Anda di halaman 1dari 6

Review Series “The Cuba Libre Stories”

Sebagai tugas UTS mata kuliah Konflik dan Resolusi Konflik

Nama: Muhamad Zanata


Nim: 1218030114
Kelas: Sosiologi 3C
The Cuba Libre Stories merupakan series yang digambarkan dan di rilis oleh Netflik pada
tahun 2015. Serial dokumenter ini menggambarkan bagaimana kondisi Negara cuba dari tahun
kolinial hingga tahun 2015. Series ini digarap oleh Gunnar Dedio sebagai produser eksekutif dan
Regina Bouchehri sebagai produser, dengan arahan Emmanuel Ammara dengan genre
documenter dan berjumlah 8 episode, series ini sangat laku di pasar film khususnya para
penggiat revolusi dan perubahan.
Dalam series ini ada beberapa narasumber yang diwawancarai oleh pihak Netflix. Lebih
dari 50 ahli Kuba internasional di wawancarai baik pendukung maupun penentang seperti Fidel
Castro dan pendahulunya Fulgencio Batista. Diantara mereka adalah kepala badan intelejen
Kuba Juan Antonio dan kepala KGB Amerika latin Nikolai Lionov.

Series ini berisikan 8 episode yang diantaranya adalah:


1. Memutus Rantai
2. Rantai dan Gula
3. Surga Para Gangster
4. Revolusi Ragtag
5. Membuat Pahlawan
6. Soviet dan Juru Selamat
7. Rahasia dan Pengorbanan
8. Momen Transisi

Didalam 8 episode diatas menceritakan bagaimana kekacauan dan hiruk pikuk revolusi Kuba
pada saat itu. Dengan dibuatnya film dokumentar ini kita mengetahui sejarah dimana perjuangan
Kuba setelah terbebas dari pemerintahan kolonial Spanyol. Tetapi, intervensi amerika di akhir
akhir harus dibayar mahal.
Oleh karena itu, disini saya sebagai penulis akan membahas film/series dokumentar yang
berjudul “The Cuba Libre Stories” dengan tujuan sebagai tugas Ujian Tengah Semester Mata
Kuliah Konflik dan Resolusi Konflik
Diawal series, pada “Episode 1” masyarakat Kuba berbahagia, karena telah berhasil merebut
kemerdekaan dari pihak pemerintahan kolonial Spanyol setelah 4 abad dikuasai. Kemenangan itu
dikarenakan kekalahan pihak Spanyol setelah perang melawan pihak Amerika pada tahun 1899.
Pada saat itu dijelaskan bahwa konstitusi kuba dibawah kendali pihak militer Amerika hinngga
tanggal 20 mei 1902. Pada tahun yang sama, Tomas Estrada Palma dilantik menjadi presiden
pertama untuk republik baru kuba. Pada tahun 1905 terpilih lagi, namun dicurigai melakukan
praktik kecurangan sehingga memicu revolusi juli 1906. Dalam periode itu banyak berganti
beberapa pemimpin hingga pada tahun 1925 Geraldo Machado terpilih menjadi presiden. Ia
menjanjikan reformasi pada namun hanya terjadi pada periode pertama pemerintahannya. Pada
periode selanjutnya dia mendesak untuk memperpanjang masa jabatannya hingga ia dikenal
sebagai presiden diktator pertama di Kuba. Ia memiliki izin menangguhkan pendapat dan darurat
militer
Disaat itu, Kuba sedang berkembang pesat dalam produksi Gula, Tetapi memburuknya
situasi dan kondisi hubungan dengan Amerika hingga digulingkannya Geraldo Machado dan
disinilah dalam “Episode 2” bangkitnya pemimpin militer bertangan besi, Felguencio Batista.
Pada masa pemerintahan Fulgencio Batista, warna kulit menjadi hal yang sangat penting.
Terdapat perbedaan keadilan untuk orang kulit hitam dengan orang kulit putih. Orang kulit hitam
sulit untuk memperoleh kesetaraan dalam segala bidang. Contohnya, orang kulit hitam dilarang
masuk Havana Yacht Club yang merupakan salah satu klub kelas atas yang sangat eksklusif.4
Klub ini mengontrol pantai pribadi di Havana. Akibatnya, orang kulit hitam dilarang berada
dalam kawasan pantai yang dikuasai Havana Yacht Club. Bahkan klub-klub kelas menengah
yang diorganisir perkumpulan profesional hanya menerima orang kulit putih untuk menjabat
posisi penting, sedangkan kulit hitam hanya menjadi anggota organisasi. Pada
tahun 1944, Fulgencio Batista memerintahkan untuk melegitimasi kekuasaannya melalui pemilu
demokratis, tetapi kalah. Pada tahun 1952, ia kembali mendapatkan kekuasaan setelah
melancarkan kudeta.
Pertentangan mulai muncul dari berbagai pihak, salah satunya adalah pemimpin penting
gerakan anti-Batista, seorang pengacara bernama Fidel Castro.
Pada “Episode 3” yang berjudul “Surganya Para Gangster” disebutkan bahwa Pada masa
Revolusi Kuba, banyak kelompok gerilyawan yang terlibat dalam perjuangan melawan
pemerintah Kuba yang didukung oleh Amerika Serikat. Beberapa kelompok gerilyawan, seperti
Gerakan 26 Juli yang dipimpin oleh Fidel Castro, berjuang untuk menggulingkan pemerintah dan
mendirikan pemerintahan sosialis.
Namun, selama masa ini juga terdapat kelompok-kelompok kriminal yang melakukan
kejahatan dan memanfaatkan situasi politik yang tidak stabil untuk mencari keuntungan.
Beberapa dari kelompok-kelompok tersebut terkadang disebut sebagai "gangster."
Salah satu contoh adalah kelompok "Los Ñáñigos," yang terdiri dari orang-orang kulit hitam
yang dikenal karena melakukan tindakan kriminal seperti perampokan, pencurian, dan
pemerasan. Kelompok ini beroperasi terutama di Havana dan dianggap sebagai salah satu
kelompok kriminal terbesar pada saat itu.
Namun, tidak semua kelompok gerilyawan dan aktivis revolusi Kuba bersikap toleran terhadap
keberadaan kelompok-kelompok kriminal tersebut. Beberapa kelompok gerilyawan, seperti
Gerakan 26 Juli, berusaha untuk memberantas kejahatan dan memperbaiki keamanan di
masyarakat.
Kuba menjadi tempat yang menarik bagi mafia untuk mengelola bisnis judi karena pada
awal 1950-an, pemerintahan Kuba dipimpin oleh Fulgencio Batista yang korup dan membiarkan
praktik-praktik ilegal, termasuk perjudian, berkembang dengan bebas di negara itu. Batista
memberi kesempatan bagi para mafioso Amerika, terutama dari kelompok Mafia Italia, untuk
membuka kasino dan klub malam di Kuba dengan imbalan uang suap dan pengaturan politik
yang menguntungkan mereka. Kuba pada saat itu juga menjadi tempat yang menarik bagi
wisatawan kaya dari Amerika Serikat dan sekitarnya, karena di sana dapat menikmati hiburan
dan perjudian yang ilegal di Amerika. Kasino-kasino besar seperti the Tropicana, the Sans Souci,
the Nacional, dan the Riviera menjadi pusat kegiatan judi dan hiburan malam yang sangat
populer.
Namun, pada tahun 1959, Fidel Castro berhasil merebut kekuasaan dan menggulingkan Batista.
Dia melarang praktik perjudian dan menutup semua kasino, klub malam, dan tempat hiburan
ilegal lainnya di Kuba. Mafia Amerika kemudian meninggalkan Kuba dan mencari tempat lain
untuk mengelola bisnis judi mereka, seperti di Las Vegas dan bahkan di negara-negara lain di
Amerika Latin. Sejak saat itu, Kuba tidak lagi menjadi tempat yang menarik bagi mafia untuk
mengelola bisnis judi mereka. Meskipun demikian, masa lalu Kuba sebagai tempat kasino dan
hiburan malam ilegal yang dikelola oleh mafia masih diingat hingga saat ini.
Revolusi rakyat jelata pada “Episode 4” Penggulingan pemerintahan Batista di Kuba terjadi pada
tahun 1959 melalui sebuah revolusi yang dipimpin oleh Fidel Castro dan pasukannya.
Pemerintahan Batista saat itu dipandang oleh banyak orang sebagai korup dan otoriter, dengan
kebijakan yang merugikan rakyat Kuba. Pemerintahannya didukung oleh Amerika Serikat, tetapi
akhirnya runtuh akibat kekalahan militer dan dukungan rakyat yang terus meningkat bagi
gerakan revolusioner yang dipimpin oleh Castro.
Revoltuioner Castro dan pasukannya berhasil merebut kekuasaan di Havana pada 1 Januari 1959,
yang menandai berakhirnya pemerintahan Batista. Pasukan revolusioner melakukan pembersihan
politik terhadap pejabat dan pengusaha yang dianggap korup dan menghancurkan sejumlah besar
harta benda dan properti swasta. Pemerintahan baru Castro kemudian mengambil alih banyak
bisnis dan industri penting, termasuk perusahaan minyak dan perusahaan Amerika Serikat.
Penggulingan pemerintahan Batista dan kemenangan gerakan revolusioner yang dipimpin oleh
Castro memicu perubahan sosial dan politik yang signifikan di Kuba. Pemerintah Castro
memulai program reformasi agraria, mengubah sistem pendidikan dan kesehatan, dan membawa
perubahan ekonomi dan politik yang bertujuan untuk memperkuat posisi negara dalam hal
kemandirian dan keadilan sosial.
Namun, pemerintahan Castro juga membatasi kebebasan sipil dan kebebasan berbicara,
mengambil alih kekuasaan media dan mengendalikan informasi yang tersedia bagi masyarakat
Kuba. Pemerintah juga melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan menekan oposisi politik,
yang mengakibatkan banyak orang Kuba meninggalkan negara mereka dalam beberapa dekade
berikutnya.
Dengan itu terciptanya beberapa pahlawan seperti Fidel Castro, Che Guevara, dan Camilo. Pada
“Episode 5” dijelaskan perpecah belahan yang disebabkan kebrutalan Fidel Castro. Perpecahan
yang disebabkan oleh kebrutalan Fidel Castro merupakan salah satu aspek kontroversial dari
kepemimpinan Castro di Kuba. Sebagai pemimpin revolusi Kuba, Castro mengambil tindakan
tegas untuk menghilangkan oposisi dan mempertahankan kekuasaannya. Banyak yang
menganggap tindakan ini sebagai bentuk penganiayaan politik dan pelanggaran hak asasi
manusia.
Pada awal kepemimpinannya, Castro memimpin kampanye untuk membersihkan Kuba dari para
pengkhianat dan pengaruh asing. Hal ini melibatkan pengadilan massal dan eksekusi terhadap
ribuan orang yang dianggap sebagai pengkhianat dan musuh negara. Tindakan ini juga memicu
keberangkatan ratusan ribu orang dari Kuba, terutama dari kalangan yang merasa terancam oleh
kebijakan Castro.
Di samping itu, kebijakan Castro juga menekan kebebasan pers dan ekspresi, serta membatasi
hak-hak sipil dan politik. Hal ini menyebabkan banyak aktivis dan jurnalis di Kuba ditangkap,
dipenjara, atau dibuang ke luar negeri.
Meskipun di sisi lain, banyak pendukung Castro yang menganggap tindakan tersebut sebagai
tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi di Kuba. Mereka juga
menyoroti keberhasilan Castro dalam menciptakan sistem kesehatan dan pendidikan gratis di
Kuba, serta memperjuangkan hak-hak buruh dan menurunkan angka kemiskinan.
Namun, perpecahan ini tetap berlanjut hingga sekarang, dengan sebagian orang Kuba yang
memuji kepemimpinan Castro dan sebagian lainnya yang menentangnya dan menyatakan
keprihatinan terhadap pelanggaran hak asasi manusia dan kurangnya kebebasan politik di Kuba.
Setelah Fidel Castro mengambil alih bisnis bisnis Amerika dan mengejar bantuan Uni Soviet.
Uni Soviet memberikan dukungan yang signifikan kepada Fidel Castro dan Revolusi Kuba pada
periode 1960-an dan 1970-an. Dukungan ini termasuk bantuan militer, ekonomi, dan politik.
“Episode 6” . Dalam beberapa tahun setelah Revolusi Kuba, Uni Soviet mulai memberikan
bantuan militer kepada Kuba, seperti senjata, peluru, dan peralatan militer lainnya. Bantuan ini
membantu Kuba memperkuat pertahanannya dan melawan upaya-upaya AS untuk
menggulingkan rezim Castro.
Uni Soviet juga memberikan bantuan ekonomi yang besar kepada Kuba, termasuk bantuan
dalam bentuk minyak dan peralatan industri. Hal ini membantu Kuba melawan embargo
perdagangan dan tekanan ekonomi yang diberlakukan oleh AS. Kuba juga mendapatkan
dukungan politik dari Uni Soviet dalam organisasi-organisasi internasional seperti PBB.
Dukungan Uni Soviet terhadap Kuba dianggap sebagai bagian dari persaingan global antara Uni
Soviet dan AS pada saat itu, di mana Uni Soviet berusaha memperluas pengaruhnya di Amerika
Latin dan memperkuat aliansi dengan negara-negara anti-AS. Dukungan Uni Soviet juga
membantu mengukuhkan kepemimpinan Castro dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin
revolusi di Kuba. Namun, setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Kuba kehilangan
dukungan utamanya, dan ini membawa dampak besar pada perekonomian Kuba. Kuba masih
mempertahankan hubungan dengan Rusia (penerus Uni Soviet), tetapi dukungan yang diberikan
tidak sebesar dukungan yang diberikan Uni Soviet pada masa lalu.
“Episode 7”. Sejarah Kuba mencatat bahwa banyak orang Kuba telah meninggalkan negara
mereka dalam beberapa dekade terakhir, terutama setelah Revolusi Kuba tahun 1959 dan
terjadinya perubahan sosial dan politik yang signifikan di negara itu. Ada beberapa alasan
mengapa orang Kuba meninggalkan negara mereka, termasuk restriksi sosial dan ekonomi yang
diterapkan oleh pemerintah, kurangnya kebebasan berbicara, dan peluang ekonomi yang terbatas.
Selama pemerintahan Fidel Castro, pemerintah Kuba mengadopsi kebijakan-kebijakan yang
dianggap restriktif oleh sebagian orang, termasuk pembatasan kebebasan berbicara, perjalanan,
dan akses ke informasi. Pemerintah juga mengendalikan sebagian besar sektor ekonomi dan
mengambil alih banyak bisnis dan properti swasta, mengakibatkan kurangnya kesempatan
ekonomi dan keterbatasan akses ke barang-barang penting seperti makanan, obat-obatan, dan
bahan bakar.
Akibatnya, banyak orang Kuba memilih untuk meninggalkan negara mereka dan mencari
kehidupan yang lebih baik di luar negeri. Sejak tahun 1960-an, ribuan orang Kuba telah
mengambil risiko berbahaya dengan melakukan perjalanan melintasi laut ke Amerika Serikat dan
negara lain di Amerika Latin, serta beberapa negara di Eropa. Beberapa orang Kuba juga
meninggalkan negara mereka melalui jalur legal, seperti program imigrasi yang disponsori oleh
pemerintah. Namun, perjalanan keluar Kuba tidak selalu mudah. Pemerintah Kuba telah
mengambil langkah-langkah untuk mencegah orang meninggalkan negara secara ilegal, termasuk
dengan melakukan patroli laut dan mengadopsi kebijakan yang memperketat akses ke jalur
perjalanan ke luar negeri. Meskipun demikian, banyak orang Kuba masih memilih untuk
meninggalkan negara mereka karena situasi ekonomi dan politik yang sulit.
Disaat itulah terjadi peralihan dan Castro mendapat dukungan dari Venezuela setelah dunia pasca
soviet “Episode 8”. Keluarga Castro telah memperoleh dukungan dari Venezuela dalam beberapa
tahun terakhir, khususnya selama masa pemerintahan Presiden Hugo Chavez (1999-2013) dan
kemudian Presiden Nicolas Maduro. Dukungan ini sebagian besar didasarkan pada kesamaan
ideologi antara kedua negara, yakni sosialisme dan anti-imperialisme. Castro dan Chavez
memiliki hubungan yang sangat dekat, dan Chavez secara terbuka menyatakan dukungannya
terhadap pemerintahan Castro.
Venezuela telah memberikan bantuan ekonomi dan energi kepada Kuba, termasuk pengiriman
minyak mentah dan produk bahan bakar. Selain itu, Kuba juga mendapatkan bantuan dari
Venezuela dalam bentuk dukungan politik dan militer. Venezuela telah membantu Kuba dengan
pasokan makanan dan obat-obatan, serta mengirimkan dokter dan ahli teknik untuk membantu
dalam pembangunan sosial dan ekonomi di Kuba.
Namun, dukungan timbal balik dari Venezuela juga telah memicu kritik dari banyak negara
Barat, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Mereka menyatakan bahwa
dukungan ini memperkuat rezim otoriter Castro dan menghambat kemajuan demokrasi di Kuba.
Selain itu, ada juga kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari ketergantungan Kuba pada
bantuan dari Venezuela, terutama karena Venezuela sendiri mengalami krisis ekonomi dan
politik yang serius dalam beberapa tahun terakhir.
Dari serial di atas bahwa bisa dikaitkan dengan Teori Konflik simbolik, dilihat dari
kejadian seperti kudeta, penggulingan kekuasaaan dan pemberontakan karena disebabkan oleh
beberapa kelompok yang tidak senilai atau tidak searah dalam pemikiran, kepercayaan dan
sistem, maka terjadi konflik dimana mana karena perbedaan yang sudah dijelaskan diatas.
Dengan norma dan penilaian kelompok berbeda. Maka sudah jelas kasus tersebut bisa dikaitkan
dengan teori tersebut.

Anda mungkin juga menyukai