Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Hormon Asam Absisat

Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah
satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh oleh tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan
oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott.
Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II
kelak disebut dengan asam absisat, disingkat ABA. Pada saat yang bersamaan, dua kelompok peneliti
lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga melakukan penelitian
terhadap hormon tersebut.
Hormon asam absisat merupakan senyawa yang bersifat inhibitor (penghambat) yang cara
kerjanya berlawanan dengan hormon auksin dan giberelin. Salah satu fungsi auksin adalah untuk
memacu proses pemanjangan sel dan pembentukan buah tanpa biji. Sedangkan salah satu fungsi dari
giberelin adalah untuk mengakhiri proses dormansi pada biji yang terpengaruhi oleh asam absisat.
Tahapan lain dalam kehidupan suatu tumbuhan yang menguntungkan apabila pertumbuhan
dihentikan adalah pada saat permulaan dormansi biji, dan kemungkinan asam abisatlah yang bertindak
sebagai penghambat pertumbuhan. Biji akan berkecambah ketika ABA dihambat dengan cara
membuatnya tidak aktif, atau dengan membuangnya atau melalui peningkatan aktivitas giberelin. Biji
beberapa tumbuhan gurun mengakhiri dormansinya ketika hujan lebat melunturkan ABA dari biji. Biji
tumbuhan lain memerlukan cahaya atau stimulus lain untuk memicu perombakan asam abisat. Pada
sebagian besar kasus, rasio ABA terhadap giberelin akan menentukan apakah biji itu akan tetap
dorman atau berkecambah.
Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress diproduksi dalam jumlah besar ketika
tanaman mengalami berbagai keadaan rawan diantaranya yaitu ABA.  Keadaan rawan tersebut antara
lain kurang air,  tanah bergaram, dan suhu dingin atau panas.  ABA membantu tanaman mengatasi dari
keadaan rawan tersebut.
B. Letak Asam Absisat dan Transpornya pada Tanaman

Tempat produksi atau lokasi hormon asam absisat pada tumbuhan yaitu di daun, batang, akar dan
buah hijau. Fungsi utama asam absisat yaitu menghambat pertumbuhan, menutup stomata selama
kekurangan air, menghambat pemutusan dormansi.
Pada daun, ABA berada pada 3 bagian sel yang berbeda, yakni : (1) pada sitosol, dimana
disintesis, (2) pada kloroplas dimana ABA diakumulasikan, dan (3) pada dinding sel. Para ahli fisiologi
berpendapat bahwa ABA dapat merangsang penutupan stomata adalah ABA yang berada pada dinding
sel. ABA pada dinding sel ini berasal dari  sel-sel mesofil daun tempat di mana ABA ini disintesis.
Asam Absisat diangkut oleh tumbuhan secara alami melalui xilem floem dan parenkim baik itu
naik atau turun, proses pengangkutan menuju daun dalam penutupan stomata dari akar menuju floem
yang dekonsentrasi pada daun yang dapat dipengaruhi oleh tingkat kegaraman yang tinggi. Begitupun
dari daun menuju akar dan menuju batang dalam penghambatan penambahan panjang dan lebar batang
pada tanaman.
C. Pembentukan Asam Absisat pada Tumbuhan dan Cara Kerjanya

Hormon Asam Absisat pada tumbuhan dapat diperoleh dengan cara alami melaui proses di dalam
tumbuhan itu sendiri (endogen) dan melalui pemberian dari luar oleh campur tangan manusia
(eksogen). Namun secara alami tumbuhan dapat menghasilkan hormon Asam Absisat di dalam
tubuhnya walaupun tidak dalam jumlah yang besar dengan beberapa proses yaitu :
Biosintesis/pembentukan ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara  tak langsung melalui
peruraian karotenoid (zat warna merah, kuning dan Orange) tertentu (40 karbon) yang ada di plastid. 
ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama dengan pergerakan giberelin yaitu dapat diangkut secara
mudah melalui xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh. 
Rangkaian pose secara kimia, yaitu
Jalur Asam mevalonat : Asam mevalonat → farnesylpyrofosfat → ABA
Jalur Violaxanthin : Violaxanthin → Xanthoxin → ABA  -  Cahaya
Secara non-alami, Asam Absisat diperoleh melalui pemberian dari luar tubuh baik itu Asam
Absisat Sintetik maupun yang diekstrak dari tumbuhan lain, misalnya Alga.Cara kerja dari asam
absisat ini seperti merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air, mempertahankan
dormansi dan biasanya terdapat di daun, batang, akar, buah berwarna hijau. Pengangkutan hormon
ABA dapat terjadi baik di xilem maupun floem dan arah pergerakannya bisa naik atau turun.
Transportasi ABA dari floem menuju ke daun dapat dirangsang oleh salinitas (kegaraman tinggi).
Pada tumbuhan tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus hidupnya. Daun muda
memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa merupakan sumber dari ABA dan
dapat ditranspor ke luar daun.
Daun dan buah pada tumbuhan dapat menjadi rontok karena adanya pengaruh kerja hormon Asam
Absisat (ABA). hormon ini menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel. karena itu, jika hormon ini
bekerja, proses yag terjadi di dalam sel akan berkurang dan kelamaan akan berhenti. berhentinya
aktivitas sel, berarti juga berhentinya asupan nutrisi ke dalam sel tumbuhan tersebut, sehingga, bagian
tumbuhan seperti daun akan kekurangan nutrisi, dan kering karena penguapan terus terjadi, namun
tidak ada asupan air, dan kelamaan daun akan rontok.
Kegunaan Asam Absisat bagi Tumbuhan

Seperti yang telah dijelaskan diatas, hormon Asam Absisat berfungsi dalam menghambat
pertumbuhan, hal ini dilakukan untuk membantu tumbuhan untuk bertahan dalam kondisi yang sulit,
sehingga hormon absisat hanya diproduksi jika tumbuhan mengalamai kondisi seperti kekurangan air,
pada musim dingin, musim kering, dan musim gugur sehingga terjadi proses-proses untuk
menghambat pertumbuhan. Secara Keseluruhan, Asam Absisat berfungsi dalam :
    1.      Secara fisiologis berfungsi dalam Pengaturan perkecambahan biji, Mendorong sintesis protein
simpanan, Mengurangi efek kekurangan air, Peristiwa absisi, Dormansi tunas, Memacu transpor
fotosintat yang sedang berkembang
     2.      Dormansi tunas
     3.      Menghambat perkecambahan biji
     4.      Mempengaruhi pembungaan tanaman
     5.      Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian
     6.      Mempengaruhi pucuk tumbuhan untuk melakukan dormansi
     7.      Untuk maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan
    8.      Untuk menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi  
     9.      Menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.
D. Pengertian Etilen
Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal dalam-
tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen disebut juga ethene
(Winarno, 2007). Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut juga
gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap (Yatim, 2007).

Hormon Gas Etilen adalah hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam
proses pematangan buah. Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis ethylen berjalan
optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya: Etephon, Protephon) merk
dagang antara lain: Prothephon 480SL. Gas Etilen banyak ditemukan pada buah yang sudah tua
(Vitriyatul, 2012).

Gas etilen adalah suatu senyawa volatil yang dikeluarkan oleh buah-buahan dan sayuran segar.
Jumlah gas etilen yang dikeluarkan bervariasi menurut jenis buah dan sayuran segar yang dihasilkan.
Buah apel dikenal sebagai buah yang banyak menghasilkan gas etilen. Menurut Griffin dan Sacharow
dalam Simbolon (1991), secara umum gas etilen akan mempercepat proses pematangan dan
pemasakan, kerusakan fisik dan fisiologis.

Etilen adalah hormon tanaman alami yang penting pengaruhnya terhadap pelayuan dan
pemasakan dari buah klimakterik (Utama, 2006). Menurut Kader (1992), buah klimakterik yaitu buah
yang menunjukkan kenaikan produksi karbondioksida dan etilen yang besar saat penuaan. Contoh
buah klimakterik yaitu apel, alpukat, pisang, mangga, dan tomat. Selama proses pematangan, buah
klimakterik menghasilkan lebih banyak etilen endogen daripada buah nonklimakterik. Menurut
Hadiwiyoto (1981), etilen endogen adalah gas etilen yag dihasilkan oleh buah yang telah matang
dengan sendirinya yang dapat memicu pematangan buah lain di sekitarnya.
E. Struktur dan Karakteristik Etilen
Struktur kimia etilen sangat sederhana sekali yaitu terdiri dari dua atom karbon dan empat atom
hidrogen seperti yang terlihat pada struktur kimia pada skema berikut.
Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal dalam
tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen disebut juga ethane.
Selain itu Etilen ( IUPAC nama: etena) adalah senyawa organik, sebuah hidrokarbon dengan rumus
C2H4 atau H2C=CH2. Ini adalah gas mudah terbakar tidak berwarna dengan samar “manis dan musky
bau“ ketika murni. Ini adalah yang paling sederhana alkena (hidrokarbon dengan karbon-karbon
ikatan rangkap ), dan paling sederhana hidrokarbon tak jenuh setelah asetilena (C2H2) (Vitriyatul,
2012).

Ada beberapa karakteristik dari etilen yang perlu dipertimbangkan bila menguji pengaruhnya
terhadap penampilan produk pascapanen hortikultura segar. Etilen adalah:

I. gas volatil; secara fisiologis adalah aktif dalam konsentrasi sangat kecil (0.01 ppm),
memacu respon dari kebanyakan jaringan;
II. utokatalitik, artinya saat produksinya mulai dirangsang maka laju produksinya akan terus
meningkat dengan laju peningkatan tertentu (seperti bola salju menggelinding dari bukit);
III. diproduksi di dalam tanaman (etilen endogenous). Faktor yang mempengaruhi laju
produksinya meliputi varietas, stadia kematangan, suhu, level oksigen dan
karbondioksida dan dapat disebabkan pula oleh berbagai bentuk pelukaan;
IV. terdapat pula dilingkungan (etilen exogenous) dan akan memacu produk untuk
menghasilkan etilen endogenous.
Buah klimakterik dapat dipacu kemasakannya dengan mengekpos produk pada sumber etilen
exogenous. Proses ini dinamakan “Pengendalian Kemasakan”. Jika buah klimakterik telah mulai
masak, buah tersebut menghasilkan sejumlah etilen yang signifikan. Etilen yang dihasilkan tersebut,
dapat memulainya proses pemasakan produk buah klimakterik yang matang atau belum masak atau
meningkatkan kemunduran dari produk sensitif-etilen (Utama, 2006).
F. Biosintesis dan Metabolisme Etilen
Etilen diproduksi oleh tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin yang esensial pada
seluruh jaringan tumbuhan. Produksi etilen bergantung pada tipe jaringan, spesies tumbuhan, dan
tingkatan perkembangan (Salisbury dan Ross, 1992). Etilen dibentuk dari metionin melalui 3 proses
(McKeon dkk, 1995):
1. ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilen. ATP dan air akan
membuat metionin kehilangan 3 gugus fosfat.
2. Asam 1-aminosiklopropana-1-karboksilat sintase(ACC-sintase) kemudian memfasilitasi
produksi ACC dan SAM (S-adenosil metionin).
3. Oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi ACC dan memproduksi etilen. Reaksi
ini dikatalisasi menggunakan enzim pembentuk etilen.
Dewasa ini dilakukan penelitian yang berfokus pada efek pematangan buah. ACC sintase pada
tomat menjadi enzim yang dimanipulasi melalui bioteknologi untuk memperlambat pematangan buah
sehingga rasa tetap terjaga.

Produksi etilen Etilen adalah senyawa organic hidrokarbon paling sederhana (C2H4) berupa gas
berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman. Etilen dikategorikan sebagai hormon alami untuk
penuaan dan pemasakan dan secara fisiologis sangat aktif dalam konsentarsi sangat rendah (<0.005
uL/L) (Wills et al. dalam Utama, 2001). Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju
respirasinya dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju produksi etilen

Etilen dalam ruang penyimpanan dapat berasal dari produk atau sumber lainnya. Sering
selama pemasaran, beberapa jenis komoditi disimpan bersama, dan pada kondisi ini etilen yang
dilepaskan oleh satu komoditi dapat merusak komoditi lainnya. Gas hasil bakaran minyak kendaraan
bermotor mengandung etilen dan kontaminasi terhadap produk yang disimpan dapat menginisiasi
pemasakan dalam buah dan memacu kemunduran pada produk non-klimakterik dan bunga-bungaan
atau bahan tanaman hias. Kebanyakan bunga potong sensitive terhadap etilen. Produksi gas etilen
yang memacu proses kemunduran produk. Suhu juga berpengaruh terhadap peningkatan produksi
etilen, penurunan O2 dan peningkatan CO2 yang berakibat tidak baik terhadap komoditi (Utama,
2001).
G. Pembentukan etilen

Pembentukan etilen dalam jaringan-jaringan tanaman dapat dirangsang oleh adanya kerusakan-
kerusakan mekanis dan infeksi. Oleh karena itu adanya kerusakan mekanis pada buah- buahan yang
baik di pohon maupun setelah dipanen akan dapat mempercepat pematangannya. Penggunaan sinar-
sinar radioaktif dapat merangsang produksi etilen. Pada buah Peach yang disinari dengan sinar gama
600 krad ternyata dapat mempercepat pembentukan etilen apabila diberikan pada saat pra klimakterik,
tetapi penggunaan sinar radioaktif tersebut pada saat klimakterik dapat menghambat produksi etilen.
Produksi etilen juga dipengaruhi oleh faktor suhu dan oksigen. Suhu renah maupun suhu tinggi dapat
menekan produk si etilen. Pada kadar oksigen di bawah sekitar 2 % tidak terbentuk etilen, karena
oksigen sangat diperlukan. Oleh karena itu suhu rendah dan oksigen renah dipergunakan dalam
praktek penyimpanan buah- buahan, karena akan dapat memperpanjang daya simpan dari buah-
buahan tersebut. Aktifitas etilen dalam pematangan buah akan menurun dengan turunnya suhu,
misalnya pada Apel yang disimpan pada suhu 30oC, penggunaan etilen dengan konsentrasi tinggi
tidak memberikan pengaruh yang jelas baik pada proses pematangan maupun pernafasan. Pada suhu
optimal untuk produksi dan aktifitas etilen pada buah tomat dan apel adalah 32oC, untuk buah-buahan
yang lain suhunya lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai