Dosen Pengampu:
DR. A. Rohendi, MM.,MH
Disusun Oleh
Kelompok 3 – Kelas 11B:
Indri Ranggelika
Intan Nararia Primaditya
Komang Ayu Sri Widyasanthi
Lena Fitriyani Martal
M. Rizki Fazrian Danh
Sanya Diandra Praniti
Sonia Fillani Indah
Zahrotul Habibah
10. Persaingan
Persaingan mencakup semua penawaran dan produk subsitusi yang dihasilkan oleh
kompetitor, baik yang actual maupun yang potensial untuk selanjutnya
dipertimbangkan oleh pembeli dalam memilih dan menentukan produk atau jasa yang
telah dihasilkan.
1. Segmentation
Pada tahap ini, perlu mengkategorikan atau membagi target pasar menjadi kelomok-
kelompok tertentu. Antara lain:
Demografis. Yaitu membagi target pasar berdasarkan usia, jenis kelamin, ras,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, hingga kewarganegaraan.
Geografis. Yaitu membagi target pasar berdasarkan letak geografis. Misalnya negara,
kota, provinsi, bahkan kabupaten.
Psikografis. Yaitu membagi segmen pasar berdasarkan sifat psikologis konsumen.
Misalnya gaya hidup, kepribadian, kebiasaan konsumen, hobi, dan sebagainya.
Perilaku. Yaitu membagi target pasar berdasarkan behavior atau perilaku konsumen
saat melakukan pembelian, ketertarikan, tujuan pembelian produk, dan sebagainya.
Keempat kategori segmentasi produk ini bisa dijadikan pedoman ketika menentukan
segmentasi pasar untuk bisnis. Misalnya, target pasar yang menjadi target adalah
konsumen dengan rentang usia 19-25 tahun, berjenis kelamin wanita, dan mempunyai
ketertarikan tentang negara Korea. Mulai dari makanan, fashion, hingga skincare.
2. Targeting
penempatan target ini membantu untuk menentukan hasil segmenting dengan kualitas
yang paling sesuai. Beberapa faktor dalam targeting yang perlu diperhatikan di
antaranya:
keuntungan. Dengan cara mencari target pasar yang bisa mendatangkan keuntungan.
Pertumbuhan. Dapat memproyeksikan startegi dan perencanaan bisnis.
Kemudahan akses. Kemudahan dalam mempromosikan produk di berbagai saluran
pemasaran dan media, sehingga dapat mudah dijangkau oleh konsumen.
3. Positioning
Tawarkan solusi. Setelah mengetahui apa masalah atau keluhan dari target pasar.
Temukan Unique selling point. Dengan cara menonjolkan keunggulan dan keunikan
produk.
Slide 5:
Pemasar adalah orang yang memasarkan barang. Prospek adalah calon pembeli. antara pemasar
dan prospek melalui proses STP (positioning, komunikasi). Setiap melihat iklan dari
perusahaan atau RS belum tentu orang membeli barang, karena ada AIDA konsep.
Slide 8:
Attention: view (melihat) → orang datang ke satu kota, melihat RS → mengetahui bahwa di
tempat tersebut ada Rumah Sakit.
Interest: Visitor (tertarik) → mencari informasi lebih lanjut setelah melihat dan mengetahui
bahwa di tempat tersebut ada Rumah Sakit. orang datang ke fasilitas kesehatan bisa karena
trend seperti behel untuk memperbaiki bentuk gigi, klinik kecantikan dan sebagainya.
Desire: visitor data (orang yang meminta kontak, bertanya lebih lanjut), harus dijaga, jangan
sampai pergi atau pindah ke tempat lain
Action: buyer (pembeli)--> dari visitor data pada akhirnya bisa menjadi pembeli dan
pelanggan.
Contoh: orang yang melihat 100, interest 50, desire 30, action (buyer) 10. jadi setiap
perusahaan harus menyiapkan biaya marketing. biaya marketing harus disesuaikan dari jumlah
pembeli dibandingkan orang yang melihat, maksudnya adalah jika pembeli 10 dari 100 orang
yang melihat, artinya harus menyiapkan biaya marketing 100 orang untuk mendapatkan
pembeli 10 orang.
Slide 9:
Pasien merupakan aspek vital dalam penyedia layanan kesehatan, sehingga akuisisi dan retensi
pasien adalah hal yang mutlak. Akuisisi pasien melalui perubahan “calon pembeli” ke
“pembeli” layanan kesehatan dapat dinilai melalui sebuah model respons hirarikal, dimana
model ini melakukan karakterisasi proses perubahan tersebut (Elrod & Fortenberry, 2020).
Melalui pemahaman model respons, pemasar dapat membuat sistem komunikasi yang dapat
mempercepat perubahan dari calon pasien ke pasien (Smith et al., 2008).
Model respons memiliki berbagai macam bentuk, namun model Attention, Interest, Desire, and
Action (AIDA) yang dicetuskan oleh Strong pada tahun 1925 merupakan model yang paling
popular (Strong, 1925). Poin pertama dari model AIDA adalah Attention dengan argumentasi
utama bahwa perspektif calon pasien harus dibuat dan diperoleh melalui cara yang menarik
perhatian, misalnya melalui iklan. Poin Interest mewakili ketertarikan pasien terhadap iklan
tersebut dan secara sadar mencari informasi lebih lanjut. Pada poin ini, keseimbangan antara
informasi dari iklan dan kebutuhan dari pasien —baik ada maupun tidak— adalah hal yang
penting.
Setelah calon pasien mengetahui informasi yang mereka butuhkan dan merasa tertarik dengan
layanan yang ditawarkan, Desire akan muncul. Calon pasien mulai merasakan keinginan atau
kebutuhan untuk menggunakan layanan kesehatan tersebut. Kesesuaian antara ketersediaan
layanan dan kebutuhan pasien yang merupakan kombinasi dari Interest dan Desire ini dapat
memicu respon positif dari calon pasien. Melalui dorongan positif tersebut, Action akan
mengubah calon pasien menjadi pasien. Pada tahap ini, calon pasien yang sudah terfokus,
tertarik, dan merasa perlu untuk menggunakan layanan kesehatan tersebut, akan mengambil
tindakan untuk menggunakan layanan tersebut. Tindakan ini bisa berupa membuat janji temu
dengan dokter, mengisi formulir pendaftaran, atau melakukan tindakan lain yang dibutuhkan
untuk memulai penggunaan layanan kesehatan tersebut.
Dalam keseluruhan proses ini, model AIDA sangat membantu pemasar atau penyedia layanan
kesehatan untuk memahami kebutuhan dan keinginan calon pasien serta membangun sistem
komunikasi yang efektif untuk menarik perhatian calon pasien dan mendorong mereka untuk
menggunakan layanan kesehatan yang ditawarkan (Fortenberry Jr et al., 2010).
Slide 1O-11
Slide 12:
Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif produsen atas “sesuatu” yang
ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar.
Selain itu, produk dapat pula didefinisakan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh
produsen melalui hasil produksi atau operasinya. Dalam merencanakan produk atau market
offering, pemasar perlu memahami tiga level produk
1. Core product (produk inti) dilihat sebagai pusat seluruh produk. Produk inti terdiri dari
kebutuhan major (major need) yang akan dipenuhi keinginan (want) yang akan
direalisasikan dan masalah yang akan dipecahkan dengan jalan mengkomsumsi produk
ini.
2. Actual product (produk sebearnya), lebih nyata dan meliputi aspek seperti mutu produk,
fitur, kemasan, “style”, dan desain, juga meliputi setiap nama merek yang
dipergunakan.
3. Augmented product meliputi fitur dan jasa yang menambah nilai transaksi diluar
harapan pelanggan. Banyak pelanggan yang menganggapnya tidak perlu. Akan tetapi
didalam banyak hal, hal itu bisa menjadi kunci pembeda dari kompetisinya
Klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai maacam sudut pandang. Berdasarkan
tangibility, produk dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok:
1. Barang (Goods)
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga dapat dilihat, diraba/disentuh,
dirasa. Disimpan, dipindahkan, dan mengalami perlakuan fisik lainnya. Ditinjau dari
aspek durabilitas, terdapat dua macam barang yaitu:
a. Barang tidak tahan lama (Nondurable Goods) adalah barang berwujud yang
biasanya habis dikomsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan
kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi pemakain normal kurang dari satu
tahun. Contoh: sabun, minuman, dan makanan ringan.
b. Barang tahan lama (durable Goods) merupakan barang berwujud yang biasanya
bisa tahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekomonomisnya dengan
pemakaian normall satu tahun atau lebih). Contohnya: TV, lemari es, mobil,
komputer dan lain lain.
2. Jasa (Sercvices)
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Jasa
bercirikan intangible, inseparable, variable, dan perishable. Contohnya bengkel
reparasi, salon kecantikan, kursus, hotel dan lembaga pendidikan.
Klasifikasi produk konsumen (B2C= Business-to-Consumer Product) selain berdasarkan
durabilitas dan tangibility, produk umumnya juga diklasifikan berdasarkan siapa konsumennya
dan untuk apa produk tersebut dikomsumsi. Berdasarkan kriteria ini, produk dapat dibedakan
menjadi produk konsumen akhir (consumer product atau B2C product) atau produk bisnis
(industrial product, organizational product, business products atau B2B product).
Slide 13:
Suatu produk atau penawaran akan sukses bila dirasakan nilainya (value) atau kepuasan bagi
pembelinya atau penerimanya. Pembeli akan memilih produk dari berbagai penawaran yang
memberikan nilai paling tinggi. Nilai merupakan evaluasi secara keseluruhan yang dilakukan
oleh konsumen suatu produk yang didasarkan pada presepsi nilai yang diterima konsumen. Jadi
dalam hal ini komsumen melihat manfaat produk yang diterima serta membandingkan dengan
biaya yang dikeluarkan. Sehingga apabila manfaat diterima pelanggan lebih tinggi daripada
pengorbanan dan biaya yang dikeluarkan pelanggan, maka nilai yang dirasakan pelanggan akan
meningkat. Menurut Wang et al, nilai pelanggan bisa dikategorikan atas empat dimensi yaitu:
1. Nilai fungsional: suatu nilai yang menyinggung kepadaa didapatnya nilai pelanggan
dari penggunaan atas produk yang diperoleh melalui nilai harga, kenyamanan,
teknologi atau akses.
2. Nilai sosial: nilai kegunaan sosial yang diperoleh dari penggunaan produk atau jasa.
3. Nilai emosional: nilai yang didapat setelah pelanggan menggunakan produk atau jasa
yang dihasilkan pemasok tersebut dan mendapatkan produk yang bersangkutan
memberi nilai tambah. Nilai ini menimbulkan suatu tanggapan emosional dari
pelanggan
4. Nilai pengorbanan: nilai yang didapatkan konsumenn dari keseuaian manfaat yang
diperoleh konsumen dari kesesuaian manfaat yang diperoleh konsumen dari suatu
produk yang dibelinya dengan biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan untuk
memperoleh produk tersebut. Manfaat yang dirasakan konsumen berupa manfaat
fungsional dan emosional. Sedangkan biaya yang dikeluarkan berupa uang, energi,
waktu dan mental.
Slide 14:
Tahap awal yang dapat dilakukan dalam membangun nilai pelanggan adalah dengan
memahami kebutuhan pelanggan dengan cara promosi dan kegiatan komunikasi pemasaran
dan melakukan perancangan dan pengendalian kualitas yang efektif dengan cara mengurangi
biaya. Setelah memahami kebutuhan pelanggan dan melakukan perancangan serta
pengendalian kualitas yang efektif baru kemudian membuat kualitas yang super bagi
pelanggan. Pada saat kualitas produk tersebut diterima oleh pasar, maka akan terbentuk nilai
pelanggan, nilai pelanggan yang tinggi akan menghasilkan keuntungan, pertumbuhan, nilai
saham yang tinggi pula. Menurut Kotler dan Keller (2009), cara membangun nilai pelanggan
adalah dengan meningkatkan manfaat produk, pelayanan, staf dan citra yang ditawarkan serta
mengurangi satu jenis biaya atau lebih. Strategi yang biasa digunakan dalam membangun nilai
pelanggan dikenal dengan istilah generic value strategic, yaitu sebagai berikut:
1. Memberi manfaat lebih dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing (more
for less).
2. Memberi manfaat yang lebih dengan biaya yang sama besar bila dibandingkan pesaing
(more for same).
3. Memberi manfaat yang sama dengan pesaing dengan biaya lebih rendah (same for
less).
4. Memberi manfaat yang lebih dan biaya yang lebih besar dibanding pesaing (more for
more).
5. Memberi manfaat yang rendah dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan pesaing
(less for less)
Slide 15 :
Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran merupakan strategi tempat pada konsep mix marketing yang
berfokus pada cara pendistrubsian produk;
a. Saluran offline
b. Saluran online
saluran offline biasa meliputi bangunan fisik yang disediakan untuk mendistribusikan
produk pada tempat-tempat tertentu. hal ini populer pada kalangan masyarakat
konvensional. adapun jasa distribus merupakan mitra yang membantu untuk
mendistribusikan produk.
Saluran online diminati oleh masyarakat modern yang cenderung mengambil cara yang
lebih praktis. Hanya dengan gadget , bisa melakukan transaksi dan barang akan
dikirimkan ke alamat sesuai tanpa harus pergi ke bangunan fisik.
Slide 18:
Kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi Supply Chain Management adalah:
1. Perencanaan dan Pengendalian. Pada bagian perencanaan dan pengendalian memainkan
peran untuk menciptakan koordinasi taktis maupun operasional, sehingga kegiatan
produksi, pengadaan material, maupun pengiriman barang dapat dilakukan secara efisien
dan tepat waktu.
2. Operasi atau Produksi. Kegiatan ini bertugas secara fisik melakukan transformasi dari
bahan baku, produk setengah jadi ataupun komponen menjadi produk jadi yang siap dijual.
3. Pengiriman dan Distribusi. Pada lingkup supply chain pengiriman barang terjadi pada awal
material masuk dan juga pada saat produk jadi dikirim ke customer maupun end customer
pada waktu dan tempat yang tepat. Kegiatan ini akan melibatkan jasa transportasi. Dalam
cakupan kegiatan distribusi, perusahaan harus dapat merancang jaringan distribusi yang
tepat. Keputusan mengenai perancangan jaringan distribusi harus mempertimbangkan
trade-off antara aspek biaya, aspek fleksibilitas, dan aspek kecepatan respon terhadap
konsumen.
a. Strategi Supply Chain
i. Banyak Pemasok (Many Supplier) Dengan strategi banyak pemasok, pemasok
menanggapi permintaan dan spesifikasi “permintaan dan penawaran”, (request for
quotation), dengan pesanan yang pada umumnya akan jatuh ke pihak yang
memberikan penawaran terendah.
ii. Sedikit Pemasok (Few Supplier) Strategi yang memiliki sedikit pemasok
mengimplikasikan bahwa daripada mencari atribut jangka pendek, seperti biaya
rendah, pembeli lebih ingin menjalin hubungan jangka panjang dengan beberapa
pemasok yang setia.
iii. Integrasi vertical (Vertical Integration) Integrasi vertical berarti mengembangkan
kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli atau
membeli perusahaan pemasok atau distributor.
iv. Jaringan Keiretsu (Keiretsu Network) Keiretsu adalah sebuah istilah Jepang untuk
menggambarkan para pemasok yang menjadi bagian dari sebuah perusahaan
v. Perusahaan Virtual (Virtual Company) Perusahaan virtual adalah perusahaan yang
mengandalkan beragam hubungan pemasok untuk menyediakan jasa atas
permintaan yang diinginkan. Juga dikenal sebagai korporasi berongga atau
perusahaan jaringan.
b. Kebijakan Supply Chan Management
Pengukuran dimensi kebijakan SCM:
1. Transprotasi
2. Pengemasan
3. Pembelian
4. Gudang & Penyimpanan
5. Manajemen
6. Peramalan Permintaan
7. Proses pemesanan.
Slide 20:
Pesaing adalah suatu bisnis yang bergerak pada industri dan segmentasi pasar yang
sama dengan bisnis yang ingin dimasuki/dirikan. Menurut Kotler dan Armstrong konsep
pemasaran menyatakan bahwa agar berhasil, perusahaan harus menyediakan nilai dan
kepuasan pelanggan yang lebih besar daripada pesaingnya. Oleh karena itu, pemasar harus
melakukan lebih dari sekedar menyesuaikan diri dengan kebutuhan konsumen sasaran. Mereka
juga harus meraih manfaat strategis dengan menempatkan penawaran mereka secara kuat
menghadapi penawaran pesaing dalam pikiran konsumen. Tidak ada satu strategi pemasaran
kompetitif yang paling baik bagi semua perusahaan. Masing-masing perusahaan harus
mempertimbangkan ukuran dan posisi industrinya sendiri dibandingkan dengan ukuran dan
posisi industri pesaingnya. Perusahaan besar dengan posisi dominan di dalam sebuah industri
dapat menggunakan strategi tertentu yang tidak dapat dilakukan oleh perusahaan kecil. Tetapi
menjadi besar saja tidaklah cukup. Ada strategi kemenangan bagi perusahaan besar, tetapi juga
ada strategi kekalahan. Dan perusahaan kecil dapat mengembangkan strategi yang memberikan
tingkat pengembalian yang lebih baik bagi dirinya sendiri daripada yang dinikmati perusahaan
besar.
Slide 21:
1. Persaingan merek:
Perusahaan melihat pesaingnya sebagai perusahaan lain yang menawarkan produk dan
layanan serupa kepada pelanggan yang sama dengan harga yang sama. Persaingan
merek ini terjadi apabila sebuah perusahaan bersaing dengan perusahaan lain dengan
produk yang serupa dan juga memiliki harga yang relatif sama. Seperti misalnya saja
produk Teh Botol Sosro dan Fresti, sama-sama menjual teh dalam kemasan sehingga
mereka bersaing dalam persaingan tingkat merek.
2. Persaingan industri:
Suatu perusahaan melihat pesaingnya sebagai semua perusahaan yang membuat produk
atau kelas produk yang sama. Persaingan jenis ini terjadi ketika sebuah perusahaan
membuat produk ataupun kelas produk yang sama, misalkan saja persaingan antar
pabrikan minuman dalam kemasan. Satu perusahaan atau industri dan industri lainnya
yang membuat produk dalam minuman kemasan mereka akan bersaing antara satu dan
lainnya.
3. Bentuk kompetisi:
Perusahaan melihat pesaingnya sebagai semua perusahaan yang memproduksi produk
yang menyediakan layanan yang sama. Persaingan bentuk ini terjadi karena sebuah
perusahaan memproduksi suatu produk yang hampir mirip dengan perusahaan lain,
sehingga terjadi persaingan antar kedua produk.
4. Persaingan generik:
Perusahaan melihat pesaingnya sebagai semua perusahaan yang bersaing dengan kelas
konsumen yang sama. persaingan generic lebih dikenal dengan persaingan target
market atau target pasar. Persaingan ini terjadi akibat dari target pasar yang sama atau
menyasar konsumen yang sama.
Slide 22:
Slide 24
MARKETING MIX 4P
Marketing mix adalah kumpulan variabel pemasaran yang digabungkan dan
dikendalikan oleh sebuah perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dari target
market. Marketing mix atau juga dikenal dengan istilah bauran pemasaran mengacu pada
serangkaian tindakan, atau strategi yang digunakan oleh sebuah perusahaan dalam
mempromosikan jasa atau produk yang mereka jual di pasar. Konsep pemasaran ini pada
awalnya memiliki 4 elemen utama yang dikenal dengan istilah konsep marketing 4P yaitu
Product, Price, Place, dan Promotion. Pada dasarnya, konsep marketing ini akan membantu
sebuah bisnis dalam merencanakan strategi pemasarannya dengan tepat. Dengan demikian,
suatu produk dapat diterima dengan baik oleh target market yang sudah ditentukan.
Konsep Marketing Mix 4P
1. Product (Produc)
Produk merupakan sesuatu yang dapat dijual oleh sebuah perusahaan baik itu
berbentuk jasa, layanan, barang, atau produk digital. Ketika mengembangkan sebuah
produk, sobat perlu memastikan terlebih dahulu apakah produk tersebut diinginkan atau
dibutuhkan oleh pasar atau tidak.
2. Price (Harga)
Price atau harga adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh target konsumen
untuk membeli atau menggunakan produk yang ditawarkan. Harga yang ditetapkan
tergantung dari nilai produk yang dapat dirasakan oleh konsumen. Ketika produk
memiliki harga yang rendah, maka produk dapat digunakan oleh lebih banyak
konsumen, sedangkan harga yang tinggi akan menarik pelanggan yang mencari
eksklusivitas.
3. Place (Tempat)
Place atau tempat mengacu pada lokasi dimana konsumen dapat menemukan,
menggunakan, mengakses atau membeli produk yang disediakan. Selain berbentuk
lokasi fisik seperti toko, kantor, pabrik, atau gudang, saat ini unsur place juga dapat
berbentuk digital seperti media sosial, marketplace, website, dan lain-lain.
4. Promotion (Promosi)
Setelah menentukan product, price, dan place, sekarang adalah saatnya
untuk menerapkan strategi promosi. Promotion atau promosi adalah cara untuk
mempromosikan produk sobat agar dapat menjangkau target market sehingga
menghasilkan penjualan.
Slide 25
Positioning sendiri adalah Tindakan merancang produk, dan bauran pemasaran agar dapat
tercipta kesan tertentu diingatan para konsumen. Persepsi atau image positive konsumen
terhadap perusahaan ataupun produk tersebut. Sehingga para konsumen akan memahami dan
mengerti serta menghargai apa yang dilakukan perusahaan untuk membedakan dengan produk
ataunpesaing lainnya. Perusahaan harus meneliti atau mengidentifikasi posisi pesaing lalu
kemudian memutuskan untuk mengambil posisi setara atau mencari kesempatan dalm pasar
dengan menggunakan strategi yang telah direncanakan sebelumnya. Langkah diferensiasi dan
positioning terdiri dari tiga tahap:
1. Mengidentifikasi sekumpulan keunggulan kompetitif yang berbeda di mana untuk
membangun posisi.
2. Memilih keunggulan kompetitif yang tepat.
3. Memilih strategi positioning secara keseluruhan.
Produk
Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang perusahaan tawarkan untuk pasar. Jenis
dari produk ini sebagai contohnya yaitu : kualitas produk yang baik dnegan desain dan fitur
yang menarik. Selain itu nama merk, packaging, dan jasa yang berbeda dan menarik bagi
konsumen.
Price
Harga adalah jumlah dari uang konsumen yang harus dibayarkan untuk mendapatkan
produk. Strategi harga dapat diukur memakai: diskon, jangka waktu kredit, daftar harga,
periode pembayaran. Dari sudut pandang organisasi ada 3 strategi harga dasar dimana sejumlah
taktik dapat dikembangkan, diantaranya :
1. Above the market (di atas pasar), yaitu harga premium yang mana didukung melalui
keunggulan kompetitif.
2. At the market (sesuai pasar), dimana organisasi menentukan harga yang sama
dengan kompetitornya.
3. Below the market (di bawah pasar), dimana butuh untuk didukung dengan
pendanaan silang dari bagian lain perusahaan, atau bergantung kepada keunggulan
biaya.
Place
Tempat termasuk aktifitas perusahaan yang membuat produk tersedia untuk konsumen yang
ditargetkan. Tempat yang dimaksud dapat diartikan sebagai channel, lokasi, transportasi,
logistik, inventory, cakupan. Distribusi dari produk dapat berupa :
1 Exclusive, yang mana tersedia di satu outlet pada setiap wilayah geografis.
2 Inclusive, yang mana tersedia pada kategori yang berbeda dari outlet retail (contohnya
seperti departement store atau discount store).
3 Intensive, yang mana tersedia dengan memaksimalkan outlet sebanyak mungkin dan
menggunakan kombinasi dari metode pengiriman.
Promotion
Promosi mengacu kepada aktifitas yang mengomunikasikan manfaat produk dan membujuk
konsumen yang ditargetkan untuk membelinya. Selain itu promosi juga bagian yang paling
tampak dari proses pemasaran. Promosi juga mencangkup semua bentuk komunikasi dengan
konsumen dan stakeholders dari iklan massal hingga pengembangan presentasi penjualan
personal. Komponen – komponen kunci dari komunikasi pemasaran tercakup dalam bauran
promosi, yaitu :
1 Advertising
2 Public relations
3 Personal selling
4 Sponsorship
5 Sales promotion