Anda di halaman 1dari 11

Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam

Vol. 16 No. 2, 2019, 226–236


P-ISSN 0216-5937, E-ISSN 2654-4598
DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v16i2.5832

KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA KEKHALIFAHAN BANI UMAYYAH


(STUDI KASUS KEBERHASILAN KEBIJAKAN KHALIFAH UMAR BIN ABDUL
AZIZ DAN KEGAGALAN GUBERNUR NASAR BIN SAYYAR PADA
MASA KHALIFAH MARWAN II 744–750 MASEHI)
AZIDNI ROFIQO,1 FITRA RIZAL2
1
Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo
2
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

e-mail: azidnirofiqo@unida.gontor.ac.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis keberhasilan dan kegagalan dari kebijakan pada era
bani Umayyah. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah kualitatif, sedangkan metode analisis dalam
penelitian ini menggunakan anlisis kualitatif deskriptif yaitu dengan menelaah sumber terkait kebijakan-
kebijakan di era bani Umayyah. Hasil dari berbagai telaah literatur ini digunakan untuk mengidentifikasi
penyebab keberhasilan dan kegagalan dari kebijakan pada era bani Umayyah. Hasil atau temuan dalam
penelitian ini adalah bahwa keberhasilan kebijakan di era bani Ummayyah pada masa kepemimpinan
Umar II, diantaranya adalah kebijakan untuk fokus pada internal (tidak memperluas daerah kekuasaan),
egaliter, penjagaan harta umat, efisiensi waktu dan tenaga, kecepatan penanganan urusan, penyederhanaan
birokrasi, penyeleksian hakim, kepala daerah, dan pejabat, dan dialog persuasif dengan para pemberontak
secara bijaksana. Sedangkan kegagalan kebijakan yang dikeluarkan oleh gubernur Nasar bin Sayyar
diantarnya adalah reformasi pajak untuk mengurangi ketegangan sosial dan mengembalikan kontrol
Umayyah yang stabil di Transoxiana, mengembalikan ibu kota provinsi dari Balkh ke Merv. masa keemasan
bani Umayyah berlangsung pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz dengan kebijakan yang pro-rakyat.
Sedangkan runtuhnya Bani Umayyah berlangsung pada masa Marwan II yang mana Gubernur Khurasannya
yaitu Nasr bin Sayyar. Dia mengeluarkan kebijakan perpajakan yang dikenakan kepada non Muslim sehingga
menimbulkan beberapa pemberontakan dan runtuhnya dinasti Bani Umayyah.

Kata Kunci: Kebijakan ekonomi, Umayyah, Umar bin Abdul Aziz, Nasar bin Sayyar

Artikel Diterima: 7 September 2019 Artikel Diperbaiki: 2 Desember 2019

ECONOMIC POLICY IN UMAYYAH ERA (POLICY SUCCESS OF UMAR II AND


FAILURE OF GOVERNOR OF NASAR BIN SAYYAR IN MARWAN II ERA 744–750)
Abstract
The purpose of this study was to analyze the successes and failures of policies in the Umayyad era. The
research method in this study is qualitative, while the analytical method in this study uses descriptive qualitative
analysis by examining sources related to policies in the era of the Umayyads. The results of various studies of
this literature will be used to identify the causes of success and failure of policies in the Umayyad era. The
results in this study are that the success of the policies in the era of the Umayyads during Umar II’s leadership,
including policies to focus on internal (not expanding the area of authority), egalitarian, safeguarding people’s
property, time and energy efficiency, speed of handling matters, simplification bureaucracy, selection of judges,
regional heads and officials, and persuasive dialogue with the rebels wisely. While the failure of the policy
issued by the governor Nasar bin Sayyar among them was tax reform to reduce social tensions and restore
stable Umayyad control in Transoxiana, returning the provincial capital from Balkh to Merv. the golden age
of the Umayyads took place during the Caliph Umar bin Abdul Aziz with a pro-people policy. While the fall of
the Umayyads took place during the Marwan II period which still retained the Khurasan Governor, Nasr bin
Sayyar. He issued a taxation policy imposed on non-Muslims which led to several revolts and the collapse of the
Umayyad dynasty.

Keywords: Economic Policy, Umayyad, Umar bin Abdul Aziz, Nasar bin Sayyar

226 Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. Vol 16 No. 2, 2019


Kebijakan Ekonomi pada Masa Kekhalifahan Bani Umayyah
(Studi Kasus Keberhasilan Kebijakan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz dan Kegagalan Gubernur
Nasar Bin Sayyar pada Masa Khalifah Marwan II 744–750 Masehi)

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN


Dalam pengantar buku Sejarah Pemikiran Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif
Ekonomi Islam karangan Euis Amalia, deskriptif yang menganislis literatur atau
Azyumardi Azra menyebutkan bahwa sistem kepustakaan yang membahas terkait
ekonomi Islam yang berprinsip keadilan kebijakan pada era Bani Umayyah. Pendekatan
semakin diminati dan dikembangkan yang dipakai dalam penelitian ini adalah
oleh masyarakat (Amalia, 2010: V). pendekatan historis yaitu penelitian yang
Pengembangan ekonomi Islam akan bertujuan untuk membuat rekonstruksi
menghadapi tantangan yang berat sekaligus zaman dahulu secara sistematis dan objektif
uji coba apakah ekonomi Islam mampu dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
mengatasi krisis ekonomi di suatu negara. memverifikasi, dan mensintesiskan bukti-bukti
Bani Umayyah adalah sistem kekhalifahan yang untuk menegakkan fakta dan mendapatkan
pertama kalinya setelah era khulafaurrasyidun. kesimpulan yang kuat (Suryabrata, 2011: 73).
Bani Umayyah memerintah mulai tahun 661 M Sumber data, data sekunder yang berasal
hingga 750 M di tanah Arab dan memerintah dari buku dan jurnal. Metode analisis dalam
dari tahun 756 M hingga 1031 M di Cordova, penelitian ini menggunakan anlisis kualitatif
Spanyol Eropa. Pada masa Bani Umayyah deskriptif yaitu dengan menelaah sumber
yang lama tersebut tentu pernah mengalami terkait kebijakan-kebijakan pada era Bani
berbagai kondisi, dari kondisi politik, sosial Umayyah. Hasil dari berbagai telaah literatur
yang baik hingga terjadinya pemberontakan ini akan digunakan untuk mengidentifikasi
hingga runtuhnya Bani Umayyah (Sofa, penyebab keberhasilan dan kegagalan
2014). Semenjak berdirinya Bani Umayyah, dari kebijakan pada era Bani Umayyah.
pengelolaan harta kaum Muslimin tidak lepas
dari pengaruh politik yang ada pada saat itu,
hingga menyebabkan banyak pelanggaran HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam pengelolaan harta umat tersebut.
Secara historis, puncak keemasan Keberhasilan Kebijakan Ekonomi pada
Daulah Umayyah berada di zaman Khalifah Pemerintahan Umar II
Umar bin Abdul Aziz. Pada masa tersebut, Setelah melewati kejayaan Islam yang
khalifah mengeluarkan banyak kebijakan dinahkodai oleh Rasulullah Muhammad
dibidang ekonomi sehingga kebijakan Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan
tersebut mampu mengeluarkan masyarakat Khulafaurrasyidin, peradaban Islam
dari kemiskinan. Sejarah mencatat bahwa mengalami banyak kemunduruan, hingga
pada masa Umar II, para muzakki sulit kemudian datang masa kepemimpinan
menemukan para fakir dan miskin. Dia mampu Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Dengan
meletakkan neraca keadilan bagi rakyat kepemimpinannya, Islam mulai tumbuh
maupun keluarganya (Hakam, 2002: 95). dan berkembang seperti peradaban Islam
Sejarah tidak selalu manis. Khalifah pada masa-masa awal (Abdul Ghafar Ismail,
terakhir Bani Umayyah adalah Marwan al- Muhammad Hasbi Zaenal, 2013: 18).
Himar atau Marwan II, yang dikenal dengan
sebutan Abu Abdul Malik. Dia diberi gelar al- Biografi Umar bin Abdul Aziz
Ja’di sebagai penisbatan kepada orang yang Silsilah keturunan Umar II adalah Abu
mengajari tata krama yang bernama al-Ja’ad Hafsh Umar bin Abdil Aziz bin Marwan bin
bin Dirham. Sedangkan al-Himar (keledai) Hakam Ibnul ‘Ash bin umayyah bin Abdi
karena dia sangat sabar dalam menghadapi Syams. Ibunya bernama Laila Ummi Ashim
musuh-musuhnya yang memberontak. Pada binti Ashim bin Umar bin Khattab (Firdaus,
masa Marwan II, Nasr bin Sayyar memerintah 1998: 52). Dia dilahirkan di Madinah pada
sebagai gubernur di Khurasan. Dia mempunyai tahun 61 H. Ada juga yang mengatakan bahwa
beberapa kebijakan, khususnya kebijakan dia lahir pada tahun 63 H (Firdaus, 1998: 52).
ekonomi yang menjadi salah satu penyebab Umar bin Abdul Aziz bukan pemain baru
munculnya berbagai pemberontakan. dalam kekhalifahan Bani Umayyah. Dia
Artikel ini berusaha mengungkap diangkat menjadi gubernur di Khunaishiroh,
keberhasilan dan kemunduran Bani sebuah kota yang bersebelahan dengan
Umayyah dalam bidang ekonomi. Bagian I Aleppo, pada tahun 85 H. Setelah dia berhasil,
berisi pendahuluan, bagian II menjelaskan maka pada tahun 87 H dia diangkat menjadi
keberhasilan Umar II, bagian III mengungkap gubernur di Hijaz selama 6 tahun. Pada
kegagalan ekonomi Gubernur Nasr tahun 99 H, Umar bin Abdul Aziz diangkat
bin Sayyar, dan bagian IV kesimpulan. menjadi Khalifah (Luqman Hakim, 2013).

Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. Vol 16 No. 2, 2019 227


Azidni Rofiqo, Fitra Rizal

Prestasi Sulaiman yang patut untuk ditulis cincin pemberian Al Walid (Quthb, 1984: 285)
adalah bahwa dia membatalkan wasiat ayahnya bahkan ia menyerahkan kekayaan ibu negara,
yang kemudian mengangkat Umar II sebagai Fatimah binti Abdul Malik yang mendapat
penggantinya. Menurut Abdul Karim Sulaiman pemberian dari ayahnya, yaitu kalung emas
membayar hutang budi kepada Umar II, yang bernilai 10.000 dinar emas. Ia beralasan
mana Umar II membela Sulaiman ketika al- bahwa selama seluruh wanita negeri ini belum
Walid memaksa dalam pertemuan rahasia memiliki kemampuan memakai seharga
antara khalifah dengan ketiga orang Gubernur kalung emas yang dimiliki ibu negara, maka
Jenderal Musa, Hajjaj, dan Umar II, dimana ia melarang dirinya dan keluarganya untuk
Umar II menolak untuk mengkhianati sumpah memakai emas itu (Karim, 2017: 123). Umar
saat Umar II menjabat Gubernur di masa tidak pernah mengambil harta dari baitul mal,
Abd Malik. Umar memprotes dengan wasiat termasuk fa’i yang menjadi haknya (Amalia,
Abd-al Malik sesudah al-Walid I, Sulaiman 2010: 102). Diketahui bahwa sebelum
ibn Abdul Malik menjadi putera mahkota diangkat menjadi khalifah, Umar II memiliki
jika rakyat setuju. Menjelang wafatnya dia kekayaan melimpah, tanah perkebunan
menulis wasiat yang menetapkan Umar II di Hijaz, Syam, Mesir dan Bahrain yang
sebagai penggantinya (Karim, 2017: 122). menghasilkan sekitar 40.000 dinar setahun.
Sebelum diangkat Umar II menolak ditunjuk Saat wafat, dia memiliki harta 17 dinar yang
menjadi khalifah oleh Sulaiman. Karena terus digunakan untuk membeli kafan 5 dinar, tanah
didesak oleh masyarakat, maka Umar II pun pekuburan 2 dinar dan 10 dinar dibagikan
mau menerima amanah umat tersebut. Ketika kepada 11 putra-putrinya (Karim, 2017: 128).
ia diangkat menjadi khalifah ia mengucapkan Ketika Umar II belum diangkat menjadi
“Innalillahi wa Inna Ilaihi Roji’un” karena khalifah, ia enggan memakai pakaian seharga
baginya amanah umat sangatlah besar 1.000 dinar, dan ketika ia menjadi khalifah, ia
sehingga musibah baginya (Karim, 2017:123). pernah terlambat sholat Jum’at karena pakaian
Umar II telah menulis dalam surat yang isinya satu-satunya, yang bertambalkan jahitan lebih
sebagai berikut: ”Hamba yang paling berhak dari 100 tambalan belum kering. Hingga suatu
untuk mengagungkan dan takut kepada Allah, saat anak bungsunya menghadap ke Khalifah
yang mendapat cobaan seperti cobaan-Nya karena tidak betah menahan makanan yang ia
kepadaku. Tidak ada seorang pun yang lebih makan tidak enak, kemudian Umar II berkata
berat perhitungannya, tetapi lebih ringan bagi “anak-anakku, apakah kau senang makanan-
Allah, apabila ia durhaka kepada-Nya dari pada makanan yang lezat-lezat, sedangkan ayahmu
aku. Apa yang aku alami ini sangat berat, dan aku masuk ke neraka?” (Hasan, 1975: 343)
takut kedudukanku ini akan membuatku binasa. Saat awal Umar II berkuasa situasi dan
Kecuali apabila Allah menganugerahkan kasih kondisi pemerintahan Umayyah dan sistem
sayang-Nya kepada ku” (Karim, 2017: 126). keuangan negara berada pada kondisi yang
Oleh karena itu, jabatan khalifah kepada buruk dan membahayakan. Pada era sebelum
Umar II tidak menjadi keinginannya, akan Umar II kebijakan Umayyah menerapkan
tetapi dorongan umat kepada Umar II kebijakan pajak; kharaj, jizyah, dan pajak-
untuk menjadi khalifah dan berdasarkan pajak lain yang tidak manusiawi. Sebelum
musyawarah mufakat dari kaum Muslimin. Umar II, perekonomian bergantung pada
Setelah diangkat menjadi khalifah, Umar bin orang Arab yang memusuhi keluarga dan
Abdul Aziz terkenal dengan kezuhudannya, simpatisan Ali serta orang-orang Anshar di
hingga meninggalkan kenikmatan keduniaan. Madinah yang mempunyai jasa besar untuk
Ketika diangkat sebagai khalifah, Umar bin menolong saat nabi dan sahabat hijrah ke
Abdul Aziz mengerahkan segenap potensi Madinah, mereka tidak disukai oleh keluarga
dan kemampuannya serta mengabdikan Bani Umayyah yang lalim(Karim, 2017: 125).
seluruh hidupnya untuk reformasi Kebijakan Umar II pada awal
urusan kenegaraan, stabilitas keamanan, kepemimpinannya meliputi: 1). Tidak
pemerataan kesejahteraan, dan penegakan memperluas daerah kekuasaan Islam, tetapi
keadilan di semua lapisan masyarakat. fokus pada keamanan masyarakat demi
mewujudkan ketenangan dan kesejahteraan
Kebijakan Umar bin Abdul Aziz masyarakat; 2). Khalifah menerapkan kebijakan
Dalam kebijakan ekonomi, Umar memulai netral dan egaliter, persamaan, berada di atas
dengan menyerahkan semua harta kekayaan semua golongan, ras, suku untuk mendapatkan
diri dan keluarganya yang tidak wajar kesejahteraan(Lathif, 2014: 217-219).
kepada umat melalui baitul mal, mulai dari Umar II lebih mengutamakan
perkebunan di Maroko, tunjangan hingga pembangunan negara secara moril. Ia satu-

228 Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. Vol 16 No. 2, 2019


Kebijakan Ekonomi pada Masa Kekhalifahan Bani Umayyah
(Studi Kasus Keberhasilan Kebijakan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz dan Kegagalan Gubernur
Nasar Bin Sayyar pada Masa Khalifah Marwan II 744–750 Masehi)

satunya khalifah Umayyah yang mampu Jangan tergesa-gesa menjatuhkan hukuman


meredam konflik antar golongan dan sekte. potong tangan ataupun hukuman mati tanpa
Pada saat ini pula, masa keemasan dalam sepengetahuanku sebelum engkau meminta
dakwah Islam. Para da’i, waliyullah, alim- persetujuanku. Perhatikanlah siapa di antara
ulama’, dan sufi datang ke berbagai kawasan. keluarga (warga Arab-Muslim) yang ingin
Sejarah mencatat bahwa pada era Umar II menunaikan ibadah haji, lalu siapkanlah
rakyat negerinya mendapatkan keadilan rombongan seratus orang untuk ia pimpin
dan pemerataan yang sebelumnya dirampas dalam haji. Wassalam (Lathif, 2014: 222).
oleh kebijakan para khalifah dan kepala Umar adalah orang yang setia terhadap
daerah yang korup (Hasan, 1975: 332-335). Islam. Untuk menyebarkan misi nabi, dia
Umar II menerapkan metode yang utama, mengadopsi sebuah kebijakan baru di
antara lain penjagaan harta umat Islam, khurasan dan Asia Tengah. Kebijakan Umar II
efisiensi waktu dan tenaga, kecepatan yang lain adalah menghilangkan pemungutan
penanganan urusan, penyederhanaan jizyah dari orang-orang yang baru masuk
birokrasi, penyeleksian hakim, kepala Islam (Abdul Ghafar Ismail, Muhammad
daerah, dan pejabat, penghapusan semua Hasbi Zaenal, 2013: 186). Sebelum Umar
aktivitas yang tidak sejalan dengan semangat II, kebijakan bagi seorang mawali adalah
Islam, perwujudan keseimbangan di membayar kharaj dan jizyah. Setelah memeluk
tengah masyarakat, dan dialog persuasif Islam, dia hanya membayar ushr 10% dari
dengan para pemberontak secara hasil pertanian bagi petani muslim. Akhirnya,
bijaksana. Karakternya adalah keadilan, terjadi tekanan ekonomi yang luar biasa dan
objektivitas, kasih sayang, dan perlakuan Umar II mengembalikan kepada kebijakan
sebaik-baiknya (Lathif, 2014: 219-220). lama, yaitu tanah kharaj adalah milik umat
Umar II cenderung tidak sependapat Islam dan milik bersama (Karim, 2017: 129).
dengan pejabat Bani Umayah dalam Dengan kebijakan tersebut, rakyat berduyun-
mengelola negara. Dia berpendapat mereka duyun masuk Islam. Para kepala daerah yang
telah keterlaluan dalam kesewenang- mengeluarkan kebijakan penarikan jizyah dari
wenangan dan kekerasannya. Ia berhasil orang-orang yang baru masuk Islam dan diuji
mempengaruhi Khalifah Sulaiman bin Abdul keislamannya dengan khitan, Umar II dalam
Malik yang sama-sama cenderung pada bukunya K. Ali mengatakan bahwa ”Allah
keadilan, objektivitas, dan kasih saying. sent His Prophet as a missionary, not as a tax
Umar II pernah mengirim surat kepada gatherer” (Abdul Ghafar Ismail, Muhammad
wali kotanya, Abdurrahman bin Zaid Al- Hasbi Zaenal, 2013: 186). Dia melarang hal
Khattab, yang isinya seperti berikut: tersebut, dan bagi yang masih melakukan
Salamu ‘alaik, Amma ba’du. penarikan jizyah, Umar II tidak segan untuk
Penduduk Kufah telah menghadapi memecatnya. Sebagai buktinya, dia memecat
cobaan berupa kesewenang-wenangan, Al Jarrah bin Abdullah Al Hakami, wali kota
penindasan, penyimpangan dari hukum- Khurasan (Ali, 2009: 186, Abdul Ghafar
hukum Allah, dan tradisi buruk yang Ismail, Muhammad Hasbi Zaenal, 2013: 224).
dibiasakan para pejabat jahat terhadap Khalifah Umar II mengganti enam Gubernur
mereka. Padahal, pondasi agama ini adalah yang dianggap melakukan penyelewengan
keadilan dan perlakuan sebaik-baiknya. dan tidak dapat diandalkan. Mereka adalah
Maka, jangan sampai ada hal yang lebih Marwan bin al Malhab (Basrah), Sufyan bin
menggalaukan hatimu selain dirimu sendiri, Harish al-Kaulani (Kufah), Makhlad bin Yazid
karena itu bukan dosa yang sedikit. Jangan (Khurasan), Mu’awiyah bin Yazid (Sijistan),
bebankan yang hancur (pribumi miskin) Habib al-Malhab (Sind), dan Ziyad bin Malhab
pada yang makmur (pribumi kaya), dan (Yaman). Mereka digantikan oleh gubernur
jangan bebankan yang makmur pada yang yang benar-benar sholeh, se-ide dan dapat
hancur. Namun, perhatikanlah yang hancur dipercaya, seperti Abu Bakr bin Muhammad
dan pungutlah pajak darinya semampunya, bin Hazm (Madinah), Abd Hamid bin Abd al-
lalu perbaikilah ia sehingga menjadi Rahman, Zaid bin Khattab (Kufah), ‘Adi bin
makmur. Yang makmur pun tidak dipungut Artat (Basrah), Urwah bin Muhammad bin
darinya selain pajak, dengan cara yang ‘Atiyyah al-Sa‘di (Yaman), Jariah bin Abd Allah
lemah lembut dan menenangkan bagi warga bin al-Hakami (Khurasan) dan Muhammad bin
pribumi. Sedangkan warga pribumi yang Suwaid al-Fahri (Afrika) (Luqman Hakim, 2013).
masuk Islam tidak dipungut pajak. Ikutilah Umar II memerintahkan kepada
instruksiku ini, karena aku mengangkatmu pejabat negara untuk memerintah dengan
untuk itu, sebagaimana Allah mengangkatku. kebijaksanaan dan keadilan dalam memberikan

Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. Vol 16 No. 2, 2019 229


Azidni Rofiqo, Fitra Rizal

hak dan kewajiban terhadap orang Arab harus membayar kharaj (Karim, 2017: 130).
maupun non Arab (Karim, 2017: 125). Umar Kebijakan Umar II yang lain adalah tanah
II berkata “Yang dapat memperbaiki mereka kharaj tidak boleh dirubah menjadi tanah
adalah keadilan dan kebenaran. Oleh sebab usyri. Apabila seorang Muslim membeli tanah
itu diciptakan dari kalangan mereka suasana dari pemiliknya tanpa izin pemerintah, maka
seperti itu. Dan ketahuilah bahwa Allah tidak transaksi jual-beli tanah batal dan tanah
akan memberikan kebaikan pada amal mereka yang dibeli hak-miliknya hilang. Apabila
yang berbuat kerusakan“(Khalid, 1992: 549). seorang Muslim ingin menggarap sawah,
Umar dalam menentukan para pembantu di maka harus dengan persetujuan kedua belah
pemerintahan berpedoman pada 7 hal, yaitu: pihak, yaitu dia ambil tanah dari baitul mal
1) Dia tidak melihat hubungan kekerabatan sebagai tanah sewa untuk waktu tertentu
dalam pengangkatan pejabat pemerintahan. dan dia harus bayar kharaj. Setelah memeluk
2) Dia tidak akan memilih orang yang ingin Islam, mawali yang tidak pergi ke kota dan
duduk di kursi jabatan untuk mengisi kursi tetap tinggal di desa serta menggarap sawah,
pejabat pemerintah karena nafsu. 3) Dia dapat menikmati hasilnya sebagaimana
tidak memilih orang yang bengis dan curang pemilik tanah. Mereka tidak membayar
untuk menempati jabatan pemerintahan. 4) kharaj melainkan membayar sewa seharga
Dia memilih orang sholeh yang berpegang kharaj. Buruh digaji oleh pemerintah sebesar
teguh pada prinsip Al-Qur’an dan al-Hadits setengah gaji pegawai kerajaan. Umar II juga
untuk menempati jabatan pemerintahan. mengembalikan kebun Fidak milik Nabi SAW
5) Jika dia menemukan orang yang sholeh yang diperuntukkan untuk rakyat, kepada
dan baik budi pekertinya, maka akan ahl al-bait yang secara pribadi telah dikuasai
diangkat menjadi pejabat pemerintahan. 6) oleh Khalifah Marwan ibn Hakam ketika dia
Khalifah menentukan besaran gaji pejabat berkuasa. Dia juga menghapus caci-maki
pemerintahan. 7) Umar II selalu memberikan terhadap Ali bin Abi Tholib dan keluarga ketika
arahan kepada para gubernur agar kinerjanya Mu’awiyah berkhutbah Jum’at yang berlanjut
efektif dan mementingkan kepentingan umat . hingga Khalifah Umar II (Karim, 2017: 130).
Khalifah Umar II mengeluarkan dekrit Umar menolak permintaan tunjangan
“kebijakan ekonomi di Sawad”, yaitu gaji para amir, beliau mengirimkan uang
penerapan jizyah dan kharaj bagi ahli dzimmi, kepada setiap amir di seluruh penjuru
petani dan tuan tanah untuk keselamatan negeri sebagai tunjungan kebutuhan harian
jiwa dan tanah mereka. Pada saat itu, kedua mereka. Namun, para amir tidak puas
pajak tersebut dibedakan. Kharaj adalah karena merasa masih kurang dan mengutus
pajak bumi dan jizyah adalah pajak keamanan seseorang untuk membujuk Umar II agar
dari pemerintah Islam, sehingga dengan menaikkan uang tunjangan. Setelah utusan
kebijakan itu banyak ahli dzimmi yang mereka menghadap, Umar II menjawab “aku
memeluk Islam (Karim, 2017: 129-130). menyesal telah memberi mereka tunjangan!
Di Iraq, mawali hijrah dari desa ke kota, Aku tahu ada banyak kaum muslim yang
kemudian Hajjaj memaksa mereka untuk lebih membutuhkan” (Abdul Ghafar Ismail,
kembali ke desa, agar pendapatan negara Muhammad Hasbi Zaenal, 2013: 274).
dari kharaj tidak berkurang. Karena orang Al-Makas atau retribusi menurut Umar
Arab membeli sawah dari ahli dzimmi, maka II merupakan bentuk kedzoliman. Retribusi
berkuranglah pembayaran kharaj. Selain itu, dikenakan kepada pedagang di pasar tanpa
semakin banyak orang masuk Islam untuk alasan yang dibenarkan agama. Umar II
menghindari kharaj dan jizyah. Dengan melihat, zakat dan jizyah (upeti) atas ahli
demikian, berkuranglah pemasukan negara dzimmah sudah cukup. Dia menghapus
karena mereka tidak membayar kharaj dan retribusi di pasar. Muhammad ibn Qais
jizyah. Untuk mengatasi permasalahan itu, mengatakan “Umar ibn Abdul Aziz menghapus
Umar II mengeluarkan kebijakan (hasil al-makas untuk setiap tanah dan menghapus
musyawarah dengan para alim ulama’) jizyah dari setiap muslim. Umar menulis
bahwa mulai tahun 100 H (718-719 M), surat kepada Ady ibn Artha’ah : “Hapus
masyarakat dilarang jual beli tanah sehingga kewajiban masyarakat membayar al-makas,
akan berimbas pada beberapa hal. Pertama, sebab retribusi adalah bentuk al-bakhas
jika non-Muslim masuk Islam maka ia tulus, (kecurangan)”. Kemudian dia membaca surat
bukan karena menghindari pajak. Kedua, jika Hud:85 dan melanjutkan dengan “orang-yang
orang berhijrah ke kota, maka tanah akan membayar zakat terimalah. Orang yang tidak
dikelola oleh tetangganya yang non-Muslim membayarkannya maka Allah akan membuat
dan diberi pensiun setiap bulan dari negara perhitungan kepadanya” (Abdul Ghafar
atau dia boleh menggarap sawah sendiri tetapi Ismail, Muhammad Hasbi Zaenal, 2013: 277).

230 Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. Vol 16 No. 2, 2019


Kebijakan Ekonomi pada Masa Kekhalifahan Bani Umayyah
(Studi Kasus Keberhasilan Kebijakan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz dan Kegagalan Gubernur
Nasar Bin Sayyar pada Masa Khalifah Marwan II 744–750 Masehi)

Kebijakan lainnya adalah khalifah mengirim bahwa “hal itu merupakan sebuah ketidak
para da’i untuk berdakwah Islam ke India, adilan. Dia mengakhiri dan menghapus
Turki, Asia Tengah, Afrika, Andalusia, dan segala cara dan praktek feodalisme gaya lama
lainnya. Umar II juga memerintahkan kepada itu”. Umar II juga memecat al-Jarrah dari
rakyatnya untuk mempelajari hukum Islam dan jabatan gubernur sejak era al Walid I, tangan
ilmu pengetahuan lainnya. Dia memerintahkan kanan Hajjaj, karena perlakuan semena-
kepada para cendikiawan Muslim agar mena terhadap mawali (Abdul Ghafar Ismail,
menterjemahkan buku-buku ilmu science Muhammad Hasbi Zaenal, 2013: 127-128).
yang mayoritas berbahasa Yunani, Latin dan Umar II dalam pengawasan para kepala
Suryani ke dalam Bahasa Arab (Abdul Ghafar daerah melibatkan para penduduk setempat.
Ismail, Muhammad Hasbi Zaenal, 2013: 277). Hal itu terdeteksi ketika Umar II meminta
Dalam hal ekspansi, periode Umar II pendapat penduduk setempat, dan penduduk
tidak banyak penaklukan. Khalifah fokus mengajukan calon kepala daerah (kholifah
untuk mengurusi attitude rakyat dan para tidak banyak mengetahuinya). Setelah
pemerintah. Dia memberikan kelonggaran khalifah mengangkat kepala daerah, khalifah
pada orang non-Arab untuk masuk Islam, berpesan kepada rakyat agar mereka taat
dan jika mereka masuk Islam maka mereka kepada kepala daerah selama dia baik dan
mendapat imbalan. Mereka mendapatkan menjalankan amanah dengan baik. Namun,
keadilan dan kedudukan yang sama dengan jika ia tidak baik dan mengkhianati amanah,
orang Arab, sehingga di Andalusia, Siprus, maka mereka diminta untuk memberitahu
Sind, Bukhara, Samarkand, Nishapur, sang khalifah (Karim, 2017:128).
Khawarizam, dan lainnya berdiri pusat kajian Pada masa Khalifah Umar II, dia
Islam. Bahkan, mawali (Berber) Afrika yang memprioritaskan pembangunan dalam
dulu dianggap sebelah mata, pada masa itu negeri. Dia memperbaiki dan meningkatkan
disamakan kedudukannya dengan orang Arab. kesejahteraan negeri-negeri Islam (Ali,
Khalifah juga mengirim surat kepada kepala 2009: 64). Dengan kebijakan seperti
daerah agar tidak mengangkat orang non- itu, akan berimbas pada hubungan baik
Muslim sebagai seseorang yang menduduki dengan oposisi dan memberikan kebebasan
jabatan tinggi. Mawali Khurasan yang ikut beribadah kepada penganut agama lain.
perang melawan musuh diberi kedudukan Kebijakan yang diberlakukan Umar II untuk
sama dengan orang Arab. Umar II memberikan mensejahterakan rakyatnya yaitu mengurangi
bantuan sosial setiap bulan kepada balita dan beban pajak yang dipungut dari kaum
yatim piatu yang ayahnya gugur di medan nasrani, menghapus pajak kaum muslimin,
perang. Di daerah Oman, Umar menetapkan membuat takaran dan timbangan, membasmi
adanya bagi hasil dan pendapatan daerah cukai dan kerja paksa, memperbaiki tanah
kepada penduduk setempat (Abdul Ghafar pertanian, penggalian sumur-sumur,
Ismail, Muhammad Hasbi Zaenal, 2013: 132). pembangunan jalan-jalan, pembuatan tempat
Umar memberikan kebijakan di Damaskus, penginapan para musafir, dan menyantuni
yaitu gereja S. Thomas yang pada masa al-Walid fakir miskin (Amalia, 2010: 102-103).
I dijadikan masjid, dikembalikan menjadi Demi keadilan, Umar II pernah
gereja lagi. Pajak tinggi yang diterapkan membelanjakan semua harta kekayaan yang
oleh Muawiyah dan Hajjaj kepada penduduk ada di baitul mal untuk membayar ganti rugi
Najran juga dikurangi. Umar II melarang orang yang telah didzolimi oleh penguasa
masyarakat untuk merusak gereja dan tempat sebelumnya. Kebijakan tersebut berdampak
ibadah lain dan memberi kebebasan untuk pada kepercayaan masyarakat terhadap sang
praktek keagamaan lainnya (Abdul Ghafar khalifah dalam kepemimpinannya. Selain itu,
Ismail, Muhammad Hasbi Zaenal, 2013: 134). kebijakan Umar II, semua pegawai sipil digaji
Umar bin Abdul Aziz dalam hal penegakan sebesar 300 dirham dan dilarang melakukan
hukum dan keadilan, melihat semua orang berbagai pekerjaan sampingan (Amalia, 2010:
sama di depan hukum. Tidak ada yang 102-103). Hal ini berdampak pada efisiensi dan
dilindungi atau didzolimi. Hal ini terjadi efektifitas kinerja para pegawai sipil, sehingga
ketika Umar II memecat puluhan kepala pelayanan kepada masyarakat akan maksimal.
daerah yang korupsi, kolusi dan nepotisme. Khalifah memberlakukan pajak atas
Gubernur Khurasan, Yazid ibn Muhallab, non muslim hanya pada pedagang, petani
dipecat karena tidak dapat mengelak dari dan tuan tanah. Dalam bidang pertanian,
tuduhan penggelapan pajak atas kas provinsi khalifah melarang penjualan tanah
(Abdul Ghafar Ismail, Muhammad Hasbi garapan agar tidak ada penguasaan lahan.
Zaenal, 2013: 127-128). Umar mengatakan Dia memerintahkan kepada amir untuk

Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. Vol 16 No. 2, 2019 231


Azidni Rofiqo, Fitra Rizal

memanfaatkan tanah semaksimal mungkin aktif dan pemberani dalam berperang. Dia
dan sewa tanah yang berprinsipkan melakukan penyerangan ke negeri Romawi
keadilan dan kemurah-hatian. Dia melarang pada tahun 105 H/ 723 M dan mampu
pemungutan sewa tanah dari tanah mati, dan menaklukkan kota Konya saat menjabat
jika tanahnya subur maka pengambilan sewa sebagai penguasa Armenia dan Azerbaijan.
berdasarkan tingkat kesejahteraan petani. Dia dibaiat sebagai khalifah setelah memasuki
Khalifah menerapkan kebijakan otonomi Damaskus dan setelah Ibrahim melarikan diri
daerah. Setiap wilayah Islam mempunyai dari Damaskus pada tahun 127 H/ 744 M.
wewenang untuk mengelola zakat dan pajak
secara sendiri-sendiri dan tidak diharuskan Profil dan Politik Nasr bin Sayyar
untuk menyerahkan upeti kepada pemerintah Nasr bin Sayyar merupakan gubernur
pusat. Bahkan sebaliknya, pemerintah pusat terakhir Bani Umayyah di Khurasan. Seluruh
memberikan subsidi untuk wilayah yang karier Nasr tampaknya dihabiskan di
pendapatan zakatnya kurang. Bagi wilayah Khurasan dan Timur. Pada 86 H/705 M ia
yang pendapatannya surplus, khalifah berkampanye di wilayah Oxus atas di bawah
menyarankan untuk membantu daerah Salih, saudara gubernur Khurasan Kutayba
yang defisit anggaran. Untuk menunjang b. Muslim dan menerima sebuah desa di
hal tersebut, Khalifah mengangkat Ibn sana sebagai hadiah. Kemudian pada 106
Jahdam sebagai amil shadaqoh yang H/724 M dia berkampanye di Farghana di
bertugas menerima dan mendistribusikan bawah pemerintahan Muslim bin Sacld al-
hasil shodaqoh secara merata ke seluruh Kilabi, dan menjabat sebagai gubernur Balkh
wilayah Islam (Amalia, 2010: 102-103). selama beberapa tahun. Oleh karena itu pada
Khalifah juga menerapkan jaminan sosial kematian gubernur Asad bin Abdullah al-Kasrl,
sebagai landasan keadilan. Hak seseorang khalifah Hisyam disarankan untuk menunjuk
yang meninggal dunia dan para tahanan tidak sebagai penggantinya Nasr, yang saat itu
akan hilang karena akan diberikan kepada ahli berusia 74 tahun, dan dikenal “berpantang,
warisnya. Khalifah juga mendirikan rumah berpengalaman dan bijaksana”, memiliki istri
makan untuk para fakir dan miskin (Amalia, Tamimi dan karenanya dapat mengandalkan
2010: 104). Hal ini menunjukkan bahwa dukungan dari beberapa kelompok suku Arab
keadilan sosial benar-benar dirasakan oleh Utara atau Mudarl utama di Khurasan. Nasr
semua rakyat. Jika anggaran belanja untuk merupakan gubernur periode kekuasaan
kaum muslimin sudah tercukupi dan masih Bani Umayyah terakhir di Khurasan, sekarang
ada sisa, maka anggaran tersebut diberikan terpisah secara administratif dari clrak.
kepada kaum dzimmi. Kaum dzimmi berhak Nasr mengandalkan dukungan dari
menerima pinjaman tanah-tanah pertanian mukdtila Arab lama yang sudah mapan yang
sebagai lahan pekerjaan (Amalia, 2010: 104). menetap di Khurasan, tetapi segera terlibat
Khalifah mengeluarkan kebijakan pembukaan dalam perselisihan dengan para pendukung
jalur perdagangan bebas, baik dari darat Yaman mantan gubernur Asad al-Kasri,
maupun laut. Pemerintah menghapus bea dengan pemberontakan bersenjata kelompok-
masuk dan menyediakan berbagai bahan kelompok ini di Marw (sekarang ibukota untuk
kebutuhan dengan harga terjangkau. Sumber- provinsi tersebut menggantikan Balkh) pada
sumber pemasukan negara pada masa 126/744 di bawah Djuday bin Kirmam, kepala
Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah zakat, suku Azd, yang menuntut pembalasan bagi para
hasil rampasan perang, pajak penghasilan Muhallabid yang diburu oleh Bani Umayyah.
pertanian dan hasil pemberian lapangan Yang lebih berbahaya adalah perlawanan
kerja produktif kepada masyarakat luas. lama terhadap Bani Umayyah dari al-Harith
bin Suraydj, yang sebelum kedatangan Nasr
Kegagalan Ekonomi Pada Masa telah bersekutu dengan Kaghan dari Turki
Pemerintahan Gubernur Nasar bin Sayyar Barat atau Turgesh di Transoxania. Ekspedisi
Kegagalan ekonomi terjadi pada masa Nasr melawan wilayah Shash Turki pada
pemerintahan Marwan II dan gubernur 122 H/740 M, diikuti dengan serangan ke
Khurasan, Nassar bin Sayyar, dalam hal Farghana. tampaknya terkait dengan upaya
kebijakan ekonomi. Pada masa itu, sumber untuk mengusir al-Harith, yang tetap sebagai
pendapatan berasal dari Khums, Zakat, ‘Ushr, kekuatan oposisi di antara orang-orang Arab di
Jizyah, Kharaj, ‘Ushur, Fay’, Upeti, dan lain- Khurasan sampai kematiannya pada 128/746
lain (Husaini, 2009: 133). Marwan II atau di tangan pasukan Djudayc (C.E. E Bosworth,
Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Van Donzel, W.P.Heinrichs, 1993: 1015-1016).
Hakam diberi gelar “Himar” karena sangat Sejak awal penaklukan Muslim, tentara

232 Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. Vol 16 No. 2, 2019


Kebijakan Ekonomi pada Masa Kekhalifahan Bani Umayyah
(Studi Kasus Keberhasilan Kebijakan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz dan Kegagalan Gubernur
Nasar Bin Sayyar pada Masa Khalifah Marwan II 744–750 Masehi)

Arab dibagi menjadi resimen yang diambil dari untuk menerima ini, dan sekali lagi beruntung
suku individu atau konfederasi suku (butun karena kegigihannya, karena Mansur tidak
atau ‘asha‘ir). Terlepas dari kenyataan bahwa disukai dan dipecat setelah hanya dua bulan
banyak dari pengelompokan ini adalah ciptaan (Hawting, 2000: 96). Agitasi di antara faksi
baru-baru ini, dibuat untuk alasan efisiensi Yaman bertahan, di tengah desas-desus bahwa
militer daripada leluhur yang sama, mereka Nasr telah mencegat surat yang menunjuk al-
segera mengembangkan identitas yang kuat Kirmani sebagai gubernur, dan perselisihan
dan berbeda. Akhirnya, dan tentu saja pada tentang pembayaran tunjangan kepada
awal periode Umayyah, sistem ini berkembang muqatila. Nasr berusaha untuk mengamankan
ke pembentukan super-pengelompokan yang posisinya sendiri dengan menggulingkan
semakin besar, yang berpuncak pada dua al-Kirmani dari kepemimpinannya di Azd,
kelompok super: Mudaris atau Qaysis Arab serta dengan mencoba untuk memenangkan
utara, dan Arab selatan atau “Yaman” ( Yaman), pemimpin Azd dan Rabi’ah. Ini menyebabkan
didominasi oleh suku Azd dan Rabi’ah. Pada pemberontakan umum oleh Azd dan Rabi’ah
abad ke-8, divisi ini telah berdiri kokoh di di bawah al-Kirmani. Ini merupakan indikasi
seluruh kekhalifahan dan menjadi sumber dari antagonisme antar suku yang masih
ketidakstabilan internal yang konstan, ketika ada dari akhir dunia Umayyah bahwa
kedua kelompok itu pada dasarnya membentuk pemberontakan diluncurkan atas nama
dua partai politik saingan, berebut kekuasaan balas dendam untuk Muhallabids, sebuah
dan dipisahkan oleh kebencian sengit satu keluarga Azd yang telah dibersihkan setelah
sama lain.(Blankinship, 1994: 42-46). memberontak pada 720, sebuah tindakan
Pada masa pemerintahan Hisham ibn Abd yang sejak itu menjadi simbol kebencian
al-Malik, pemerintah Umayyah menunjuk Yaman. Bani Umayyah dan rezim mereka yang
Mudaris sebagai gubernur di Khurasan, didominasi Arab utara (Hawting, 2000: 76).
kecuali untuk masa jabatan Asad ibn Abdallah Pada 13 Juli 744, Nasr menangkap dan
al-Qasri pada 735-738. Pengangkatan Nasr memenjarakan al-Kirmani. Setelah hampir
dilakukan empat bulan setelah kematian Asad. sebulan, yang terakhir melarikan diri, dan
Sementara itu, sumber-sumber melaporkan pemberontakannya bergabung tidak hanya
dengan berbagai cara bahwa provinsi itu oleh tentara Azd, tetapi juga oleh banyak
dijalankan oleh jenderal Suriah Ja’far ibn pemukim Arab di sekitar Marv. Gencatan
Hanzala al-Bahrani atau oleh letnan Asad, senjata tentatif awalnya disepakati, di mana
Juday ‘al-Kirmani. Bagaimanapun, sumber negosiasi tanpa hasil dilakukan, tetapi setelah
setuju bahwa al-Kirmani berdiri pada saat Yazid menegaskan kembali Nasr dalam
itu sebagai orang paling terkemuka di jabatannya, al-Kirmani dan Yaman pada
Khurasan dan seharusnya menjadi pilihan kenyataannya, pengikut al-Kirmani termasuk
yang jelas untuk gubernur. Akar Yaman-nya suku-suku lain juga, termasuk sebagian
(dia adalah pemimpin Azd di Khurasan), besar warga Suriah dan bahkan beberapa
bagaimanapun, membuatnya tidak enak Mudaris, tetapi mereka secara kolektif disebut
terhadap khalifah (Shaban, 1979: 127-128). yamaniyya di sumbernya — melanjutkan
Pada 743, setelah kematian Khalifah pemberontakan mereka. Nasr pada gilirannya
Hisyam, Walid II menegaskan kembali Nasr mencoba untuk memperkuat posisinya sendiri
dalam jabatannya, tetapi gubernur Irak yang dengan mendaftar layanan al-Harith ibn Surayj,
berpengaruh, Yusuf ibn Umar al-Thaqafi, lawan musuh satu kali al-Kirmani, yang menikmati
Nasr, mencoba memikatnya menjauh dari dukungan besar di antara beberapa suku Arab
provinsi dengan memanggilnya ke Irak . Nasr dan terutama penduduk asli Tamimis. Ketika
menunda keberangkatannya, mengulur waktu, Ibn Surayj tiba di Merv pada bulan Juli 745
dan diselamatkan oleh pembunuhan Walid ia dengan antusias diterima oleh penduduk
pada April 744 (Shaban, 1979: 131). Namun, kota. Mencemooh proposal Nasr untuk
penerus Walid, Yazid III, bergerak untuk kerja sama, Ibn Surayj segera mundur ke
memasang rezim yang didominasi oleh suku pedesaan dan bangkit dalam pemberontakan
Kalbi Yaman. Posisi Nasr sangat dirusak, dan juga. Ibn Surayj juga dapat mengeksploitasi
faksi Yaman sekarang berharap untuk melihat ketidakpopuleran Marwan II di antara para
pemimpin mereka Juday ‘al-Kirmani ditunjuk pengikut Mudaris dan Nasr, meskipun Nasr
sebagai gubernur sebagai penggantinya. mengakui dia sebagai Khalifah yang sah dengan
Memang, Yazid menunjuk favoritnya, Kalbi imbalan konfirmasi sendiri ke jabatannya.
Mansur ibn Jumhur, sebagai gubernur Irak, Memanfaatkan kekesalan ini, Ibn Surayj segera
dan dia kemudian menominasikan saudaranya mengumpulkan di sekelilingnya pasukan lebih
sendiri sebagai pengganti Nasr. Nasr menolak dari 3.000 orang (Hawting, 2000: 134-135).

Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. Vol 16 No. 2, 2019 233


Azidni Rofiqo, Fitra Rizal

Pada bulan Maret 746, pasukan Ibn Surayj Pada titik ini, bala bantuan yang telah
menyerang Marv, tetapi dipukul mundur lama ditunggu-tunggu dari Khalifah tiba,
dengan banyak korban, dan ia kemudian tetapi jenderal mereka dan Nasr gagal
membuat tujuan bersama dengan al-Kirmani mengoordinasikan gerakan mereka, dan
— yang aktivitasnya antara melarikan diri Qahtaba mampu mengalahkan pasukan
pada 744 dan saat ini tidak ada yang diketahui. Khalifah di Rey dan membunuh komandannya.
Dengan Marwan II masih berusaha untuk Nasr sekarang terpaksa meninggalkan Qumis
mengkonsolidasikan posisinya sendiri di dan melarikan diri ke arah Hamadan. Di
Suriah dan Mesopotamia, Nasr kehilangan tengah perjalanan, di kota Sawa, ia jatuh sakit
harapan penguatan, dan tentara sekutu dan meninggal pada tanggal 9 Desember, pada
Ibn Surayj dan al-Kirmani mengusirnya usia 85 tahun (Shaban, 1979:1015-1016).
dari Merv pada akhir 746 (Hawting, 2000:
107-108). Nasr mundur ke Nishapur, tetapi Kebijakan Nasr bin Sayyar
dalam beberapa hari al-Kirmani dan Ibn Penunjukannya sebagai gubernur terjadi
Surayj jatuh di antara mereka dan bentrok, empat bulan setelah kematian Asad Juday
mengakibatkan kematian Ibn Surayj. Al- Al-Kirmani. Nassar berhasil menahan
Kirmani kemudian menghancurkan tempat- musuh internal (dari dalam negeri) karena
tempat Tamimi di kota, suatu tindakan yang adanya dukungan kuat dari pemerintah
mengejutkan, karena tempat tinggal secara pusat di Damaskus, namun setelah kematian
tradisional dianggap bebas dari peperangan Hisyam pada tahun 744, dukungan itu
dalam budaya Arab. Akibatnya, suku-suku tidak lagi berlanjut (Shaban, 1979: 127).
Mudari, yang sampai saat ini diperuntukkan Dalam bidang ekonomi, Nassar
bagi Nasr, sekarang mendatanginya. memperkenalkan reformasi pajak untuk
Didukung oleh mereka, terutama Qaysis yang mengurangi ketegangan sosial dan
menetap di sekitar Nishapur, Nasr sekarang mengembalikan kontrol Umayyah yang stabil
memutuskan untuk mengambil kembali di Transoxiana. Reformasi pajak diterapkan
ibukota. Selama musim panas 747, pasukan di Khurasan sejak penaklukan kaum muslim
Nasr dan al-Kirmani berhadapan satu sama atas bangsawan non-muslim yang sebagian
lain di depan tembok Marv, menduduki dua besar merupakan orang-orang Zoroaster,
kubu berbenteng dan bertempur satu sama orang-orang yang dihormati tetapi sering
lain selama beberapa bulan. Pertempuran mendiskriminasikan pemukiman muslim
berhenti hanya ketika berita datang tentang dan orang-orang yang pindah agama.
dimulainya pemberontakan Hashimi di Sistem perpajakan yang berlaku pada tahun
bawah Abu Muslim(Shaban, 1979: 137). 739 tersebut adalah dengan menerapkan
Negosiasi dimulai, tetapi hampir putus kharaj pada semua pemilik lahan pertanian
ketika seorang anggota rombongan Nasr, dan memaksa orang-orang non-muslim
putra Ibn Surayj yang marah, menyerang untuk membayar jizyah. Implikasinya,
dan membunuh al-Kirmani. Calmer head 30.000 kaum muslim akan terbebas dari
menang untuk saat ini, kedua belah pihak jizyah sedangkan 80.000 orang-orang non-
mampu menyelesaikan perbedaan mereka muslim akan terbeBani pajak. Kebijakan
secara tentatif, dan Nasr kembali menduduki seperti itu menimbulkan kontradiksi
kursinya di Marv. Namun ketegangan tetap ada dan kebencian terhadap Bani Umayyah
dan Abu Muslim segera berhasil membujuk dan memicu adanya pemberontakan dan
putra al-Kirmani dan penggantinya Ali bahwa permintaan reformasi seperti yang dilakukan
Nasr telah terlibat dalam pembunuhan oleh Ibn Surayj (Hawting, 2000: 106).
ayahnya. Akibatnya, baik Ali al-Kirmani dan Selain reformasi pajak, Nassar juga
Nasr secara terpisah meminta bantuan satu mengembalikan ibu kota provinsi dari
sama lain untuk Abu Muslim, yang sekarang Balkh ke Merv, seperti pemerintahan Asad;
memegang keseimbangan kekuasaan. Yang dan untuk pertama kalinya dalam sejarah
terakhir akhirnya memilih untuk mendukung provinsi dia menunjuk sub-gubernur, yang
al-Kirmani. Pada 14 Februari 748, pasukan ditarik dari sekutu dan pendukungnya untuk
Hashimi menduduki Marv, dan Nasr lagi harus memberi penghargaan kepada mereka dan
melarikan diri dari kota(Shaban, 1979:107- memperbaiki penguasaannya sendiri terhadap
108). Dikejar oleh pasukan Hashimi di bawah provinsi tersebut (Shaban, 1979: 129).
Qahtaba ibn Shabib al-Ta’i, Nasr terpaksa Pada tahun 743 M, pemerintahan Bani
meninggalkan Nishapur juga setelah putranya Umayyah, terutama di Khurasan, mulai
Tamim dikalahkan di Tus, dan mundur ke goyah meskipun secara lahiriah tampak lebih
wilayah Qumis, di perbatasan barat Khurasan. kuat. Muncul ketegangan dan rasa saling

234 Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. Vol 16 No. 2, 2019


Kebijakan Ekonomi pada Masa Kekhalifahan Bani Umayyah
(Studi Kasus Keberhasilan Kebijakan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz dan Kegagalan Gubernur
Nasar Bin Sayyar pada Masa Khalifah Marwan II 744–750 Masehi)

curiga di antara pengutan Arab Khurasani menuju Kufah. Dia dibaiat sebagai khalifah di
(muqatila) dan 20.000 tentara Suriah Kufah pada tahun 132H/749. Bani Abbasiyah
diperkenalkan ke provinsi tersebut sebagai berhasil menaklukkan Khurasan dan Irak.
pengambil tindakan pengamanan setelah Terjadilah pertempuran antara pasukan
peristiwa “Pertempuran of The Delfie” pada Abbasiyah dan pasukan Marwan bin Muhammad
tahun 731. Selain itu, antagonisme suku juga di sungai Zab. Marwan dan pasukannya kalah
semakin meruncing, terbukti dengan terus dalam peperangan yang terjadi pada tahun
berlangsungnya kemarahan Yaman terhadap 131 H/748 M. Pasukannya berlari ke berbagai
Nassar, dan terlihat rasa ketidaksukaan yang penjuru hingga akhirnya terbunuh pada
kuat terhadap rezim Suriah Umayyah atas tahun 132 H/ 749 M. Dengan meninggalnya
kebijakan pajak yang tidak adil. Sang Gubernur Marwan, maka hancurlah pemerintahan Bani
sudah mencoba untuk memperbaiki keadaan, Umayyah dan berdirilah pemerintahan Bani
tetapi sudah terlambat (Hawting, 2000: 105). Abbasiyah (Al-Usairy, Ahmad, 2003: 210-211).

Akhir Daulah Umayyah


Bani Umayyah mengalami banyak KESIMPULAN
kemunduran yang ditandai dengan melemahnya Dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa
sistem politik dan kekuasaan karena banyak masa keemasan Bani Umayyah berlangsung
persoalan yang dihadapi oleh para penguasa pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz
dinasti Bani umayyah. Mereka menghadapi dengan kebijakan yang pro-rakyat sehingga
masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya. tidak ada lagi kesenjangan ekonomi antara
Marwan II merupakan khalifah terakhir pada yang kaya dan miskin serta kesejahteraan
masa Bani Umayyah. Selama pemerintahan rakyat dapat dicapai dengan baik. Contoh
Marwan II, golongan khawarij memberontak kebijakannya adalah kebijakan pengelolaan
beberapa kali, meskipun tidak berhasil. Pada dana jizyah, Umar II mnerapkan pengurangan
waktu itu, Yazid bin Umar menginvasi Irak beban jizyah atas pengikut Agama Kristen
dan mempertahankan Nassar bin Sayyar Najran dari 2.000 menjadi 200 keping.
sebagai gubernur di Khurasan. Keadaan ini Selain itu Umar II tidak memberlakukan
menyebabkan adanya propaganda Abbasiyah jizyah kepada umat Islam. Selain itu Umar
dalam meraih kejayaan. Bahkan dipercepat II menerapkan kebijakan pengelolaan lahan
dengan bergabungnya Muhammad bin al- yang mati. Umar II memberikan konsep
Hanafi ke Bani Abbasiyah dan membentuk penyuburan tanah hingga penanaman pohon,
kelompok konsolidasi. Selanjutnya, Imam mendirikan bangunan, dan konsep kerjasama.
Ibrahim memimpin propaganda Abbasiyah Sedangkan runtuhnya Bani Umayyah
dan mendasarkan gerakan tersebut berlangsung pada masa Marwan II yang
pada prinsip-prinsip yang konsisten dan masih mempertahankan Gubernur Khurasan
menugaskan missionaris ke negara-negara yaitu Nasr bin Sayyar. Dia mengeluarkan
Islam seperti Syria, Hijaz dan Khurasan. kebijakan perpajakan yang dikenakan
Di Khurasan, Imam Ibrahim meminta kepada non Muslim sehingga menimbulkan
bantuan Abu Muslim untuk membantunya beberapa pemberontakan dan runtuhnya
menyelesaikan misi kejayaan (Jangebe, 2014). dinasti Bani Umayyah. Faktor lain penyebab
Masa pemerintahannya ditandai dengan runtuhnya Bani Umayyah adalah karena
banyaknya konflik dan instabilitas hingga banyaknya pemberontakan oleh kaum
akhirnya pemerintahannya Umawiyah jatuh Khawarij, tekanan dari Bani Abbasiyah, dan
dan runtuh. Kekuatan kaum khawarij semakin pertempuran antara pasukan Abbasiyah
bertambah kuat di Irak dan mampu menguasai dan pasukan Marwan bin Muhammad.
kota. Mereka juga melakukan pemberontakan Penelitian ini terbatas pada kesuksesan
di Khurasan, namun berhasil ditumpas. dari kebijakan ekonomi Umar bin Abdul Aziz
Gerakan untuk mendirikan pemerintahan dan kegagalan kebijakan ekonomi dari Nasar
Bani Abbasiyah semakin kuat. Pada tahun 129 bin Sayyar dengan pendekatan historis. Dari
H/ 446 M mereka meproklamirkan berdirinya penelitian diatas perlu dikembangkan dengan
pemerintah Abbasiyah. Namun Marwan pendekatan lain, seperti pendekatan sosiologis,
menangkap pemimpinnya yang bernama psikologis dan lainnya. Selain itu, penelitian ini
Ibrahim dan membunuhnya. Setelah dibunuh, dapat dikembangkan seperti kebijakan Umar II
pucuk gerakan diambil alih oleh saudaranya, dibidang politik, dan pola kepemimpinannya,
yaitu Abul Abbas as Saffah yang berangkat sehingga menjadi literatur yang komplit.

Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. Vol 16 No. 2, 2019 235


Azidni Rofiqo, Fitra Rizal

DAFTAR PUSTAKA
Ismail, A. G., & Zaenal, M. H. (2013). Philantropy India: Idarah-I Adabiyat-I Delli.
in Islam: a promise to welfare economics Jangebe, H. A. (2014). Abu Muslim Al-
System. IRTI Working Paper No. WP- Khurasani: the legendary hero of Abbasid
1435-03. Jeddah. propaganda. IOSR Journal of Humanities
Al-Usairy, A. (2003). Sejarah Islam: sejak zaman And Social Science, 19(1), 5-13.
Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta, Karim, M. A. (2017). Sejarah pemikiran dan
Indonesia: Akbar Media Eka Sarana. peradaban Islam. Yogyakarta, Indonesia:
Ali, K. (2009). A Study of Islamic History. India: Bagaskara.
Idarah-I Adabiyat-I Delli. Khalid, M. (1992). Mengenal pola kepemimpinan
Amalia, E. (2010). Sejarah pemikiran dari karakteristik perilaku Khalifah
ekonomi Islam, dari masa klasik Rasulullah. Bandung, Indonesia: CV.
hingga kontemporer. Depok, Indonesia: Diponegoro.
Gramata Publishing. Lathif, A. M. A. (2014). Bangkit dan Runtuhnya
Blankinship, K. Y. (1994). The end of the jihâd Khilafah Bani Umayyah. Jakarta,
state: the reign of Hishām ibn ʻabd al- Indonesia: Pustaka Al Kautsar.
malik and the collapse of the Umayyads. Hakim, L., & Kayadibi S. (2013). The
New York, United States: State University implementationof good governance in
of New York Press. the era Caliphate Omar Ibn Abd al-Aziz.
Bosworth, C. E. E., Donzel V, Heinrichs, W. P., et Global Review of Islamic Economics and
al. (1993). The encyclopaedia of Islam. Business, 01(02) 133-149.
Leiden, the Netherlands: E.J. Brill. Quthb, S. (1984). Keadilan sosial dalam Islam.
Firdaus, A. N. (1998). Kepemimpinan Umar bin Bandung, Indonesia: Pustaka Bandung.
Abdil Aziz. Jakarta, Indonesia: Pedoman Shaban. (1979). Revolusi ’Abbasid. Cambridge,
Ilmu. United States: Cambridge University
Hakam, A. A. (2002). Biografi Umar bin Press.
Abdul Aziz penegak keadilan. Jakarta, Shaban, M. (1979). The ʿAbbāsid Revolution.
Indonesia: Gema Insani Press. Cambridge, United States: Cambridge
Hasan, S. M. (1975). Islamic History. Dhaka: University Press.
Globe Library. Sofa, H. (2014). Implementasi Kharj Masa
Hawting. (2000). The first dynasty of Islam: the Dinasty Umayyah. Iqtishadia, 7(2), 249–
Umayyad Caliphate AD 661-750. London, 270.
United Kingdom: Routledge Taylor & Suryabrata, S. (2011). Metodologi penelitian.
Francis Group. Jakarta, Indonesia: Raja Grafindo
Husaini, S. (2009). Arab administration. Delhi, Persada.

236 Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. Vol 16 No. 2, 2019

Anda mungkin juga menyukai