Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada
setiap individu atau kelompok untuk merubah pengetahuan dari tidak tahu menjadi
tahu. Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya
untuk mengajarkan siswa.Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya
berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi
dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Dalam melakukan pembelajaran guru juga
menggunakanmedia belajar sebagai pendukung dalam proses pembelajaran salah
satunya menggunakan literasi digital.
Literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam mencari, menerima,

menggunakan dan mengevaluasi informasi secara cerdas yang didapatkan melalui

teknologi digital untuk memproleh hasil belajar yang baik. Menuurut Kamil (2018,

48). Belajar dan pembelajaran berhubungan erat karena pembelajaran merupakan

suatu proses yang digunakan dalam belajar. Proses belajar mengajar dapat berhasil

apabila terdapat perubahan dalam nilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa.

Dengan penggunaan literasi digitalmaka siswa akan memiliki hasil belajar yang

baik karena siswa akan mengerjakan tugas dengan bantuan digital, pengerjaannya

bisa dilakukan di kelas ataupun di luar kelas, juga dilakukan dalam bentuk individu

maupun kelompok sehingga lebih memanfaatkan waktu untuk belajar.

Hasil belajar siswa adalah salah satu indikator keberhasilan pendidikanyang

berlangsung disekolah dan diperoleh melalui suatu proses pembelajaran sekaligus

untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang siswa setelah

melalui aktifitas belajar. Hasil belajar merupakan gambaran tentang bagaimana

siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hasil belajar merupakan

1
2

output nilai yang berbentuk angka atau huruf yang didapat siswa setelah menerima

materi pembelajaran melalui sebuah tes atau ujian yang disampaikan guru. Selain

itu, hasil belajar siswa merupakan salah satu tujuan dari proses pembelajaran di

sekolah, untuk itu seorang guru perlu mengetahui lebih dulu metode apa yang

dipakai dalam mengajar dan media apa yang digunakan pada saat proses belajar

mengajar, untuk menghasilkan proses belajar siswa yang baik.

Dalam belajar Pendidikan Agama Kristen diperlukan literasi digital, untuk

mencapai hasil belajar.Dalam pendidikan upaya pembelajaran yang dilakukan

manusia dengan sadar dan terencana secara terus menerus sehingga terjadi

perubahan baik dari pengetahuan, sikap/tingkah laku dan kerampilan. Maka objek

Pendidikan Agama Kristen (PAK) ialah membimbing dan mengajar siswa kepada

pengetahuan dan pengertian serta penerimaan yang sungguh-sungguh akan Kristus

sebagai Guru, Tuhan dan Juruselamatnya. Dame Taruli Simamora, Rida Gultom (2011,

12).

Dalam melakukan proses pembelajaran ada beberapa metode, strategi, model

dan juga media yang digunakan dalam mendukung proses pembelajaran untuk

mencapai hasil belajar, salah satunya dengan penggunaan literasi digital. Literasi

digital kemampuan seseorang dalam mencari, menerima, menggunakan dan

mengevaluasi pembelajaran. Literasi digital tersebut seperti mengamati, membaca

materi, memperdalam bahan pelajaran setelah itu mengevaluasi tugas yang telah

dikerjakan, seperti mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen di mana siswa akan

belajar mengenai Allah memperbaharui hidup manusia, maka guru memberi suatu

tugas mengenai materi tersebut kepada siswa baik dalam bentuk latihan-latihan,

mengamati dan memperdalam materi dengan tujuan siswa tersebut dapat berubah
3

baik dari segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan itulah yang menjadi hasil dari

belajar siswa tersebut.

Penulis melihat bahwa di sekolah SMA Negeri 1 Tanjung Morawa

terkhususnya di kelas X bahwa sebagian siswa belum mencapai hasil belajar yang

baik, ini terbukti pada saat proses belajar mengajar siswa kurang memperhatikan

dan memahami bahan pelajaran sehingga pada saat pemberian tugas siswa tidak

mengerjakan, kurang mempertanggungjawabkan tugas yang dikerjakannya, bahkan

meniru tugas dari temannya sehingga hasil belajar mata pelajaran Pendidikan

Agama Kristen yang didapat siswa kurang baik, dan tidak mencapai nilai yang

diharapkan, hal ini terlihat dari nilai yang di peroleh siswa selama Penilaian

Formatif (penilaian harian) tidak mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum 76.

Berdasarkan pengamatan dilapangan, kegiatan pembelajaran pun masih

sering dilakukan hanya dengan metode ceramah yang membuat siswa pasif.

Pembelajaran lebih ditekankan pada metode yang banyak diwarnai dengan

ceramah, kurang menggunakan proses pembelajaran yang beragam serta masih

berpusat pada guru. Hal ini mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisispai dalam

kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan siswa cepat bosan dan kurang

berkonsentrasi pada saat belajar sehingga hasil belajar yang diterima siswa kurang

maksimal.

Sehubungan dengan uraian di atas, penulis mengadakan penelitian dengan judul:

“Pengaruh Penggunaan Literasi Digital Terhadap Hasil Belajar PAK SISWA

KLS X SMA NEGERI 1 TANJUNG MORAWA TAHUN 2021/2022


4

1.2 Identifikasi Masalah

Sesuai batasan masalah, maka dirumuskanlah masalah penelitian ini yaitu


Apakah Terdapat Pengaruh yang Positif dan Signifikan Penggunaan Literasi Digital
Terhadap Hasil Belajar PAK Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Morawa Tahun
Pembelajaran 2022/2023?

1.3 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, penulis dapat mengidentifikasi
masalah yaitu:
1. Bagaimanakah pengaruh faktor internet terhadap hasil belajar PAK
2. Apakah faktor yang mempengaruhi hasil belajar PAK siswa dalam proses
pembelajaran.
3. Bagaimanakah pengaruh literasi digital terhadap hasil belajar PAK

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Positif dan

Siginifikan Penggunaan Literasi Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA

X Negeri 1 Tanjung Morawa Tahun Pembelajaran 2022/2023.

1.5 Manfaat Penelitian


Hal yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberi manfaat bagi kita
sebagai pembaca. Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Kita dapat mengetahui bagaimanakah pengaruh faktor internet terhadap
hasil belajar PAK
2. Kita dapat mengetahui apakah faktor yang mempengaruhi hasil belajar
PAK siswa dalam proses pembelajaran.
3. Kita dapat mengetahui bagaimana pengaruh literasi digital terhadap hasil
belajar PAK siswa
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen

1.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Untuk menyatakan bahwa proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil,

maka setiap guru memiliki pandangan masing-masing dari cara yang berbeda

sejalan dengan pemikirannya, namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya

berpedoman pada kurikulum yang berlaku dan yang disempurnakan suatu proses

belajar mengajar tentu suatu pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan

intruksional khususnya dapat tercapai.

Sudjana mengemukakanbahwa hasil belajar adalah suatu tindakan atau

kegiatan untuk melihat sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran (instruksional) telah

dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa. Nana Sudjana (2010:2) Selanjutnya

Dimyanti dan Mudjiono mengemukakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dimyanti dan Mudjiono (2013:3)

Senada dengan, Purwanto mengemukakan hasil belajar adalah tingkat

keberhasilan murid dalam mempelajari materi pembelajaran yang diberikan guru,

yang dinyatakan dengan skor hasil tes mengenai sejumlah materi yang diajarkan

kepada anak didik dengan perubahan sikap ke arah yang lebih baik. Ngalim

Purwanto (2011:3) Berdasarkan beberapa teori ahli di atas bahwa hasil belajar

merupakan tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugsnya atau tingkat

kemampuan siswa dalam menguasai sejumlah materi pelajaran yang dinyatakan

dengan nilai. Hasil belajar siswa merupakan cerminan dari pencapaian tujuan

5
6

belajar, maka dilakukan penilaian sehingga hasil yang dicapai dalam bentuk nilai

atau hasil yang diperoleh siswa melalui skor nilai dari tes-tes yang dilakukan

sehingga dapat diketahui tercapai atau tidaknya tujuan dari pembelajaran.

1.1.1.2 Tujuan Pembelajaran PAK

Pendidikan Agama Kristen merupakan Pendidikan berdasarkan Alkitab,

PAK berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan yang Maha Esa serta berahlak mulia dan mampu menjaga kedamaian. Dan

Budi pekerti menurut Ensiklopedia Pendidikan budi pekerti ialah kesusilaan yang

mencakup segi-segi kejiwaan dari perbuatan manusia.

Hieronimus dalam Harianto mengemukakan Pendidikan Agama Kristen

adalah Pendidikan yang bertujuan mendidik jiwa sehingga menjadi bait Tuhan.

Selanjutnya menurut Agustinus PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar

orang supaya “ melihat Allah” dan “hidup bahagia” Harianto Gp (2012: 52)

Senada dengan itu C.L.J. Sherril dalam Kristianto PAK adalah Pendidikan

yang bertujuan memperkenalkan Alkitab kepada pelajar, sehingga mereka siap

menjumpai dan menjawab Allah, memperlancar komunikasi secara mendalam

antar pribadi tentang keprihatinan insani serta mempertajam kemampuan menerima

fakta bahwa mereka dikuasai kekuatan dan dan kasih Allah yang meperbaiki,

menebus dan menciptakan kembali. Kristianto Paulus Lilik, (2008:3).

Selanjutnya Wenner C.Graendorf PAK adalah proses pengajaran dan

pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung

pada kuasa Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat

pertumbuhan, mellaui pengajaran ke arah pengenalan dan pengalaman rencana dan

kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap Aspek kehidupan. Dan


7

memperlengkapi mereka untuk menjadi murid dewasa pada Kristus Sang Guru

Agung. Kristianto Paulus Lilik, (2008: 3). Menurut Haidar Putra Daulay, tujuan

pendidikan budi pekerti yaitu mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku siswa guna

melancarkan ahlak mulia atau budi pekerti luhur. https://teks.co.id/ (2022).

Dari beberapa pendapat ahli di atas maka penulis menyimpulkan tujuan Pendidikan

Agama Kristen dan budi pekerti yaitu untuk memperkenalkan Alkitab kepada

pelajar dan mendidiknya dengan sikap, nilai moral sehingga menjadi bait Tuhan

dan siap menjumpai dan berkomunikasi dengan Allah untuk menjadi murid dewasa.

Adapun tujuan Pembelajaran PAK di sekolah adalah:

1. Mengenal serta mengimani Allah yang berkarya menciptakan alam semesta

dan manusia;

2. Mengimani keselamatan yang kekal dalam karya penyelamatan Yesus Kristus;

3. Mensyukuri Allah yang berkarya dalam Roh Kudus sebagai penolong dan

pembaru hidup manusia;

4. Mewujudkan imannya dalam perbuatan hidup setiap hari dalam interaksi

dengan sesama dan memelihara lingkungan hidup;

5. Mampu memahami hak dan kewajibannya sebagai warga gereja dan warga

negara serta cinta tanah air;

6. Membangun manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara

bertanggung jawab dan berakhlak mulia serta menerapkan prinsip moderasi

beragama dalam masyarakat majemuk;

7. Membentuk siswa menjadi anak-anak dan remaja Kristen yang memiliki

kedewasaan berpikir, berkata-kata dan bertindak sehingga menampakkan

karakter kristiani;
8

8. Membentuk sikap keterbukaan dalam mewujudkan kerukunan intern dan

antara umat beragama, serta umat beragama dengan pemerintah;

9. Memiliki kesadaran dalam mengembangkan kreativitas dalam berpikir dan

bertindak berdasarkan Firman Allah; dan

10. Mewujudkan peran nyata di tengah keluarga, sekolah, gereja dan masyarakat

Indonesia yang majemuk.

1.1.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Menurut Dalyono faktor-faktor yang

menentukan pencapaian belajar yaitu berasal dalam diri orang yang belajar

(internal) dan faktor dari luar diri (eksternal) yaitu:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, mencakup:

Kesehatan jasmani dan rohani, intelegensi, bakat, minat dan motivasi cara

belajar yang kreatif dan tidak membosankan dapat memicu keinginan atau

minat belajar siswa sehingga hasil belajar baik.

b. Faktor Eksternal, yang berasal dari luar diri siswa

c. Faktor keluarga, keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan

yang utama bagi keberhasilan pendidikan siswa. Orangtua dan keluarga

memiliki peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Keadaan

keluarga mempengaruhi hasil belajar seseorang.

d. Faktor sekolah. Keadaan sekolah tempat belajar mempengaruhi tingkat

keberhasilan belajar, kualitas guru turut mempengaruhi keberhasilan belajar

siswa. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses
9

belajar-mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran, misalnya dengan media

yang digunakan.

e. Faktor Masyarakat. Keadaan masyarakat tempat tinggal siswa juga

mempengaruhi hasil belajar siswa. Bila disekitar tempat tinggal keadaan

masyarakatnya terdiri dari orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya

rata-rata bersekolah tinggidan moralnya baik hal ini akan mendorong anak lebih

giat belajar.

f. Faktor lingkungan sekitar. Keadaan lingkungan sekitar memberikan pengaruh

terhadap hasil belajar siswa. Keadaan lingkungan yang kotor dan berantakan

akan mengurangi kegairahan belajar siswa sebaliknya lingkungan yang indah,

asri, sejuk akan dapat menunjang proses belajar. Dalyono (2018: 55-56)

Selanjutnya Istarani dan Pulungan mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa:

1. Faktor internal yaitu:sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi

belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali

hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi, rasa percaya diri siswa,

intelegensi dan keberhasilan belajar dan kebiasaan belajar.

2. Guru sebagai pembina siswa belajar.

Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar,

oleh karena itu guru harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang

ingin dicapai guru.

3. Prasarana dan sasaran pembelajaran

Proses belajar mengajar akan berjalana lancar apabila ditunjang oleh sarana

yang lengkap. Seperti penggunaan literasi digital dimana dengan menggunakan


10

WhatsApp, Power poin, video yang diakses dari Youtube, dan internet menjadi

pendukung dalam proses pembelajaran sehingga membuat suasana belajar

semakin aktif dan tidak hening. Peranan guru adalah memelihara, mengatur

prasarana untuk menciptakan suasana belajar yang menggembirakan,

memelihara dan mengatur sarana pembelajaran yang berorientasi pada

keberhasilan siswa belajar.

4. Kebijakan Penilaian

Dalam penilaian hasil belajar, maka penentuan keberhasilan belajar adalah

guru. Guru menyusun desain pembelajaran dengan menggunakan digital

sebagai sarana belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa, melaksanakan

pembelajaran dengan capaian pembelajaran, dan menilai hasil belajar yang

dilihat dari tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan literasi digitaldalam

belajarapakah benar-benar bisa diterima siswa dan berdampak baik dengan

hasil belajar.

Lingkungan sosial siswa disekolah Kurikulum sekolah. Istarani & Intan

Pulungan,( 2015: 29-34).

Senada dengan, Parwati dkk mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar siswa:

1. Faktor Intern

a. Faktor Fisiologis: meliputi kesehatan, pendengaran dan juga

penglihatan.

b. Faktor Psikologis: meliputi kecerdasan/intelegansi siswa, motivasi,

minat. Sikap, bakat dan percaya diri.


11

c. Faktor kelelahan, adalah kurangnya dorongan dan minat dan ditandai

juga dengan mengantuk, lesu dan adanya rasa kebosanan, dan hal ini

sangat mempengaruhi konsetrasi dalam belajar dan kemampuan

dalam berprestasi.

2. Faktor ekstern

a. Faktor keluarga meliputi: cara orangtua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian

orangtua dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar yang digunaan dan tugas rumah.

c. Faktor masyarakat meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, media

massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Ni Nyoman

Parwati (2018:37-49)

Berdasarkan pendapat teori para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa

yang menjadi faktor-faktor mempengaruhi hasil belajar yaitu:

1. Faktor eksternal

Faktor biologis, yang meliputi kesehatan, pendengaran dan juga

penglihatan, faktor psikologis, yang meliputi intelegensi, minat,

motivasi belajar, sikap terhadap belajar dan rasa percaya diri diri.Faktor

kelelahan, kelelahan yang dimaksud disini adalah kurangnya dorongan

dan minat dan ditandai juga dengan mengantuk, lesu dan adanya rasa
12

kebosanan, dan hal ini sangat mempengaruhi konsetrasi dalam belajar

dan kemampuan dalam berprestasi.

2. Faktor internal

Faktor keluarga, dimana keluarga adalah lembaga pendidikan yang

paling utama dan pertama, faktor sekolah, meliputi metode mengajar

yang digunakan oleh guru, kurikulum, sarana dan prasarana dan sasaran

pembelajaran, kebijakan penilaian dan guru sebagai pembina siswa

dalam belajar, dan juga hubungan guru dengan siswa dan hubungan

antara siswa dengan siswa dan faktor masyarakat, yaitu lingkungan

sosial siswa.

1.1.1.1 Jenis-Jenis Hasil Belajar

Untuk mengetahui hasil belajar yang baik guru mempergunakan berupa alat

untuk mengukur tingkat pengetahuan anak didik. Guru menentukan alat ukur yang

akan digunakan berdasarkan tujuan dari pengukuran tersebut.

Arikunto mengemukakan bahwa penilaian hasil belajar ada tiga jenis yaitu:

1. Tes Diagnostik digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa

sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat.

Tujuannya adalah untuk memproleh gambaran daya serap siswa untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Tes Formatif
13

Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah

mengikuti pokok bahasan atau program tertentu. Tes formatif mempunyai

manfaat bagi siswa yaitu untuk mengetahui apakah siswa sudah mengetahui

materi program secara menyeluruh. Dengan mengetahui hasil tes formatif,

siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari materi pelajaran yang

masih dirasakan sulit. Dan menjadi manfaatnya bagi guru yaitu mengetahui

bagian-bagian mana dari materi pelajaran yang belum dikuasai siswa.

3. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-

pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester. Tujuannya adalah

untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu

periode tertentu. Arikunto Suharsimi (2013:48-55)

Sejalan dengan, Djamarah mengemukakan jenis-jenis penilaian hasil belajar yaitu:

1. Penilaian Formatif

Penilaianformatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap kali selesai

mempelajari suatu unit pelajaran tertentu. Yang dimana dilakukan penilaian

pada akhir setiap satuan pelajaran yang bertujuan mengetahui sejauh mana

tujuan instruksional khusus (TIK) pada setiap satuan pelajaran yang telah

dilaksanakan atau dicapai. Penilaian formatif ini dilakukan dengan

menggunakan tes hasil belajar, kuisioner dan dengan cara lain. Dari evaluasi

formatif ini siswa dikatakan berhasil apabila mencapai 75% dari tujuan yang

ingin dicapai.

2. Penilaian Subsumatif atau Sumatif


14

Penilaian Subsumatif atau Sumatif ialah penilaian yang dilaksanakan setelah

beberapa satuan pelajaran diselesaikan, dilakukan pada perempat atau tengah

semester. Djamarah Syaiful Bahri (2010: 252-254)

Demikian juga, Sudjana mengemukakan beberapa jenis penilaian yaitu:

1. Penilaian Formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada alhir program

belajar mengajar dalam satu bab untuk melihat tingkat keberhasilan proses

belajar mengajar yang telah berlangsung. Dengan penilaian formatif

diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi

pengajaran apabila hasil belajar yang didapatkan siswa rendah.

2. Penilaian Sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program,

yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuan penilaian

sumatif untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh

tujuan-tujuan kurikuler oleh para siswa. Op.Cit Nana Sudjana, 5.

Berdasarkan teori ahli di atas yang menjadi jenis-jenis hasil belajar merupakan

tes yang mengukur penguasaan, yang terdiri dari beberapa macam yaitu tes

formatif, sub sumatif dan sumatif. Penilaian ini bertujuan untuk mencari umpan

balik yang dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses pengajaran, khususnya

setelah penyajian satu atau lebih pelajaran. Penulis disini menggunakan penilaian

formatif yang dimana penilaian formatif digunakan untuk melihat sejauh mana

kemampuan yang telah dimiliki siswa dengan apa yang sudah dibagikan atau

dijelaskan oleh guru tentang satu topik bahasan. Pada jenis-jenis hasil belajar,

peneliti menggunakan alat ukur tes untuk melihat sejauh mana daya tangkap siswa

atau seberapa mampu siswa dalam menguasai satu pokok bahasan.dan juga
15

menggunakan angket untuk mengetahui bagaimana pendapat siswa siswi tentang

literasi digital tahun pembelajaran 2022/2023.

2.1.2 Literasi Digital

2.1.2.1 Sejarah Literasi Digital

Literasi digital pertama kali dikenalkan olehPaul Gilster pada tahun 1997.

Dalam bukunya menerangkan bahwa literasi digital berpusat pada rasio, tindakan

dan kemampuan seseorang dalam memanfaatkan sarana digital secara efektif baik

itu dari sumber perangkat komputer ataupun dari ponsel. Zaenul Muttaquin ( 2021

:88)

Munculnya digitalisasi disebabkan oleh teknologi yang semakin

berkembang dalam segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada saat ini.

Sehingga mengharuskan setiap manusia untuk meningkatkan kemampuan dalam

memahami digitalisasi.

Literasi digital mulai pupuler sejak tahun 2005, literasi digital merupakan

kemampuan untuk berhubungan dengan informasi hipertekstual dalam arti bacaan

berurutan tak berbantuan

komputer.https://www.kompasiana.com/sonyferiee/5c07f011ab12ae2ea3381934

(2022)Perkembangan teknologi global membawa Indonesia turut memasuki babak

baru Revolusi 4.0 dimana pendidikan mulai mengenalkan sistem pembelajaran

jarak jauh. Zaenul Muttaquin ( 2021 :47)

Awal tahun 2020 menjadi babak baru yangdalam perjalanan sejarah

pendidikan nasional. Tepatnya setelah akhir tahun 2019 dimana muncul pandemi

covid 19 yang menyebar keseluruh dunia. Sekolah mulai ditutup, siswa kehilangan

waktu belajar selama berbulan-bulan sehingga merugikan banyak siswa dan


16

keluarganya. Dengan masalah ini Indonesia melahirkan adaptasi perubahan

pendidikan secara bertahap melalui program merdeka belajar yag dicanangkan

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Program merdeka belajar memberi

kesempatan untuk pendidikan yang inovatif. Program merdeka belajar pada intinya

mengubah secara bertahap mekanisme pendidikan yang sebelumnya terpusat

menjadi ruang demokratis untuk berkreasi dan berinovasi. Zaenul Muttaquin ( 2021

:73-74)

2.1.2.2 Pengertian Penggunaan Literasi Digital

Literasi berasal dari bahasa Inggris yaitu literacy, yang diartikan sebagai
kemampuan baca tulis. Pengertian literasi ini sudah berkembang meliputi proses
membaca, menulis, berbicara, mendengar, membayangkan, dan melihat. Dalam
proses membaca melibatkan proses kognitif, linguistik, dan aktivitas sosial.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/5559/BAB%20II.pdf diakses April 2023
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Penggunaan adalah

proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu.

Menurut National Institute For Literasi dalam buku Kamil mendefinisikan

literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, berhitung

dan memecahkan masalah, pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan,

keluarga, dan masyarakat. Kamil Sitti Utami Reskiawaty ( 2018:46)

Selanjutnya Bawden dalam Husna menyebutkan bahwa literasi digital menyangkut

beberapa aspek berikut ini :

a. Perakitan pengetahuan yaitu kemampuan membangun informasi dari berbagai


sumber yang terpercaya.
b. Kemampuan menyajikan informasi termasuk di dalamnya berpikir kritis dalam
memahami informasi dengan kewaspadaan terhadap validitas dan kelengkapan
sumber dari internet.
c. Kemampuan membaca dan memahami materi informasi yang tidak beruntun
(non squentil) dan dinamis.
d. Kesadaran tentang arti penting media konvensional dan menghubungkannya
dengan media berjaringan (internet)
17

e. Kesadaran terhadap akses jaringan orang yang dapat digunakan sebagai sumber
rujukan dan pertolongan.
f. Penggunaan jaringan terhadap informasi yang datang.

Jika menilik pendapat Bawden, maka literasi digital merupakan keterampilan

mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi. Pandangan

lain dikemukakan Martin dalam Husna bahwa literasi digital merupakan gabungan

dari beberapa bentuk literasi yaitu: komputer, informasi, teknologi, visual, media

dan komunikasi. Jajimatul Husna & Arina Faila Saufa dkk (2017: 7-9)

Senada dengan itu, UNESCO yang dikutip oleh Indrajit mengemukakan literasi

digital ialah sebagai kemampuan menggunakan teknologi informasi dan

komuniskasi (TIK) untuk menemukan mengevaluasi, memanfaatkan, membuat,

mengomunikasikan konten/informasi dengan kecakapan kognitif, etika, sosial,

emosional, dan aspek teknis teknologi. Indrajit Richardus Eko (2020:56)

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan literasi

digital adalah sikap dan kemampuan seseorang dalam menggunakan teknologi

digital dalam mengakses, mengelola, menganalisis, mengevaluasi serta berifikir

kritis, kreatif, inovatif, memecahkan masalah, berkomunikasi lancar, dan

berkolaborasi dengan banyak orang, serta memanfaatkannya dengan bijak, cerdas,

cermat serta tepat sesuai kegunaanya.

2.1.2.3 Komponen Literasi Digital

Literasi digital diperlukan dalam penggunaan teknologi.Salah satu

komponen dalam lingkungan belajar dan akademis yaitu literasi digital.

Penggunaan literasi digital dapat membuat peserta didik jauh lebih bijak dalam

menggunakan serta mengakses teknologi dalam pembelajaran.Komponenpenting


18

dalam literasi digital adalah menyangkut kemampuan apa saja yang harusdikuasai

dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Steve Wheeler

dalam Indrajit mengemukakan terdapat delapankomponen literasi digital yaitu:

1. Social Networking

Melaui Social Networking pengguna dapat menggunakan teknologi untuk

meningkatkan efisiensi dalam berkomunikasi.

2. Trasliterasi

Trasliterasi adalah kemampuan memanfaatkan segala platform yang berbeda,

khusunya dalam membuat konten, mengumpulkan, membagikan, hingga

mengomunikasikan melalui berbagai media sosial.

3. Maintaning privacy

Maintaning privacy adalah keterampilan dalam membuat privasi untuk

menghindari hal-hal buruk terjadi.

4. Creating Online

Creating Online adalah keterampilan dalam membuat konten diberbagai

aplikasi online.

5. Organising and Sharing Content

Organising and Sharing Content adalah bagaimana menata dan berbagi konten

informasi dengan lebih mudah, contohnya google drive.

6. Reusing/repurposing Content

Reusing/repurposing Content merupakan kemampuan dalam membuat konten

dari berbagai jenis informasi yang tersedia hingga menghasilkan konten baru

dan dapat dipergunakan kembali untuk berbagai kebutuhan.

7. Filtering and Selecting Content


19

Filtering and Selecting Content adalah kemampuan untuk mencari, menyaring

dan memilih informasi dengan tepat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.

8. Self Broadcasting

Self Broadcasting bertujuan adalah kemampuan untuk membagikan konten

ide-ide menarik atau gagasan multimedia misalnya melalui blog. Richardus Eko

(2020:59-60)

Selanjutnya Little John dan Mc Gill dalam Indrajit menyebutkan ada 7

komponen literasi digital meliputi:

1. Informasi literasi adalah kemampuan mencari, mengevaluasi, dan


menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.
2. Digital Schorlarship adalah elemen yang mencakup partisipasi aktif
pengguna media digital dalam kegiatan akademis untuk menjadikan
informasi dari media digital sebagai referensi.
3. Learning Skils merupakan belajar secara efektif berbagai teknologi yang
mempunyai fitur lengkap untuk aktivitas pembelajaran baik formal maupun
informal
4. ICT(Information and comunication teknologi) Literasi disebut dengan melek
teknologi informasi dan komunikasi yang fokus pada cara-cara untuk
mengadopsi, menyesuaikan, serta menggunakan perangkat digital dan media
berbasis TIK baik aplikasi dan layanannya.
5. Career and adenty managemen berkaitan dengan cara mengelolah identitas
online.
6. Communication and collaboration merupakan bentuk partisipasi secara aktif
untuk pembelajaran dan penelitian melalui jaringan digital.
Media literasi mencakup kemampuan kritis membaca dan kreatif komunikasi

akademis dan profesional dalam berbagai media. Richardus Eko (2020:61-62)

7. Senada dengan itu, Johana mengemukakan terdapat tujuh komponen literasi


digital yaitu :
1. Information literacy
2. Digital scholarship,
3. Learning skill
4. ICT literacy
5. Career and identy management
6. Communication and collaboration
7. Media literacy . Johana Manubey and others, (2022)
20

Kemudian Digital Literacy Across the Curriculummengemukakan komponen

literasi digital yaitu:

1. Functional Skill and Beyond

Berkaitan dengan kemampuan ICT-Skills seseorang dan relasinya dengan

konten dari berbagai media.

2. Creativity

Komponen creativity berkaitan dengan bagaimana cara kita berpikir dan

membangun serta membagikan pengetahuan dalam berbagai macam ide

dengan memanfaatkan teknologi digital.

3. Collaboration

Teknologi digitalmenyediakan peluang peluang untuk bekerjasama dalam tim.

Dan teknologi digital juga membuka proses partisipasi yang kemudian

membuka dukungan untuk kolaborasi.

4. Communication

Komunikasi yang efektif dan literasi digital erat dengan kemampuan

membagikan pemikiran, gagasan dan pemahaman.

5. The Ability to find and select Infomation

Menitikberatkan pada kemampuan mencari dan meyeleksi informasi.

6. Critical Thinking and Evaluation

Komponen ini menekankan berkontribusi, menganalisis dan menajamkan

berpikir kritis saat berhadapan dengan informasi. Komponen Literasi Digital

dkk,( 2009:1–2)
21

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa komponen literasi

digitalsangat diperlukan,dimana dengan literasi digital seseorang mampu

menggunakan perangkat digital dalam membuat konten, mengumpulkan,

membagikan, menggunakan perangkat digital dan media berbasis teknologi

iformasi baik aplikasi dan layanannya.

2.1.2.4 Keunggulan Literasi Digital

Penggunan literasi digital akan lebih banyak memiliki keunggulan dalam

pembelajaran, karena mudah diterima siswa, serta media ini tidak hanya melibatkan

satu macam alat indra, sehingga efektif digunakan pada situasi sekarang ini. Asari

mengemukakan bahwa yang menjadi keunggulan literasi digital yaitu sebagai

berikut:

1. Penyampaian informasi yang begitu cepat.

2. Setiap orang mudah memproduksi informasi, dan informasi tersebut melalui

beberapa media sosial seperti Instagram,Facebook, Twitter, ataupun telepon

genggam seperti, WhatsApp dan lain sebagainya. Andi Asari And Others, (2019)

Selanjutnya Meilinda mengemukakan beberapa kelebihan dari literasi digital

tersebut bagi pengguna digital, antara lain adalah:

1. Secara pengaksesan informasi media digital sangat mudah, cepat dan praktis,
karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
2. Literasidigital menyuguhkan berbagai bentuk informasi secara beragam, efisien
dan juga efektif.
3. Untuk menjalankan literasi media digitaltidak perlu berada dalam suatu tempat
yang besar dan luas, sudah tentu adanya penghematan dalam tata kelola ruang
akses.
4. Dalam proses komunikasinya, literasi digital menawarkan bentuk komunikasi
dua arah yang dalam hal ini mempermudah penyampaian persepsi dan pesan
yang secara lugas dan komunikatif. Nuly Meilinda, (2020),
22

Senada dengan itu, Yessicar dalam Kompasiana (05/12/2018), Ada empat

keunggulan dari literasi digital yaitu sebagai berikut:

1. Hemat Waktu
Mencari informasi maupun referensi bisa lebih cepat mengetahui sumber-
sumber informasi terpercaya yang dapat dijadikan referensi untuk keperluan
tugas maupun pekerjaan lainya.
2. Mempermudah mencari informasi
3. Mempermudah Pekerjaan
Literasi digital dapat mempermudah segala pekerjaan dan menyelesaikan
tugas. Pemanfaatan komputer misalnya dalam penggunaan: Microsoft Word,
Microsoft Exel, Microsoft Power Point, dan lain sebagainya.
4. Selalu Up to Date
informasi dari berbagai media tidak akan pernah ketinggalan zaman untuk
mengetahui berita terbaru. https://www.kompasiana.com/yessichar

Maka penulis menyimpulkan yang menjadi keunggulan literasi digital

dilingkungan sekolah yaitu: secara pengaksesan informasi media digital sangat

mudah, cepat dan praktis, karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Dapat

meningkatkan kemampuan individu untuk lebih kritis dalam berpikir serta

memahami informasi terkini.

2.1.2.5 Jenis-jenis Literasi Digital

Untuk dapat dikatakan memiliki literasi digital maka seseorang harus

menguasai literasi informasi, visual, meda, dan komunikasi.Di lingkungan

akademis dibutuhkan literasi digital untuk membantu siswa mengetahui

pembelajaran yang diberikan oleh guru. Menurut Martin yang dikutip Stefanus

bahwa jenis-jenis literasi digital berkaitan dengan kemampuan penggunanya

misalnya dalam proses belajar mengajar teknologi digunakan sebagai akses

informasi dan komunikasi dalam penyampaian materi pembelajaran. Kemampuan


23

untuk menggunakan teknologi sebijak mungkin demi menciptakan interaksi dan

komunikasi. Stefanus kalis (2018:80)

Nasrullah dalam Indrajit mengemukakan jenis-jenis Literasi Digital adalah

sesbagai berikut:

1. Media jejaring sosial (Social Networking), media yangdigunakan untuk

bersosialisasi satu sama lain secara onlineyang memungkinkan manusia untuk

berinteraksi tanpa ada batas waktu. Contohnya Facebook.

2. Jurnal Online (Blog), merupakan media sosial yang memungkinkan

penggunanya untuk mengunggah aktivitas keseharian serta saling

mengomentari dan berbagi.

3. Media berbagi (media Sharing), media sosial yang memfasilitasi penggunanya

untuk berbagi media, mulai dari dokumen (file), video, audio, gambar.

Contohnya Youtube.

4. Penanda sosial (social bookmarking), media sosial yang bekerja untk

mengorganisasi, menyimpan, mengelola dan mencari informasi.

5. Media konten bersama atau wikipedia, merupakan situs yang kontennya hasil

kolaborasi dari pada penggunanya. Indrajit Richardus Eko (2020: 16-17)

Selanjutnya menurut Fadhli dalamAnam menjelaskan bahwa “Media yang

digunakan dalam melakukan proses belajar mengajar itu terbagi menjadi dua yaitu:

1. Media digital itu adalah media yang tidak terkoneksi dengan network

ataupun internet digunakan pada laptop, infokus/proyektor kemudian

speaker dalam menampilkan video-video kepada siswa.


24

Media e-digital, adalah media-media yang terkoneksikan ke internet,

kemudian menggunakan aplikasi Youtube. Khairul Anam and others (17

Juli 2022.)

Selanjutnya Menurut Monggilojenis-jenis literasi digital adalah sebagai

berikut:

1. Media yang digunakan guru dan siswa dalam melakukan komunikasi

pembelajaran, dan mendapatkan informasi yang diinginkan secara

online. (aplikaasi Microsoft word, power poimt)

2. Yahoo, Gmail yaitu sebagai media yang digunakan guru dan siswa

untuk berkomunikasi tetapi melalui teks dan untuk menyampaikan

informasi dan tugas-tugas sekolah.

3. Web dan Blog yaitu entri seperti buku harian yang bisa ditulis oleh siapa

saja dan kapan saja ditampilkan di halaman web atau secara online.

4. Microsoft Word adalah alat atau perangkat lunak yang digunakan guru

dan siswa untuk menyampaikan tugas-tugas sekolah secara teks.

5. Power Point yaitu alat yang digunakan guru untuk menjelaskan materi

pembelajaran melalui slide yang menyimpan tema slide yang

digunakan dalam persentasi biasanya saat proses pembelajaran

berlangsung.

6. Media sosial seperti WhatsApp, Facebook, Messenger, Telegram, dan

Instagram yaitu sebuah media yang dapat digunakan untuk

bersosialisasi antara guru, siswa, dan teman satu sama lain secara online

yang memungkinkan manusia untuk berinteraksi tanpa ada batas waktu

dalam berkomunikasi. Monggilo and Zainuddin Muda Z Dkk ( 2021:51)


25

Berdasarkan teori ahli di atas yang menjadi jenis-jenis literasi digital adalah sebagai

berikut: Microsoft Word, Power Point, Web, Gmail dan Yahoo. Adapun aplikasi

yang digunakan pada saat pembelajaran yaitu WatsApp, Google Meet dan Aplikasi

lainnya yang bisa dimanfaatkan guru dan siswa dalam berkomunikasi. Penulis

melihat dilapangan bahwa yang menjadi indikator literasi digital atau yang

digunakan di sekolah itu yaitu guru memanfaatkan internet dalam mendukung

literasi digital dimana guru menayangkan video dan mempertunjukkan gambar

pemeliharaan Tuhan kepada umat manusia.

2.1.2.6 Dampak Literasi Digital bagi pelajar

Dengan berkembangnya literasi digital ini mampu sangat diharapkan untuk

membawa dan menciptakan perubahan-perubahan positif terhadap pengguna

khususnya bagi pelajar SMP, literasi digital ini mampu mengubah pola pikir remaja

terhadap pengguna dan pemanfaatan media, sehingga anak diusia remaja dapat

lebih bijak dalam penggunaan dan pemanfaatan digital. Seperti yang dikemukakan

oleh Jenkins dalam Mendrofa mengatakan bahwa terdapat beberapa dampak positif

literasi digital yaitu:

1. Remaja dapat belajar sehingga memiliki kemampuan untuk menulis dan


membaca dimedia cetak. Sekarang ini tidak harus memiliki buku cetak ataupun
keperpustakaan dan ke toko buku. Sekarang ini semua telah disediakan oleh
internet ataupun aplikasi-aplikasi.
2. Remaja dapat belajar sehingga memiliki kemampuan meneliti,dapat belajar
dan mendapatkan pengetahuan dari berbagai sumber seperi buku, artikel, dan
menggabungkan dan menganalisis informasi sehingga remaja dapat
membedakan mana informasi yang bersifat fakta ataupun bersifat opini yang
melatih remaja untuk membangun argumen menjadi kemampuan yang harus
dimiliki.
3. Dalam keahlian teknis dengan perkembangan dunia digital yang semakin pesat
remaja dapat memanfaatkannya dengan baik dan melatih para remaja untuk
memiliki kemampuan dalam keahlian teknisi seperti search dan editing, serta
pengoperasian alat teknologi lainnya.
26

4. Remaja mendapatkan berbagai pengetahuan tentang berbagai media


beroperasi, ekonomi media, politik, yang saat ini menjadi hal penting bagi
literasi remaja. Windi Mendrofa (1 April 2023)

Senada dengan itu, Jimoyiannis dan Gravani dalam jurnal Anggeraini adapun
yang menjadi dampak positif literasi digital dalam pembelajaranyaitu:
1. Bertujuan membantu pelajar untuk memperoleh pengetahuan teknis dan
keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan media digital secara
efektif, kompeten dalam menggunakan media digital
2. Menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari
3. Memahami dimensi sosial dan dampak media digital dalam masyarakat
modern kita
4. Menumbuhkan sikap positif tentang media digital dan menghadapi
tuntutan zaman modern.
5.
Selanjutnya Kamil mengemukakan literasi digital berdampak penting, adapun

dampak positif penting literasi digital dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:

1. Sebagai sarana pembelajaran efektif dan pengembangan keterampilan


teknis
2. Sarana bersosialisasi dengan teman secara online
3. Sarana komunikasi lintas batas
4. Memperluas pertemanan seluas-luasnya karena tidak dibatasi oleh luas
wilayah
5. Sarana pengembangan diri
6. Banyak anak-anak berprestasi. Kamil Sitti Utami Rezkiawaty ( 2018: 230)

Dari beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan yang menjadi dampak

positif literasi digitalbagi pelajar yaitu: Siswa dapat memproleh informasi lebih

cepat, belajar lebih cepat dalam keahlian teknisi seperti search dan editing, serta

pengoperasian alat teknologi lainnya.

2.1.2.7 Strategi Gerakan Literasi Digital di Sekolah


Literasi digital kini menjadi gerakan terutama dilingkungan pendidikan
dalam rangka merespon laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang semakin marak digunakan siapa saja. Untuk menggerakkan literasi digital
dilingkungan pendidikan. Nasrullah dkk mengemukakan lima strategi untuk
gerakan literasi dilingkungan sekolah yaitu:
27

1. Penguatan kapasitas fasilitator


Penguatan aktor atau fasilitas literasi dilingkungan sekolah ditekankan pada
pelatihan kepala sekolah, pengawas, guru, dan tenaga kependidikan tentang
literasi digital.
2. Peningkatan jumlah dan ragam sumber belajar bermutu
Peningkatan jumlah dan ragam sumber belajar bermutu di sekolah menjadi
kebutuhan yang harus dilaksanakan oleh sekolah. Sekolah dituntut dapat
meningkatkan jumlah dan ragam sumber belajar bermutu bagi warga
sekolah terutama peserta didik.
3. Perluasan akses sumber belajar bermutu dan cakupan peserta belajar
Kebutuhan warga sekolah terutama pesesrta didk dalam mempelajari ilmu
teknologi informasi dan komunikasi harus ditunjang dengan ketersediaan
komputer dan akses internet di sekolah.
4. Peningkatan pelibatan publik dengan cara sharing session, pelibatan para
pemangku kepentingan, penguatan forum bersama orangtua.
5. Penguatan tata kelolah dengan cara pengembangan sistem administrasi
secara digital melalui penyediaan aplikasi. Rullie Nasrullah, dkk (2017. 14-18)

Selanjutnya Astuti mengemukakan, adapun bentuk-bentuk strategi

kemampuan literasi digital yang perlu dikembangkan di sekolah yaitu:

1. Penguatan kapasitas fasilitator

2. Peningkatan jumlah dan ragam sumber belajar bermutu

3. Perluasan akses sumber belajar bermutu dan cakupan peserta belajar

4. Peningkatan pelibatan publik

5. Penguatan tata kelola. Sri Astuti (2021:21)

Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa strategi gerakan

literasi disekolah adalah: 1) Penguatan kapasitas fasilitator yang dimana para

pendidik/ guru dan para siswa mampu menggunakan perangkat pembelajaran

berbasis teknologi. 2) Peningkatan jumlah dan ragam sumber belajar bermutu. 3)

Perluasan akses sumber belajar bermutu dan cakupan peserta belajar, 4)

Peningkatan pelibatan publik, misalnya membuat aktivitas literasi digital dalam

bentuk pameran karya peserta didik dalam hal literasi digital menyediakan sarana
28

dan prasarana pendukung literasi digital. 5) Penguatan tata kelola yang dimana

sekolah mengembangakan sistem administrasi secara digital melalui penyediaan

aplikasi atau format yang memudahkan sekolah dalam mengadministrasikan segala

keperluan sekolah.

2.1.3 Pandangan Alkitab tentang Perkembangan Teknologi

Alkitab tidak menentang yang namanya perkembangan literasidigital,

karena itu akan bermanfaat kepada khitmat dan pengetahuan. Alkitab memberi

ruang, akal, pikiran kepada manusia. Pandangan Alkitab dalam perkembangan

teknologi yaitu.

1. Amsal 1: 5“Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan

baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan

Dari ayat ini bahwa Allah sebenarnya menghendaki manusia untuk

terus mengembangkan diri manusia serta tentunya menambah ilmu dan

pengetahuan.

2. Dalam Amanat Agung, Tuhan Yesus mengatakan “ Dan ajarlah mereka

melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu”

(Matius 28:20a).

3. Rasul Paulus juga mengatakan bahwa Tuhan memberikan jabatan-

jabatan, salah satunya pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang

kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus (Ef.

4:11). Revolusi Industri And Others (2020 : 15)

4. Kejadian 1:28 yang mendasari lahirnya ilmu pengetahuan dan

teknologi. Mandat Allah yang pertama untuk beranak cucu dan


29

bertambah banyak manusia di bumi, dan berkuasa atas ikan-ikan,

burung-burung dan segala binatang. Dari ayat tersebut yang melahirkan

dipikiran manusia bagaimana mereka dapat menguasai bumi sesuai

yang dikehendaki Allah. Dan pengetahuan untuk melahirkan teknologi

terdapat dari Amsal 1:7a “Takut akan Tuhan adalah permulaan

pengetahuan”.

5. Kejadian 4:17 Kain membangun sebuah kota

6. Kejadian 6 Nuh membangun sebuah Bahtera

7. 1 Raja-raja 6 Raja Salomo membangun Bait Allah/Suci

8. 1 Kor 10:31 Dia memanggil kita untuk menggunakan teknologi demi

kemuliannya dan kebaikan kita, bukan untuk menghancurkan ciptaan

atau umatNya.

2.2 Kerangka Berpikir

Pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika mencapai sasaran atau minimal

mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.Pada saat pelaksanan

pembelajaran Pendidikan Agama Kristen berlangsung hendaknya guru

menggunakan literasi digitalyang dapat membangkitkan minat belajar sehingga

hasil belajar yang di inginkan bisa tercapai. Dengan penggunaan literasi digital,

diharapkan siswa mencapai nilai KKM diatas 76 yang ditentukan oleh sekolah.

Dalam hal ini, literasi digital adalah salah satu media yang tepat digunakan

oleh guru Pendidikan Agama Kristen dalam pelaksanan pembelajaran,

menyampaikan materi pembelajaran menjadi lebih menarik, karena dengan

menggunakan literasi digitalsebagai alat bantu mengajar salah satunya

penggunaanLaptopyang dimanfaatkan dalam menampilkan video pembelajaran


30

sehingga pada saat berlangsungnya pembelajaran siswa bergiat dalam belajar, tidak

mengantuk dan mudah mengingat kembali pelajaran.Literasi Digital pada saat ini

dilihat dari serangkaian proses pembelajaran, semakin cenderung meningkat hasil

belajar peserta didik, dan penggunaan literasi digital ini juga mempermudah guru

dalam proses pembelajaran dalam menyampaikan materi. Dalam penelitian ini akan

dijelaskan secara rinci mengenai bagaimana pengaruh penggunaan literasi digital

terhadap Hasil Belajar PAK Siswa kelas VII dengan Penilaian Formatif (Penilaian

satu sub topik materi). Penulis melihat bahwa penggunaan literasi digital dapat

membantu guru dalam mengajar dan membantu peserta didik dalam hal memahami

isi materi sehingga hasil belajar siswa semakin baik.

2.3 Kajian Terdahulu

Untuk mendukung penulis dalam penelitian, maka penulis mengambil judul

yang relevan dengan judul dan masalah yang akan diteliti. Adapun penelitian yang

menurut penulis relevan dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu:

1. Annisa Nurul Awaliyah (2019) dengan judul penelitian “Literasi Digital

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Seni Budaya

Kelas VIII SMPN 27 Makassar Tahun Ajaran 2019-2020”. Dimana

penelitian ini ingin mengetahui Literasi Digital Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Pada Pembelajaran Seni Budaya setelah diterapkan literasi

digital dan dinyatakan memiliki pengaruh terhadap hasil belajar setelah

menggunakan literasi digital. Hasil dari penerapan literasi digital di SMP

Negeri 27 Makassar dapat dilihat dari perkembangan nilai siswa dari Pra

Siklus, Siklus I dan Siklus II. Peningkatan hasil belajar dilihat dari

persentasi Pra siklus didapatkan hasil 13,7% yang lulus dalam pembelajaran
31

seni budaya. Maka, dilakukanlah tindakan Siklus I untuk meningkatkan

hasil belajar siswa sebelumnya. Peningkatan Siklus I mendapatkan hasil

38,9% meningkat 25,2% dari tingkat kelulusan Pra Siklus. Sedangkan untuk

tingkat kelulusan siklus I dan siklus II adalah sebanyak 38,9 % menjadi

83,64% , meningkat 44,74%. Annisa Nurul Awaliyah (2019)

2. Yukram Yusuf (2019) dengan judul penelitian “Peran literasi digitaldalam

meningkatkan hasil belajar peserta didik MIA(Matematika IPA kelas X di

Madrasah Aliyah Palopo yakni membantu menciptakan ketertarikan peserta

didik serta membangun kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran

sehingga meningkatkan hasil belajar dengan memenuhi kompetensi berupa

kemampuan teknis, pemahaman kritis, dan kemampuan berkomunikasi

serta berpartisipasi. Yukram Yusuf ( Diakses 04 April 2022)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesa penelitian merupakan perumusan jawaban sementara yang harus

diuji kebenarannya melalui kegiatan penelitian.Sugiyono mengemukakan

“Hipotesa dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Sugiyono

(2016 :64)

Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas

maka peneliti merumuskan penelitian ini dengan hipotesa sebagai berikut:

“Terdapat Pengaruh penggunaan Literasi Digital yang positif dan signifikan

Terhadap Hasil Belajar PAK SMA Negeri 1 Tanjung Morawa Tahun Pembelajaran

2022/2023”.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 MetodePenelitian

Penelitian ini merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk

mencari kebenaran dari suatu hal yang dipandang ilmiah. Karena melalui penelitian

ini, penulis dapat melihat, mengamati dan menganalisa suatu objek untuk

mendapatkan suatu yang baru dalam menemukan kebenaran. Selain itu penelitian

ini juga dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan yang baru dengan

menggunakan suatu teknik yang sistematis.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kuantitatif dengan jenis ex post facto. Menurut Sugiyono “Metode

penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu dengan pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis

data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesa yang telah

ditetapkan”. (Sugiono2016,8)

Metode kuantitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Pengaruh Penggunaan Literasi Digital terhadap Hasil Belajar PAK Kelas X Sma

Negeri 1 Tanjung Morawa Tahun Pembelajaran 2022/2023.

Adapun jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif. Sugiyono mengemukakan bahwa: “Statistik deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisa data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

32
33

Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisa data

sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi”. (Sugiono 2016,147-148)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian, peneliti memilih lokasi penelitian di SMP

Negeri 1 Tarutung.Adapun alasan peneliti memilih sekolah tersebut adalah karena

sekolah tersebut sudah melakukan pembelajaran berbasis digital.Penulis

melakukan penelitian di tempat tersebut dengan judul peneliti yaitu Pengaruh

PenggunaanLiterasi Digitalterhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen

Siswa Kelas X SMA Negeri 1Tanjung MOrawa. Adapun penelitian ini rencana

dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2023.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Secara umum populasi adalah keseluruhan objek sebagai sumber data dari

penelitian seseorang.Sugiyono mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas:objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2016,80).

Sejalan dengan itu, Arikunto mengemukakan bahwa populasi keseluruhan

subjek penelitian.Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.Dalam

penelitian ini menggunakan penelitian populasi. (Arikunto Suharsimi, 2010, 173.)

Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas VII SMP Negeri 1Tarutung Tahun Pelajaran 2022/2023 yang beragama

Kristen Protestan.
34

Tabel 3.1
Jumlah Populasi Siswa Kristen VII SMP Negeri 1 Tarutung
No. Kelas Kristen Protestan
1. VII-1 30
2. VII-2 28
3. VII-3 31
4. VII-4 32
5. VII-5 24
Jumlah 145
Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 1 Tanjung MorawaTahun Pembelajaran
2022/2023

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan wakil dari populasi yang akan diteliti. Sugiyono

mengemukakan “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

dari populasi tersebut”. (Sugiono 2016,81.)

Arikunto mengemukakan “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi

yang diteliti.Dinamakan penelitian sampel apabila bermaksud untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.Apabila subjeknya kurang dari 100

orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Jika jumlah subjeknya lebih dari 100 orang, maka sampel dapat diambil

antar 10-15%, 20-25% atau lebih besar, tergantung kemampuan peneliti.

(Suharsimi Arikunto, 2010, 174-175.)

Berdasarkan teori di atas dan mengingat banyaknya ukuran populasi dan

kaitanya dengan keterbatasan waktu dan biaya, maka penulis mengambil sampel

yang dianggap representatif untuk mewakili populasi peneliti yaitu sampel 25 %

dari 145 orang yakni 36 orang.


35

Tabel 3.2
Jumlah Sampel
No. Ruangan JumlahSiswa 25% Populasi Sampel
1. X- 1 30 30X 25% = 7,5 7
2. X- 2 28 28 X 25% = 7 7
3. X- 3 31 31 X 25% = 7,75 8
4. X-4 32 32X 25% = 8 8
5. X-5 24 24X 25% = 6 6
Jumlah 145 145 X 25% = 36 36

3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Bebas (X): Literasi Digital

Literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan

teknologi serta kumpulan informasi yang berisi pengetahuan untuk membantu

siswa agar terampil dalam literasi yang diakses melalui media digital seperti

smartphone atau komputer yang terhubung dengan jaringan dan memanfaatkannya

secara baik, sehat, cerdas dan tepat. Bertujuan agar siswa mampu menggunakan

digital dalam berliterasi atau membaca dalam bentuk digitalyang dimana siswa

dengan mudah memahami materi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Agar kompetensi yang diharapkan dapat tercapai sehingga siswa

dapat mempelajari materi pembelajaran berikut.

Materi pembelajaran “ Hidup manusia dalam pemeliharaan Allah”

1) Menjelaskan arti Allah memelihara hidup manusia

2) Bersikap sebagai manusia yang percaya pada pemeliharaan Allah

3) Membuat karya yang berkaitan dengan bukti-bukti bahwa Allah

memelihara hidup manusia

4) Mempresentasikan karya yang berkaitan dengan bukti-bukti Allah

memelihara hidup manusia


36

3.4.2 Variabel Terikat (Y): Hasil Belajar PAK

Hasil belajar adalah sejauh mana tingkat keberhasilan yang diperoleh siswa

setelah mengikuti kegiatan belajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

yang ditentukan dengan mencakup kecepatan belajar dan nilai yang diperoleh.

Adapun hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

keberhasilan yang dicapai siswa dalam menguasai materi pelajaran Pendidikan

Agama Kristen dan Budi Pekerti melalui Penilaian Formatif dari materi RPP “

Hidup Manusia dalam Pemeliharaan Allah”.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Jenis Instrumen

Menurut Budiyono instrumen yang baik harus valid dan reliabel.Instrumen-

instrumen yang baik harus terdiri dari butir-butir yang baik.Persyaratan butir yang

baik, tergantung kepada jenis instrumen yang dipilih.

a. Angket

Untuk mengumpulkan data variabel X digunakan kuesioner atau angket

tertutup yang terdiri dari 4 option: a, b, c, dan d. penyusunan angket terlebih dahulu

dengan membuat kisi-kisi angket dengan maksud dasar penyusunan dalam

terperinci sesuai dengan kisi-kisi angket, kemudian angket disebarkan kepada

siswa sebanyak sampel yang dibutuhkan. Arikunto mengatakan: ”Kuesioner

tertutup adalah angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden

tinggal memilih. (Budiyono 2018,51.)

Adapun alasan penggunaan angket tertutup sebagai alat pengumpulan data

adalah:
37

1. Angket lebih mudah digunakan untuk melayani responden, lebih aktif dan

praktis.

2. Angket dapat mengumpulkan data dalam waktu yang relatif singkat.

3. Banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada responden, oleh karena itu

lebih mudah dengan menggunakan angket.

4. Dengan menggunakan angket, responden lebih mudah memberikan

jawaban dengan memilih salah satu option yang sesuai dengan pilihannya.

b. Tes

Penulis juga memberikan teskepada siswa, test ini dapat digunakan untuk

mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Arikunto mengatakan

bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok. Budiyono 2018, 193.

Dalam hal ini penulis memberi soal yang sesuai dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdiri dari 4 opsi yaitu: a,b,c dan d

3.5.2 Kisi-kisi Angket

Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan teori yang telah dibahas pada

kajian teori, untuk indikator variabel X kisi-kisi angket diambil dari pendapat ahli

Fadli dan Zain dan Monggilo yang telah dirumuskan penulis, dan untuk indikator

variabel Y dengan melihat hasil ujian Formatif semester ganjil tahun

pembelajaran2022/2023. Adapun indikator yang disusun berdasarkan kisi-kisi

angket dapat dilihat pada tabel berikut ini:


38

Tabel 3.3
Kisi-kisi Angket
No Variabel Indikator Sub indikator No item Jlh
1. Literasi Digital Power Poin Penyampaian materi 1,2,3,4,5,6,7 7
(Variabel X) pelajaran dengan
Tampilan power poin.
Media Sosial Membagikan materi dan 8,9,10,11, 8
gambar dari internet 12,13, 14,15
Video bahan pelajaran 16,17,18,9,20, 7
yang diunduh 21,22
dariYoutube
Jumlah 22 22

3.5.3 Skala nilai Angket

a. Angket

Untuk mengukur pengaruh antara literasi digital terhadap hasil belajar mata

pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, digunakan angket dengan

empat pilihan jawaban, yaitu: a. selalu, b. sering, c. kadang-kadang, d. tidak pernah.

Dengan skala Likert yang dikemukakan oleh Sugiyonosebagai berikut:

a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah. (Sugiono 2010,93.)

Maka masing-masing opsi positif diberi skala penilaian bobot nilai adalah

sebagai berikut:

− Opsi “a” diberi bobot 4


− Opsi “b” diberi bobot 3
− Opsi “c” diberi bobot 2
− Opsi “d” diberi bobot 1

b. Tes

Semua item tes untuk variabel (Y) adalah 20 item dalam penelitian ini

menggunakan 4 (empat) option jawaban yaitu: a,b,c,d. Untuk mengukur hasil


39

belajar PAK dan Budi pekerti siswa sebagai variabel terikat (Y) dengan skala nilai

sebagai berikut:

a. Jawaban benar diberi skor 1

b. Jawaban yang salah diberi skor 0

3.6 Uji Coba Instrumen

Untuk memproleh instrumen yang tepat maka berdasarkan kisis-kisi angket

dan tes tersebut dilakukan uji coba terhadap 30 siswa kelasX SMA Negeri 1Tanjung

Morawa. Tujuan uji coba instrumen untuk mengetahui apakah angket dan tes yang

digunakan valid dan reliabel.

a. Uji Validitas Angket dan Tes

Uji Validitas Instrumen dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan

instrument yang digunakan. Untuk mengetahui harga koefesien, penulis

menggunakan rumus koefesien korelasi dengan menggunakan rumus Product

Moment dan Pearson yaitu: (Suharsimi Arikunto, 2010,213.)

𝑁. Σ𝑥𝑦 − (Σ𝑥)(Σ𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁. Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2) }√{𝑁. Σ𝑦 2 − (Σ𝑦)2 }

Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi Pearson
∑𝑋 = Jumlah skor setiap butir pernyataan
∑𝑦 = Jumlah skor total
∑ 𝑋𝑦 = Jumlah skor tiap nomor butir pertanyaan dikali dengan skor
total
N = Jumlah sampel

Dengan kriteria uji: jika rhitung > rtabel (untuk 30 responden yaitu 0,361)

dengan α = 0,05 berarti angket atau test dapat dinyatakan valid atau sahih.

Sebaliknya, jika rhitung < rtabel dengan α = 0,05, maka angket atau test dinyatakan
40

tidak valid atau tidak sahih. Dari uji validitas diperoleh rxy untuk angket variabel X

yaitu item nomor 1 sampai dengan item nomor 22 diketahui 22 item valid karena

rhitung yaitu (antara 0,434 sampai dengan 0,716) > rtabel = 0,361. (Lihat Lampiran Uji

Valiatis Variable X)

b. Indeks Kesukaran Test

Menganalisis taraf kesukaran butir tes dilakukan untuk mengidentifikasi

keadaan butir soal, apakah soal tergolong dalam keadaan sukar, sedang atau mudah.

Untuk mengetahui hal tersebut maka dapat kita pergunakan rumus Arikunto yaitu:

B
P=
JS

Dimana:
P = Indeks kesukaran soal
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes.

Sebuah butir tes dikatakan terlalu mudah, sedang atau sukar dapat dilihat

dari klasifikasi menurut Arikunto adalah:

Besarnya P Interpretasi
<0-30 Terlalu sukar
0,30-0,70 Cukup (sedang)
>0,70 Mudah

Dari hasil ujicoba tingkat kesukaran item test yaitu test nomor 1 sampai

dengan test nomor 20 diperoleh kesimpulan bahwa seluruh item test yang telah

diujicobakan berada pada klasifikasi mudah hingga sedang yaitu antara 0,27 sampai

dengan 0,77. Dari 20 item soal, terdapat 5 item soal dengan klasifikasi mudah,

sebanyak 12 item soal dengan klasifikasi sedang dan sebanyak 3 item soal dengan

klasifikasi sulit.
41

c. Daya Pembeda Test

Untuk mengetahui daya pembeda butir tes dihitung dengan menggunakan

rumus dalam Arikunto yaitu:

𝐵𝐴 𝐵𝐵
D= − = 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵
𝐽𝐴 𝐽𝐵

Dimana :

D = Daya pembeda
𝐽𝐴 = Banyaknya peserta kelompok atas
𝐽𝐵 = Banyaknya peserta kelompok bawah
𝐵𝐴 = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
𝐵𝐵 = Banyaknya peserta kelompok bawah menjawab benar
𝑃𝐴 = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
𝑃𝐵 = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Adapun klasifikasinya adalah:

D : 0,00 – 0,20 = Jelek


D : 0,21 – 0,40 = Cukup
D : 0,41 – 0,70 = Baik
D : 0,71 – 1,00 = Baik Sekali. Lihat Lampiran Tingkat Kesukaran

Dari hasil ujicoba daya beda item test yaitu test nomor 1 sampai dengan

test nomor 20 diperoleh kesimpulan bahwa seluruh item test yang telah

diujicobakan berada pada klasifikasi cukup hingga baik sekali yaitu antara 0,27

sampai dengan 0,87. Dari 20 item soal, terdapat 6 item soal dengan klasifikasi

cukup, 11 item soal dengan klasifikasi baik, dan 3 item soal dengan klasifikasi baik

sekali. (Lihat Lampiran Tingkat Kesukaran)

d. Uji Realibilitas Angket dan Tes

Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan sebelum uji realibilitas


42

dilakukan perlu dicari terlebih dahulu variasi setiap butir itemnya dengan

meggunakan rumus Formula Alpha Cronbach

 k   b 2 
r11    1  
 k 1  t 2 
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
K = Banyak item atau pertanyaan
b 2
= Jumlah varians butir
t 2
= Jumlah varians total

Sebelum uji reliabilitas angket dilakukan, perlu dicari terlebih dahulu

varians setiap butir dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Arikunto:

 X  2

X 2

N
b 
2

N
Dengan:
b
2
: Jumlah varians butir
2
: Jumlah kuadrat X
N : Jumlah responden Sugiono 2016, 227.

Kemudian untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas instrumen

tersebut, harga r11 dikonsultasikan dengan cara mengartikan indeks korelasi

hitung dengan interprestasi sederhana sebagaimana yang telah dikatakan. (

Sugiyono 2016, 184)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat

Sedangkan untuk menghitung reabilitas tes, rumus yang digunakan untuk

menghitung nilai realibilitas tes terhadap item yang valid dengan rumus KR-20

(Kuder Richardson) dalam Arikunto sebagai berikut:


43

𝐾 𝑉𝑡 − ∑ 𝑝𝑞
𝑟11 = ( )( )
(𝐾 − 1) 𝑉𝑡

Dimana:
𝑟11 = Reabilitas Instrumen
𝐾 = Banyaknya butir pertanyaan
𝑉𝑡 = Varians Total
𝑃 = Proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi
subjek yang mendapat skor 1). Sugiono 2016, 230

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑘𝑜𝑟 1


𝑃=
𝑁
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑘𝑜𝑟 0
𝑞=
(𝑞 = 1 − 𝑝)
Dengan
(∑ 𝑋𝑡 )2
∑ 𝑋𝑡2 −
𝑉𝑡 = 𝑛
𝑛

Dari hasil uji reabilitas angket variabel X diperoleh r11 = 0,875. (Lihat Lampiran Uji
Reliabilitas Variabel X)

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang

lengkap, tepat, dan objektif. Maka untuk memproleh data yang demikian maka

dibutuhkan metode yang tepat dalam pengumpulan data, adapun langkah-langkah

sebagai berikut.

e. Angket

Pengumpulan data angket yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengumpulkan responden untuk diberikan pengarahan sehubungan

degan pengisian angket.

2. Menyebarkan angket kepada responden untuk dijawab secara jujur

dengan memilih salah satu option.


44

3. Mengarahkan dan menemani responden untuk menjawab pertanyaan

dan menjelaskan soal-soal yang kurang dimengerti.

4. Mencatat semua hasil peneliti ke dalam satu tabel.

b. Test Hasil Belajar

Pengumpulan data tes dalam penelitian ini adalah:

1. Sebelum soal diberikan kepada responden terlebih dahulu menberi

penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian serta memberikan

pengarahan tentang pengisian soal.

2. Memberikan soal untuk dijawab oleh responden.

3. Setelah soal dibagikan kepada responden diberi kesempatan kepada

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia.

4. Kemudian soal dikumpulkan saat itu juga oleh peneliti.

3.8 Teknik Analisa Data

Untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan apakah diterima atau ditolak,

maka dilakukan pengolahan dan analisis data jawaban responden dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Mentabulasikan hasil jawaban responden berdasarkan alternatif jawaban

2. Memberi pembobotan pada setiap jawaban responden

3. Menganalisa data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Arikunto mengemukakan bahwa untuk mengolah skor dan nilai dalam tes

pilihan berganda digunakan rumus sebagai berikut:

(𝑊)
𝑠=𝑅−
(𝑛 − 1)

Dimana:
45

S = skor yang diperoleh


W = jawaban yang salah
R = jawaban yang benar
N = banyaknya pilihan

Menurut Arikunto skor dengan nilai adalah berbeda. Skor adalah

hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-

angka bagi setiap tes yang dijawab benar oleh siswa. Nilai adalah angka

ubahan dari skor dengan menggunakan acuan tertentu, yakni acuan

normal atau acuan standar.

Atas dasar itulah maka untuk dapat dicatat sebagai suatu prestasi

belajar, guru diwajibkan untuk mengubah skor mentah yang diperoleh

langsung dari mengerjakan tes, menjadi skor berstandar 100.

Menurut Arikunto untuk mengubah skor menjadi nilai maka

dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟


Nilai = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙
𝑋 100

4. Melakukan uji hipotesis asosiatif (hubungan antara variabel ) dengan

mencari koefisien korelasi dengan menggunakan rumus korelasi Product

Moment Pearson yang dikemukakan Arikunto sebagai berikut:

𝑁. Σ𝑥𝑦 − (Σ𝑥)(Σ𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁. Σ𝑥 2 − (Σ𝑥)2) }√{𝑁. Σ𝑦 2 − (Σ𝑦)2 }

Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi Pearson
∑𝑋 = Jumlah skor setiap butir pernyataan
∑𝑦 = Jumlah skor total
∑ 𝑋𝑦 = Jumlah skor tiap nomor butir pertanyaan dikali dengan skor
total
N = Jumlah sampel. (Suharsimi Arikuto, 2010, 184)
46

5. Melakukan uji signifikan koefisien korelasi, dihitung dengan uji t dengan

rumus yang dikemukakan oleh Sugiyono. ( Sugiono 2016 184)

𝑟√𝑁 − 2
𝑡=
√1 − (𝑟)2
Dimana:
t = taraf nyata
r = koefisien regresi
n = jumlah responden

6. Analisis Regresi

a. Menguji Persamaan regresi X

Untuk mengetahui regresi X digunakan rumus yang dikemukakan

oleh Sudjana. ( Sudjana,2017, 315.)

Yˆ  a  bX

Di mana:
Ŷ = Nilai yang diprediksikan
a = konstanta regresi
b = koefisien arah
X = Nilai variabel X

Untuk mengetahui konstanta regresi (a) dan koefisien arah (b)

digunakan rumus yang dikemukakan Sudjana.

( Y )( X 2 )  ( X )( XY )
a
n(  X 2 )  (  X ) 2

n( XY )  ( X )( Y )
b
n(  X 2 )  (  X ) 2

b. Uji Koefisien Determinasi (r2)


47

Menurut Sugiyono mengemukakan: ”Analisis korelasi dapat

dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi, dengan cara

mengkuadratkan koefisien yang ditemukan.”

Dari pendapat tersebut maka koefisien determinasi (r2) dapat

dihitung dengan rumus: ( Sudjana,2017, 315.)

r2 = (rxy)2

Selanjutnya menurut Sugiyono”Dari uji koefisien determinasi

dapat dihitung besarnya persentase pengaruh X atas r2 dengan 100%

5. Menguji hipotesa

a. Rumusan Hipotesa

H0 : (tidak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikanantarapenggunaan literasi digita lterhadap hasil

belajar Pendidikan Agama Kristen siswa kelas X SMA

Negeri 1 Tanjung Morawa Tahun Pembelajaran

2022/2023)

Ha :≠(terdapat pengaruh yang positif dan signifikanantara

penggunaan literasi digitalterhadap hasil belajar

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti siswa kelas X

SMA Negeri 1 Tanjung Morawa Tahun Pembelajaran

2022/2023)

b. Kriteria penerimaan/ penolakan hipotesa


48

Jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Jika Fhitung>Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Untuk mengetahui nilai Fhitung menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Sudjana1yaitu Analisis Varians Untuk Regresi

Sederhana yaitu:

Tabel 3.5.
Tabel Perhitungan Analisis Varians Untuk Regresi Sederhana

Sumber Variasi Dk JK KT F
Total N Y 2 Y 2 S 2 reg
Regresi (a) 1 Y 2 / n Y 2 / n S 2 res
Regresi (b/a) 1 JKreg = Jk (b/a) S2reg = Jk (b/a)
Residu n-2

JKres =  Y  Ŷ 
2
2
S res =

 Y  Yˆ 
2

n2
Tuna cocok k-2 Jk (TC) JK (TC) S 2 TC
S2TC =
k 2 S 2e
Kekeliruan n-k Jk (E) JK ( E )
S2e =
nk

Keterangan:
dk = derajat kebebasan
JK = Jumlah Kuadrat
KT = Kuadrat Total
n = Jumlah responden
Sreg = Simpangan regresi
Sres = Simpangan residu
JKTC = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok

1
Op.Cit Sudjana, 332.
49

JKE = Jumlah Kuadrat Error


STC = Simpangan Tuna Cocok
SE = Simpangan Error

Anda mungkin juga menyukai