Anda di halaman 1dari 5

A.

Perasaan Selama Melakukan Perubahan Di Kelas


Melakukan perubahan pada suatu hal yang sudah menjadi kebiasaan
bukanlah hal yang mudah bagi saya. Apalagi hal ini sudah saya lakukan bertahun-
tahun mulai dari pertama kali saya mengajar sampai saya beruntung untuk
mengikuti Pendidkan Guru Penggerak ini dan mempelajari modul 1.1 tentang
Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Banyak ilmu yang saya dapatkan setelah mempelajari tentang Filosofi


Pendidikan Ki Hajar Dewantara, yang pada akhirnya saya menyadari begitu
banyak kekurangan saya yang harus saya perbaiki dalam melakukan proses
pembelajaran di kelas.

Salah satu kesalahan yang saya lakukan selama ini adalah menjadikan saya
satu-satunya sumber belajar bagi murid saya. Dengan metode ceramah
menjadikan pembelajaran berasa sangat membosankan, suasana kelas jadi
mencekam karena saya menuntut mereka untuk fokus mendengarkan ceramah
saya dalam durasi waktu yang cukup lama.

Mungkin bukan hanya siswa yang merasa waktu berputar sangat lama saat
proses pembelajaran di kelas, bahkan pada waktu-waktu tertentu saya juga
merasakan hal tersebut, dimana aktifitas pembelajaran berasa membosankan.
Maka setelah saya mempelajari modul 1.1 ini saya bertekad untuk memperbaiki
itu semua dengan merancang pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga
proses pembelajaran tidak membosankan bahkan menjadi menyenangkan.

B. Ide Atau Gagasan Yang Timbul Sepanjang Proses Perubahan

Dengan bermodalkan pemahaman yang saya dapatkan saat saya


mempelajari tentang Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya belajar untuk
membuat rencana pembelajaran yang berpusat pada siswa dimulai dari
pembelajaran yang menyenangkan.

Ide atau gagasan yang muncul untuk menciptakan proses pembelajaran


yang menyenangkan adalah salah satunya dengan melakukan ice breaking pada
saat proses pembelajaran. Ice breaking bisa dilakukan di awal pembelajaran
maupun di tengah pembelajaran yang tujuannya adalah menjadikan kelas lebih
segar dan memecahkan kebosanan sehingga murid bersemangat dan fokus
mengikuti pembelajaran kita.

Selain ice breaking, saya juga mulai belajar untuk mengenali karakter
siswa saya di kelas, sehingga pada akhirnya saya mengenali gaya belajar mereka
masin-masing. Ternyata saya tidak bisa memaksa dan menyamaratakan gaya
belajar mereka menjadi gaya belajar seperti yang selama ini saya lakukan.
C. Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan praktik baik

Praktik baik yang sudah saya lakukan adalah :

1. Melakukan ice breaking dikelas, baik di awal pembelajaran maupun di tengah


pembelajaran

2. Melakukan pembelajaran dengan cara bervariasi, salah satunya dengan


metode tutor sebaya

3. Membiasakan 3S (senyum, sapa, salam) bagi siapa saja yang dilewati pada saat
berada di lingkungan sekolah.

4. Setiap hari Jum’at melakukan kegiatan imtaq (Iman dan Taqwa) berupa
Tartil/Tahfidz Al Qur’an oleh siswa dan pemberian nasehat agama oleh guru
yang memiliki kompetensi di bidang agama.

5. Membiasakan siswa untuk melakukan kebersihan kelas dan lingkungan


sekolah sehabis pulang sekolah, sehingga keesokan harinya kelas sudah bersih
dan rapi.

6. Melakukan kegiatan apel pagi yang kegiatannya berupa pemberian nasehat dan
motivasi dari guru dan penampilan kreatifitas siswa

7. Menjadikan sholat Dzuhur berjama’ah di mesjid sekolah dan solat Jum’at bagi
yang laki-laki program wajib sekolah

8. Membuat program ‘zero plastick’ di lingkungan sekolah yang berlaku untuk


seluruh warga sekolah termasuk kantin sekolah.
D. Rangkaian Pelaksanaan Aksi Nyata (Foto Bercerita)

1. Perencanaan 

Kegiatan aksi nyata ini saya mulai dari mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang
saya lakukan selama ini, ternyata belum sesuai dengan Filosofi Pendidikan Ki
Hajar Dewantara.
Setelah saya menyadari kesalahan saya maka saya mulai mengidentifikasi
kegiatan apa yang dapat menjadikan proses pembelajaran yang saya lakukan
berpihak pada murid. Kemudian saya menyusun rancangan aksi nyata ini dengan
mendiskusikannya dengan rekan sesama guru. Dari hasil diskusi saya dengan
rekan sesama guru maka saya memutuskan untuk melakukan pembelajaran yang
berpihak pada murid yang salah satunya adalah dengan melakukan ice breaking
dan metode tutor sebaya pada saat proses pembelajaran.

2. Pelaksanaan

Untuk melaksanakan aksi nyata ini didalam kelas, proses pembelajaran dimulai
dengan memberikan salam ketika masuk kelas, mengajak siswa untuk berdoa
sebelum belajar, menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan,
melakukan ice breaking berupa permainan sederhana, membagi siswa menjadi 4
kelompok, membimbing jalannya pembelajaran yaitu mempersilahkan setiap
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Dilanjutkan
dengan diskusi antar kelompok, berupa pertanyaan-pertanyaan dari kelompok
lain. Dan kelompok lain harus membuat kesimpulan dari apa yang telah teman
mereka sampaikan (tutor sebaya). Hal ini dapat menstimulus seluruh siswa untuk
berperan aktif dalam proses kegiatan pembelajaran.
Sebelum masuk pada proses pembelajaran selanjutnya, saya melakukan ice
breaking kembali berupa yel-yel singkat tapi mampu menyegarkan suasana. Pada
akhir kegiatan inti pembelajaran, saya menugaskan setiap murid untuk menuliskan
kembali kesimpulan dari seluruh presentasi kelompok pada buku catatannya. Dan
saya akan memberikan reward berupa nilai nilai yang baik atas semangat belajar
mereka.
3. Refleksi

Sebelum di tutup, pada akhir pembelajaran saya melakukan refleksi terhadap


proses pembelajaran hari ini dengan seluruh murid. Saya menanyakan kepada
mereka tentang perasaan dan tanggapan mereka terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilaksanakan hari ini. Baik kelebihan maupun kekurangan yang mereka
rasakan sehingga menjadi bahan evaluasi saya untuk melakukan perbaikan ke
depannya.

4. Laporan Hasil

Adapun hasil dari kegiatan aksi nyata yang telah saya lakukan yaitu pembelajaran
berpihak pada murid berupa ice breaking dan tutor sebaya adalah sebagai berikut:

1. Kepala sekolah dan rekan sejawat yang berada di lingkungan sekolah


mendukung kegiatan aksi nyata ini

2. Ice breaking membuat murid menjadi lebih semangat dan antusias untuk
mengikuti proses pembelajaran.

3. Dengan metode pembelajaran tutor sebaya, semua murid menjadi aktif selama
proses pembelajaran berlangsung

4. Murid dapat mengemukakan pendapatnya dengan berani.

5. Siswa dapat menyelesaikan penugasan dengan berperan aktif dalam proses


kegiatan diskusi kelompok

E. Testimoni

1. Saprida ( Guru Produktif AK)

“Saya melihat terjadi perubahan dengan metode pembelajaran yang


dilakukan oleh ibu Ernita. Sebelumnya hanya dengan metode ceramah, tapi
sekarang sudah lebih bervariasi lagi yang salah satunya adalah dengan tutor
sebaya. Dan hasilnya juga kelihatan, siswa menjadi aktif dan antusias
dalam proses pembelajaran.”

1. Ahmad Yani (Guru Matematika)

“Apa yang dilakukan oleh ibu Ernita sangat menginspirasi saya, terutama
dalam hal ice breaking yang membuat murid tidak bosan dan lebih
semangat dalam belajar”

2. M. Kevin ( Siswa kelas X TBSM 1)

“ Sekarang belajar dengan ibu Ernita itu sangat menyenangkan dan tidak
membosankan”

3. Ridho Febriansyah (Siswa kelas X TBSM 2)

“Kalau ibu Ernita mengajar saya jadi tidak mengantuk dan saya jadi berani
untuk berbicara di depan kelas.”

Anda mungkin juga menyukai