Anda di halaman 1dari 2

Menjadikan Data sebagai suatu Pengetahuan

Usaha untuk memahami kehidupan organisasi/perusahaan tidak sesederhana pengumpulan


data secara keseluruhan, yang malah membuat kita menelantarkan detil-detil kecil yang mungkin
saja penting. Hal ini seperti melakukan pendataan Pegawai dalam sebuah perusahaan besar ;
pendataan hanya dilakukan hanya untuk melihat angka. Analisis yang akurat hanya memiliki sedikit
kebergunaan dalam akumulasi fakta, dan lebih berguna pada keterhubungan antara fakta-fakta.
Paper yang ditulis oleh Jonathan H. Turner (1988) menekankan pentingnya seorang
connoisseur*. Agen-agen perubahan ini selalu mulai dengan pnedekatan yang berpusat pada
masalah dalam organisasi. Sebelum terjun dalam indentifikasi masalah (yang melibatkan Interview,
pencatatan, observasi dan hipotesis , seorang Agen Perubahan (dalam hal ini HRD) harus memiliki
sebuah perspektif, agar nanti dalam pendekatannya terhadap masalah, ia bisa mengkoherensikan
analisa data sebagai informasi yang berguna untuk tujuan penyelesaian masalah. Hal ini disebut
Turner sebagai 'Seni Mengetahui atau Berpengetahuan'.
Seorang connoisseur harus memiliki skill sosial dan pemahaman yang analitis. alih-alih
hanya menyerap data, ia harus bisa memperhatikan detil-detil partikular yang sering dilewatkan.
Dalam bukunya Images of Organization (1986),Gareth Morgan menunjukkan bagaimana metafora-
metaofra dapat dijadikan sebagai salah satu cara dalam memahami sebuah organisasi. Ini adalah
suatu cara yang dianggap tidak sesuai dari sisi Ilmiah, dimana para penulis dan praktisi lainnya
banyak mengkritik pendekatan morgan ini. Meski begitu, sebagai HRD yang merupakan Agen-agen
perubahan dalam perusahaan perlu ‘membaca’ organisasinya dan menjabarkan secara tepat
perilaku organisasi .

Gambar 1. Model Metafora dari Morgan. Metafora yang dijabarkan oleh Morgan memiliki 3 bagian ; Metafora Akar/Primer ,
Model Analisis, dan Tipe-tipe Analogi

Dari model diatas, dapat dilihat bahwa metafora yang dimaksud adalah ‘gambaran’ dari
Analisis, yang lalu dianalogikan menggunakan bahasa tertentu. Contoh : Perilaku/sikap seseorang
terhadap suatu stimulus lalu dianalogikan, menggunakan analogi Manusia Sebagai Mesin yang
merespon suatu perintah, seperti juga Organisasi.
Untuk menghindari Relativitas dari metafora yang digunakan, Morgan membagi metafora
menjadi 4, yaitu Machine, Organism, Drama, dan Discourse.
Metafora ‘Machine’
Berangkat dari teori behaviouristik Skinner, metafora ini menggambarkan manusia sebagai
‘mesin’ yang hanya bisa dinilai dari workrate atau performanya. Hal-hal seperti Pengontrolan hasil
kinerja Karyawan sampai pada Training yang diberikan pada para karyawan merupakan beberapa
dari sekian contoh mengenai metafora Machine.

Metafora ‘Organismic’
Talcott Parsons, seorang Sosiologis berkebangsaan Amerika mengumpamakan Organisasi
sebagai sebuah miniatur dari masyarakat. Mkasudnya adalah bahwa Organisasi, seperti Masyarakat,
terdiri atas komponen-komponen kecil yang berdiri independen, namun secara keseluruhan masih
memiliki basic survival needs, seperti halnya sebuah organisme biologis. Juga, seperti organisme
biologis, Organisasi juga punya dua hal yang membuatnya terus berkembang ; Input dan Output.
Input disini diartikan sebagai resources yang kemudian diolah menjadi sumber tenaga bagi
Organisasi. Sedangkan Output dijelaskan sebagai hasil nyata dari pengolahan resources yang
dimanifestasikan dalam bentuk produk, hasil kerja dan performa.
Metafora ini baik digunakan untuk dua hal, yang pertama adalah untuk menjelaskan dan
memanajemen keadaan suatu organisasi/perusahaan. Suatu organisasi/perusahaan dikatakan ‘sehat’
apabila semua Input yang dibutuhkan terpenuhi. Yang kedua, adalah untuk terus mengkaji
kebutuhan Input dari organisasi/perusahaan.

Metafora ‘Drama’
Lain dengan dua metafora sebelumnya, metafora ‘Drama’ berfokus pada analisis dari
lingkungan sosial. Metafora ini juga memasukkan 5 elemen dari seni drama sebagai alat analisis
sosial dalam menganalisa performa suatu organisasi/anggota organisasi. Kelima elemen itu adalah
persona, Performance, staging, teamwork dan roles. Persona yang dimaksud disini adalah karakter
yang diperankan seseorang. Hal ini juga mencakup penampilan fisik. Performance, seperti
namanya, adalah performa yang kita hadirkan untuk menciptakan suatu kesan. Elemen ketiga yaitu
staging, melibatkan manipulasi setting latar, yang didalam suatu organisasi diartikan sebagai
lingkungan kerja. Elemen keempat yaitu teamwork, adalah kerjasama antara persona-persona, yang
dilakukan diatas stage. Elemen terakhir yaitu role atau peran, didefinisikan sebagai tugas masing-
masing persona dalam melakukan perform.

Metafora ‘Discourse’
Discourse atau bisa diartikan secara harafiah sebagai ‘percakapan’, adalah metafora yang
menggambarkan arah dalam suatu perusahaan sebagai suatu percakapan. Dalam bukunya, Ford dan
Ford (1995) menjelaskan bahwa ada 4 jenis ‘percakapan’ ;
1. Percakapan yang bertujuan untuk memperkenalkan sesuatu,
2. Percakapan yang bertujuan untuk mencari pemahaman
3. Percakapan yang bertujuan untuk ‘melakukan’ (“to perform”) sesuatu,
4. Percakapan untuk mengakhiri sesuatu.
Seorang anggota HRD harus mampu melakukan keempat hal diatas, dalam artian bahwa
anggota HRD harus secara aktif terlibat dalam mengatur ‘alur percakapan’ dari suatu perusahaan,
dengan mampu memahami dan mengatur tensi maupun kultur dari budaya tsb.

NB: connoisseur*: Orang yang dianggap kompeten untuk memberikan suatu judgement.

Anda mungkin juga menyukai