html
2. Unsur-unsur Pemasaran
Unsur utama dalam pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur
utama, yaitu:6
a. Unsur Strategi persaingan, meliputi:
1) Segmentasi pasar. Yaitu tindakan mengidentifikasi dan membentuk
kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing
konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran
peasaran tersendiri.
2) Targetting. Yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan
dimasuki.
1 Diakses pada 30 Maret 2008 dari www.geocities.com/infobetastudio/doc/straper.doc
2 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis; Reorientasi, Konsep dan Perencanaan
Strategis untuk Menghadapi abad 21, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 48.
3 Diakses pada 30 Maret 2008 dari http://chinmi.wordpress.com/2007/07/31/arti-definisi-pengertian-
pemasaran-menurut-para-ahli/.
4 Diakses pada 30 Maret 2008 dari http://hadisugito.fadla.or.id/2005/12/11/strategi-pemasaran-dan-
pengendalian-mutu-produk/.
5 Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004) Cet 7, hlm. 5.
6 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis; Reorientasi, Konsep dan Perencanaan
Strategis untuk Menghadapi abad 21, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 48.
3) Positioning. Yaitu penetapan posisi pasar. Tujuannya adalah untuk
membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada
di pasar ke dalam benak konsumen.
3. Jasa Pendidikan
a. Pengertian Jasa Pendidikan
Dewasa ini jasa pendidikan memegang peranan vital dalam
mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Akan tetapi,
minat dan perhatian pada aspek kualitas jasa pendidikan bisa dikatakan baru
berkembang dalam satu dekade tarkhir. Keberhasilan jasa pendidikan ditentukan
dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada para pengguna jasa
pendidikan tersebut (siswa atau mahasiswa/peserta didik). Sebelum lebih jauh
membahas mengenai kualitas jasa pendidikan, terlebih dahulu akan dibahas
mengenai pengertian jasa termasuk jasa pendidikan dari beberapa ahli sehingga
kualitas jasa pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini dapat dipahami
secara komprehensif.
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual (Fandy Tjiptono, 1996:6). Dalam hal ini jasa berupa suatu kegiatan yang
bermanfaat bagi pihak lain dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Kotler mengemukakan pengertian jasa adalah a service is any act or
performance that one party can offer to another that is essentially intangible and
does not result in the ownership of anything is production may or may not be
tied to a physical product (Kotler, 2003:444). Jasa merupakan sesuatu yang
tidak berwujud, yang melibatkan hubungan antara penyaji jasa dengan
konsumen pemakai dan tidak ada perpindahan kepemilikan (transfer of
ownership) antara keduanya. Dalam menghasilkan jasa tersebut digunakan
produk fisik untuk mendukung aktivitasnya.
Sedangkan Berry seperti dikutip Zeithaml dan Bitner mengemukakan:
service are needs, process and performance (zeithaml and berry(1996:5). Jasa
dapat diartikan sebagai unjuk kerja (performance) ataupun prosedur kerja,
tindakan dan aktivitas (deeds), mapun proses yang dilakukan oleh seseorang
atau institusi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumennya. Selanjutnya dari beberapa definisi jasa yang telah dikemukakan
sebelumnya dan dirangkum, Zeithaml dan Berry mengemukakan bahwa jasa
adalah include all economic activities whose output is not a physical product or
construction, is generally consumed at a time it is produced and provides added
value in forms (such ans convenience, amusement, timeliness, comfort, and
health) thata re assentially intangibles, concern of it first purchaser (adapted
from Zeithaml and Berry, 1996:5).
Jasa adalah meliputi segenap kegiatan ekonomi yang menghasilkan
output (keluaran) berupa produk atau kontruksi (hasil karya) nonfisik, yang
lazimnya dikonsumsi pada saat diproduksi dan memberi nilai tambah pada
bentuk (form) seperti kepraktisan, kecocokan/kepantasan, kenyamanan, dan
kesehatan, yang pada intinya menarik cita rasa pada pembeli pertama. sementara
itu, jasa pendidikan merupakan jasa yang bersifat kompleks karena sifat padat
karya dan padat modal. Artinya, dibutuhkan banyak tenaga kerja yang memiliki
skill khusus dalam bidang pendidikan dan padat modal karena membutuhkan
infrastruktur (peralatan) yang lengkap dan harganya mahal.
3) Bervariasi (Variability)
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized out-
put, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa,
kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Ada tiga (3) faktor yang
menyebabkan variabilitas kualitas jasa (Boove, Houston, dan Thill/1995),
yaitu:
a) Partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa
b) Moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan
c) Beban kerja perusahaan
4) Perishability
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat
disimpan. Apabila diperhatikan batasan dan karakteristik yang diutarakan di
atas, ternyata dunia pendidikan merupakan bagian dari batasan tersebut.
Dengan demikian, lembaga pendidikan termasuk dalam kategori sebagai
lembaga pemberi jasa para konsumen, dalam hal ini siswa dan orangtua
siswa. Mereka inilah yang berhak memberikan penilaian bermutu tidaknya
keluaran (output) suatu lembaga pendidikan.
perusahaan agar dapat melakukan kegiatan yang lebih baik dari pada pesaingnya.
Kedua, Competitive Advantage. Yaitu kegiatan spesifik yang dikembangkan
oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Adapun
strategi differensiasi termasuk dalam konsep Competitive Advantage Strategy, yaitu
keunggulan bersaing disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan perusahaan
untuk merebut peluang pasar.
Menurut Michael Porter, strategi differensiasi merupakan salah satu dari tiga
strategi pemasaran sebagai strategi bersaing, yaitu:
a. Differensiasi, adalah strategi memberikan penawaran yang berbeda
dibandingkan penawaran yang diberikan oleh kompetitor. Strategi differensiasi
mengisyaratkan perusahaan mempunyai jasa atau produk yang mempunyai
kualitas ataupun fungsi yang bisa membedakan dirinya dengan pesaing. Strategi
differensiasi dilakukan dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada
konsumennya. Misalnya: persepsi mengenai keunggulan kerja, inovasi produk,
pelayanan yang lebih baik, brand image yang lebih unggul, dan lain-lain.
b. Keunggulan biaya (low cost), adalah strategi mengefisienkan seluruh biaya
produksi sehingga menghasilkan produk atau jasa yang bisa dijual lebih murah
dibandingkan pesaing. Strategi harga murah ini fokusnya pada harga, jadi
biasanya produsen tidak terlalu perduli dengan berbagai faktor pendukung dari
produk ataupun harga yang penting bisa menjual produk atau jasa dengan harga
murah kepada konsumen. Warung Tegal misalnya mengandalkan strategi harga.
Mereka tidak perduli dengan kenyamanan orang ketika makan, bahkan juga
dengan kebersihan, yang penting bisa menawarkan menu makanan lengkap
dengan harga yang sangat bersaing.
c. Fokus (Focus), adalah strategi menggarap satu target market khusus. Strategi
fokus biasanya dilakukan untuk produk ataupun jasa yang memang mempunyai
8 Larry Friedman, The Channel Advantage, (Prentice Hall: New Jersey, 1997).
karakteristik khusus. Beberapa produk misalnya hanya fokus ditargetkan untuk
kaum muslim sehingga semua produknya memberikan benefit dan fungsi yang
disesuaikan dengan aturan Islam. Produk yang fokus pada target market kaum
muslim biasanya selalu mensyaratkan label halal, tanpa riba, dan berbagai
aturan lain yang disesuaikan dengan ketentuan Islam.
B. Strategi
1. Pengertian strategi
Gerry Johnson dan Kevan Scholes (dalam buku “Exploring Corporate
Strategy”) mendefinisikan strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang
organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi sumber daya alam
dan lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi
harapan pihak yang berkepentingan (stakeholder).9
Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara terbaik untuk
mempergunakan dana, daya tenaga yang tersedia sesuai dengan tuntutan perubahan
lingkungan.10 Menurut Chandler, strategi adalah penuntun dasar goal jangka
panjang.11 Strategi adalah rencana, metode atau serangkaian manuver atau siasat
untuk mencapai tujuan atau hasil tertentu.
Strategi menurut Steinner dan Minner adalah penempatan misi, penetapan
sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal dalam
perumusan kebijakan tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan
implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan
tercapai.12 Strategi adalah sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk
mencapai tujuan (goal) dan menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang
dan tantangan yang dihadapi dalam lingkungan organisasinya.13
Henry Mintzberg mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi sebagai
Perspektif, strategi sebagai Posisi, strategi sebagai Perencanaan, strategi sebagai
Pola kegiatan, dan strategi sebagai Penipuan yaitu muslihat rahasia. Sebagai
Perspektif, di mana strategi dalam membentuk misi, misi menggambarkan
perspektif kepada semua aktivitas. Sebagai Posisi, dimana dicari pilihan untuk
bersaing. Sebagai Perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performansi
perusahaan. Sebagai Pola kegiatan, di mana dalam strategi dibentuk suatu pola,
yaitu umpan balik dan penyesuaian.
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Goal-directed actions, yaitu aktivitas yang menunjukkan “apa” yang diinginkan
organisasi dan “bagaimana” mengimplementasikannya.
b. Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan kapabilitas),
serta memperhatikan peluang dan tantangan.
Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi, secara umum dapat
didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manuver, yang
mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata, untuk
menjamin keberhasilan mencapai tujuan.
2. Dimensi Strategi
Berdasarkan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa strategi memiliki
beberapa dimensi yang perlu diperhitungkan dan diketahui untuk mengurangi
dampak elemen ketidakpastian dalam merumuskan dan mengimplementasikan
strategi tersebut, antara lain:
9 Diakses pada 30 Maret 2008 dari http://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi/.
10 Sondang Siagian, Analisys serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi, (Jakarta: PT.Gunung
Agung, 1986), hlm. 17.
11 Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis, (Yogyakarta: BPFC, 1985), hlm. 9.
12 George Steinner dan John Minner, Manajemen Startejik, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.20.
13 Mudjarad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif?, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm.
12.
a. Dimensi Keterlibatan Manajemen Puncak
Keterlibatan manajemen puncak merupakan keharusan, karena hanya
pada tingkat manajemen puncak akan tampak segala bentuk implikasi berbagai
tantangan dan tuntutan lingkungan internal dan eksternal, pada tingkat
manajemen puncaklah terdapat cara pandang yang holistik dan menyeluruh. 14
Selain itu, hanya manajemen puncaklah yang memiliki wewenang untuk
mengalokasikan dana, prasarana, dan sumber lainnya dalam
mengimplementasikan kebijakan yang telah diputuskan. Dengan kata lain,
peranan manajemen puncak sangat penting dalam merencanakan dan
menentukan strategi yang berisikan visi, misi dan tujuan organisasi.
Manajemen puncak harus memperhatikan berbagai faktor yang sifatnya
kritikal, antara lain:
1) Mengembangkan profil tertentu bagi organisasi.
2) Suatu strategi harus merupakan analisis yang tepat tentang kekuatan yang
dimiliki oleh organisasi, kelemahan yang mungkin melekat pada dirinya,
berbagai peluang yang mungkin timbul dan harus dimanfaatkan serta
ancaman yang diperkirakan akan dihadapi.
3) Mengidentifikasikan beberapa pilihan yang wajar ditelaah lebih lanjut dari
berbagai alternatif yang tersedia dikaitkan dengan keseluruhan upaya yang
akan dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
4) Menjatuhkan pilihan pada satu alternatif yang dipandang paling tepat
dikaitkan sasaran jangka panjang yang dianggap mempunyai nilai yang
paling stratejik dan diperhitungkan dapat dicapai karena didukung oleh
kemampuan dan kondisi internal organisasi.
14 Sondang P. Siagian, Manajemen Startejik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 18.
15 Hadari Nawawi, Manajemen Startejik Organisasi non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di
Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2000), hlm. 153.
16 Hadari Nawawi, Manajemen Startejik ..., hlm. 157.
kependudukan, kemajuan ilmu teknologi, adat istiadat, agama, dan berbagai
perubahan lain yang senantiasa terjadi.17
Dengan demikian, manajemen puncak memahami terhadap kondisi
lingkunngan internal dan eksternal bagi organisasi dan mampu melakukkan
berbagai pendekatan juga teknik untuk merumuskan strategi organisasi yang
dipimpinnya.
25 M. Ismail Yusanto dan M.Karebet Widjajakusuma, Pengantar Manajemen Syariat, hlm. 25.
26 Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Stratejik, (yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), hlm.127.