Anda di halaman 1dari 3

Nama: Lalu Agil Zidni

Kelas: PPI B/2

Nim: 220603047

Opini Perkembangan Ekonomi Islam Di Indonesia

Sebelum berbicara lebih jauh mengenai ekonomi Islam, terlebih dahulu harus mengetahui dasar-dasar
dari berdirinya ekonomi Islam. Ekonomi dalam Islam, bersumber dari Alquran dan sunnah rasulullah. Hal
ini tentu berbeda dengan ekonomi konvensional yang memiliki prinsip untuk memaksimalkan profit,
sedangkan ekonomi Islam lebih mementingkan mashlahah. Dengan berdirinya Bank Muamalat
Indonesia pada tahun 1992, praktik ekonomi Islam di Indonesia terus bertumbuh pesat. Tidak hanya di
sektor perbankan, ekonomi Islam juga berkembang di berbagai sektor yang salah satunya pada asuransi
syariah seperti PT Asuransi Takaful, PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia, dan lain sebagainya. Selain
itu, ekonomi Islam juga berkembang di sektor Pasar Modal Syariah, Pegadaian Syariah, Obligasi Syariah,
Reksadana Syariah, dan lain sebagainya.

Menurut saya Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia mengalami berbagai tantangan dan
hambatan. Salah satu faktornya yaitu kurangnya pemahaman masyarakat tentang ekonomi Islam, hal ini
sangat berpengaruh karena ekonomi konvensional dinilai memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan
dengan ekonomi Islam. Pada dasarnya, keuntungan yang diperoleh dalam ekonomi Islam sebenarnya
sama saja dengan ekonomi konvensional. Hanya saja, dalam ekonomi Islam tidak mengandung unsur-
unsur yang dilarang oleh Allah Swt, contohnya seperti riba.

Menurut Nurul Azizah Surury Dalam ekonomi Islam lebih mementingkan terhadap akad-akad ketika
melakukan transaksinya. Meskipun sudah mengetahui ekonomi Islam secara mendalam, para nasabah
banyak yang enggan berpindah ke bank syariah dengan alasan hilangnya penghasilan tetap dari bunga
karena sistem bagi hasil dinilai kurang menguntungkan. Dan juga kurangnya minat masyarakat dalam
memahami ilmu ekonomi Islam karena sudah terlalu nyaman dengan apa yang telah diberikan oleh
ekonomi konvensional. Permodalan juga menjadi salah satu permasalahan yang serius dalam
mendirikan suatu usaha. Sebagai contoh, setiap rencana untuk mendirikan bank syariah sering tidak
terwujud karena tidak adanya modal. Hal ini tidak terlepas dari kaitan dengan pihak pemilik dana. Para
pemilik dana belum mempunyai keyakinan yang kuat akan keberhasilan bank syariah tersebut dan takut
bahwa dana tersebut akan hilang1.

Ekonomi Islam juga mengalami hambatan di bidang SDM. Untuk bersaing dengan ekonomi
konvensional, ekonomi Islam harus memiliki SDM yang tidak kalah dengan ekonomi konvensional.
Banyak dari SDM ekonomi syariah yang tidak benar-benar memahami ekonomi syariah karena

1
Nurul Azizah Surury mahasiswi asal Kabupaten Siak yang kini sedang kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan
Akuntansi Syariah IAI Tazkia, Bogor, Jawa Barat.
banyaknya praktisi-praktisi ekonomi konvensional yang langsung berpindah ke ekonomi syariah,
sehingga menyebabkan lemahnya pemahaman terhadap ekonomi syariah.

Peran perguruan tinggi sangat penting untuk keseragaman standar ekonomi Islam. Saat ini, masih
sangat terbatas perguruan tinggi yang menyediakan Jurusan Ekonomi Islam. Diperlukan SDM yang
memahami dua bidang, yaitu ekonomi keuangan konvensional dan ilmu syariah. Sering dijumpai SDM
yang mempelajari ekonomi Islam hanya unggul di satu bidang. Unggul pada ilmu syariah, tetapi tidak
memahami ilmu ekonomi keuangan. Begitu pun sebaliknya, unggul pada ilmu ekonomi keuangan, tetapi
tidak memahami ilmu syariah. Sangat sulit bagi masyarakat di pedesaan untuk mengakses bank syariah,
serta sulit ditemukan ATM bank syariah di beberapa daerah. Hal ini membuat masyarakat lebih memilih
bank konvensional karena mudah diakses dan ada di mana saja. Memperluas jaringan kantor dan
meningkatkan pelayanan akan menjadi salah satu solusi untuk membumikan ekonomi Islam pada sektor
perbankan. Berbagai tantangan inilah diharapkan bisa menjadi motivasi untuk tetap memperluas
ekonomi islam di Indonesia.

Perlu sosialisasi secara maksimal kepada masyarakat luas untuk menanamkan paham ekonomi islam.
Dalam mewujudkan pemahaman yang lebih terhadap ekonomi syariah kepada masyarakat, perlu
adanya iven-iven berbasis syariah yang bertujuan untuk membuka pandangan masyarakat. Selain itu,
diperlukan adanya tenaga pendidik sehingga bisa menciptakan SDM yang kuat pondasinya dalam
memahami ekonomi Islam. Serta dibutuhkan pengelola yang benar-benar memahami prinsip-prinsip
syariah dalam praktiknya dan harus mempunyai komitmen dalam penerapannya secara konsisten.

Dukungan dari pemerintah juga dibutuhkan untuk membuat fatwa yang menjadi standar dalam
menjalankan sistem ekonomi Islam. Terdapat 138 fatwa DSN-MUI tentang ekonomi Islam yang menjadi
bimbingan bagi umat. Tetapi fatwa-fatwa ini sangat bergantung pada ekonomi klasik karena
memadukan transaksi modern dengan akad-akad, sehingga fatwa hanya sebagai alat untuk
membenarkan transaksi konvensional.
Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian tentang perkembangan ekonomi Islam untuk
menemukan kendala yang dihadapi umat Islam dalam membumikan ekonomi Islam di Indonesia,
sehingga bisa menemukan solusi untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Baiknya para peneliti
melibatkan pakar ushul fikih dalam penelitiannya, karena ilmu ushul fikih sangat penting dalam ilmu-
ilmu syariah. Melalui ilmu inilah kita dapat mengetahui maksud dalil baik dari Alquran maupun hadis,
karena ilmu ushul fikih menjadi satu-satunya cara untuk mengetahui hukum syariah.

Pengawasan pada bank syariah sangat diperlukan agar pada praktiknya tidak hanya sebagai
formalitas, tetapi benar-benar mengikuti prinsip dan sistem ekonomi Islam. Apalagi pada bank
konvensional yang membuka cabang bank syariah, tidak menutup kemungkinan bahwa sistemnya juga
menganut ekonomi konvensional. Bank syariah yang tidak patuh dan luput dari pengawasan akan
merusak kepercayaan masyarakat pada bank syariah.

Anda mungkin juga menyukai