 : Koefisien Determinasi Sederhana


SS : Jumlah kuadrat dari nilai Y
SSE : Jumlah kuadrat kesalahan

Interprestasi koefisien korelasi nilai Determinasi (R2) lenih jelasnya

dapat dilihat pada table, 3.6.3,yaitu sebagai berikut :

Tabel, 3.6.3
Interprestasi Koefisien Korelasi Nilai Determinasi (R2)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat

46
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Samat dan Imam Wibowo, (2016) “Pengaruh Produk dan Citra Merek
Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Olahraga Merek Specs” Bekasi:
UNKRIS, Jatiwaringin Jakarta Timur.

Auliannisa Gifani dan Syahputra, (2017) “Pengaruh Citra Merek Terhadap


Keputusan Pembelian Produk Smartphone Oppo” Bandung : Universitas
Telkom.

Eli Achmad Mahiri, (2020) “Pengaruh Brand Dan Store Atmosphere Terhadap
Keputusan Pembelian Pada Konsumen Badan Usaha Milik Desa
(Bumdes)” Majalengka: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Majalengka.

Nur Dianah dan Henny Welsa, (2017) “Pengaruh Kualitas pProduk dan Citra
Merek Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Xiaomi Serta
Dampaknya Pada Kepuasan Konsumen” Yogyakarta :Studi Kasus Pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa).

Hilman Cahya Megantara, (2020) “Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan


Pemebelian Produk Muslim Army” Bandung : Politeknik Pos Indonesia

Maria Dewi Ratnasari, Agus Hermani D Seno dan Sari Listyorini. (2014).
Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan
Pembelian Blackberry (Studi Kasus Pada Mahasiswa S1 FISIP Universitas
Diponegoro Semarang). Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro Semarang. Volume 1. Nomor 1. Tahun 2014.

Iis Miati, (2020) “Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Keputusan
Pembelian Kerudung Deenay” Tasikmalaya : Studi pada Konsumen Gea
Fashion Banjar.

Siska Dwi Rachmawati, (2020) “Pengaruh Kesadaran Merek dan Citra Merek
Terhadap Keputusan Pembelian” Surabaya Selatan : Studi pada Pengguna
JNE Express di Surabaya Selatan.

Rosa Lesmana, (2019) “Pengaruh Kualitas Produk dan Citra Merek Terhadap
Keputusan Pembelian Pembelian Kosmetik Wardah” Tanggerang : PT
PARAGON TEHNOLOGY AND INNOVATION

47
Doni Defriansyah, Islahuddin Daud & Welly Nailis. 2016. Pengaruh Citra Merek,
Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone
Samsung (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Sriwijaya Indralaya), Jurnal
Ilmiah Manajemen Bisnis & Terapan,

Siti Lam’ah Nastion, (2020) “Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek,


Kepercayaan, Kemudahaan, Harga Terhadap Keputusan Pembelian”
Yogyakarta: (Survei pada Mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Jurusan
Manajemen Universitas Labuhan Batu)

48
LAMPIRAN- LAMPIRAN

49

Anda mungkin juga menyukai