Skripsi Erika Rovita Maharani E0006016
Skripsi Erika Rovita Maharani E0006016
Penulisan Hukum
(Skripsi)
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
Erika Rovita Maharani
NIM. E0006016
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Oleh
Erika Rovita Maharani
NIM. E0006016
This research aims to find out the rule of reason approach method applied
in handling the tender conspiracy has been appropriate, either the regulation or
practice, because the role of The Commission for the Supervision of Business
Competition is very important in the business competition enforcement.
This study belongs to a normative law research that is prescriptive in
nature finding the law in concreto in the term of regulation in the act facilitates the
The Commission for the Supervision of Business Competition in coping with the
case and parties involved in tender conspiracy. The type of data employed was
secondary data. The data secondary source employed included primary and
secondary law materials. Technique of collecting law material employed was
literary study and cyber media. Then, those law materials are adjusted each other
for obtaining the proper flow in studying law regulation and enforcement over the
tender conspiracy proceeding so far. An analysis on law material implemented by
drawing conclusion from the general thing, namely, the regulation of tender
conspiracy in the individual concrete case encountered by The Commission for
the Supervision of Business Competition for becoming the law event. In order to
answer the problem of law regulation existing, the deduction syllogism was used.
Considering the result of research and discussion, it can be concluded, that
the premise of tender conspiracy case dominance is the niche in the law and
regulation using rule of reason approach by enforcing the tender conspiracy
practically. It makes The Commission for the Supervision of Business
Competition difficult in undertaking the investigation from the reporting or
monitoring stage to Commission Chamber Trial that is not necessary when the
tender conspiracy has had negative indication. The negative indication has resided
in the barrier to entry the market. So, injustice has basically occurred in the
opportunity limited to the disadvantageous businessmen as well as the presence of
niche to undertake the corruption because the fair competition essentially gives
considerable benefits, particularly to the people’s well-fare.
Keywords: Tender conspiracy, rule of reason.
PERNYATAAN
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis berharap saran dan kritik dari para pembaca. Akhirnya penulis
berharap penulisan ini mampu memberikan suatu manfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...............................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................... iv
ABSTRAK.............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN................................................................................................xii
DAFTAR GRAFIK...............................................................................................xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Kerangka Teori......................................................................................16
1. Tinjauan Umum tentang Persekongkolan Tender........................16
2. Tinjauan Umum tentang Pendekatan Hukum Persaingan Usaha.23
3. Tinjauan Umum tentang Penegakan Hukum...............................26
4. Tinjauan Umum tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha....33
B. Kerangka Pemikiran..............................................................................37
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengaturan Persekongkolan Tender dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 dengan Pendekatan Rule of Reason..................................39
B. Kelemahan Penegakan Hukum oleh Komisi Pengawas Persaingan
Usaha dalam Persekongkolan Tender dengan Pendekatan Rule of
Reason...................................................................................................50
A. Simpulan................................................................................................87
B. Saran......................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Putusan
Tahun
Tender Non Tender
2000 1 1
2001 3 1
2002 1 3
2003 1 6
2004 3 4
2005 10 8
2006 8 4
2007 22 4
2008 34 6
2009 0 0
TOTAL 83 38
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian pada dasarnya memiliki suatu tujuan tertentu yang
hendak dicapai. Tujuan penelitian juga harus jelas sehingga dapat memberikan
arah dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui pengaturan persekongkolan tender dalam Undang-
Undang No. 5 Tahun 1999 dengan pendekatan rule of reason sudah
tepat atau belum.
b. Untuk mengetahui kelemahan penegakan hukum yang dilakukan oleh
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terhadap persekongkolan
tender dengan pendekatan rule of reason.
2. Tujuan Subyektif
a. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar kesarjanaan
dalam program studi ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret.
b. Untuk memperluas wawasan, pengetahuan dan kemampuan penulis
dalam mengkaji masalah di bidang hukum perdata khususnya hukum
bisnis dan persaingan usaha.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini
akan bermanfaat bagi penulis maupun orang lain. Adapun manfaat yang dapat
diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada
umumnya dan hukum persaingan usaha pada khususnya.
b. Menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang berwenang dalam
penegakan persaingan usaha dan sebagai referensi keilmiahan.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
b. Untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir dinamis
sekaligus mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu
yang diperoleh.
E. Metode Penelitian
2. Sifat Penelitian
3. Pendekatan Penelitian
Penulisan hukum ini terdiri dari empat bab, yaitu pendahuluan, tinjauan
pustaka, pembahasan dan penutup, serta daftar pustaka dan lampiran. Adapun
susunannya adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis memaparkan landasan teori dari para pakar maupun
doktrin hukum berdasarkan literatur yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian. Landasan teoritik tersebut meliputi tinjauan umum mengenai
persekongkolan tender, pendekatan hukum persaingan usaha, penegakan
hukum, dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai pembahasan dan hasil yang
diperoleh dari proses meneliti. Berdasarkan rumusan masalah yang diteliti,
terdapat dua pokok permasalahan yang dibahas dalam bab ini yaitu
apakah pengaturan persekongkolan tender dalam Undang-Undang No. 5
Tahun 1999 dengan pendekatan rule of reason sudah tepat dan apakah
kelemahan penegakan hukum yang dilakukan oleh Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) terhadap persekongkolan tender dengan
pendekatan rule of reason.
BAB IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
b. Pengertian Tender
Penjelasan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mengatur
bahwa “ tender adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu
pekerjaan untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan
jasa”. Dalam hal ini tidak disebut jumlah yang mengajukan penawaran
(oleh beberapa atau oleh satu pelaku usaha dalam hal penunjukan atau
pemilihan langsung). Pengertian tender dalam tersebut mencakup tawaran
mengajukan harga untuk:
Persekongkolan
2) Persekongkolan Vertikal
Merupakan persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau
beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan panitia
tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik
atau pemberi pekerjaan. Persekongkolan ini dapat terjadi dalam bentuk
dimana panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan
jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan bekerjasama dengan salah
satu atau beberapa peserta tender. Berikut bagan persekongkolan
tender tersebut.
Persekongkolan
Persekongkolan
REASONABLE LEGAL
- Pendekatan Hukum
- Pendekatan Ekonomi
- Pembuktian Kerugian
APBN (korupsi)
- Dominasi Perkara Tender
Selain konsep yang sudah ada, rule of reason juga menjadi hak inisiatif
dari hakim dengan melihat keunggulan dan kebijaksanaan, efisiensi dan
keuntungan publik. If one stands back and looks at the structure of
competition regimes in common law jurisdictions two broad types emerge.
The first and oldest is the United States model where the competition statute
is viewed simply as an initial authority for judges to paint with a broad brush
as they build up the law case by case with little need to refer back to the
archaically worded statute. The other model is that operating in Australia
and New Zealand where the words of the statute have primacy and concepts
of reasonableness, efficiency and public benefit enter into the analysis only to
the extent that the words of the statute permit. In the United States, the rule of
reason first found its way into the antitrust lexicon in the dissenting judgment
of White J in United States v Trans-Missouri Freight Association. That case,
of course, involved the interpretation of a liability creating provision in the
antitrust statute itself. Nevertheless the two analytical technique were very
similar. Nowadays this cornerstone provision in United States antitrust
legislation is routinely read as though it commences with the words ‘every
unreasonable contract’ to avoid the conclusion that all restrictive agreements
are illegal without question or qualification. Terjemahannya adalah sebagai
berikut : jika satu pendirian kembali dan terlihat dalam struktur persaingan
rezim yurisdiksi hukum timbul dua tipe besar. Yang pertama dan tertua
adalah model Amerika Serikat dimana Undang-Undang persaingan terlihat
sederhana sebagai wewenang awal hakim bekerja lebih dari kasus hukum
yang terjadi dengan kasus dari kasus yang sedikit kembali kepada penafsiran
undang-undang terdahulu. Model lain adalah yang dijalankan di Australia dan
Selandia Baru dimana penafsiran undang-undang mempunyai keunggulan dan
konsep yang bijaksana, efisien, manfaat publik termasuk di dalamnya untuk
menafsirkan lebih luas daripada undang-undang saja. Di Amerika Serikat,
rule of reason pertama ditemukan dalam kosakata keputusan pengadilan
Hakim J. White antara Perhubungan Amerika Serikat melawan Asosiasi
Pengangkutan Missouri. Dalam kasus tentunya dilibatkan penasiran dan
pertanggungjawaban membuat ketentuan sendiri dalam Undang-Undang
Antitrust. Meskipun demikian, teknik analisis yang sangat sama. Pada waktu
sekarang, ketentuan dasar di perundang-undangan Antitrust Amerika Serikat
yang rutin dibaca lebih dulu memulai dengan kata “setiap perjanjian yang
tidak masuk akal” untuk menghindari semua perjanjian ilegal yang
meragukan dan dibatasi. Ketidakteraturan yang akan memberi dampak
sendiri menjadi salah satu kesimpulan untuk menjadikan sesuatu hal masuk
dalam kualifikasi ilegal (Ian Agles and Louise Longdin, 2009: 310).
1. segi positif dari penerapan per se illegal adalah adanya larangan yang
tegas untuk memberikan kepastian hukum pada pelaku usaha, apakah
suatu perbatan yag dilakukan oleh si pelaku usaha tersebut merupakan
perbuatan yang sah atau tidak sah;
2. jika ada satu acuan yang pasti bagi mereka dalam berbuat, mereka pada
akhirnya dapat merencanakan atau melakukan usaha tanpa dibebani
rasa khawatir dan akan melakukan kegiatan usaha dengan nyaman dan
aman;
3. disamping itu segi positif dari penerapan per se illegal ini adalah jauh-
jauh hari si pelaku usaha sudah berupaya untuk mencegah perbuatan
yang berpotensi merusak persaingan usaha;
4. pendek kata, penerapan per se illegal ini sejak awal akan
memberitahukan kepada si pelaku usaha perbuatan apa saja yang
dilarang, serta menjauhkan para pelaku usaha untuk tidak mencoba
melakukannya (L. Budi Kagramanto, 2007: 233-234).
1. Pendekatan Hukum
Putusan PN
Pengadilan
Negeri
Berhenti Putusan
KPPU
Sidang Majelis
Tidak
Perilak Pemeriksaan
u Lanjutan
Beruba
h
Tidak
Monitoring
Perubahan Meneri
Perilaku ma
Terbuk
ti
Pemeriksaan
Pendahuluan
Gelar Laporan
Pemberkasan
Klarifikasi
Monitoring Laporan
2. Pendekatan Ekonomi
1. Tender yang bersifat tertutup atau tidak transparan dan tidak diumumkan
secara luas, sehingga mengakibatkan para pelaku usaha yang berminat dan
memenuhi kualifikasi tidak dapat mengikutinya;
2. Tender bersifat diskriminatif dan tidak dapat diikuti oleh semua pelaku
usaha dengan kompetensi yang sama;
3. Tender dengan persyaratan dan spesifikasi teknis atau merek yang
mengarah kepada pelaku usaha tertentu sehingga menghambat pelaku
usaha lain untuk ikut.
Dari grafik di atas, terlihat bahwa laporan meningkat dari tahun ke tahun.
Perkembangan juga menunjukkan bahwa sebaran pelaporan juga semakin
meningkat, hal ini terjadi sering dengan adanya peningkatan daya jangkau
KPPU melalui kehadiran kantor perwakilan di 5 (lima) daerah ditambah
dengan upaya advokasi dan sosialisasi ke berbagai daerah.
Kedua, penanganan perkara juga terus meningkat intensitasnya. Selain
bersumber dari laporan, perkara di KPPU juga berasal dari hak inisiatif KPPU,
yang dilakukan melalui kegiatan kajian industri, penelitian dan monitoring
pelaku usaha. Sejak tahun 2000 sampai 2009, KPPU telah melaksanakan
sebanyak 110 (seratus sepuluh) kegiatan dengan perkembangan sebagaimana
terlihat dalam tabel di bawah ini (KPPU, 2009: 14-15).
Pada periode Januari-Juni 2009, KPPU menangani 14 perkara, yang terdiri dari
11 perkara mengenai tender dan 3 perkara non-tender. Total perkara yang
ditangani oleh KPPU sejak tahun 2000 hingga Juni 2009 adalah 186 perkara.
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tot
Jumlah
2 5 8 9 9 22 18 31 68 14 186
Perkara
Sampai dengan tengah tahun 2009, KPPU telah menjatuhkan sebanyak 128
putusan, dengan rincian sebagai berikut:
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tot
Jumlah
2 7 5 7 10 16 14 50 17 128
Putusan
Tabel 4. Putusan yang Dijatuhkan
Dari tabel laporan tengah tahun KPPU 2009 tersebut terdapat perkara yang
mengalami keterlambatan pada putusannya karena jangka waktu yang dibutuhkan
KPPU dalam melaksanakan prosedurnya. Hal ini otomatis akan menjadi kendala
tersendiri bagi KPPU dalam tugasnya menegakkan hukum persaingan di
Indonesia. Efek rule of reason yang seharusnya dapat diantisipasi sejak awal
sangat berimbas pada praktek yang terjadi terutam perkara persekongkolan tender
yang mendominasi pelanggaran dalam bidang persaingan usaha.
Pada tanggal 11 Juli 2005, Majelis Komisi telah mengambil putusan terhadap
perkara tersebut melalui putusan KPPU No. 08/KPPU-L/2004 dan dibacakan di
muka umum sebagai berikut :
4. Subjects, following the broad criteria for the application, the law states
that all economic agents are bound by its provisions.
5. State Monopolies, excludes from its purview those activities whose
execution are expressly reserved for the state, following from its
application, categorizing them instead as activities not constituting
monopolistic practices.
6. Exempted Activities, in a clear change direction from the past poltics of
prices controls on certain goods and services provide the following rules
on this matter (Juan Francisco Torres Landa R, 1996: 40-42).
A. Simpulan
B. Saran
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. 1999. Seri Hukum Bisnis : Anti Monopoli.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
A. M. Tri Anggraini. 2005. “Penerapan Pendekatan Rule Of Reason dan Per Se
Illegal dalam Hukum Persaingan”. Jurnal Hukum Bisnis Volume 24.
Jakarta: Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis.
_______ . 2006. “Penegakan Hukum Dan Sanksi Dalam Persekongkolan
Penawaran Tender”. Jurnal Legislasi Indonesia Volume 3. Jakarta:
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan Departemen Hukum
dan HAM RI.
Andi Fahmi Lubis, dkk. 2009. Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan
Konteks. Jakarta: ROV Creativ Media.
Anonim. KPPU Tangani 65 Persen Kasus Tender.
http://cetak.fajar.co.id/news.php?newsid=16384. [ 16 Oktober 2009 pukul
20:54:05].
Anonim. Penegakan Hukum. http://www.solusihukum.com/artikel/artikel49.php.
[ 7 Desember 2009 pukul 08:41:38].
Arie Siswanto. 2002. Hukum Persaingan Usaha. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bambang Sutiyoso. 2004. Aktualita Hukum dalam Era Reformasi. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Benny Pasaribu. 2009. “Peran Persaingan Usaha Dalam Upaya Pemberantasan
Korupsi”. Jurnal Persaingan Usaha Edisi 2. Jakarta: Komisi Pengawas
Persaingan Usaha.
Competition Division. The Guidelines for Fighting Bid Rigging in Public
Procurement. http://www.oecd.org/competition. [13 Maret 2010 pukul
12:20:10].
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simagunsong. 2004. Hukum dalam Ekonomi.
Jakarta: Grasindo.
Hermansyah. 2008. Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Indonesia. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Ian Eagles dan Louise Longdin. 2009. “Subjecting Competition Law Exemptions
to a Rule Of Reason: New Zealand Courts Push at the Boundaries of
Statutory Interpretation”. Subjecting Competition Law Exemptions to a
Rule of Reason UNSW Law Journal Volume 32(1).
Juan Francisco Torres Landa R. 1996. “Recent Developments In Antitrust
Legislation In Mexico”. Comparative Lawyear Book of International
Business Volume 18. Boston: Kluwer Law International.
John W. Head. 1997. Seri Dasar-Dasar Hukum Ekonomi : Pengantar Umum
Hukum Ekonomi. Jakarta: ELIPS.
Johnny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.
Malang: Bayumedia Publising.
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 2009. Buku Penjelasan Katalog Putusan
KPPU. Jakarta: KPPU.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 2008. Pedoman Pasal 22 Tentang Larangan
Persekongkolan Dalam Tender. Jakarta: KPPU.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Laporan Tengah Tahun 2009 Komisi
Pengawas Persaingan Usaha. http://www.kppu.go.id. [7 Des 2009
08:41:38 pukul 08:30:25 ].
L. Budi Kagramanto. 2007. Larangan Persekongkolan Tender (Perspektif Hukum
Persaingan Usaha). Surabaya: Srikandi.
Munir Fuady. 2003. Hukum Anti Monopoli, Menyongsong Era Persaingan Sehat.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Nuzul Qur’aini Madya. 2009. “E-procurement Cegah Persaingan Usaha Tidak
Sehat”. Kompetisi Media Berkala Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
Edisi 15. Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1 Tahun 2006 Tentang
Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU.
Peter Mahmud Marzuki. 2009. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Raimond Flora Lamandasa. Penegakan Hukum.
http://www.scribd.com/doc/2953532/Penegakkan-Hukum.[ 13 Desember
2009 pukul 19:27:41].
R. Arry Mth. Soekowathy. 2003. “Fungsi dan Relevansi Filsafat Hukum Bagi
Rasa Keadilan dalam Hukum Positif”. Jurnal Filsafat UGM. Jilid 35
Nomor 3. Yogyakarta: UGM.
Soerjono Soekanto. 1983. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta: Rajawali.
Sri Redjeki Hartono. 2007. Hukum Ekonomi Indonesia. Malang: Bayumedia
Publishing.
Sudikno Mertokusumo. 1999. Mengenal Hukum. Yogyakarta: Liberty.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Yakub Adi Krisanto. 2006. “Persekongkolan Tender dalam Pengadaan
Barang/Jasa di Kota Salatiga”. Kritis Jurnal Studi Pembangunan
Interdisiplin. Vol. XVIII.
_______ . 2006. “Analisis Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 dan Karakteristik
Putusan KPPU Tentang Persekongkolan Tender”. Jurnal Hukum Bisnis.
Vol II. Jakarta: Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis.
_______ . Analisis Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 dan Karakteristik Putusan
KPPU Tentang Persekongkolan Tender.
http://yakubadikrisanto.wordpress.com/category/persekongkolan-tender/
page/2/.[10 September 2009 pukul 15:08:55].
_______ . Prinsip Rule of Reason dan Per Se Rule dalam Hukum Persaingan
Indonesia. http://yakubadikrisanto.wordpress.com/2008/06/03/prinsip-
rule-of-reason-dan-per-se-illegal/ [15 Januari 2010 pukul 09:12:25].
Yvan Lengwiler dan Elmar Wolfstetter. 2009. “Auctions and Corruption : An
Analysis of Bid Rigging by a Corrupt Auctioneer”. From legwiler-
wolfstetter.pdf.