Anda di halaman 1dari 26

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Electronic Journals of UIKA Bogor (Universitas Ibn Khaldun)

PENDIDIKAN AKIDAH; TELAAH PEMIKIRAN MUHAMMAD SA’ID


RAMDLAN AL-BUTHI

ABDUL MUKIT

Abstract
Abdul Mukit Dunia pendidikan tercoreng oleh perilaku tidak wajar dari
Universitas Ibn Khaldun beberapa pelajar, salah satunya tawuran antar pelajar
yang semakin marak. Di tambah lagi peringkat
Email pendidikan Indonesia yang menempati peringkat paling
jurnal@ppsuika.ac.id bawah. Digulirkannya kurikulum yang menetikberatkan
pada aspek karakter oleh Kemendikbud, masih panjang
diperdebatkan. Akar dari persoalan diatas adalah
hilangnya nafas agama yang berimbas terhadap ketidak
taatan hamba kepada Tuhannya. Pada titik ini, akidah
menjadi tema utama untuk diperbincangkan. Sudah
banyak pemikir, praktisi, cendekiawan yang menawarkan
pendidikan akidah sebagai solusi, salah satunya
Muhammad Sa‟id Ramadlan Al-Buthi yang dinilai
mempunyai konsep istimewa, berbeda dengan
kebanyakan pemikir lain.
Rumusan masalah yang diajukan adalah: 1. Bagaimana
konsep pendidikan akidah menurut syeikh Al-Buthi? 2.
Bagaimana aplikasi pendidikan akidah menurut Syeikh Al-
Buthi?
Untuk menjawab rumusan masalah diatas, peneliti
melakukan penelitian kepustakaan (library research) yang
termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode dekriptif-analitik terhadap karya Al-Buthi.
Sedangkan analisis datanya menggunakan analisis isi
(content analysis).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendidikan akidah
yang ditawarkan Al-Bûthî bersifat responsif, solutif, dan
ilmiah yang sangat relevan untuk diaktualisasikan dan
diterapkan dalam konteks pendidikan Islam kontemporer.

Keywords : pendidikan, akidah, Al-Buthi.

1
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015

A. Pendahuluan di Negara maju sekalipun. Penyebab


Kata pendidikan yang telah utamanya adalah karena semua orang
disepakati oleh semua kalangan sebagai berkepentingan dengan pendidikan.
kunci solusi dari setiap persoalan umat Mulai dari orang yang ingin
manusia, memang tidak pernah selesai memperbaikinya, yang ingin
dibahas seiring dengan perjalanan merusaknya, bahkan yang tidak tahu
realitas dan kehidupan objek pendidikan menahu tentang pendidikan akan ikut
itu sendiri, manusia. Jika pendidikan serta membicarakannya. Itu semua
Islam bersumber kepada Al-Qurân dan karena pendidikan adalah masalah
hadits yang telah selesai diturunkan dan bersama, berbeda dengan bidang lain
lengkap, maka tidak begitu dengan seperti pabrik nuklir misalnya yang
realitas dan kehidupan yang senantiasa hanya dibicarakan dikalangan terbatas
berdinamika dan berubah-ubah. dan tertentu. Posisi pendidikan yang
Ibn Rusyd dalam “Bidâyatul begitu penting itulah yang membuat
Mujtahid” mengisyaratkannya: semuanya membicarakannya, mencecar,
mengutuk karena tidak puas, walau
‫وذكل أأن وقائع بني أأشخاص ا ألانيس غري متناىية‬ pada akhirnya mereka menyerahkan
‫ وحمال أأن‬,‫والنصوص وا ألفعال والإقرارات متناىية‬ pendidikan anaknya ke lembaga
1
.‫يقابل مال يتناىه مبا يتنايه‬ pendidikan.2
Oleh karena itu, bahwa Begitu juga dalam Islam,
sesungguhnya peristiwa-
pertistiwa yang terjadi diantara pendidikan mendapatkan posisi yang
pribadi manusia tidak akan sangat terhormat, terlihat misalnya
pernah terbatas, sedangkan
nash-nash (Al-Qurân-Hadits), wahyu pertama yang turun tentang
praktek, dan ketetapan dari perintah iqra‟ (QS. Al-„Alaq (96) :1-5).
Rasul, terbatas. Dan tidak
mungkin menghadapkan sesuatu Ayat ini membicarakan unsur manusia
yang tidak terbatas dengan yang sebagai objek pendidikan yang nantinya
terbatas.
akan sangat menentukan dalam
Maka persoalan pendidikan akan
merumuskan berbagai kebijakan yang
terus berlanjut tanpa berkesudahan, ia
merupakan unfinished agenda, bahkan

Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Mesir;


1 2Ahmad Tafsir, Fisafat Pendidikan
Darul Kutub Al-Islamiyah, 2012 M/1433 H, Islami, Bandung; PT Remaja Rosdakarya. 2012,
hlm.9. hlm.41.

2
Pendidikan Akidah:...(Abdul Mukit)
berkaitan dengan tujuan dan materi diri manusia, maka semakin tidak
pendidikan.3 mudah diberi nafas agama.5
Namun kiranya paradigma Islam Maka diperlukan sistem
dalam melihat masalah pendidikan, pendidikan Islam yang oleh Al-Nadwî
sepertinya belum sepenuhnya dipahami disebut sebagai “Al-Hurrah”6, bebas dari
oleh masyarakat muslim Indonesia. kungkungan dan hegemoni pihak
Buktinya mayoritas umat Islam di tertentu, sebagai respon terhadap
Indonesia masih sangat terbelakang dari keadaan pendidikan yang saat itu hanya
berbagai sisi, mulai dari ekonomi, ilmu didominasi oleh sistem Barat, sehingga
pengetahuan, teknologi, kebudayaan, pendidikan yang berlangsung dipandang
peradaban dan lainnya.4 jauh dari prinsip Islam yag hakiki.7
Pendidikan Islam pada masa kini Liberalisasi dalam dunia pendidikan,
dihadapkan pada tantangan yang lebih sudah masuk pada tahapan yang begitu
berat daripada tantangan yang dihadapi serius, massif dan menjamur. Padahal
pada masa permulaan penyebaran Dalam kondisi demikian, nilai-nilai
Islam. Tantangan tersebut antara lain ajaran agama harus mewarnai
timbulnya aspirasi dan idealitas umat kepribadian peserta didik dalam seluruh
manusia yang serba multi interest yang dimensi kehidupan.
berdimensi nilai ganda dengan tuntutan Beberapa solusi pun ditawarkan
hidup yang multi kompleks pula. Tugas untuk mengatasi persoalan diatas. Mulai
pendidikan Islam dalam proses pendidikan berbasis akhlak atau
pencapaian tujuannya tidak lagi karakter, pendidikan jiwa, pendidikan
menghadapi problema kehidupan yang akal, pendidikan keterampilan dan
dimplistik, akan tetapi amat kompleks terutama pendidikan akidah turut
akibat tuntutan yang semakin menjadi bagian dari solusi tersebut.
berkembang. Semakin kompleks
tuntutan psikologis yang mendominasi 5 Khasnah Syaidah, Pemikiran
Pendidikan Anak Abdullah Nasih „Ulwan,
Disertasi: Pasca Sarjana UIN Syahid Jakarta.
2005, hlm. 5.
6 Ali Hasan Al-Nadwi, Nahwah Al-

Tabiyah Al-Islamiyah Al-Hurrah, Damaskus;


3Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Muassasah Al-risalah, hlm.7
Pendidikan, Jakarta; PT Grafindo Persada. 2002, 7 Abdullah Nasih „Ulwan, Tarbiyah Al-

hlm.47. Awlad Fil Islam, vol.I, Beirut; Dar Al-Salam.


4 Abudin Nata, Tafsir Ayat …, hlm.37. 1978, cet. Ke-II, hlm. 16-17.

3
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015

Terkait solusi yang disebutkan terakhir, Ramadlan Al-Bûthî. Melalui karya


para pemikir dan pendidik di dunia hebatnya, “Kubrâ Al-Yaqîniyyât Al-
Islam seperti Al-Hâzimî, Nâsih „Ulwân, Kauniyyah : Wujûd Al-Khâlik Wa
Al-Nahlawî, Ali Al-Nadwî, Abul A‟lâ Al- Wadzîfat Al-Makhlûq”, mampu
Maudûdî yang sebelumnya didahului memberikan warna dan nuansa baru
oleh senior mereka dalam barisan ulama dalam dunia pendidkan akidah.
klasik seperti, Al-Ghazâli, Ibn Taimiyah, Beliau dianggap salah satu ulama
Ibn Jamâ‟ah, Al-Zarnûdijî dan lainnya Ahlussunnah yang kompeten dalam
sepakat untuk menempatkan pendidikan memperjuangkan akidah Islam. Megikuti
akidah sebagai prioritas utama dalam jejak para pendahulu yang sangat
pendidikan Islam. Mereka dikaguminya seperti, Al-Syafi‟î yang
membahasakannya melalui skala menjadi madzhabnya; Al-Asy‟arî yang
prioritas menjadi, fardlu „ain dan fardlu dijadikan aliran teologinya; dan Al-
kifayah dengan menempatkan ilmu Ghazâli yang dijadikan sumber rujukan
fardlu „ain, yang termuat dalam ilmu dan inspiratornya. Melalui ketajaman
agama dengan pemahaman akidah lisan dan kecerdasan akalnya, ia mampu
sebagai pondasi dan dasar utama. memadukan antara keunikan pemikiran
Namun cita-cita dan harapan tradisional dan ketepatan pemikiran
diatas agak terkendala disebabkan masih kontemporer (yajma‟a baina al-ashâlah
sedikitnya pendidikan akidah yang wa al-mu‟âsharah).
berorientasi kepada metode integratif Tidak heran jika pada tahun
yang berbasiskan keimanan, ditopang 2004, organisasi dunia untuk Studi Al-
oleh ilmu dan diwujudkan dengan Qurân (Jâizah Dabbi Al-Dauliyah Lil
perbuatan. Sangat jarang pemikir dan Qurân Al-Karîm), menjulukinya sebagai,
pendidik yang menjelaskan pendidikan syakshiyatul „alam Al-Islamî (pribadi
akidah tidak hanya persoalan dogmatis, khusus yang dimiliki oleh dunia Islam). 8
namun hal itu merupakan tuntutan akal, Hal itu karena beliau dapat
kewajiban untuk memenuhi perjanjian mengungkap secara integral ketelitian
serta kesesuaiannya dengan fitrah para ulama dan kemashyuharan para
seluruh manusia.
8 Silahkan di lihat di
Diantara pemikir yang jarang www.ar.wikipedia.org dengan
judul:‫ دمحم_سعيد_رمضان_البىطي‬. Diakses tanggal, 14
tersebut adalah Syeikh Muhammad Sa‟id April 2013.

4
Pendidikan Akidah:...(Abdul Mukit)
pemikir. Al-Buthi mampu menjadikan ahlussunnah wal jamâ‟ah, yang gencar
kekayaan khazanah klasik sebagai membela konsep-konsep Madzhab yang
modal besar untuk bertindak di zaman Empat dan aqidah Asy‟ariyah,
dan era yang baru saat ini. Dengan Mâturidiyah, Al-Ghazâli, dan lain-lain,
bekal pengetahuan mendalam dan dari rongrongan pemikiran Barat dan
wawasan komprehensif yang dimiliki ia pengkafiran sebagian golongan yang
mendapatkan penghargaan pada pada menganggap hanya merekalah yang
tahun 2012, dari Pusat Studi Ilmu Islam benar dalam hal agama. Berbekal
di Yordaniya (Markaz Al-Islamî Al-Milky pengetahuannya yang amat mendalam
Li Dirasat Islamiyah) yang dan diakui berbagai pihak, ia meredam
menempatkannya dalam barisan 500 banyak permasalahan yang timbul
ulama yang mempunyai pengaruh besar dengan fatwa-fatwanya yang bertabur
di dunia Islam. Beliau telah menulis 60 hujjah dari sumber yang sama yang
karya di berbagai bidang ilmu, mulai dijadikan dalil para lawan debatnya.
dari Pendidikan, Sejarah, Tasawuf, Ujaran-ujaran Al-Bûthî juga
Filsafat, Mantiq, Fikih, Dakwah dan menyejukkan bagi yang benar-benar
lainnya.9 ingin memahami pemikirannya.
Aktivitasnya sangat padat. Ia aktif Al-Bûthî bukan hanya seorang
mengikuti berbagai seminar dan yang pandai di bidang syari‟ah dan
konferensi tingkat dunia di berbagai bahasa, ia juga dikenal sebagai ulama
negara di Timur Tengah, Amerika, Sunni yang multidisipliner. Ia dikenal
maupun Eropa. Ia menjabat sebagai alim dalam ilmu filsafat dan akidah,
anggota di lembaga penelitian menguasai ulumul Qurân dan ulumul
kebudayaan Islam Kerajaan Yordania, hadits dengan cermat. Sewaktu-waktu ia
anggota Majelis Tinggi Penasihat melakukan kritik atas pemikiran filsafat
Yayasan Thabah Abu Dhabi, dan materialisme Barat, di sisi lain ia juga
anggota di Majelis Tinggi Senat di melakukan pembelaan atas ajaran dan
Universitas Oxford Inggris.10 pemikiran madzhab fiqih dan „aqîdah
Dalam hal pemikiran, Al-Bûthî ahlussunnah.11
dianggap sebagai tokoh ulama

9 Ibid Dapat
11 dilihat di
10 Ibid. :www.wiki.aswajanu.com dengan judul “Syeikh

5
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015

Gelar Doktornya diperoleh pada Sebagai bukti pengakuan


tahun 1965 juga dari universitas al-Azhar masyarakat terhadap keberhasilan
dengan disertasi berjudul, Dhawâbith dakwah Al-Bûthî, diterbitkannya
Al-Mashlahah fi Al-Syarî‟ah Al- disertasi doktoral karya Khalid Abdus
Islâmiyyah dengan nilai Summa Sami' Abdullah dengan judul, Manhaj
Cumlaude serta direkomendasikan Al-Duktur Muhammad Sa'id Ramadlan
untuk diterbitkan dengan biaya Al-Buthî fi Al-Da'wah ila Allâh dari
universitas dan diinstruksikan agar Fakultas Ushuluddin bidang dakwah dan
dipublikasikan di universitas lainnya (Al- kebudayaan Islam (Qismu al-Da'wah Al-
Syaraf Al-„Ulâ ma'a Al-Washiyyah bi Al- Tsaqâfah Al-Islâmiyyah) Universitas Al-
Thob'i „alâ nafaqotil jâmi'ah wa Al- Azhar. 14
Tabâdul ma'a Al-Jâmi‟atil ukhrâ).12 Berdasarkan latar belakang
Sepulang dari Kairo, Al-Bûthî diatas, maka pendidikan akidah sebagai
kemudian aktif didunia pendidikan, solusi liberalisasi pendidikan, sangat
menjadi pengajar di beberapa sekolah penting dikaji.
dan menjadi dosen di beberapa
B. Kajian Literatur
Universitas seperti Universitas al-
Pendidikan akidah yang oleh
Ladzikiyyah, universitas Damaskus Syiria
Nâsih „Ulwân disebutnya pendidikan
dan lain-lain. Pada tahun 1977 Ia
keimanan dimaksudkan untuk,
diangkat menjadi dekan Fakultas Syariah
“mengikat anak didik sejak akil-baligh
Universitas Damaskus dan mulai tahun
dengan dasar-dasar keimanan,
2002, menjabat sebagai Kepala
pembiasaan sejak dini mengenai rukun-
Departemen Akidah dan Agama (qism
rukun Islam, dan pengajaran sejak
Al-'Aqâid wa Al-Adyân) di Fakultas
beranjak dewasa (tamyîz) mengenai
tersebut.13
prinsip syariat yang mulia.”15

Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi”, diakses Muhammad Mahrus Ali, Studi


14

14 April 2013. Maslahah Perspektif Al-Buthi, Lihat www.as-


salafiyyah.com/2012, di akses tanggal 15 Maret
12 Penjelasan ini dapat dilihat di 2012. Lihat juga di buku, Kodifikasi
kitabnya “Dlawabit Al-Mashlahah fi Al-Syari‟ah Interdispliner, yang ditulis oleh Tim Kodifikasi
Al-Islamiyah yang diterbitkan Pustaka Muassasah Forum Diskusi FIKROH, Penerbit: Departemen
Al-Risalah, Damaskus, 1973 M. Pendidikan dan Dakwah Dewan Pimpinan Pusat
13 “Syeikh Muhammad Sa‟id Ramadlan Persatuan Pelajar Indonesia di Yaman, 2012,
Al-Buthi” di: www.wiki.aswajanu.com, diakses hlm.14
15 Nasih „Ulwan, Tarbiyah…, hlm. 155.
14 April 2013.

6
Pendidikan Akidah:...(Abdul Mukit)
Pendidikan keimanan bertujuan: sesama.17 Itu terjadi karena akidah
Pertama, membuka kehidupan anak merupakan mega proyek yang dibawa
dengan kalimat, Lâ Ilâha Illallâh. Kedua, oleh semua para Nabi dan Rasul. Mega
mengenalkan hukum halal dan haram proyek yang menyatukan mereka dan
kepada anak agar mengetahui perintah umat manusia dalam bingkai
Allah dan mampu melakasanakannya, universalitas yang sesungguhnya setelah
mengetahui larangan-Nya dan bersedia perbedaan ajaran (syariat) dari setiap
meninggalkannya. Ketiga, menyuruh Nabi dan Rasul sesuai dengan kondisi
anak beribadah di usia tujuh tahun agar dan situasi umat yang dihadapinya.
setelah dewasa cenderung mentaati
Allah dan bersandar kepada-Nya. ْ ِ ‫ك َج َعلْنَا ِمنْ ُ ُْك‬
‫ِشعَ ًة َو ِمْنْ َا ًجا‬ ٍّ ُ ‫ِل‬
Keempat, mendidikan anak untuk Bagi masing-masing dari kalian,
mencintai Rasulullah, keluarganya (ahl Kami berikan aturan dan jalan
yang terang. (QS. Al-Maidah
bait) dan membaca Al-Qurân.16 (5): 48)
Sesuai dengan Firman Allah swt:
Perbedaan syariat inilah yang
kemudian melahirkan istilah “syar‟u
‫ُوِح الَ ْي ِو َأن ا ُو‬ َ ِ ‫َو َما َأ ْر َسلْنَا ِم ْن قَ ْب‬
ِ ‫ِل ِم ْن َر ُسولٍ ا ال ن‬
ِ ِ man qablanâ la yulzimunâ, walaupun
ِ ُ‫َل ا َ ََل ا ال َأانَ فَا ْع ُبد‬
‫ون‬ akhirnya untuk kepentingan integral
ِ ِ
(jam‟u), Al-Râzî18 memilih klasifikasi
Dan Kami tidak mengutus
seorang Rasulpun sebelum kamu syari‟ah dalam dua hal, pertama,
melainkan Kami wahyukan
syari‟ah yang berhubungan dengan
kepadanya: "Bahwasanya tidak
ada Tuhan (yang hak) Ushûl Al-Dîn (ajaran pokok agama) dan
melainkan Aku, Maka
yang berhubungan dengan penjelasan
sembahlah AKU" (QS Al-Anbiya‟
(21): 25).
17
Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Adzim,
Pendidikan akidah merupakan Pustaka: Daru Al-Thaybah, 1422 H/ 2002 M,
vol.1, hlm.316
tugas dengan hak tertinggi yang harus 18 Guru besar, ahli dalam banyak bidang

(dzul funûn). Bernama lengkap Fakhruddin


dipenuhi, sebab darinya akan Muhammad bin Umar bin Husein Al-Quraisyi
dari Thabaristan. Pakar ushul (ushul fikih dan
melahirkan pemenuhan hak kepada ilmu kalam), ahli tafsir agung, brilian, bijak dan
banyak karyanya. Lahir tahun 544 H/1149 M di
Ray Thabaristan, Iran. Dan wafat pada hari idul
fitri tahun 606 H/ 1209 M, di Herat Afganistan.
Lihat Muhammad Al-Dahabi, Siyaru A‟lamin
Nubala‟, Beirut: Al-Risalah, 1422 H/ 2001 M,
16 Ibid, hlm.156-159. vol.21, hlm. 501.

7
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015

terhadap ajaran pokok yang mengalami percobaan didunia sehingga


dimungkinkan ijtihad (Furû‟ Al-Dîn).19 sebagian ada yang melupakannya,
Bahkan universalitas akidah tidak menjadi kufur dan senantiasa
hanya berhenti di situ saja, namun ia mengingatnya dengan penerimaan
adalah kontrak pertama dari semua iman.
manusia sebelum lahir ke dunia. Yang Urgensi pendidikan akidah juga
mengharuskannya menjadi orang diakui Al-Qurân ketika menceritakan
beragama dengan menempatkan hanya kehebatan para pejuang yang
Islam yang sesuai dengan fitrahnya. berlindung di Gua (Ashâb Al-Kahfi).
Hal itu dapat dengan jelas dilihat Berdasarkan kompetensi yang
melalui kesaksian berikut: ditetapkannya yaitu, selain kekuatan
masa muda (fityah) juga didasarkan
َ‫َألَ ْس ُت ِب َ ِبرّ ُ ُْك قَالُوا ب َ ََل َشيِدْ ان‬ kepada kekuatan iman (âmanû)

Bukankah aku ini Tuhanmu?" sehingga mendapatkan tambahan


mereka menjawab: "Benar petunjuk dan karunia yang melimpah
(Engkau Tuhan kami), Kami
menjadi saksi". (kami lakukan dari Allah swt. (zidnâhum hudan).21
yang demikian itu) (QS. Al- Pendidikan akidah adalah yang
A‟raf (7): 172).
pertama kali harus dipelajari muslim.22
Fitrah yang dengan sukarela
Hal ini sudah banyak disadari oleh
mengikatkan dirinya dengan perjanjian
berbagai pihak, baik pihak instansi
tersebut adalah fitrah wahdaniyah 20
pendidikan dan pemerintah di
(untuk mengesakan Allah) yang dibawa
Indonesia. Diterapkannya pendidikan
manusia sejak lahir namun kemudian
akidah sebagai kurikulum yang
diwujudkan dalam bahan ajar bernama
19 Al-Razi, Mafâtih Al-Ghaib, Beirut:
Darul Ilmiyah, 1425 H/ 2004 M, vol.6, hlm.73. akidah akhlak, menunjukan kesadaran
Klasifikasi ini, penulis kira lebih bijaksana ( wise)
dibandingkan penjelasan bahwa, yang pertama yang sudah mulai tumbuh dari semua
biasa disebut akidah dan yang kedua biasa
disebut syari‟ah. Hal itu karena dalam ranah instansi terkait. Bahwa persolan krisis
akidah masih ada pembagian yang bersifat
klasifikatif seperti diatas. Misalnya klasifikasi
moral dan multimensi yang dialami oleh
akidah menjadi; al-tsawabit wal mutghayyirat.
Ini lebih dapat diterima karena tidak semua
pembahasan dalam akidah yang diuraikan 21 QS. Al-Kahfi, ayat (13); ‫إنهم فتية آمنىا‬
ulama, menjadi tsawabit yang tidak boleh ‫بربهم وزدناهم هدي‬
berbeda pendapat sehingga klaim kebenaran 22 Abd Aziz ibn Abdil Fattah, Barnamij

yang bersifat arogansi tidak terjadi. „Amalî Lil Muttafiqin, Tha‟if-ksa; Maktabah Al-
20 Al-Razi, Mafatih …, vol.12, h.310. Shiddiq, 1990, hlm.18

8
Pendidikan Akidah:...(Abdul Mukit)
masyarakat disebabkan karena jauh dari akidah. Padahal sudah dijelaskan sejak
Tuhan dan nilai-nilai akidah yang benar. awal oleh ulama terdahulu seperti Al-
Namun pendidikan akidah yang Ghazâli, Ibn Rusyd, Ibn Taimiyah hingga
ditawarkan selama ini adalah akidah Muhammad Abduh bahwa agama dan
yang menitikberatkan kepada akal tidak untuk dipertentangkan, ia
penerimaan (dogmatis) saja. Bahwa Al- adalah saudara sepersusuan (ukhtu al-
Qurân itu benar dan semuanya harus radlî‟ah), agama ibarat cahaya matahari
diterima dengan kepercayaan dan iman. dan akal adalah mata yang
Sebenarnya pada kesimpulan ini, semua memandangnya, hanya mata yang sehat
umat muslim sepakat, namun yang dapat menikmati cahayanya.24
perbedaannya terletak pada cara agar Sulaiman Dun-ya menegaskan:
penerimaan tersebut menjadi kuat dan Sesungguhnya, saat saya melihat
manusia, yang tergambar adalah
kokoh.
ia yang bepikir. Bagaimana
Pendidikan akidah yang sering tidak demikian? Bukankah akal
merupakan unsur utama dalam
dikemukakan, menitikberatkan kepada
proses penciptaannya. Maka
ontologi (mengenai hakikat apa) dan berpikir adalah kebutuhan
primer akalnya seperti makan
aksiologi (mengenai manfaatnya) tanpa
sebagai kebutuhan primer
mempertimbangkan aspek epistemologi jasadnya.
(cara, metode untuk menggapainya).23 Dari itu, dibutuhkan pendidikan
Padahal ketiga aspek tersebut akidah integratif yang memuat tiga
seharusnya tidak terdikotomis dalam unsur pokok dalam aspek pembahasan
pembahasan materi pelajaran apalagi ilmu yaitu, aksiologi, epistemologi dan
terkait dengan akidah yang menjadi ontologi dengan melibatkan semua
dasar keimanan. Jarang sekali unsur yang berfungsi untuk
ditemukan pengajaran akidah dalam memperkokoh akidah meliputi, akal,
kurikulum pendidikan akidah yang empiris, wahyu. Agar dapat melahirkan
memuat tiga unsur tersebut. Bahkan keimanan yang kokoh yang, la yamîlu
seringkali ditemukan kecenderungan yumnatan wa lâ yusratan (tidak
untuk mengabaikan peran akal dalam terombang ambing) karena didasarkan

23 Istilah ini diungkapkan untuk


kepada ilmu. Pendidikan akidah yang
menjelaskan beberapa tahapan dalam Filsafat
Ilmu. Lihat Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, 24Untuk lebih jelas akan dipaparkan
Bandung; Rosdakarya. 2009, hlm. 22-26. pada bab berikutnya.

9
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015

mampu mengeluarkan manusia dari Kondisi yang kompleks tersebut akan


kegelapan bodoh dan sikap sombong. segera dihadapi baik secara sengaja atau
Mendasarkan pengetahuan terhadap tidak oleh peserta didik. Diharapkan
“ilmu” hakiki. Ilmu yang dapat dengan membekali mereka sejak dini-
mengatarkan manusia mengenal Tuhan dimulai sejak pendidikan tingkat dasar
secara sempurna. dan berlanjut ke tingkat perguruan
Sebagaimana tuntutan ayat: tinggi- akan melahirkan pelajar yang
mempunyai daya kemampuan akal dan
‫فَا ْع َ َْل َأن ا ُو َل ا َ ََل ا ال ااَّلل‬ keterampilan yang dapat bersaing yang
ِ ِ
Maka ketahuilah, bahwa ditopang oleh keimanan yang kuat
Sesungguhnya tidak ada Tuhan berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa,
selain Allah... (QS. Muhammad
(47): (19). Allah swt. sebagaimana amanah
konstitusi dan UUD 1945.
Terlebih lagi di masa global
Al-Bûthî menjelaskan bahwa
sekarang yang melahirkan tantangan
akidah adalah dasar keislaman. Dan
kompleks bagi setiap muslim. Tantangan
Islam sebagai agama yang membawa
liberalisasi yang begitu “menggurita”
rahmat untuk semua, rahmatan lil
sudah masuk ke semua aliran darah
„alamin, sudah seharusnya ia
anak banga. Virus liberasisi ini, wajib
mempunyai konsep akidah yang dapat
segera dicarikan penawarnya jika
diterima semua akal manusia yang
penyakit umat ingin segera di obati.
diciptakan sama oleh Allah swt.
Begitupun tantangan aspirasi dan
Melalui pendekatan integratif
idealitas umat manusia yang disebutkan
dalam pendidikan akidah, Al-Bûthî tidak
diatas, dan tantangan akidah pada
hanya mengajak umat Islam untuk
ranah perang pemikiran (ghazw al-fikr),
memperkuat akidahnya, namun seluruh
hegemoni Barat di satu sisi, dan
umat manusia agar beriman hanya
gelombang hedonisasi di sisi lain.25
kepada Allah swt. saja. Diawali dengan

25 Hal ini pernah disampaikan oleh guru


logika dasar yang diterima oleh semua,
penulis, Dr. Nirwan Syafrin pada mata kuliah, Al-Bûthî mencoba untuk menjadikan
Filsafat Ilmu di Pasca Sarjana bahwa, umat Islam
membutuhkan pendidikan akidah yang baru, akidah sebagai agenda universal.
yaitu materi ilmu Kalam baru untuk
menyelamatkan akidah umat dari serangan Ia memulai kajiannya dengan
global yang dilancarkan Barat dan musuh dalam
selimut. metode ilmiah (manhaj „ilmî), mengenai
10
Pendidikan Akidah:...(Abdul Mukit)
makna ilmu hakiki, tentu saja metode jika tidak demikian, akan terjadi krisis
ilmiah dari akal seorang Muslim yang dahsat seperti pesan Imam Al-Ghazâli:
khas dan khusus. Persis sama dengan Al-
Ghazâli ketika mengkritik tajam
ِ ‫َم ِن ْازدَا َد ِعلْامً َولَ ْم يَ ْز َد ْد ىُدً ى لَ ْم يَ ْز َد ْد ُه ِم َن‬
‫هللا ا ال‬
ِ
“falâsifah” dalam kitab “Tahâfut Al- 26
.‫بُ ْعدً ا‬
Falâsifah”.
Beranjak dari metode tersebut, Barangsiapa bertambah
ilmunya, namun tidak (disertai
akhirnya beliau berusaha membuat dengan) bertambahnya hidayah,
konsep akidah yang diformat dalam, Al- maka hanya akan semakin
bertambah jauh dari Allah.
Ilâhiyyât (ketuhanan), Al-Nubuwwât
Bagi Al-Bûthî, ilmu adalah
(kenabian), Al-Kauniyyât (alam
hakikat sesuatu. Menurutnya, metode
kosmos), bahkan Al-Ghaibiyyât (supra
Barat tidak mengantarkan mereka
rasional) pun menjadi konsep yang
menuju hakikat tersebut, maka secara
dapat dipertanggung jawabkan secara
otomatis metode tersebut tidak dapat
universal kepada seluruh umat manusia.
dikategorikan ilmiah. Al-Bûthî tidak
Dalam menguraikan
setuju dengan tabel diatas yang
pendapatnya, Al-Bûthî mengikuti Al-
memposisikan metode ilmiah hanya
Ghazâli, meminimalisir menggunakan
dapat diberlakukan pada ranah empiris
metode debat yang tidak berujung
saja. Karena tidak hanya sain yang
sebagaimana banyak digunakan oleh
dapat menggunakan metode ilmiah,
ulama kalam.
objek yang abstrak-rasional dapat
Kelebihan pendekatan semacam
memakai metode ilmiah juga. Hal itu
ini akan terlihat pada objek pengajaran
didasarkan kepada pengertian ilmiah
pendidikan akidah yang tidak hanya
yang berasal dari ilmu yang membahas
dapat membuat peserta didik muslim
tentang hakikat sesuatu. Hanya wilayah
menjadi semakin kokoh keimanannya,
namun ia dengan bangga dapat Hadits ini diriwayatkan dari Ali oleh
26

Abu Manshur Al-Dailami dengan sanad lemah


mengatakan kepada dunia bahwa, saya (dla‟if). Sedangkan Ibn Hibban
muslim dan saya bangga, kalau tidak meriwayatkannya di kitab “Raudlah Al-„Uqala‟”
melalui jalur yang terhenti (mawquf) pada
percaya, mari kita diskusi! Hasan bin Ali. Juga Abu Al-Fath Al-Azdi yang
menilainya lemah. . Lihat Al-„Iraqi, Al-Mughni
Antara ilmu-iman-amal harus „an hamli Al-Asfar fi Al-Asfar fi Takhrij ma fi Al-
Ihya‟ min Al-Akhbar‟, Libanon: Dar Ibn Hazm,
menyatu kuat tak terpisahkan. Karena 2005, Vol.1, hlm.140.

11
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015

abstrak-supra rasional saja yang mengungkap kebenaran terangkum


membutuhkan metode iman namun ia dalam kaidah dasar yaitu:
adalah mata rantai yang terkait dengan “Apabila anda melakukan
kepercayaan yang juga ditetapkan pengutipan, maka harus dilakukan
melalui metode ilmiah. dengan benar (sahîh). Dan apabila
Menurut Al-Bûthî, metode untuk menyampaikan klaim, maka harus
mengungkap “haqîqah” dalam berdasarkan dalil (inkunta nâqilan fa al-
pemikiran Islam yang dijelaskan sangat shihhah, aw mudda‟iyan fa al-dalîl).” 28
terperinci, dibangun atas landasan Kaidah ini menyampaikan dua
agama. Agama yang mendorong untuk hal penting yaitu, pengutipan yang
melahirkan usaha, konsep, teori dan benar dan klaim yang harus berdasar.
istilah-istilah ilmiah secara sistematis dan Dua hal ini saling berkaitan erat, klaim
holistik. Dorongan tersebut terlihat jelas tentang sesuatu yang didasarkan pada
dari firman Allah SWT. (QS. Al-Isra‟ data pendukung, melalui data tersebut
(17): 36) yang melarang mengikuti dilakukan analisa, selanjutnya menjadi
sesuatu tanpa dasar ilmu, dan prasangka kesimpulan yang disebut dalil. Maka,
yang tak berdasar. (QS. Yunus (10): 36) seberapa berdasar sebuah klaim, sangat
yang mendasari agar bangunan ditentukan oleh seberapa valid data
pemikiran apapun, termasuk akidah yang disampaikan. Kesalahan dalam
harus didasarkan terhadap metode akal validasi data akan berdampak terhadap
pasti yang dapat mengungkap kesalahan analisa yang akan melahirkan
kebenaran.27 Inilah yang digagas oleh kesimpulan yang salah juga. Itulah
para Teolog muslim sebagai syarat mengapa ulama Islam dari dulu sangat
sahnya keimanan agar didasarkan
kepada pengetahuan yang pasti, ilmu 28
Ibid, hlm. 34 Al-Buthi konsisten
dalam berpijak terhadap kedua metodologi
bukan taqlîd dan ikut-ikutan belaka. tersebut. Dalam setiap karyanya, seperti pada
beberapa karyanya, Al-Sirah Al-Nabawiyah,
Al-Buthi membandingkan dan “Naqd Al-tarikh” yang ditujukan kepada
Ahmad Syakir, juga kritikan terhadap Barat
metodologi Islam dan Barat dalam seperti dikaryanya “Al-Islam Wa Al-Gharb” dan
mengungkap kebenaran. Menurut Al- “Al-madzahib Al-Tauhidiyah Walfalsafat Al-
mu‟ashirah”, kritikan terhadap kelompok lain
Bûthî, metode ulama muslim untuk seperti dalam bukunya “Alla Madhabiyah
Akhtharu Bid‟atin Tuhaddidu Al-Syari‟ah Al-
Islamiyah” dan “Salafiyah Marhalah Zamaniyah
27 Al-Buthi, Kubra Al-Yaqiniyyat Al- Mubarakah”. Yang akan dijabarkan pada
Kauniyyah, hlm. 32 pembahasan selanjutnya.

12
Pendidikan Akidah:...(Abdul Mukit)
memperhatikan dua hal tersebut yaitu, Kindî, Al-Fârâbî, Al-Ghazâlî, Ibn Rusyd
antara data, cara menverifikasinya, serta hingga Abduh dan Jamaluddîn Al-
analisa dan kesimpulannya. Bahkan Afghânî. Kebenaran tidak pernah
ulama muslim tidak berhenti sampai di dimusuhi dan akan tetap benar di
situ, lebih dalam lagi mereka membahas manapun berada, di sampaikan oleh
kualifikasi dan kompetensi nara sumber, siapa saja, dan di dasarkan kepada dalil.
si pemberi data tersebut yang terurai Pemikir Mesir, Muhammad
lengkap dalam disiplin ilmu mushtalah „Amârah meringkasnya dalam komentar
al-hadits, jarh wa al-ta‟dlîl, dan tarâjum berikut:
al-rijâl. Karena antara data, analisa dan
Metode Al-Kindî: muslim
nara sumbernya merupakan rangkaian diciptakan agar tidak pernah
mata rantai yang saling terikat. malu mengakui kebenaran
darimanapun ia berasal. Ibn
Dasar inilah yang dijadikan Rusyd: Kita juga harus belajar
pijakan ulama muslim untuk dan menerima padangan para
pendahulu kita dalam hal
menetapkan Pencipta, bahwa setiap kebenaran, baik yang seagama
ciptaan pasti ada yang menciptakannya maupun tidak. Jamaluddin Al-
Afghânî: Sesungguhnya ayah
yaitu Allah SWT. setiap metode yang dan ibu ilmu adalah dalil. Yang
dibangun oleh ulama Islam didasarkan dimaksud dalil bukan pribadi
Aristoteles maupun Galileo…
kepada istiqrâ‟, baik itu iltizâm maupun Kebenaran akan dicapai jika
„illah yang membuat bangunan dalil sudah terlihat.30

paradigma keyakinan mereka kokoh Bahkan dengan tegas Al-Ghazâlî31


atas dasar: panca indera dan akal yang sejak lama mengingatkan agar tidak
sehat serta khabar shâdiq yang jelas. 29
terjebak dalam fanatisme madzhab yang
Ulama muslim sudah sejak lama membuatnya menutup mata terhadap
berbicara mengenai metodologi kebenaran yang ada pada madzhab
mengungkap “haqîqah” ini. Ilmu yang lainnya. Pencarian kebenaran melalui
dipahami secara benar dan penalaran, akan melepaskan diri dari
komprehensif menjadi landasan dan kungkungan taklid buta. Keharusan
pijakan utama. Metode tersebut sudah
Muhammad „Amarah, Al-Islam baina
30

lama disuarakan oleh muslim sejak Al- Al -Tanwir wa Al-Tazwir, Kairo: Dar Al-Syuruq,
2004, hlm.17
31 Al-Ghazali, Mizan Al-„Amal, tahqiq:

Sulaiman Dun-ya, Mesir: Dar Al-Ma‟arif, cet. Ke


29 Ibid, hlm. 46 I, 1964, hlm.11

13
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015

seorang mukmin untuk memungut memandang, hanya kesunyian dan


kebenaran dimanapun ditemukan kebodohan yang terlihat.34
melalui penalaran bukan taqlîd, karena Alasan mengapa Barat hingga
hikmah merupakan barang mukmin saat ini tidak punya tradisi dalam
yang hilang, di manapun di temukan, merumuskan dan membangun validitas
maka perlu diambil olehnya.32 berita secara objektif dan proporsional
Sedangkan metode ilmiah dalam sesuai dengan metode ilmiah,
pemikiran Barat, menurut al-Buthi, disebabkan karena Barat tidak
hanya bersandar kepada dua kaidah mempunyai tradisi yang di bangun lama
yang ia bahasakan, “informasi yang di melalui sejarah seperti dalam Islam.35
harapkan terwujud, dan klaim yang Berawal dari perbedaan metode
ingin di anggap benar (khabarun yurâdu penerimaan informasi inilah, Islam dan
tahqîquhu, wa da‟wâ yurâdu al-taakkud Barat melahirkan hasil yang juga
min shihhatihâ).”33 berbeda.
Perbedaan Islam dan Barat Al-Bûthî mencontohkan
dalam melihat realitas alam raya adalah, perbedaan tersebut saat melihat konsep
bahwa Islam melihatnya sebagai entitas wahyu. Ulama Islam memahinya
satu kesatuan yang tidak terpisahkan, berangkat dari dua metodologi,
menyatu erat melalui tauhid kepada pertama, verifikasi riwayat dalam matan
Penciptanya. Semua itu dilakukannya dan sanad, yang berujung bahwa,
hanya semata-mata untuk melaksakan wahyu yang diterima Rasul berasal dari
perintah yang diberikan Allah kepada jalur yang sah dengan muatan isi yang
dirinya. Sedangkan Barat melihat alam juga sah, melalui jalur mutawâtir.
raya sebagai realitas yang berserakan, Kedua, metode istiqrâ‟ yang holistik
tidak di ketahui darimana berasal. melalui dasar iltizâm dan qiyâs. Kedua
Sejauh dan sedalam apapun mereka metode tersebut mengantarkan kepada
kesimpulan yang pasti bahwa, wahyu
yang diterima nabi adalah kebenaran
32 Hikmah adalah barang mukmin yang yang berdiri sendiri, berasal dari luar diri
hilang merupakan redaksi hadits: ‫ض َّالةُ ْال ُمؤْ مِ ِه‬ َ ُ‫ْالحِ ْك َمة‬
ُّ َ
‫فَ َحيْث َو َجدَهَا فَ ُه َى أ َحق بِ َها‬. Hadits dinilai hadits gharib.
ُ
Karena menurut Al-Tirmidzi, Ibrahim bin Fudlail
dinilai lemah hafalannya. Sunan Al-Tirmidzi, 34 Ibid, hlm.37
hadits no. 2611 35 Al-Buthi, Kubra Al-Yaqiniyyat Al-
33 Ibid, hlm. 33 Kauniyyah, hlm.49
14
Pendidikan Akidah:...(Abdul Mukit)
Rasul bukan dari perasaan, pemikiran, mayoritas Arab muslim pada saat itu.
usaha, dan keinginan Rasul SAW. Padahal jika ditelaah, pernyataan
Sedangkan Barat melihat wahyu tersebut hanya disampaikan oleh satu
berangkat dari anggapan bahwa, kata orang Arab pedalaman (a‟rabî) dalam
wahyu adalah peristiwa yang tidak kisah yang disebutkan Asma‟î yang
diketahui, dilahirkan sejarah, diriwayatkan oleh Al-Mubarrad di
penggunaan asumsi, dugaan, dan kitabnya Al-Kâmîl dengan menegaskan
khayalan yang menyimpulkan bahwa, lemahnya riwayat tersebut.37
wahyu berasal dari dalam Rasul, bahkan Al-Bûthî memulai pembahasan
ada yang mengatakan bahwa ia hanya akidah dengan menggulirkan
sekedar ucapan yang keluar saat Rasul pertanyaan sebagian orang yang tidak
mengigau.36 Hal tersebut berasal dari kenal Allah yaitu, apa pentingnya
khayalan dan bayangan yang jauh dari akidah yang benar bagi manusia?
metode ilmiah karena Barat tidak Kenapa Tuhan tidak membiarkan
pernah punya tradisi pengutipan hamba-Nya melakukan apa dia suka,
riwayat yang jelas. Al-Bûthî apa manfaatnya bagi Tuhan jika hamba
mencontohkan upaya ceroboh yang berbuat sesuai dengan keinginan-Nya?
dilakukan Barat ketika berbicara tentang
Islam.
Seperti yang dilakukan oleh Van 37 Hal ini disampaikan terperinci oleh
Al-Buthi dalam bukunya “Pembelaan Terhadap
Kremer dan Ignaz Godzilher yang Islam dan Sejarah (Difa‟ „an Al-Islam wa Al-
Tarikh)” saat mengkritik Syakir Mushtafa secara
menyatakan bahwa muslim melakukan telak. Disebutnya bahwa Syakir Mushtafa tutup
mata dan sangat patuh kepada orientalisme
pembahasan aneh ketika macam God Zilher dan Van Caramer. Ia dengan
mempertanyakan apakah mungkin bangganya mengutip pendapat orientalis untuk
merendahkan nenek moyangnya sendiri
seorang „ajami (non Arab) menikahi (muslim). Padahal pernyataan tersebut hanya
disampaikan oleh seorang-tidak lebih-
wanita Arab di surga? Pernyataan ini pedalaman (bâdiyah) kemudian dijadikan justice
resmi bagi seluruh muslim pada masa daulah
disampaikan dengan maksud rasisme Abbasiyah. Al-Buthi juga mengkritik pedas
komentar Syakir Musthafa melalui lisan Kremer
yang di lakukan bangsa Arab pada ketika mengatakan khazanah fiqh Islam berasal
proses penaklukan sambil digambarkan dari Yunani dan Murjiah berasal darinya
sedangkan madzhab dan madrasah Abu Hanifah
bahwa pendapat tersebut berasal dari dibangun atas dasar akidah Murjiah. Al-Buthi
juga membantah tuduhan Syakir Mushtafa
mengenai politik ekonomi Umar. Al-Buthi, Difa‟
„an Al-Islam wa Al-Tarikh, Damaskus: Darul Fikr,
36 Ibid, hlm.51 tnp.thn. hlm. 19, 27.

15
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015

Jawaban yang sederhana bahwa kepada Tuannya, dan ia menjadi bebas


ciptaan Allah yang bernama manusia dari jeratan hawa nafsu serta berada
tersebut adalah tuan di Bumi (khalifah), pada kesetaraan sejati diantara para
ia diberikan berbagai perangkat, manusia lainnya.39
kekuatan dan bekal kemampuan untuk Al-Buhti menjelaskan bahwa
dapat mengemban tugasnya di bumi. akidah menempati posisi utama dalam
Namun kekuatan, kemampuan dalam bangunan Islam, karena ia adalah
menggunakan bekal berpotensi negatif, pondasi keberislaman. Akidah yang
dapat melahirkan bahaya dan bencana benar tidak mungkin mendua, ia hanya
besar bagi alam semesta. Dan satu- tunggal dan sama dari pertama hingga
satunya yang dapat mencegah potensi akhir. Dari nabi Adam as. hingga nabi
negatif tersebut adalah agama. Itulah Muhammad SAW. Hal itu dijelaskan
mengapa ia membutuhkan tuntunan (QS. Al-Anbiya‟ (21): 25), (QS. Al-Syura
akidah yang benar agar dapat (42): 31), (QS. Ali Imran (3): 37, 125),
menggunakan potensi yang dibawanya (QS. Al-A‟raf (7): 125-126).
dengan memadukan khilafah, kekuatan Al-Bûthî membantah istilah
bersama ibadah, ketaatan.38 Akidah agama-agama langit “adyân
yang mengantarkan kepada ketaatan samâwiyah”, karena menurutnya akidah
dan membebaskan manusia dari jeratan bertendensi keyakinan, ia dapat
belenggu syahwat yang menghancurkan. mewakili kata agama “dîn”, yang
Akidah yang berbicara kepada akal bersumber dari wahyu Yang Maha Esa,
dengan ilmu bahwa Allah adalah Tuhan pasti benar, berbeda dengan syariat
yang menciptakan segala yang ada, yang bertendensi kepada mashâlih
Penguasa sesungguhnya, Maha Kuasa manusia.40
dan Maha Tahu atas segala sesuatu. Dalam pembahasan akidah Islam,
Jika seorang berada pada tahap Al-Bûthî membaginya dalam empat
kesadaran seperti ini, ia akan istilah yaitu, ketuhanan (ilâhiyyât),
mempersembahkan penghambaan kenabian (nubuwwât), alam raya
hanya kepada satu Tuhan, potensi (kauniyyât), supra rasioanl (ghaibiyyât).
negatif tersebut akan menjadi jinak

38Al-Buthi, Kubra Al-Yaqiniyyat Al- 39 Ibid, hlm.67


Kauniyyah, hlm.66-67 40 Ibid, hlm.72
16
Pendidikan Akidah:...(Abdul Mukit)
C. Metodologi Penelitian ada untuk kemudian dijelaskan dan
Metode penelitian ialah cara selanjutnya diberi penilaian.41
kerja meneliti, mengkaji dan
3. Sumber Data
menganalisis objek sasaran penelitian
Data yang digunakan dalam
untuk mencari hasil atau kesimpulan
penelitian ini diambil dengan
tertentu.
menelusuri, mengumpulkan, dan
Karena penelitian ini bersifat
meneliti berbagai referensi yang
studi teks, maka salah satu cara adalah
berkaitan dengan dengan tema yang
survei literature yaitu mencari dan
diangkat. Sumber data dalam penelitian
mempelajai bahan-bahan tertulis yang
pustaka ini dibagi menjadi dua, yakni
berkaitan dengan objek kajian teks
data primer dan data sekunder.
tersebut.
a. Data Primer
1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, yang
Penelitian ini berjenis kualitatatif, menjadi data primer adalah buku teks
yaitu dengan penelitian pustaka (library “Kubrâ Al-Yaqiniyyât Al-Kauniyah;
research), yakni dengan menelusuri data Wujûd Al-Khâliq wa Wadzifât Al-
pustaka yang ada dalam buku serta Maklûq”cetakan (Damaskus, Darul Fikr,
melengkapinya dengan pustaka lain 1997).
yang berhubungan dengan kajian b. Data Sekunder
tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan Data sekunder adalah semua data
membaca, menelaah, dan menganalisis yang berhubungan dengan kajian
content buku dan didukung berbagai pendidikan akidah, baik berupa buku,
literatur yang berhubungan jurnal, artikel-artikel yang tersebar di
dengannnya. situs-situs internet, dan data lain yang
relevan dengan kajian penelitian ini.
2. Sifat Penelitian
Terutama buku-buku yang ditulis oleh
Penelitian ini bersifat deskriptif-
Syeikh Al-Bûthî sendiri seperti; (Naqd
analitik, yakni penelitian yang berfungsi
Awhâm Mâddiyah Al-Jadalyiyah,
untuk menyelesaikan masalah melalui
Damaskus: Dar Al-Fikr, 1985 M), (Al-
pengumpulan, penyusunan, dan proses
analisa mendalam terhadap data yang 41Rianto Adi, Metodologi Penelitian
Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, 2004, hlm.
128.

17
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015

Islâm Maladzâ Kulli Al-Mujtama‟ât Al- pemikiran Syeikh Al-Bûthî dalam


Insâniyah: Li mâdzâ wa Kaifa?, pendidikan akidah.42
Libanon-Damaskus: Dar Al-Fikr, ), (Al-
5. Analisis Data
„Uqûbât Al-Islâmiyah wa „Uqdah Al-
Sesuai dengan sifat penelitian ini
Tanâqûdl Bainahâ wa Baina Mâ
(library research), data primer dan
Yusamma bi Thabî‟ât Al-„Ashr,
sekunder di atas ditelusuri dengan
diterbitkan Majlis Wathani Li Al-
menggunakan metode content analysis
Tsaqafah Wa Al-Funun Wa Al-Adab
(analisis isi). Analisis isi digunakan untuk
Kuwait, 2002), (Al-Islâm wa „Ashr: Al-
mengungkap isi dari data-data di atas
Tahaddiyât wa Âfâq, Beirut: Dar Al-Fikr,
untuk kemudian disajikan dalam sebuah
1999 M), (Al-Lâ Madzhabiyyah Akhtaru
narasi yang memuat tema dan
Bid'atin Tuhaddidu Al-Syarî'ah Al-
signifikansi masalah yang penulis kaji.
Islâmiyyah, Damaskus: Dar Al-Farabi,
Untuk menggunakan analisis isi ini,
2005), (Al-Jihâd fi Al-Islâm: Kaifa
penulis menggunakan metode sebagai
Nafahamuhû wa Kaifa Numârisuhu?,
berikut:
Damaskus: Dar Al-Fikr, 1993 M) dan
a. Deduktif
lainnya.
Yakni menganalisis data yang
4. Pendekatan bersifat umum, untuk kemudian ditarik
Penelitian ini memakai menjadi kesimpulan yang bersifat
pendekatan teologis-filosofis. khusus.43 Metode deduktif ini digunakan
Pendekatan teologis digunakan untuk untuk menganalisis semua data yang ada
mengetahui corak pemikiran keagamaan dalam buku objek kajian serta data
Syeikh Al-Bûthî. Sedangkan pendekatan lainnya, kemudian ditarik satu
filosofis adalah pendekatan yang bersifat kesimpulan dari data-data tersebut.
menyeluruh, mendasar, radikal dan b. Induktif
speklulatif. Pendekatan ini berguna
untuk memahami esensi dan substansi

42 Juju S. Sumatri, Filsafat Ilmu: Sebuah


Pengantar Populer, Jakarta; Pustaka Sinar
Harapan, 1988, h.20.
43 Sudatro, Metode Penelitian Filsafat,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, hlm. 42.

18
Pendidikan Akidah:...(Abdul Mukit)
Yaitu menganalisis berbagai fakta tauhid, sehingga melahirkan wordview
dan data, kemudian digeneralisasikan integral, komprehensif dalam
menjadi sebuah statemen.44 Metode memandang entitas kehidupan.
induktif digunakan untuk menganalisis Pada tahap selanjutnya, ranah
data yang berbentuk argumentasi, klaim supra rasional (ghaibiyyat) menjadi
maupun lainnya yang ada pada objek orientasi jelas meyakinkan dari semua
kajian penelitian, kemudian ditarik tujuan setiap tindakan manusia di dunia.
kesimpulan yang bersifat umum. Ghaibiyyât bukan lagi di persoalkan dan
di perdebatkan sebab tidak terindera,
D. Hasil dan Pembahasan
namun ia adalah tujuan utama dari
Melalui uraian tangkas dan
pergerakan langkah dan perbuatan
kritikan cerdas inilah, Al-Bûthî
manusia. Dari empat titik ini, akan lahir
menjelaskan seluruh konsep akidah yang
manusia seutuhnya, insân kâmil yang
dimaksudkannya dan menempatkannya
cerdas akalnya, kuat imannya, dan baik
dalam agenda universal untuk semua
akhlaknya.
umat manusia.
Berikut dijelaskan dalam bentuk
Konsep akidah melalui empat
tabel berikut ini :
bagian yang di gagas Al-Bûthî meliputi:
ketuhanan (Ilahiyyât), kenabian
(Nubuwwât), alam raya (Kauniyyât),
dan Supra Rasional (Ghaibiyyât),
merupakan rumusan pendidikan akidah
yang holistik, berbeda dengan beberapa
konsep yang pernah ditawarkan oleh
pemikir lainnya. Dengan menempatkan
ketuhanan (Ilahiyyât) dan kenabian
(Nubuwwât) sebagai dasar pijakan
konstruksi akidah dalam hati yang
menuntut implikasi untuk melihat alam
raya (kauniyyât) dengan paradigma
44 Suharsimi Ari Kunto, Prosedur
Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, cet. ke-10,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, hlm. 42.

19
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015

TOPIK AL-BÛTHÎ
Adalah bimbingan dan arahan untuk
meyakini kebenaran-kebenaran yang
Pegertian Pendidikan Allah wajibkan kepada setiap hamba-
Nya, dibawa oleh para rasul mulai nabi
Adam hingga nabi Muhammad SAW,
ditetapkan melalui kabar mutawatir
(wahyu) dan dibenarkan oleh akal.
Landasan Teologis A-Qur‟an, Hadits, Ijma‟ dan pendapat
para ulama
Dapat memiliki keyakinan kokoh yang
diwujudkan dalam bentuk tutur kata dan
perilaku dalam menjalankan tugasnya
Tujuan sebagai pemakmur bumi (khilafah fil
ardl) dan menjadi hamba Allah yang
sempurna tidak berlaku dzalim dan
bodoh.
Al-Ilahiyyat (Ketuhanan), Al-Nubuwwat
(Kenabian), Al-Kauniyyat (Kosmos dan
makhluk alam semesta, termasuk
manusia, malaikat, jin dan pembahasa
Kurikulum mengenai hukum cause and effect).
Harus bersifat responsif terhapadap
perkembangan pemikiran kontemporer
baik yang diadopsi oleh barat atau
lainnya.
Metode dialogis: jadali, washfi. Metode
ibrah dan mu‟idzah. Metode
demontstatif Metode ceramah. Metode
Metodologi keteladanan. Metode targhib dan tarhib
(reward and punishmen). Yang

20
Pendidikan Akidah:...(Abdul Mukit)
ditekankan bermuata lmiah: -Seleksi
berita yang benar dan dakwaan yang
dapat dibukitkan. – qiyas, responsif, dan
research akar persoalan secara
mendalam.
Dalam bentuk perkataan, perbatan dan
peilaku. Indikasinya dalah :menjauhi
syirik dan pengingkaran terhadap Allah
Evaluasi SWT, maksiat baik yang besar maupun
kecil. Selektif dalam menentukan sikap
dan menerima informasi.

pandangan para ulama ahl sunnah wal


E. Penutup jama‟ah selain juga merespon berbagai
1. Kesimpulan pandangan yang dianggap bermanfaat
Dari kajian dan pembahasan untuk diadopasi setelah dilakukan
mengenai pendidikan akidah menurut seleksi. Pendidikan akidah tersebut
Al-Bûthî sebagaimana telah bertujuan untuk membentuk pribadi
dikemukakan dalam bab-bab terdahulu. yang memiliki keyakinan kokoh yang
Untuk menjawab rumusan permasalah diwujudkan dalam bentuk tutur kata
yang diajukan pada bab I, maka dapat dan perilaku untuk menjalankan
ditarik kesimpulan secara umum sebagai tugasnya sebagai pemakmur bumi
berikut: (khilafah fil ardl) dan menjadi hamba
Pertama, Dari uraian diatas Allah yang sempurna tidak berlaku
ditemukan bahwa pendidikan akidah dzalim dan bodoh. Metode pendidikan
menurut Al-Bûthî, merupakan akidah selain ceramah, demontratif,
seperangkat kebenaran-kebaranaran ibrah dan ma‟idzah, targhib dan tarhib,
yang diwajibkan oleh Allah dan harus Al-Bûthî menitik beratkan
diyakini secara kokoh. Landasan teologis metodologinya untuk bersifat dialogis
pendidikan akidah dimaksud harus (hiwar), karena hal tersebut akan
didasarkan kepada Al-Qur‟an dan melahirkan pembicaraan dari dua arah,
Hadist sebagai sumber primer dan sehingga dapat memunculkan
21
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015

kesimpulan utuh. Kurikulum pendidikan perdebatkan sebab tidak terindera,


akidah menurut Al-Bûthî harus memuat namun ia adalah tujuan utama dari
unsur-unsur fundamental dalam akidah pergerakan langkah dan perbuatan
secara jelas ditegaskan oleh Al-Qur‟an manusia. Dari empat titik ini, akan lahir
dan hadits dan diakui ulama sebagai manusia seutuhnya, insân kâmil yang
ma‟lum min al-din bid dlarurah. Dan cerdas akalnya, kuat imannya, dan baik
semuanya harus dijaga dan diawasi akhlaknya.
melalui sistem evalusi intens dan Kedua, Aplikasi dari pendidikan
terprogram dengan baik. Dari akidah dimaksud yaitu akidah akan
penjelasan diatas ditemukan bahwa dijadikan sebagai agenda universal
konsep akidah melalui empat bagian untuk menyatukan umat manusia dalam
yang di gagas Al-Bûthî meliputi: pen-tauhidan kepada Allah Yang Maha
ketuhanan (Ilahiyyât), kenabian Esa sehingga membentuk pribadi yang
(Nubuwwât), alam raya (Kauniyyât), mempunyai keyakinan kokoh ditopang
dan Supra Rasional (Ghaibiyyât), oleh ilmu hakiki, perbuatan terpuji dan
merupakan rumusan pendidikan akidah perilaku mulia. Rumusan tujuan
yang holistik, berbeda dengan beberapa pendidikan akidah yang memuat
konsep yang pernah ditawarkan oleh keterpaduan antara keyakinan (qalb)
pemikir lainnya. Dengan menempatkan dan perilaku („amal), antara tugas
ketuhanan (Ilahiyyât) dan kenabian manusia sebagai seorang hamba („ibad)
(Nubuwwât) sebagai dasar pijakan dan pemakmur bumi (khalifah) akan
konstruksi akidah dalam hati yang mampu melahirkan pribadi yang
menuntut implikasi untuk melihat alam integral, holistik dan tidak parsial.
raya (kauniyyât) dengan paradigma Rumusan ini menjadi acuan dalam
tauhid, sehingga melahirkan wordview setiap pembuatan program. Kurikulum
integral, komprehensif dalam diatas akan dapat secara bijaksana
memandang entitas kehidupan. Pada melihat persoalan utama yang dihadapi
tahap selanjutnya, ranah supra rasional umat (subtansial), tidak menebarkan
(ghaibiyyat) menjadi orientasi jelas konflik dari sejarah klasik yang tidak
meyakinkan dari semua tujuan setiap berujung. Metodologi yang bersifat
tindakan manusia di dunia. Ghaibiyyât dialogis (hiwâr), karena hal tersebut
bukan lagi di persoalkan dan di akan melahirkan pembicaraan dari dua
22
Pendidikan Akidah:...(Abdul Mukit)
arah, sehingga dapat memunculkan berpenduduk mayoritas muslm. Islam di
kesimpulan utuh. Guru memposisikan Indonesia seharusnya menjadi dasar nilai
peserta didik sebagai pelaku dan ikut dan sistem perilaku masyarakat. Di
serta untuk menjawab setiap tengah pendidikan yang lebih bersifat
pertanyaannya. Hal ini akan melahirkan formalistik dan verbalistik era serakang
rasa tanggung jawab dan tumbuhnya yang hanya menekankan aspek
kepercayaan diri dari peserta didik. pengajaran (kognitif) dan mengabaikan
Evaluasi yang dapat menjadi barometer pembentukan psikomotorik dan afektif
terhadap perilaku peserta didik dalam peserta didik sehingga menjadikannya
kehidupannya sehari-hari. Indikasi mengalami krisis adab dan akhlak.
kepatuhan adalah ketaatan. Ketika hati Demikian kesimpulan ini dibuat, dengan
seorang sudah diselamatkan dari akar harapan penelitian ini dapat bermanfaat
kesyirikan, tentu yang akan tumbuh khususnya bagi penulis pribadi dan
dalam hatinya adalah kekokohan pembaca pada umumnya.
akidah. Selanjutnya akan diwujudkan
2. Saran
dengan perbuatan dan perilaku yang
Berdasarkan hasil penelitian
dapat di identifikasi melalui, perkataan,
diatas, maka disarankan hal-hal berikut
perbuatan, sikap peserta didik terhadap
ini:
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Pertama, Pendidikan akidah
Dalam hal ini guru perlu bekerjasama
harus bercorak ilmiah, selektif dan
dengan orang tua dan masyarakat
responsif. Akidah harus ditempatkan
dilingkungan peserta didiknya. Misalnya
dalam semangat persatuan umat dalam
dengan menggelar silaturahmi bulanan
pijakan fundamental. Akidah juga harus
akan dapat diketahui sejauh mana
ditemapatkan sebagai agenda universal
perilaku peserta didik di luar sekolah
untuk dapat berbicara kepada setiap
sehingga dapat di berikan bimbingan
akal manusia yang diciptakan sama oleh
tambahan bagi peserta didik dimaksud.
Allah SWT. Tujuan pendidikan akidah
Pendidikan akidah menurut Al-Bûthî ini
harus berorientasi integral, memadukan
sangat releVon untuk diaktualisasikan
antara keyakinan dan tindakan, antara
dan diterapkan dalam konteks
tugas manusia sebagai khalifah dan
pendidikan Islam kontemporer,
hamba.
terutama di Indonesia sebagai Negara
23
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015

Kedua, metode pendidikan harus


ditekankan pada aspek yang lebih
substansial bukan hanya bersifat
formalistik dan verbal. Kurikulum
pendidikan akidah harus mampu
memuat unsur-unsur akidah yang
bersifat fundamental, tepat menentukan
akar persoalan, dan resoponsif terhadap
setiap aliran pemikiran. Semuanya perlu
dibingkai dalam sistem evaluasi yang
hirarki, intens dan terarah.

24
Pendidikan Akidah:...(Abdul Mukit)
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Bandung: CV Penerbit J-ART,


2004.
Adi, Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, 2004.
S. Sumatri, Juju, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta; Pustaka Sinar
Harapan, 1988.
Sudatro, Metode Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Ari Kunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, cet. ke-10,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.
Ibn Katsir, Ismail, Tafsir Al-Qur‟an Al-„Adzim, Pustaka: Daru Al-Thaybah, 1422 H/
2002 M
Al-Dahabi, Siyaru A‟lamin Nubala‟, Beirut: Al-Risalah, 1422 H/ 2001 M
Al-Razi, Mafâtih Al-Ghaib, Beirut: Darul Ilmiyah, 1425 H/ 2004 M
Ibn Abdil Fattah, Abdul Aziz, Barnamij „Amalî Lil Muttafiqin, Tha‟if-ksa; Maktabah Al-
Shiddiq, 1990
Dun-ya, Sulaiman Al-Tafkir Al-Falsafî Al-Islâmî, Mesir: Maktabah Al-Khanjî. 1967
Al-„Iraqi, Al-Mughni „an hamli Al-Asfar fi Al-Asfar fi Takhrij ma fi Al-Ihya‟ min Al-
Akhbar‟, Libanon: Dar Ibn Hazm, 2005
„Amarah, Muhammad, Al-Islam baina Al -Tanwir wa Al-Tazwir, Kairo: Dar Al-Syuruq,
2004
Al-Ghazali, Abu Hamid, Mizan Al-„Amal, tahqiq: Sulaiman Dun-ya, Mesir: Dar Al-
Ma‟arif, cet. Ke I, 1964
Al-Ghazâlî, Abu Hamid, Ayyuhal Walad, tahqiq: Jamil Ibrahim Habib, www.ghali.org.
Al-Buthi, Sa‟id Ramadlan, “Dlawabit Al-Mashlahah fi Al-Syari‟ah Al-Islamiyah,
Damaskus: Muassasah Al-Risalah, 1973 M.
Al-Buthi, Sa‟id Ramadlan, Difa‟ „an Al-Islam wa Al-Tarikh, Damaskus: Darul Fikr,
tnp.thn.
Al-Buthi, “Kubra Al-Yaqiniyyat Al-Kauniyah: Wujûd Al-Khâliq wa Wadzifât Al-
Maklûq”, 1997, Damaskus: Dar Al-Fikr
Ibn Rusyd, Abu al-Walid, Bidayatul Mujtahid, Mesir; Darul Kutub Al-Islamiyah, 2012
M/1433 H

25
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015

Tafsir, Ahmad, Fisafat Pendidikan Islami, Bandung; PT Remaja Rosdakarya. 2012.


Nata, Abudin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta; PT Grafindo Persada. 2002
Manshur Al-Shabahî, Rasyid, „Ardu Manhaj Al-Qur‟an Fi Al-Tabiyah Al-Rabbaniyah,
Iskandariyah; Dar Al-Îmân. 2008
Syaidah, Khasnah Pemikiran Pendidikan Anak Abdullah Nasih „Ulwan, Disertasi: Pasca
Sarjana UIN Syahid Jakarta. 2005.
Al-Nadwi, Abul Hasan Ali, Nahwah Al-Tabiyah Al-Islamiyah Al-Hurrah, Damaskus;
Muassasah Al-risalah.
Nasih „Ulwan, Abdullah, Tarbiyah Al-Awlad Fil Islam, vol.I, Beirut; Dar Al-Salam.
1978, cet. Ke-II
Internet:
www.ar.wikipedia.org dengan judul:‫ دمحم_سعيد_رمضان_البىطي‬. Diakses tanggal, 14 April
2013.
www.wiki.aswajanu.com dengan judul “Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi”,
diakses 14 April 2013.
Mahrus Ali, Muhammad, Studi Maslahah Perspektif Al-Buthi, Lihat www.as-
salafiyyah.com/2012, di akses tanggal 15 Maret 2012.

26

Anda mungkin juga menyukai