Anda di halaman 1dari 8

http://rienzumaroh16.blogspot.com/2008/06/strategi-pemasaran-jasa-pendidikan.

html

STRATEGI PEMASARAN JASA PENDIDIKAN

A. Pemasaran Jasa Pendidikan


1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang melibatkan
kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan kelompok
mendapatkan kebutuhan dan keinginan melalui pertukaran dengan pihak lain dan
untuk mengembangkan hubungan pertukaran.1 Pemasaran adalah suatu proses
kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai factor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
manajerial. Akibat dari berbagai pengaruh tersebut adalah masing-masing individu
maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan,
menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas (Cimodity
Values).2
Pengertian Pemasaran Menurut WY. Stanton Pemasaran adalah sesuatu
yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan
dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan
barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.
Pengertian Pemasaran Menurut H. Nystrom Pemasaran merupakan suatu kegiatan
penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. Pengertian
Pemasaran Menurut Philip dan Duncan Pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi
semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk menempatkan barang yang
bersifat tangible ke tangan konsumen. Pengertian Pemasaran Menurut Asosiasi
Pemasaran Amerika Serikat/American Merketing Association Pemasaran adalah
pelaksanaan kegiatan usaha pedagangan yang diarahkan pada aliran barang dan jasa
dari produsen ke konsumen.3
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.4 Pemasaran adalah
usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada
orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang tepat dengan
promosi dan komunikasi yang tepat. Pemasaran adalah kegiatan manusia yang
diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui
proses pertukaran.5

2. Unsur-unsur Pemasaran
Unsur utama dalam pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur
utama, yaitu:6
a. Unsur Strategi persaingan, meliputi:
1) Segmentasi pasar. Yaitu tindakan mengidentifikasi dan membentuk
kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing
konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran
peasaran tersendiri.
2) Targetting. Yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan
dimasuki.
1 Diakses pada 30 Maret 2008 dari www.geocities.com/infobetastudio/doc/straper.doc
2 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis; Reorientasi, Konsep dan Perencanaan
Strategis untuk Menghadapi abad 21, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 48.
3 Diakses pada 30 Maret 2008 dari http://chinmi.wordpress.com/2007/07/31/arti-definisi-pengertian-
pemasaran-menurut-para-ahli/.
4 Diakses pada 30 Maret 2008 dari http://hadisugito.fadla.or.id/2005/12/11/strategi-pemasaran-dan-
pengendalian-mutu-produk/.
5 Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004) Cet 7, hlm. 5.
6 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis; Reorientasi, Konsep dan Perencanaan
Strategis untuk Menghadapi abad 21, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 48.
3) Positioning. Yaitu penetapan posisi pasar. Tujuannya adalah untuk
membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada
di pasar ke dalam benak konsumen.

b. Unsur Taktik Pemasaran, meliputi:


1) Differensiasi, yang terkait dengan cara membangun strategi pemasaran di
berbagai aspek perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah
yang membedakan differensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan
perusahaan lainnya.
2) Bauran Pemasaran (marketing mix), terkait dengan kegiatan mengenai
produk, harga, promosi, dan tempat atau yang lebih dikenal dengan sebutan
4 P, yaitu Product, Price, Promotion, dan Place.

c. Unsur Nilai Pemasaran


1) Merek (Brand)
Merek adalah nama, termin, tanda simbol, atau desain, atau
kombinasi dari semuanya, yang ditujukan untuk mengidentifikasikan barang
tau jasa sebuah/sekelompok penjual dan membedakannya dengan para
pesaing. Merek mempunyai banyak arti penting buat konsumen, yaitu:
a) Sebagai identifikasi untuk membedakan antara satu produk dengan
produk lain. Identifikasi ini diperlukan agar konsumen mempunyai
kebebasan memilih produk dan merek mana yang memenuhi
kebutuhannya.
b) Sebagai garansi atas kualitas dan kinerja dari produk yang akan dibeli.
Merek akan memberikan rasa percaya diri kepada konsumen bahwa
c) Merek memberi status dan image pada seseorang. Dengan membeli
merek tertentu, sudah menunjukkan bagaimana status sosial seseorang.
d) Merek memberi arti emosional. Seorang fans sebuah klub sepakbola
misalnya, akan rela membeli berbagai macam merchandise yang dijual
dengan atribut klub tersebut.

3. Jasa Pendidikan
a. Pengertian Jasa Pendidikan
Dewasa ini jasa pendidikan memegang peranan vital dalam
mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Akan tetapi,
minat dan perhatian pada aspek kualitas jasa pendidikan bisa dikatakan baru
berkembang dalam satu dekade tarkhir. Keberhasilan jasa pendidikan ditentukan
dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada para pengguna jasa
pendidikan tersebut (siswa atau mahasiswa/peserta didik). Sebelum lebih jauh
membahas mengenai kualitas jasa pendidikan, terlebih dahulu akan dibahas
mengenai pengertian jasa termasuk jasa pendidikan dari beberapa ahli sehingga
kualitas jasa pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini dapat dipahami
secara komprehensif.
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual (Fandy Tjiptono, 1996:6). Dalam hal ini jasa berupa suatu kegiatan yang
bermanfaat bagi pihak lain dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Kotler mengemukakan pengertian jasa adalah a service is any act or
performance that one party can offer to another that is essentially intangible and
does not result in the ownership of anything is production may or may not be
tied to a physical product (Kotler, 2003:444). Jasa merupakan sesuatu yang
tidak berwujud, yang melibatkan hubungan antara penyaji jasa dengan
konsumen pemakai dan tidak ada perpindahan kepemilikan (transfer of
ownership) antara keduanya. Dalam menghasilkan jasa tersebut digunakan
produk fisik untuk mendukung aktivitasnya.
Sedangkan Berry seperti dikutip Zeithaml dan Bitner mengemukakan:
service are needs, process and performance (zeithaml and berry(1996:5). Jasa
dapat diartikan sebagai unjuk kerja (performance) ataupun prosedur kerja,
tindakan dan aktivitas (deeds), mapun proses yang dilakukan oleh seseorang
atau institusi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumennya. Selanjutnya dari beberapa definisi jasa yang telah dikemukakan
sebelumnya dan dirangkum, Zeithaml dan Berry mengemukakan bahwa jasa
adalah include all economic activities whose output is not a physical product or
construction, is generally consumed at a time it is produced and provides added
value in forms (such ans convenience, amusement, timeliness, comfort, and
health) thata re assentially intangibles, concern of it first purchaser (adapted
from Zeithaml and Berry, 1996:5).
Jasa adalah meliputi segenap kegiatan ekonomi yang menghasilkan
output (keluaran) berupa produk atau kontruksi (hasil karya) nonfisik, yang
lazimnya dikonsumsi pada saat diproduksi dan memberi nilai tambah pada
bentuk (form) seperti kepraktisan, kecocokan/kepantasan, kenyamanan, dan
kesehatan, yang pada intinya menarik cita rasa pada pembeli pertama. sementara
itu, jasa pendidikan merupakan jasa yang bersifat kompleks karena sifat padat
karya dan padat modal. Artinya, dibutuhkan banyak tenaga kerja yang memiliki
skill khusus dalam bidang pendidikan dan padat modal karena membutuhkan
infrastruktur (peralatan) yang lengkap dan harganya mahal.

b. Karakteristik Jasa Pendidikan.


Pada dasarnya jasa adalah sesuatu yang diberikan oleh satu pihak kepada
pihak lain yang sifatnya tidak berwujud dan tidak memiliki dampak perpindahan
hak milik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan karakteristik jasa yang perlu
dipertimbangkan dalam merancang program pemasarannya. Jasa saecara umum
memiliki karakteristik utama sebagai berikut:7

1) Tidak Berwujud (Intangibility)


Jasa tidak berwujud seperti produk fisik, yang menyebabkan
pengguna jasa pendidikan tidak dapat melihat, mencium, mendengar, dan
merasakan hasilnya sebelum mereka mengkonsumsinya (menjadi subsistem
lembaga pendidikan). Untuk menekan ketidakpastian, pengguna jasa
pendidikan akan mencari tanda atau informasi tentang kualitas jasa tersebut.
Tanda maupun informasi dapat diperoleh atas dasar letak lokasi lembaga
pendidikan, lembaga pendidikan penyelenggara, peralatan dan alat
komunikasi yang digunakan, serta besarnya biaya yang ditetapkan. Beberapa
hal yang akan dilakukan lembaga pendidikan untuk meningkatkan calon
pengguna jasa pendidikan adalah:
a) Meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud menjadi berwujud.
b) Menekankan pada manfaat yang akan diperoleh (lulusan lembaga
pendidikan).
c) Menciptakan atau membangun suatu nama merek lembaga pendidikan
(education brand name).
d) Memakai nama seeorang yang sudah dikenal untuk meningkatkan
kepercayaan konsumen.

2) Tidak Terpisah (Inseparability)


Jasa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yaitu
lembaga pendidikan yang menyediakan jasa tersebut. Artinya, jasa
pendidikan dihasilkan dan dikonsumsi secara serempak (simultan) pada
waktu yang sama. Jika peserta didik membeli jasa maka akan berhadapan
langsung dengan penyedia jasa pendidikan. Dengan demikian, jasa lebih
7 Fandi Tjiptono, Manajemen Jasa, (Yogyakarta: Andi, 2000), hlm. 15.
diutamakanpenjualannya secara langsung dengan skala operasi yang
terbatas. Oleh karena itu, lembaga pendidikan dapat menggunakan strategi
bekerja dalam kelompok yang lebih besar, bekerja lebih cepat, atau melatih
para penyaji jasa agar mereka mampu membina kepercayaan pelanggannya
(peserta didik).

3) Bervariasi (Variability)
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized out-
put, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa,
kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Ada tiga (3) faktor yang
menyebabkan variabilitas kualitas jasa (Boove, Houston, dan Thill/1995),
yaitu:
a) Partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa
b) Moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan
c) Beban kerja perusahaan

4) Perishability
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat
disimpan. Apabila diperhatikan batasan dan karakteristik yang diutarakan di
atas, ternyata dunia pendidikan merupakan bagian dari batasan tersebut.
Dengan demikian, lembaga pendidikan termasuk dalam kategori sebagai
lembaga pemberi jasa para konsumen, dalam hal ini siswa dan orangtua
siswa. Mereka inilah yang berhak memberikan penilaian bermutu tidaknya
keluaran (output) suatu lembaga pendidikan.

4. Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan


Dalam bidang pemasaran diperlukan konsep strategi yang meliputi 2 hal,
yaitu: Pertama, Distinctive Competence. Yaitu tindakan yang dilakukan oleh
8

perusahaan agar dapat melakukan kegiatan yang lebih baik dari pada pesaingnya.
Kedua, Competitive Advantage. Yaitu kegiatan spesifik yang dikembangkan
oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Adapun
strategi differensiasi termasuk dalam konsep Competitive Advantage Strategy, yaitu
keunggulan bersaing disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan perusahaan
untuk merebut peluang pasar.
Menurut Michael Porter, strategi differensiasi merupakan salah satu dari tiga
strategi pemasaran sebagai strategi bersaing, yaitu:
a. Differensiasi, adalah strategi memberikan penawaran yang berbeda
dibandingkan penawaran yang diberikan oleh kompetitor. Strategi differensiasi
mengisyaratkan perusahaan mempunyai jasa atau produk yang mempunyai
kualitas ataupun fungsi yang bisa membedakan dirinya dengan pesaing. Strategi
differensiasi dilakukan dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada
konsumennya. Misalnya: persepsi mengenai keunggulan kerja, inovasi produk,
pelayanan yang lebih baik, brand image yang lebih unggul, dan lain-lain.
b. Keunggulan biaya (low cost), adalah strategi mengefisienkan seluruh biaya
produksi sehingga menghasilkan produk atau jasa yang bisa dijual lebih murah
dibandingkan pesaing. Strategi harga murah ini fokusnya pada harga, jadi
biasanya produsen tidak terlalu perduli dengan berbagai faktor pendukung dari
produk ataupun harga yang penting bisa menjual produk atau jasa dengan harga
murah kepada konsumen. Warung Tegal misalnya mengandalkan strategi harga.
Mereka tidak perduli dengan kenyamanan orang ketika makan, bahkan juga
dengan kebersihan, yang penting bisa menawarkan menu makanan lengkap
dengan harga yang sangat bersaing.
c. Fokus (Focus), adalah strategi menggarap satu target market khusus. Strategi
fokus biasanya dilakukan untuk produk ataupun jasa yang memang mempunyai
8 Larry Friedman, The Channel Advantage, (Prentice Hall: New Jersey, 1997).
karakteristik khusus. Beberapa produk misalnya hanya fokus ditargetkan untuk
kaum muslim sehingga semua produknya memberikan benefit dan fungsi yang
disesuaikan dengan aturan Islam. Produk yang fokus pada target market kaum
muslim biasanya selalu mensyaratkan label halal, tanpa riba, dan berbagai
aturan lain yang disesuaikan dengan ketentuan Islam.

B. Strategi
1. Pengertian strategi
Gerry Johnson dan Kevan Scholes (dalam buku “Exploring Corporate
Strategy”) mendefinisikan strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang
organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi sumber daya alam
dan lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi
harapan pihak yang berkepentingan (stakeholder).9
Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara terbaik untuk
mempergunakan dana, daya tenaga yang tersedia sesuai dengan tuntutan perubahan
lingkungan.10 Menurut Chandler, strategi adalah penuntun dasar goal jangka
panjang.11 Strategi adalah rencana, metode atau serangkaian manuver atau siasat
untuk mencapai tujuan atau hasil tertentu.
Strategi menurut Steinner dan Minner adalah penempatan misi, penetapan
sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal dalam
perumusan kebijakan tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan
implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan
tercapai.12 Strategi adalah sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk
mencapai tujuan (goal) dan menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang
dan tantangan yang dihadapi dalam lingkungan organisasinya.13
Henry Mintzberg mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi sebagai
Perspektif, strategi sebagai Posisi, strategi sebagai Perencanaan, strategi sebagai
Pola kegiatan, dan strategi sebagai Penipuan yaitu muslihat rahasia. Sebagai
Perspektif, di mana strategi dalam membentuk misi, misi menggambarkan
perspektif kepada semua aktivitas. Sebagai Posisi, dimana dicari pilihan untuk
bersaing. Sebagai Perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performansi
perusahaan. Sebagai Pola kegiatan, di mana dalam strategi dibentuk suatu pola,
yaitu umpan balik dan penyesuaian.
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Goal-directed actions, yaitu aktivitas yang menunjukkan “apa” yang diinginkan
organisasi dan “bagaimana” mengimplementasikannya.
b. Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan kapabilitas),
serta memperhatikan peluang dan tantangan.
Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi, secara umum dapat
didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manuver, yang
mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata, untuk
menjamin keberhasilan mencapai tujuan.

2. Dimensi Strategi
Berdasarkan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa strategi memiliki
beberapa dimensi yang perlu diperhitungkan dan diketahui untuk mengurangi
dampak elemen ketidakpastian dalam merumuskan dan mengimplementasikan
strategi tersebut, antara lain:
9 Diakses pada 30 Maret 2008 dari http://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi/.
10 Sondang Siagian, Analisys serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi, (Jakarta: PT.Gunung
Agung, 1986), hlm. 17.
11 Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis, (Yogyakarta: BPFC, 1985), hlm. 9.
12 George Steinner dan John Minner, Manajemen Startejik, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.20.
13 Mudjarad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif?, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm.
12.
a. Dimensi Keterlibatan Manajemen Puncak
Keterlibatan manajemen puncak merupakan keharusan, karena hanya
pada tingkat manajemen puncak akan tampak segala bentuk implikasi berbagai
tantangan dan tuntutan lingkungan internal dan eksternal, pada tingkat
manajemen puncaklah terdapat cara pandang yang holistik dan menyeluruh. 14
Selain itu, hanya manajemen puncaklah yang memiliki wewenang untuk
mengalokasikan dana, prasarana, dan sumber lainnya dalam
mengimplementasikan kebijakan yang telah diputuskan. Dengan kata lain,
peranan manajemen puncak sangat penting dalam merencanakan dan
menentukan strategi yang berisikan visi, misi dan tujuan organisasi.
Manajemen puncak harus memperhatikan berbagai faktor yang sifatnya
kritikal, antara lain:
1) Mengembangkan profil tertentu bagi organisasi.
2) Suatu strategi harus merupakan analisis yang tepat tentang kekuatan yang
dimiliki oleh organisasi, kelemahan yang mungkin melekat pada dirinya,
berbagai peluang yang mungkin timbul dan harus dimanfaatkan serta
ancaman yang diperkirakan akan dihadapi.
3) Mengidentifikasikan beberapa pilihan yang wajar ditelaah lebih lanjut dari
berbagai alternatif yang tersedia dikaitkan dengan keseluruhan upaya yang
akan dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
4) Menjatuhkan pilihan pada satu alternatif yang dipandang paling tepat
dikaitkan sasaran jangka panjang yang dianggap mempunyai nilai yang
paling stratejik dan diperhitungkan dapat dicapai karena didukung oleh
kemampuan dan kondisi internal organisasi.

b. Dimensi waktu dan orientasi masa depan


Dalam mempertahankan strategi untuk mengembangkan suatu eksistensi
organisasi berpandangan jauh ke depan, dan berprilaku proaktif dan antisipatif
terhadap kondisi masa depan yang diprediksi akan dihadapi.15 Keputusan
strategi harus didasarkan pada antisipasi dan prediksi yang akan terjadi bukan
didasarkan yang sudah diketahuinya. Antisipasi masa depan tersebut
dirumuskan dan ditetapkan sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan di
masa mendatang. Dengan sikap proaktif dan antisipatif manajemen puncak
suatu organisasi akan lebih siap menghadapi tantangan perubahan dan
perkembangan yang akan terjadi dan tidak akan dihadapkan pada situasi
dadakan.

c. Dimensi lingkungan Internal dan Eksternal


Dimensi lingkungan internal dan eksternal adalah suatu kondisi yang
sedang dihadapi yang berupa kekuataan, kelemahan, peluang, dan ancaman
yang harus diketahui secara tepat untuk merumuskan rencana strategi yang
berjangka panjang.16 Dalam kondisi tersebut, manajemen puncak perlu
melakukan analisis yang objektif agar dapat menentukan kemampuan organisasi
berdasarkan berbagai sumber yang dimiliki.
Setiap manajemen puncak perlu menyadari bahwa organisasi yang
dipimpinnya harus berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Setiap organisasi
biasanya mempengaruhi lingkungannya dan tidak akan terlepas dari kondisi
eksternal yang faktor-faktornya pada umumnya di luar kendali organisasi yang
bersangkutan. Adapun dimensi lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan
operasional, lingkungan nasional dan lingkungan global yang terdiri dari
berbagai aspek atau kondisi, seperti sosial politik, sosial budaya, sosial ekonomi,

14 Sondang P. Siagian, Manajemen Startejik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 18.
15 Hadari Nawawi, Manajemen Startejik Organisasi non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di
Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2000), hlm. 153.
16 Hadari Nawawi, Manajemen Startejik ..., hlm. 157.
kependudukan, kemajuan ilmu teknologi, adat istiadat, agama, dan berbagai
perubahan lain yang senantiasa terjadi.17
Dengan demikian, manajemen puncak memahami terhadap kondisi
lingkunngan internal dan eksternal bagi organisasi dan mampu melakukkan
berbagai pendekatan juga teknik untuk merumuskan strategi organisasi yang
dipimpinnya.

d. Dimensi konsekuensi isu strategi


Dalam mengimplementasikan strategi harus didasarkan pada
penempatan organisasi sebagai suatu sistem. Setiap keputusan strategi yang
dilaksanakan harus dapat menjangkau semua komponen atau unsur organisasi,
baik arti sumber daya maupun arti satuan-satuan kerja tersebut dikenal, seperti
departemen, divisi, biro, seksi, dan sebagainya.18

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi


Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung dalam merumuskan strategi,
agar suatu organisasi tetap eksis, tangguh menghadapi perubahan, dan mampu
meningkatkan efektivitas dan produktivitas. Faktor-faktor tersebut antara lain: tipe
dan struktur organisasi, gaya manajerial, kompleksitas lingkungan eksternal,
kompleksitas proses produksi, dan hakikat berbagai masalah yang dihadapi.19
a. Tipe dan struktur organisasi
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai “lukisan interaksi,
aktivitas-aktivitas peranan, hubungan-hubungan, dan hirarki tujuan suatu
organisasi”.20
Tipe dan struktur organisasi yang dipilih untuk digunakan harus
berhubungan dengan kepribadian organisasi tersebut, sebab setiap organisasi
pasti memiliki kepribadian yang khas. Dengan demikian, dalam struktur
organisasi harus terdapat beberapa unsur, antara lain spesialisasi kerja,
standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pengambilan
keputusan kerja dan ukuran kerja.21
Oleh sebab itu, pihak manajemen harus memilih secara tepat tipe dan
struktur organisasi yang akan digunakan dalam menentukan strategi organisasi.
Empat faktor utama yang harus diperhatikan pihak manajemen dalam
menentukan sebuah struktur organisasi, adalah: “strategi yang ditetapkan,
teknologi yang digunakan, SDM yang terlibat, dan ukuran organisasi”. 22 Dengan
demikian struktur organisasi tidak hanya sebagai tempat kegiatan berlangsung,
tetapi juga menjadi wahana yang efektif bagi para anggotanya untuk
berinteraksi.
Dalam hubungan struktur dengan struktur organisasi, “struktur
organisasi mengikuti dan mencerminkan strategi pertumbuhan dari
perusahaan”.23 Dengan kata lain, bahwa struktur organisasi akan berubah jika
terjadi perubahan dalam strategi yang ditetapkan.

b. Gaya manajerial (kepemimpinan)


Dalam teori kepemimpinan dikenal berbagai tipologi kepemimpinan,
antara lain adalah tipe otokratik, paternalistik, laisez faire, demokratik, dan
kharismatik.24 Namun demikian, tidak ada satu tipe yang sesuai dan dapat

17 Hadari Nawawi, Manajemen Startejik..., hlm. 158.


18 Sondang P. Siagian, Manajemen Startejik..., hlm. 19.
19 Sondang P. Siagian, Manajemen Startejik..., hlm. 23.
20 Abdul Syani, Manajemen Organisasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm.133.
21 M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Pengantar Manajemen Syariat, (Jakarta: Khairul
Bayaan, 2002), hlm.13.
22 M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Pengantar Manajemen Syaria, hlm.132.
23 Wilhemus W. Bakowatun dan Benyamin (eds.). M, Manajemen, (Jakarta: Intermedia, 1994), hlm. 337.
24 Sondang P. Siagian, Manajemen Startejik, hlm. 32.
digunakan secara konsisten pada semua jenis dan kondisi organisasi. Untuk itu,
hanya gaya manajerial sebagai faktor yang harus diperhitungkan dalam
menerapkan strategi memerlukan kecermatan dalam membaca situasi.

c. Kompleksitas lingkungan eksternal


Lingkungan eksternal organisasi selalu bergerak dinamis. Gerakan
dinamis tersebut berpengaruh pada cara mengelola organisasi dan termasuk
dalam merumuskan dan menetapkan strategi.25 Karena tidak ada organisasi yang
dapat membebaskan diri dari dampak lingkungan eksternal, maka dinamika
tersebut harus dikenali, dianalisis, diperhitungkan, dan dimanfaatkan demi
mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
Oleh sebab itu, hemat peneliti, melalui analisa terhadap lingkungan
eksternal, sebuah organisasi dapat mengimplementasikan strategi pengkaderan
suatu organisasi yang yang ditetapkan untuk mendayagunakan kekuatan dan
mengatasi kelemahan organisasi dalam memanfatakan peluang dan menghadapi
hambatan atau tantangan yang terjadi.

d. Hakikat masalah yang dihadapi


Strategi merupakan keputusan dasar yang diambil oleh manajemen
puncak melalui berbagai analisis dan perhitungan terhadap lingkungan internal
dan eksternal organisasi. Karena itu, keputusan yang diambil oleh manajemen
puncak akan menentukan kesinambungan organisasi saat sekarang dan masa
depan.26

25 M. Ismail Yusanto dan M.Karebet Widjajakusuma, Pengantar Manajemen Syariat, hlm. 25.
26 Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Stratejik, (yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), hlm.127.

Anda mungkin juga menyukai